Anda di halaman 1dari 11

ENYESUAIAN DIRI MELALUI KEGIATAN PENGENALAN

LINGKUNGAN TPA TUNAS BAHARI

Oleh
JUNI
NIM :

UNIVERSITAS TERBUKA
PROGRAM S1 PAUD
2015

LAPORAN PENELITIAN DAN ANALISIS

ANALISIS PENGEMBANGAN PENYESUAIAN DIRI MELALUI


KEGIATAN PENGENALAN LINGKUNGAN TPA TUNAS BAHARI

Oleh
JUNI
NIM :
UNIVERSITAS TERBUKA
PROGRAM S1 PAUD
2015

LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN


LAPORAN ANALISIS DAN PENELITIAN

: Analisis Pengembangan penyesuaian diri melalui kegiatan


pengenalan lingkungan TPA Tunas Bahari
: Juni
Nomor Induk Mahasiswa :
Semester :
Jurusan : Program S1 PG – PAUD Universitas Terbuka
Unit Kerja :
Alamat :
Telepon :
elitian : Pengembangan penyesuaian diri melalui kegiatan pengenalan
lingkungan TPA Tunas Bahari

Disetujui sebagai laporan dan analisis mata kuliah analisis kegiatan pengembangan
pendidikan anak usia dini

Menyetujui Tutor, Surabaya, Oktober 2015


Mahasiswa,

JUNI

KATA PENGANTAR

Puji Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah Nya sehingga laporan penelitian dan analisis ini dapat saya
selesaikan dengan judulPengembangan penyesuaian diri melalui kegiatan pengenalan lingkungan
TPA Tunas Bahari dengan lancar.
Laporan ini penulis susun untuk menganalisis ketepatan program pengembangan di TPA
Tunas Bahari dalam pengembangan penyesuaian diri melalui kegiatan pengenalan lingkungan
TPA Tunas Bahari.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini,
terutama kepada :
1. ……..Selaku tutor mata kuliah Analisis Kegiatan Pengembangan Anak Usia Dini UT Surabaya
2. Kepala Sekolah TPA Tunas Bahari
3. Pengelola, Pendidik dan Administrasi TPA Tunas Bahari
4. Semua pihak yang telah memberikan dukungan
Saran – saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan laporan ini.

Surabaya, Oktober 2015


Mahasiswa

JUNI
NIM :

LAPORAN PENELITIAN DAN ANALISIS


litian : Pengembangan Penyesuaian Diri Melalui Kegiatan Pengenalan Lingkungan TPA Tunas Bahari
aksanaan : 5 Oktober 2015
nelitian : TPA Tunas Bahari, Jl. Arief Rahman Hakim Surabaya.
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan pendidikan anak usia dini saat ini cukup marak di Indonesia, walaupun
dapat dikatakan masih rendah program ini masih didominasi oleh kesadaran beberapa kelompok
masyarakat dalam menyelenggarakan program di daerahnya. Tentunya dengan berbagai kendala,
baik dari pendanaan maupun kualitas pembelajarannya salah satu jenis layanan pendidikan anak
usia dini adalah Tempat Penitipan Anak. TPA bagi anak usia 0-6 tahun layanan ini merupakan
salah satu bentuk Pendidikan Anak Usia Dini non formal yang diarahkan pada kegiatan
pengasuhan anak bagi orang tua yang mempunyai kesibukan kerja, sehingga memerlukan sebuah
layanan pengasuhan anak yang selain berungsi untuk menjaga anak-anak mereka juga
memberikan pendidikan yang sesuai dengan usia anak-anak mereka.
Tempat Penitipan Anak merupakan bentuk layanan Pendidikan Anak Usia Dini yang
keberadaannya terus berkembang jumlahnya. TPA memberikan layanan yang holistik dan
integrative dengan seluruh kebutuhan anak, kesehatan, gizi, pendidikan, perlindungan,
berkembang dan mempertahankan kelangsungan hidup; dilayani dalam lembaga penyelenggara
TPA.
Usia enam tahun pertama adalah masa emas anak atau bisa disebut dengan golden
age yaitu dalam rentang usia 0-6 tahun. Hal ini sesuai dengan pasal 28 Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional No 20/2003 ayat 1, yang termasuk anak usia dini adalah anak yang masuk
dalam rentang usia 0-6 tahun. Pada masa ini otak anak berkembang sangat pesat hingga
mencapai 80%, milyaran sel pada otak anak akan saling berhubungan membentuk jaringan yang
semakin kompleks jika mendapat stimulasi yang tepat dari lingkungan sekitarnya (Hasan,
2009:41). Seperti halnya keunikan yang penulis temukan di TPA Tunas Bahari yang mengatasi
ketakutan anak baru (siswa baru) dengan pengembangan penyesuaian diri melalui kegiatan
pengenalan lingkungan TPA Tunas Bahari. Sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dan analisis pada TPA Tunas Bahari dengan judul pengembangan penyesuaian diri melalui
kegiatan pengenalan lingkungan TPA Tunas Bahari.

