Anda di halaman 1dari 3

Sebuah perusahaan yang memproduksi Handphone sedang memperhitungkan biaya produksi per

unit Handphone dari total produksi sebulan. Biaya Bahan Langsung dan biaya Tenaga Kerja
Langsung yang dikeluarkannya adalah masing-masing sebesar Rp. 20 miliar dan Rp. 200 juta.
Sedangkan biaya Overhead Pabrik adalah sebesar Rp. 150 juta. Jumlah unit yang telah
diproduksi adalah sebanyak 10.000 unit. Berapakah Biaya Produksi per Unit-nya.
Diketahui
Biaya Bahan Langsung = Rp. 20.000.000.000,-
Biaya Tenaga Kerja Langsung = Rp. 200.000.000,-
Biaya Overhead Pabrik = Rp. 150.000.000,-
Jumlah Unit yang diproduksi = 10.000 unit

Penyelesaiannya :
Biaya Produksi per Unit = (Biaya Bahan Langsung + Biaya Tenaga Kerja Langsung +
Biaya Overhead Pabrik) / Jumlah Unit yang diproduksi
Biaya Produksi per Unit = (20.000.000.000 + 200.000.000 + 150.000.000) / 10.000
Biaya Produksi per Unit = 20.350.000.000 / 10.000
Biaya Produksi per Unit = 2.350.000

Jadi Biaya Produksi pada bulan yang bersangkutan adalah sebesar Rp. 20.350.000.000,- dan
apabila dihitung menjadi per unit maka Biaya Produksi per Unit-nya adalah sebesar Rp.
2.350.000,-. Jika Perusahaan tersebut menjual Handphone tersebut dengan harga Rp. 2.800.000,-
per unit, maka margin keuntungannya adalah sebesar Rp. 450.000,- atau sekitar 19,15%. Rumus
untuk perhitungan diawali dengan menghitung bahan baku, biaya produksi, persediaan barang
dan harga pokok penjualan.
Berikut rumus yang bisa pakai sebagai metode atau cara menghitung suatu harga pokok
produksi, yaitu:
Tahap 1 – Menghitung Bahan Baku yang Digunakan
Rumus untuk menghitung bahan baku yang digunakan adalah sebagai berikut.
Saldo awal bahan baku + Pembelian bahan baku – Saldo akhir bahan baku = Bahan baku
yang digunakan
Tahap 2 – Menghitung Biaya Produksi
Rumus untuk menghitung biaya produksi adalah sebagai berikut.
Bahan baku yang digunakan + Biaya tenaga kerja langsung + Biaya overhead produksi =
Total biaya produksi
Tahap 3: Menentukan Harga Pokok Produksi
Ketika sudah melewati dua tahap diatas, selanjutnya kamu perlu menghitung harga pokok
produksinya. Rumus yang digunakan untuk menghitung harga pokok produksi adalah
sebagai berikut.
Total biaya produksi + Saldo awal persediaan barang dalam proses produksi – Saldo akhir
persediaan barang dalam proses produksi = Harga Pokok Produksi
Tahap 4: Menghitung Harga Pokok Penjualan
Setelah mendapatkan harga pokok produksi, kamu bisa mulai menghitung harga pokok
penjualan atau yang biasa disebut dengan HPP. Rumus menghitung HPP adalah sebagai
berikut.
Harga pokok produksi + Persediaan barang awal – Persediaan barang akhir
Contoh Soal Menghitung Harga Pokok Produksi
Sekarang, kita akan mulai untuk menghitung harga pokok produksi dengan contoh kasus. Karena
biasanya contoh kasus bisa membuat kita lebih paham terhadap suatu materi. Contohnya sebagai
berikut.
PT. HIJAR adalah perusahaan yang bergerak makanan. Pada awal bulan Juni, PT. HIJAR
memiliki persediaan bahan baku mentah sebesar Rp 60.000.000, bahan setengah jadi sebesar Rp
90.000.000, dan persediaan makanan siap jual sebesar Rp 120.000.000.
Untuk proses produksi makanan di bulan Agustus membeli persediaan bahan baku sebesar Rp
750.000.000, dengan biaya pengiriman Rp 10.000.000. Selama proses produksi, terdapat biaya
pemeliharaan buah-buahan sebesar Rp 9.000.000.
Pada akhir bulan Juli terdapat sisa penggunaan bahan baku mentah sebesar Rp 50.000.000, sisa
bahan setengah jadi sebesar Rp 8.000.000, dan sisa makanan siap jual sebesar Rp 25.000.000.

