*Subbidang Media Massa Pusat Komunikasi Publik Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, **Departemen
Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
298
Abdullah & Ayubi, Determinan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu Pekerja
menyusui bayinya.3 Temuan di salah satu perusahaan 2012. Data dianalisis secara univariat, bivariat dengan
swasta di Jakarta menunjukkan hanya 56,7% ibu uji kai kudrat, dan multivariat yang menggunakan uji
pekerja yang berhasil menyusui eksklusif.4 Demikian regresi logistik ganda.
pula dengan hasil penelitian pada Instansi Pemerintah
DKI Jakarta yang menemukan hanya 28% ibu pekerja Hasil
berhasil memberi ASI eksklusif.5 Saat penelitian dilakukan, sekitar 40,8% responden
Tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan masih menyusui dan 62,5% responden memberikan ASI
meningkat dari tahun ke tahun disebabkan dorongan eksklusif. Data karakteristik responden berdasarkan
untuk menambah penghasilan keluarga.6 Peningkatan faktor predisposisi (umur, pendidikan, pengetahuan,
partisipasi angkatan kerja perempuan belum diimbangi sikap, keterpaparan informasi), faktor pemungkin
oleh sebagian perusahaan dalam menyukseskan pem- (ketersediaan fasilitas dan lama meninggalkan bayi), dan
berian ASI eksklusif. Sebagian besar perusahaan belum faktor penguat (dukungan suami, dukungan pimpinan,
menyediakan tempat menyusui maupun memberikan dukungan pengasuh dan dukungan kesehatan) sebagai
waktu istirahat untuk memerah ASI atau menyusui bayi. berikut. Sekitar 91,7% responden berumur 20 – 35
Pekerja hanya diberi waktu istirahat selama setengah jam tahun dan seluruhnya berpendidikan tinggi. Selain itu,
setelah 4 jam bekerja terus-menerus. Ini menandakan sekitar 66,7% responden mempunyai sikap mendukung
apabila pasal 79 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 pemberian ASI eksklusif serta 65,8% responden
dilaksanakan, perempuan pekerja tidak mempunyai ke- meninggalkan bayi lebih dari 10 jam saat bekerja di
sempatan memerah maupun menyusui bayinya. 6 kantor. Sebanyak 86,7% responden mempunyai dukun-
Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan telah gan pengasuh dan 13,3% responden menyatakan kurang
mengeluar kan kebijakan terkait pemberian ASI eksklusif dukungan pengasuh (Tabel 1).
di tempat kerja dalam Peraturan Pemerintah Nomor 33 Untuk menilai variabel yang memenuhi kriteria
Tahun 2012 pasal 30 ayat 3. Namun, secara khusus analisis multivariat dilakukan analisis bivariat dengan
belum pernah diadakan survei di Kementerian Kesehatan kriteria nilai p < 0,25. Variabel yang memenuhi krite-
tentang pemberian ASI eksklusif oleh para karyawannya. ria tersebut adalah umur, sikap, ketersediaan fasilitas,
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proporsi dukungan pengasuh, dan dukungan petugas (Tabel 2).