B. Fokus Penelitian
Setelah diadakan observasi di TPA Tunas Bahari, maka penelitian ini terfokus pada salah satu kegiatan
pengembangan penyesuaian diri melalui kegiatan pengenalan lingkungan TPA Tunas Bahari.

C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan :
a. Mengumpulkan data mengenai
1. Alasan pengasuh/pendidik memberikan kegiatan pengembangan penyesuaian diri melalui kegiatan pengenalan
lingkungan
2. Tujuan pengasuh/pendidik melakukan kegiatan tersebut
3. Kebijakan yang mendukung pengasuh/pendidik melakukan kegiatan tersebut
b. Membuat analisis kritis (critical analysis) mengenai kegiatan tersebut

D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat untuk :
1. Memberi masukan terhadap kegiatan pengembangan penyesuaian diri anak di TPA Tunas Bahari
2. Melatih mahasiswa melakukan penelitian kelas
3. Mengembangkan kemampuan mahasiswa dalam menganalisis suatu kegiatan anak di lembaga PAUD

II. LANDASAN TEORI


A. Penyesuaian diri
Penyesuaian diri dalam bahasa aslinya dikenal dengan istilah adjustment atau
personaladjustment. Schneiders berpendapat bahwa penyesuaian diri dapat ditinjau dari tiga
sudut pandang, yaitu: penyesuaian diri sebagai adaptasi (adaptation), penyesuaian diri sebagai
bentuk konformitas (conformity), dan penyesuaian diri sebagai usaha penguasaan (mastery).
Pada mulanya penyesuaian diri diartikan sama dengan adaptasi (adaptation), padahal adaptasi
ini pada umumnya lebih mengarah pada penyesuaian diri dalam arti fisik, fisiologis, atau
biologis. Misalnya, seseorang yang pindah tempat dari daerah panas ke daerah dingin harus
beradaptasi dengan iklim yang berlaku di daerah dingin tersebut.
Sudut pandang berikutnya adalah bahwa penyesuaian diri dimaknai sebagai
usaha penguasaan (mastery), yaitu kemampuan untuk merencanakan dan mengorganisasikan
respons dalam cara-cara tertentu sehingga konflik-konflik, kesulitan, dan frustrasi tidakterjadi.

B. Konsep Dasar Lingkungan


1. Pengertian Lingkungan TPA
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI) lingkungan diartikan sebagai bulatan yang
melingkungi (melingkari). Dalam Kamus Bahasa Inggris peristilahan lingkungan ini cukup
beragam di antaranya adalah circle, area surroundings, sphere, domian, range dan environment,
yang artinya kurang lebih berkaitan dengan keadaan atau segala sesuatu yang ada di sekitar atau
sekeliling.
Menurut Rohani (dalam Musfiqon 2012: 132) lingkungan bisa bersifat fisik berupa sekolah,
kampus, laboratorium, studio, auitorium, museum, taman, dan lain-lain.
Dengan demikian lingkungan TPA merupakan kesatuan ruang dengan semua benda (seperti
tumbuhan, hewan, bebatuan, pasir, dsb) dan keadaan makhuk hidup termasuk di dalamnya
manusia dan perilakunya serta makhluk hidup lainnya yang ada di Taman Penitipan Anak.