Berapakah Harga pokok produksi dari PT. HIJAR? Untuk menghitung HPP diperlukan 4 tahap
seperti yang kita bahas sebelumnya.
Tahap 1
60.000.000 + (750.000.000 + 10.000.000) – 50.000.000 = 770.000.000
Tahap 2
145.000.000 + 9.000.000 = 154.000.000
Tahap 3
154.000.000 + 90.000.000 – 8.000.000 = 236.000.000
Tahap 4
236.000.000 + 120.000.000 – 25.000.000 = 331.000.000
Setelah melewati empat tahap tersebut, maka kita akan mendapatkan hasilnya. Jadi harga pokok
produksi pada bulan Agustus adalah Rp 331.000.000.
Contoh menghitung Harga Pokok Penjualan Pada Usaha Kecil Menengah
Pabrik Taruna Jaya merupakan perusahaan manufaktur yang mengolah tepung tapioca menjadi
kerupuk. Pada awal bulan November Pabrik Taruna Jaya memiliki persedian bahan baku sebesar
Rp 450.000, membeli persedian bahan baku sebesar 15.105.000. Produksi kerupuk ini dibantu
oleh 10 orang karyawan yang total biaya  perbulannya sebesar 15.800.000 untuk biaya tenaga
kerja. Selama proses produksi, biaya overhead yang dikeluarkan selama sebulan sebesar Rp
9.950.000. Pada akhir bulan November terdapat sisa penggunaan bahan baku mentah sebesar Rp.
8.087.500. Jadi berapakah besar Harga Pokok Penjualan di perusahaan Taruna Jaya?
Langkah pertama, Bahan baku yang digunakan
Untuk mengetahuinya, saldo awal bahan baku di bulan pertama + pembelian bahan baku – Saldo
Akhir bahan baku.
Rp 450.000 + Rp 15.105.000 – Rp 8.087.500 = Rp 7.47.500
Langkah kedua, Biaya produksi
Untuk mengetahui biaya produksi, bahan baku yang digunakan + biaya tenaga kerja langsung –
biaya overhead produksi.
Rp 7.467.500 + 15.800.000 – Rp 9.950.000 = Rp 33.217.500
Langkah ketiga, Harga pokok produksi
Untuk mengetahui harga pokok produksi, total biaya produksi + saldo awal persediaqn barang
dalam proses produksi – saldo akhir persedian barang. Namun karena tidak ada persedian dalam
proses produksi di awal dan akhir bulan maka total harga pokok produksi sebesar Rp
33.217.500.  Sehingga kita bisa mendapatkan harga pokok penjualan sebesar Rp 33.217.500
dengan jumlah kerupuk yang dihasilkan adalah 250.000 buah. Ini artinya biaya produksi kerupuk
persatuannya adalah Rp 33.217.500 / 250.000 = Rp 132.87. Berdasarkan harga jual yang
ditetapkan, yaitu 600 per buah dan dengan biaya produksi sebesar Rp 132.87 pcs maka laba yang
seharusnya diperoleh adalah Rp 417.13 per pcs.
Perolehan Laba
Untuk mengetahui Laba yang diperoleh Pabrik Taruna Jaya Penjualan kerupuk selama priode
tersebut dikurangi Harga Pokok Penjualan.
Penjualan 250.000 pcs x Rp 600 = Rp 150.000.000 – Rp 33.217.500 = Rp 116.782.500
Diasumsikan laba kotor yang diperoleh sebesar Rp 116.782.500 perbulan. Besarnya keuntungan
kotor tersebut belum dipotong dengan beban-beban, seperti adminstrasi dan pemasaran. Bila
diasumsikan besar beban biaya administasi dan pemasaran sebesar Rp 10 juta maka keuntungan
bersih yang diperoleh perusahaan tersebut adalah 106.782.500 perbulan.

Anda mungkin juga menyukai