pemberian ASI eksklusif di Kementerian Kesehatan RI
tahun 2012, hubungan antara faktor predisposisi (umur, Tabel 1. Pemberian ASI Eksklusif, Faktor Pencetus, Faktor Pemungkin, dan
pendidikan, pengetahuan, sikap, keterpaparan infor- Faktor Penguat pada Ibu Pekerja
masi), faktor pemungkin (ketersediaan sarana, lama
Variabel Kategori Frekuensi (%)
meninggalkan bayi, tempat melahirkan), dan faktor
penguat (dukungan suami, dukungan pengasuh, dukung- Status menyusui Berhenti menyusui 71 59,2
an perusahaan, dukungan petugas kesehatan) dengan Masih menyusui 49 40,8
ASI eksklusif Tidak eksklusif 45 37,5
pemberian ASI eksklusif pada ibu pekerja di Kementerian Eksklusif 75 62,5
Kesehatan Republik Indonesia tahun 2012. Selain itu, Faktor Pencetus
penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui faktor Umur < 20 atau > 35 th 10 8,3
20 – 35 tahun 110 91,7
paling dominan dalam pemberian ASI eksklusif pada ibu Pendidikan Menengah 0 0
pekerja di Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tinggi 120 100,0
tahun 2012. Pengetahuan Cukup 10 8,3
Baik 110 91,7
Sikap Kurang mendukung 40 33,3
Metode Mendukung 80 66,7
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Keterpaparan informasi Rendah 53 44,2
Tinggi 67 55,8
potong lintang. Jumlah sampel dihitung menggunakan Faktor Pemungkin
rumus uji hipotesis beda proporsi dengan tingkat ke- Ketersediaan fasilitas Tidak tersedia 43 35,8
percayaan 95%, derajat kemaknaan 5%, dan kekuatan Tersedia 77 64,2
Lama meninggalkan bayi ≥ 10 jam per hari 79 65,8
uji 90%. Pemilihan sampel dilakukan secara acak seder- < 10 jam per hari 41 34,2
hana. Pada 120 responden yang dipilih dari 35 satuan Faktor Penguat
kerja di Kementerian Kesehatan, disebarkan kuesioner Dukungan suami Kurang mendukung 63 52,5
Mendukung 57 47,5
yang diisi sendiri (self administered survey) oleh respon- Dukungan pengasuh Kurang mendukung 16 13,3
den yang terdaftar sebagai Pegawai Negeri Sipil di Mendukung 104 86,7
Kementerian Kesehatan dan mempunyai anak berumur > Dukungan atasan langsung Kurang mendukung 46 38,3
Mendukung 74 61,7
6 – 24 bulan. Sebelumnya, kuesioner sudah diujicobakan Dukungan tenaga kesehatan Kurang mendukung 67 55,8
pada ibu pekerja di kantor Kementerian Tenaga Kerja Mendukung 53 44,2
dan Transmigrasi. Penelitian dilakukan pada bulan Mei
299
Kesmas, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 7, No. 7, Februari 2013
300
Abdullah & Ayubi, Determinan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu Pekerja
terbanyak didapat dari internet, buku, dan media menjadi faktor penyebab gagal pemberian ASI
massa. Majalah merupakan media sumber informasi eksklusif.4 Pada penelitian ini, rata-rata responden
yang paling banyak diakses ibu pekerja. Dengan pergi meninggalkan bayi selama 10 jam setiap hari.
demikian, promosi ASI eksklusif pada kelompok ibu Dari ibu yang memberikan ASI eksklusif, sekitar
pekerja akan lebih efektif disampaikan melalui 70,7% responden meninggalkan bayi kurang dari 10
majalah dibanding media massa lainnya. jam saat bekerja sedangkan 58,2% responden mening-
Pada penelitian ini, terdapat hubungan yang ber- galkan bayi lebih dari 10 jam. Namun, dalam analisis
makna antara ketersediaan fasilitas dengan pemberian multivariat hubungan bermakna antara lama mening-
ASI eksklusif. Semakin tersedia fasilitas semakin galkan bayi dengan pemberian ASI eksklusif tidak
berpeluang ibu memberi ASI eksklusif. Hal ini sejalan dapat dibuktikan. Beberapa responden dengan
dengan temuan Rea, Venancio, Batista, dan Greiner rumah yang relatif dekat dengan kantor dapat pu-
(1999) bahwa 42% ibu yang mempunyai akses atas lang setiap dua jam untuk menyusui bayi.