2. Jenis Lingkungan
Menurut Hamalik (dalam Husamah 2013: 5), pendidikan sebaiknya disesuaikan dengan
keadaan alam sekitar. Alam sekitar siswa merupakan lingkungan sekitar kehidupan siswa yang
dapat berupa lingkungan alam, sosial, dan buatan.

a. Lingkungan Alam
Alam dalam hal ini, dipandang sebagai sebuah laboratorium yang sangat besar. Labratorium
alam ini menurut Amin (dalam Husamah 2013: 5), menyediakan sumber belajar yang melimpah
ruah, sehingga akan sayang apabila sumber belajar ini tersia-siakan.
Pengalaman yang harus dimiliki siswa ialah pengalaman lingkungan fisik yang menyangkut
fisik secara mikro yaitu dirinya sendiri maupun secara makro (alam semesta). Menurut Suherli
(dalam Husamah 2013: 5), pemahaman siswa yang benar terhada dirinya dan alam semesta akan
menumbuhkan kesadaran yang tinggi untuk senantiasa, meningkatkan serta memanfaatkan
sumber daya manusia dan sumber daya alam bagi kepentingan manusia dan uumnya.
Menurut Sudjana & Rivai (dalam Husamah 2013: 5), lingkungan alam berkenaan dengan
segala sesuatu yang sifatnya alamiah seperti keadaan geografis, iklim, suhu udara, musim, curah
hujan.

b. Lingkungan Sosial
Menurut Supriatna (dalam Husamah 2013: 7), masalah-masalah sosial sehari-hari yang
dihadapi oleh siswa merupakan pengalaman belajar sekaligus sebagai sumber belajar.
Lingkungan sosial sebagai sumber belajar berkenaan dengan interaksi manusia dengan
kehidupan masyarakat, seperti organisasi sosial, adat dan kebiasaan, mata pencaharian,
kebudayaan, pendidikan, kependudukan, struktur pemerintahan, agama dan sistem nilai.
Lingkungan sosial tepat digunakan untuk mempelajari ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan.
Menurut Suherli (dalam Husamah 2013: 7), lingkungan sosial dijadikan pembelajaran agar
siswa memiliki bekal hidup dalam sosial atau dalam masyarakat. Dengan bekal pengetahuan ini,
siswa setelah lulus atau tamat sekolah siap hidup bermasyarakat. Siswa akan dengan cepat
menyesuaikan diri dengan lingkungan dimana ia tinggal. Selain itu siswa juga harus dibekali
dengan pengalaman budaya. Dengan bekal ini, siswa diharapkan memahami, mencintai,
menghargai, dan menikmati serta memilih budaya untuk dirinya sendiri maupun orang ain
sehingga siswa tidak akan terjerumus dalam budaya yang menyesatkan.

c. Lingkungan Buatan
Di samping lingkungan alam dan lingkungan sosial yang sifatnya alami, ada juga yang
disebut lingkungan buatan yakni lingkungan yang sengaja diciptakan atau dibangun manusia
untuk tujuan-tujuan tertentu yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. Lingkungan buatan
antara lain irigasi atau pengairan, bendungan, pertamanan, kebun binatang, perkebunan,
penghijauan, dan pembangkit tenaga listrik.
Menurut Sudjana dan Rivai (dalam Husamah 2013: 8), siswa dapat mempelajari lingkungan
buatan dari berbagai aspek seperti prosesnya, pemanfaatannya, fungsinya, pemeliharaannya,
daya dukungnya, serta aspek-aspek lain yang berkenaan dengan pembangunan dan kepentingan
manusia dan masyarakat pada umumnya.

3. Keuntungan memanfaatkan lingkungan


Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar memiliki banyak keuntungan.
Beberapa keuntungan tersebut antara lain:
a. Menghemat biaya, karena memanfaatkan benda-benda yang telah ada di lingkungan.
b. Praktis dan mudah dilakukan, tidak memerlukan peralatan khusus seperti listrik.
c. Memberikan pengalaman yang riil kepada anak, setiap kegiatan pembelajaran menjadi lebih
konkret.
d. Sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan anak, karena benda-benda tersebut berasal dari
lingkungan anak. Hal ini juga sesuai dengan pembelajaran kontekstual (contextual learning)
e. Pengajaran lebih aplikatif, maksudnya materi yang diperoleh anak melalui sumber yang berasal
dari lingkungan sehingga akan di aplikasikan langsung, karena anak sering menemui benda-
benda atau peristiwa serupa dalam kehidupannya sehari-hari.
f. Lingkungan sebagai sumber belajar memberika pengalaman langsung kepada anak untuk dapat
berinteraksi langsung dengan benda, lokasi atau peristiwa sesungguhnya secara alamiah.
g. Lebih komunikatif, karena benda dan peristiwa yang ada di lingkungan anak biasanya mudah
dicerna, dibandingkan dengan sumber yang dikemas (didesain)

4. Langkah dan Prosedur Penggunaan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar


Menurut Sudjana dan Rivai (dalam Husamah 2013: 12) menggunakan lingkungan
sebagai sumber belajar dalam proses pembelajaran memerlukan persiapan dan perencanaan yang
seksama dari guru. Tanpa perencanaan yang matang kegiatan belajar anak dapat tidak terkendali
sehingga tujuan pembelajaran tidak tercapai dan anak tidak melakukan kegiatan yang
diharapkan.
Beberapa langkah yang harus ditempuh dalam menggunakan lingkungan sebagai sumber
belajar, yakni persiapan, pelaksanaan, dan tindak lanjut.
a. Langkah Persiapan
Ada beberapa prosedur yang harus ditempuh pada langkah persiapan, antara lain:
1. Menentukan tujuan belajar yang diharapkan dapat diperoleh anak yang berkaitan dengan
penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar.
2. Menentukan objek yang harus dipelajari atau dikunjungi. Dalam menetapkan objek kunjungan
tersebut hendaknya memperhatikan relevansi dengan tujuan belajar serta kemudahan
menjangkaunya
3. Menentukan cara belajar anak
4. Guru mempersiapkan perizinan jika diperlukan
5. Persiapan teknis yang diperlukan untuk kegiatan belajar, seperti tata tertib, perlengkapan belajar
yang harus dibawa, dll.
b. Langkah Pelaksanaan
Pada langkah ini adalah melakukan kegiatan belajar di tempat tujuan sesuai dengan rencana
yang telah dipersiapkan (yang sudah tertuang dalam RKH dan RPP)
c. Langkah Tindak Lanjut
Tindak lanjut dari kegiatan belajar di atas adalah kegiatan belajar di kelas untuk membahas
hasil belajar dari lingkungan. Guru dapat meminta kesan-kesan yang diperoleh anak dari
kegiatan belajar tersebut di samping menyimpulkan materi yang diperoleh.

III. METODOLOGI PENELITIAN


A. Subyek penelitian
Subyek penelitian ini adalah peserta didik, pendidik dan kepala sekolah TPA Tunas Bahari,
dengan rincian jumlah sbb:
1. Laki – laki : 7 anak
Perempuan : 8 anak
3. Pengasuh = 4 orang
4. Kepala sekolah

B. Metode penelitian
Penelitian ini menggunakan metode interpretative yaitu menginterpretasikan data mengenai
fenomena/gejala yang diteliti di lapangan

C. Instrumen penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Observasi, yaitu untuk melihat fenomena yang unik/menarik untuk dijadikan focus penelitian
2. Wawancara, yaitu untuk menggali informasi lebih mendalam mengenai fokus penelitian
3. Dokumentasi, yaitu mengumpulkan bukti – bukti yang lebih luas mengenai fokus penelitian