ruangan menyusui atau ruangan untuk memerah ASI Dukungan suami sangat berarti bagi istri. Dari semua
memiliki rerata durasi ASI eksklusif sebanyak 31 hari. Ini dukungan bagi ibu menyusui, dukungan suami adalah
berbeda bermakna dengan mereka yang tidak mem- yang paling berarti. Suami dapat berperan aktif dalam ke-
punyai akses atas kedua fasilitas tersebut yang yang berhasilan menyusui eksklusif. Ibu yang mendapat
dengan rerata durasi 12 hari.9,10 dukungan suami cenderung memberikan ASI secara eks-
Ketersediaan fasilitas terdiri dari dua komponen, klusif dua kali lebih besar daripada ibu yang kurang men-
meliputi ketersediaan fasilitas di kantor dan ke- dapat dukungan suami setelah variabel dikontrol peker-
tersediaan fasilitas yang dimiliki atau dibawa ibu sela- jaan suami, dukungan petugas kesehatan, dan pekerjaan
ma proses menyusui eksklusif. Uji statistik menunjuk- ibu dikendalikan.1 Dalam penelitian ini, hanya sekitar
kan tidak terdapat hubungan bermakna antara ke- 47,5% ibu yang mendapat dukungan dari suami.
tersediaan fasilitas di kantor dengan pemberian ASI Beberapa responden menyatakan bahwa suami mengang-
eksklusif. Berdasarkan penelitian ini, keberadaan pojok gap istri mereka lebih mengetahui apa yang harus di-
ASI ternyata tidak berhubungan dengan pemberian lakukan untuk memberi ASI eksklusif karena telah ter-
ASI eksklusif pada ibu pekerja. Meskipun kantor me- papar informasi dari kantor. Para suami tidak keberatan
nyediakan pojok ASI, bekerja lebih memilih memerah membantu pekerjaan rumah tangga dan menemani ibu saat
ASI saat di rumah. Ketika di kantor, ibu menyusui memeriksakan kehamilan. Penelitian ini tidak menemukan
tidak selalu memerah di pojok ASI, tetapi dapat hubungan bermakna antara dukungan suami dengan
melakukannya di klinik kantor, di ruang kerja, dan di pemberian ASI eksklusif.
mushola. Meski tidak mempunyai hubungan bermana, Stres akibat pekerjaan merupakan hambatan dalam
keberadaan pojok ASI atau ruang laktasi di Kementerian menyusui eksklusif dan mengganggu kesinambungan.
Kesehatan tetap penting. Ruang laktasi tidak digunakan Pimpinan yang tetap menuntut ibu menyusui untuk
semata-mata hanya untuk memerah ASI, tetapi juga bekerja sesuai jam kerja dengan beban kerja yang sama
sebagai tempat penitipan anak bagi ibu pekerja yang berat seperti karyawan biasa dapat menjadi kendala
mambawa anak. Selain itu, di ruang laktasi ini ibu besar untuk mencapai keberhasilan menyusui
menyusui dapat bertemu dengan sesama pekerja un- eksklusif. Penelitian ini tidak menemukan hubungan
tuk berbagi pengalaman sebagai salah satu bentuk yang bermakna antara dukungan pimpinan dengan
dukungan dalam menyusui. pemberian ASI eksklusif. Namun, ini bukan berarti
Pada penelitian ini juga dilakukan analisis pada dukungan atasan atau perusahaan tidak penting.
kelompok ketersediaan fasilitas yang dimiliki/di- Ketentuan tentang dukungan program ASI eksklusif
bawa sendiri oleh ibu pekerja. Hasil uji menemukan di tempat kerja telah diatur dalam PP No. 33 tahun
hubungan bermakna antara ketersediaan fasilitas 2012 pasal 30 tentang Pemberian ASI Eksklusif.
pribadi seperti plastik penyimpan ASI dan alat pendingin Dukungan ini dilaksanakan sesuai dengan peratu-
dengan pemberian ASI eksklusif. ibu pekerja di ran perusahaan antara pengusaha dan pekerja/bu-
Kementerian Kesehatan tidak jarang pergi ke luar kota. ruh atau melalui perjanjian kerja sama antara
Pada wawancara dengan beberapa responden, dike- serikat pekerja/serikat buruh dengan pengusaha.