IV. ANALISIS DATA


A. Tabulasi Data

Wawancara Wawancara dengan


Tahapan Observasi Dokumentasi
dengan guru pimpinan KB
Pada kegiatan Di TPA kami, Kami berkeyakinan Dalam rencana
penyambutan guru kami ingin dengan menciptakan kegiatan tertulis
Persiapan mempersilahkan menciptakan suasana yang nyaman bahwa kegiatan
anak untuk suasana yang dan menyenangkan penyambutan
bernyanyi, menyenangkan bagi anak, maka anak adalah
bermain bebas dan bagi anak akan termotivasi bernyanyi
makan snack untuk belajar serta sambil bertepuk
merasa nyaman di tangan,
Setelah duduk TPA bernyanyi,
khusuk anak-anak bermain bebas
lalu berdoa Dalam hal ini akan dan makan
sebelum Hal ini kami sangat berpengaruh snack
melakukan lakukan untuk pada tingkat
kegiatan pembiasaan agar kemandirian anak Dalam dokumen
anak mengetahui dalam belajar pendirian
bahwa sebelum lembaga
melakukan tercantum
kegiatan kita bahwa salah
harus berdoa dulu satu tujuan TPA
Jika hati anak Tunas
senang maka Bahari adalah
akan lebih mudah mengembangka
bagi kita untuk n potensi anak
mengarahkan sesuai dengan
anak pada perkembangan
pembelajaran usianya. Salah
selanjutnya satunya adalah
menstimulasi
kemandirian
anak

Setelah berdoa Anak-anak sangat Kami berusaha Salah satu


anak di ajak senang semaksimal mungkin program yang
Pelaksanaan bernyanyi sambil berkeliling untuk mengawasi tercantum
bertepuk tangan gedung TPA, mereka dalam dalam
Guru mengajak karena ketika pengenalan program
anak untuk berkeliling anak lingkungan sekitar harian
pengenalan di ajak membuat TPA Tunas
terhadap kereta sambil Bahari adalah
lingkungan sekitar bernyanyi lagu Kami mengawasi menanamkan
gedung TPA “naik kereta api” anak-anak dengan kemandirian
saksama sehingga anak sejak
Anak-anak secara tidak ada ruangan dini melalui
bergantian yang terlwatkan agar kegiatan-
memasuki anak lebih nyaman di kegiatan yang
ruangan-ruangan Ada juga anak TPA menyenangka
kelas, tempat yang terlihat tidak n bagi anak
bermain, kamar mau masuk dalam
mandi, dll dengan ruangan-ruangan
senang hati. kelas sama sekali,
tetapi kami
memberi motivasi
kepada mereka
untuk mencoba
masuk
Anak – anak Untuk kedepannya Melalui
sangat tertarik kami akan melakukan pengenalan
dengan aktivitas kegiatan-kegiatan lingkungan
di luar ruangan yang menunjang bagi untuk siswa
pengembangan anak baru di TPA
agar dalam dapat
masyarakat anak membantu
dapat berkembang penyesuaian
dengan baik dan diri anak
menjadi anak yang
mandiri dan cerdas

Setelah pengenala Setelahpengenala Ketika anak Anak juga


n lingkungan n lingkungan mengikuti dapat
untuk siswa baru untuk siswa baru pengenalan lingkunga mengenal
Penutup di TPA kemudian di TPA kemudian n untuk siswa baru di pengasuh dan
anak diminta anak melakukan TPA, rasa cinta teman-
untukmenceritaka kegiatan terhapap lingkungan temannya
n kembali apa saja berntepuk dan mereka mulai lebih dekat
yang sudah ia lihat bernyanyi terbentuk dengan anak hal ini
Kegiatan lain bersama, minum dapat membuang membantu
adalah meronce susu dan makan sampah pada anak belajar
sesuia dengan siang tempatnya, menjaga lebih banyak
warna Dengan kegiatan lingkungan dimana ia bersosialisasi
menggunakan tersebut mereka tinggal, dan mulai
sedotan dapat lebih tumbuhnya rasa
mengenal adaptasi dalam diri
lingkungan baru mereka.
mereka
Dan dengan senang
Semuanya kami hati mereka
lakukan untuk menunnjukkan
melatih social kecintaannya terhadap
emosional dan lingkungan disekitar
penyesuaian diri mereka
anak terhadap
lingkungannya
yang baru