tahui bahwa saat bertugas ke luar kota, ibu Pengurus tempat kerja dan penyelenggara tempat
menyusui kerap menemui kesulitan memerah dan sarana umum harus menyediakan fasilitas khusus
menyimpan ASI. Kendala terbesar adalah ketika untuk menyusui dan/atau memerah ASI sesuai den-
alat pendingin ASI tidak dapat bekerja optimal ka- gan kondisi kemampuan perusahaan.
rena jarak tempuh yang jauh dalam perjalanan pulang Sebagai bentuk dukungan institusi terhadap program
dari luar kota. menyusui eksklusif, Kementerian Kesehatan sudah
Ibu pekerja yang lama meninggalkan bayi dapat menyediakan ruang laktasi. Namun, responden
301
Kesmas, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 7, No. 7, Februari 2013
merasakan dukungan yang kurang. Pimpinan masih Kementerian Kesehatan tahun 2012 sebesar 62,5%.
me-minta ibu menyusui eksklusif dan tetap bekerja Cakupan ini jauh di atas cakupan nasional ASI
sesuai jam kerja serta ditugaskan ke luar kota. Dalam eksklusif berdasarkan data Riskesdas 2010 sebesar
wawancara dengan responden, terungkap harapan 15,3%. Variabel yang berhubungan dengan dengan
agar selama waktu menyusui eksklusif ibu pekerja pemberian ASI eksklusif pada ibu pekerja adalah sikap
dapat diberikan jam kerja yang lebih fleksibel, yaitu ibu, ketersediaan fasilitas, dan dukungan pengasuh.
dapat datang ke kantor lebih siang dan pulang lebih Sikap ibu merupakan variabel yang paling dominan
cepat untuk menjaga keberhasilan menyusui eksklusif dalam pemberian ASI eksklusif pada ibu pekerja. Ibu
karena tidak semua responden mempunyai ketersedia- yang mempunyai sikap mendukung berpeluang lima
an ASI perah (stok ASI) yang cukup untuk bayi yang kali memberikan ASI eksklusif dibanding ibu yang
ditinggalkan. Harapan lain adalah agar selama proses mempunyai sikap kurang mendukung. Sikap yang
menyusui eksklusif berlangsung, pimpinan tidak menu- menghambat ibu memberi ASI eksklusif adalah
gaskan ibu menyusui eksklusif dinas ke luar kota. persepsi ibu yang merasa sulit memberi ASI saat kem-
Menyusui anak menimbulkan ikatan dan kebersamaan bali bekerja.
antara kaum wanita. Di rumah tangga, penyusuan
yang sukses membutuhkan bantuan orang lain, kera- Saran
bat, atau kenalan yang dapat membantu dalam tugas- Sikap ibu merupakan variabel yang paling dominan
tugas rumah tangga.10 dalam pemberian ASI eksklusif pada ibu pekerja.
Dalam penelitian ini, sekitar 67,3% responden yang Meski sikap melekat pada masing-masing individu,
menyusui eksklusif mendapat dukungan dari pengasuh. tetap diperlukan dukungan dari luar. Dukungan peng-
Orang tua/mertua dan pembantu rumah tangga berperan asuh dan ketersediaan fasilitas yang memadai akan
sebagai pengasuh utama bayi menggantikan ibu selama be- dapat menunjang sikap positif ibu. Kementerian
kerja. Hasil uji statistik menunjukkan terdapat hubungan Kesehatan perlu membuat strategi edukasi bagi para
yang bermakna antara dukungan pengasuh dengan pem- pengasuh agar proses pemberian ASI eksklusif dapat
berian ASI eksklusif. Ini berarti, ibu yang mendapat berjalan lancar. Selain itu, ketersediaan fasilitas juga
dukungan pengasuh berpeluang lebih besar untuk mem- perlu diperhatikan para pimpinan perusahaan dengan
beri ASI eksklusif daripada ibu yang kurang mendapat melengkapi ruang laktasi dengan peralatan sesuai
dukungan pengasuh. Berdasarkan data ini, dapat di- standar kesehatan.