B. Analisis kritis

Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatanpengembangan penyesuaian diri


melalui kegiatan pengenalan lingkungan TPA Tunas Baharimerupakan suatu kegiatan yang
bermaksud untuk melatih pengembangan penyesuaian diri. Hal tersebut dapat menunjang
persiapan anak memasuki jenjang pendidikan selajutnya yaitu taman kanak-kanak. Pelaksanaan
kegiatan anak di TPA Tunas Bahari dilaksanakan dalam berbagai bentuk kegiatan pengenalan
lingkungan yang menarik minat anak menggunakan metode yang dikemas seperti metode karya
wisata agar pembelajaran dapat berlangsung dengan menyenangkan.
Pengembangan penyesuaian diri melalui kegiatan pengenalan lingkungan TPA Tunas
Bahari ini sesuai dengan pasal 28 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20/2003 ayat
1, yang termasuk anak usia dini adalah anak yang masuk dalam rentang usia 0-6 tahun. Pada
masa ini otak anak berkembang sangat pesat hingga mencapai 80%, milyaran sel pada otak anak
akan saling berhubungan membentuk jaringan yang semakin kompleks jika mendapat stimulasi
yang tepat dari lingkungan sekitarnya (Hasan, 2009:41). Bahwa dalam proses di TPA hendaknya
pengasuh memberikan kesempatan seluas – luasnya pada semua anak untuk mendapat stimulasi
yang tepat oleh lingkungannya.
Pengenalan lingkungan TPA Tunas Bahari bermaksud untuk mengembangkan
penyesuaian diri anak dimana melalui pengumpulan data dapat dilihat tingkat kemampuan anak
dalam penyesuaian diri ada 2 anak dari 15 anak yang masih memerlukan bantuan dan bimbingan
dari pengasuh.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kegiatan pengembangan penyesuaian diri
melalui kegiatan pengenalan lingkungan TPA Tunas Bahari untuk mengembangkan penyesuaian
diri anak sesuai dengan teori – teori tersebut di atas sehingga dalam mencapai hasil yang
diharapkan dapat tercapai.

V. KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
Dari tabulasi dan analisis data dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu sebagai berikut :
a. TPA Tunas Bahari mempunyai program kegiatan yang berhubungan dengan pengembangan
penyesuaian diri anak, kegiatan tersebut adalah kegiatan pengenalan lingkungan yang bertujuan
untuk pengembangan penyesuaian diri anak yang pelaksanaannya sudah sesuai dengan teori –
teori para ahli
b. Kegiatan pengenalan lingkungan dapat mengembangkan penyesuaian diri anak
c. Kegiatan pengembangan di TPA Tunas Bahari dilaksanakan dengan metode – metode yang
menyenangkan.
d. Kegiatan pengenalan lingkungan pada anak, TPA Tunas Bahari telah sesuai dengan teori – teori
para ahli yang tersebut di atas.
B. Saran – saran
a. TPA Tunas Bahari hendaknya lebih kreatif lagi dalam menciptakan kegiatan-kegiatan yang
inovatif
b. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan sangat menyenangkan harus didukung oleh sikap
dan perilaku guru yang lebih tanggap terhadap respon dan reaksi anak

DAFTAR PUSTAKA

Hasan, Maimunah. 2009. PAUD(Pendidikan Anak Usia Dini). Jogjakarta: DIVA Press
Husamah, 2013. Pembelajaran Luar Kelas Outdoor Learning. Jakarta: Prestasi Pustakaraya
Kamus Besar Bahasa Indonesia
Musfiqon, HM. 2012. Perkembangan Media Dan Sumber Pembelajaran. Jakarta: PT. Prestasi
Pustakarya.

Anda mungkin juga menyukai