nyatakan bahwa pengasuh merupakan kelompok yang
tidak dapat di-pisahkan dengan keberhasilan menyusui Ucapan Terima Kasih
eksklusif. Penulis menyampaikan rasa terima kasih dan peng-
Dalam penelitian ini tidak ditemukan hubungan hargaan kepada Kementerian Kesehatan Republik
yang bermakna antara dukungan petugas kesehatan Indonesia khususnya Kepala Pusat Komunikasi Publik
dengan pemberian ASI eksklusif. Salah satu bentuk yang telah membantu dalam perizinan hingga proses
dukungan petugas kesehatan yang terbesar adalah pengumpulan data.
dengan memberikan informasi tentang ASI eksklusif
kepada ibu saat hamil dan setelah melahirkan. Pada Daftar Pustaka
penelitian di Kementerian Kesehatan diketahui belum 1. Ramadani M, Hadi EN. Dukungan suami dalam pemberian ASI
semua petugas kesehatan memberi dukungan dalam eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Air Tawar Kota Padang, Sumatera
pemberian ASI eksklusif. Pada penelitian ini, sekitar Barat. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional. 2010; 4 (6): 269-74.
22,7% responden masih mendapat bekal susu for- 2. Rejeki S. Pengalaman menyusui ibu pekerja di daerah Kendal Jawa
mula sepulang dari melahirkan di fasilitas kesehatan Tengah [Tesis]. Depok: Universitas Indonesia; 2004.
dan hanya 7,6% tenaga kesehatan yang melakukan 3. Wulandari E. Pengaruh pendidikan laktasi di tempat kerja terhadap self
kunjungan rumah terkait pemberian ASI eksklusif, efficacy pemberian ASI ekslusif pada pekerja wanita usia subur: studi
padahal dukungan tenaga kesehatan tidak hanya kasus di Chevron Indonesia Bussiness Unit Jakarta [Tesis]. Depok:
penting sebelum melahirkan, tetapi juga setelah Universitas Indonesia; 2010.
melahirkan pada masa nifas kira-kira 6 minggu sete- 4. Fauzie R. Pola menyusui pada ibu pekerja di beberapa wilayah di Jakarta
lah kelahiran bayi. Hasil penelitian ini berbeda dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya [Tesis]. Depok:
dengan penelitian sebelumnya bahwa dukungan pe- Universitas Indonesia; 2006.
tugas kesehatan berhubungan bermakna dengan pem- 5. Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia.
berian ASI eksklusif.1 Pemberdayaan perempuan dalam peningkatan pemberian ASI. Jakarta: 2008
6. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Strategi peningkatan
Kesimpulan makanan bayi dan anak (PMBA). Jakarta: Kemenkes RI; 2010.
Proporsi menyusui eksklusif pada ibu pekerja di 7. Tan KL. Factors associated with exclusive breastfeeding among infants
302
Abdullah & Ayubi, Determinan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu Pekerja
under six months age in Peninsular Malaysia. Int Breastfeeding J [serial Available from: http://search.proquest.com/docview/1045853040/-
on internet]. 2011 6:2 [cited 2012 Mar 13]. A vailable from: fulltextPDF/13BC24C33CF1DBE5C9D/1?accountid=17242
http://www.internationalbreastfeedingjournal.com/content/pdf/1746- 9. Rea MF, Venancio SI, Batista LE, Greiner T. Determinants of the breast-
4358-6-2.pdf. feeding pattern among working mothers in Sao Paulo. J Hum Lacta [se-
8. Ekanem IA, Ekanem AP, Asuquo A, Eyo VO. Attitude of working mothers rial on the internet]. 1999: 15 (3) [cited 2010 Jan 26]. Available from:
to exclusive breastfeeding in calabar municipality, Cross River State, http://www.global-breastfeeding.org/pdf/rea_JHL.pdf
Nigeria. J Food Res [serial on the internet]. 2012; 1 (2) [cited 2012 Jul 12]. 10. Roesli U. Mengenal ASI eksklusif. Jakarta: Trubus Agriwidya; 2009.
303