Anda di halaman 1dari 12

1.

Alor

rumah adat :

pakain ada : Kafate ( kain sarung)


Adalah pakaian adat orang alor yang terbuat dari benang yang dipintal kemudian ditenun
menjadi kain sarung, umumnya kafate sangat beragam motif tergantung dari daerah asal dan
tradisi yang dianut. Kafate juga biasanya dipakai oleh para raja dan penduduk kerajaan namun
sekarang kafate sudah bisa dipakai oleh kaum non kerajaan. Kafate juga biasa digunakan saat
menarikan tarian alor , seperti lego-lego , dll.
Kafate menjadi salah satu budaya yang sangat terkenal di alor.karena keberadaanyalah
dan juga budaya budaya lain membuat alor menjadi terkenal di turis asing maupun turis lokal.
Kafate juga sekarang sudah jarang yang memakai namun , kafate kini telah dilestarikan dengan
cara agar mendorong anak cucu kita untuk selalu melestarikan budaya dan tradisi nenek moyang
yang sudah turun temurun.
Kafate peninggalan kerajaan –kerajaan di alor juga dapat kita lihat di museum 1000
MOKO ,disana kita dapat menjumpai peninggalan zaman dulu yang masih tersimpan dengan
rapi , yang berasal dari daerah daerah alor .
Lagu Daerah : judul lagu: alor nusa kenari

pencipta lagu : mardjuki ulumando

penyanyi : mardjuki ulumando

Tarian Adat : Tari Lego

Tari Lego Lego adalah salah satu tarian tradisional masyarakat di Pulau Alor, Nusa
Tenggara Timur (NTT). Tarian ini biasanya dimainkan oleh penari pria dan wanita secara
masal. Dalam tarian ini mereka menari dengan saling bergandengan dan membentuk formasi
melingkar mengelilingi Mesbah. Tari Lego Lego merupakan salah satu tarian tradisional yang
cukup terkenal di daerah Alor, Nusa Tenggara Timur, dan sering ditampilkan di berbagai acara,
baik acara adat maupun acara pertunjukan.

Asal Mula Tari Lego Lego


Tari Lego Lego merupakan salah satu tarian tradisional yang diwariskan secara turun-
temurun oleh masyarakat Alor dan masih dilestarikan hingga sekarang. Tarian ini awalnya
merupakan tarian yang sering diadakan saat upacara adat atau setelah melakukan kegiatan
bersama sebagai ungkapan rasa syukur dan kegembiraan mereka. Ungkapan rasa syukur tersebut
mereka lakukan dengan mengelilingi Mesbah sambil bergandengan dan menyanyikan lagu-lagu
pujian terhadap Tuhan. Mesbah sendiri merupakan suatu benda yang disakralkan oleh
masyarakat Alor.

Fungsi Dan Makna Tari Lego Lego


Seperti yang dikatakan di atas, Tari Lego Lego merupakan ungkapan rasa syukur dan
kebahagiaan masyarakat terhadap Tuhan. Selain itu dalam tarian ini juga menggambarkan
semangat persatuan dan kebersamaan masyarakat Alor yang terjalin erat melalui sebuah gerak
tarian. Hal ini terlihat dari para penari yang saling bergandengan dan berkumpul menjadi satu
untuk merayakannya bersama tanpa membedakan status sosial, jenis kelamin dan lain
sebagainya.

Pertunjukan Tari Lego Lego


Dalam pertunjukannya, Tari Lego Lego biasanya dimainkan secara masal oleh penari pria
atau wanita. Mereka berkumpul menjadi satu barisan, baik penari pria maupun wanita saling
bergandengan dan membentuk lingkaran yang menjadi ciri khasnya. Dengan dipimpin oleh
seorang pemandu mereka menari sambil menyanyikan lagu-lagu adat dan bergerak mengelilingi
Mesbah.
Untuk gerakan dalam Tari Lego Lego ini tergolong sederhana, Gerakan tersebut biasanya
didominasi oleh gerakan kaki maju-mundur atau ke kanan dan ke kiri. Namun dalam tarian ini
sangat membutuhkan kekompakan dalam menarikannya. Karena apabila tidak kompak maka
suara gelang kaki akan terdengar rancu. Selain itu penari juga bisa terjatuh dan kehilangan
keseimbangan.
Setiap kawasan di daerah Alor biasanya memiliki gaya tersendiri dalam melakukan Tari Lego
Lego, baik dari segi gerakan, lagu, dan pengiringnya. Namun walaupun begitu, mereka tentap
melakukannya dengan cara bergandengan dan menari mengelilingi Mesbah yang menjadi ciri
khas Tari Lego Lego ini.

Pengiring Tari Lego Lego


Dalam tarian ini biasanya dilakukan tanpa musik pengiring dan hanya diiringi oleh
nyanyian serta suara gemerincing gelang kaki mengikuti langkah kaki penarinya. Namun ada
juga beberapa kawasan di daerah Alor yang menggunakan alat musik seperti gong dan moko
sebagai musik pengiringnya.

Kostum Tari Lego Lego


Dalam pertunjukan Tari Lego Lego biasanya para penari menggunakan pakaian adat
mereka. Untuk busana biasanya penari menggunakan kain sarung dan kain tenun khas Alor.
Sedangkan pada bagian kepala penari pria menggunakan penutup kepala yang dibentuk dari
kain, dan rambut penari wanita dibiarkan terurai. Selain itu sebagai atribut menari, penari
dilengkapi dengan gelang kaki yang menghasilkan suara mengikuti langkah kaki para penarinya.

Perkembangan Tari Lego Lego


Sebagai salah satu warisan leluhur, Tari Lego Lego ini masih tetap dilestarikan dan jaga
keberadaannya hingga sekarang. Dalam perkembangannya, tarian ini tidak hanya dilakukan saat
upacara adat saja, namun juga sering ditampilkan berbagai acara seperti penyambutan tamu dan
festival budaya. Hal ini dilakukan sebagai usaha dalam melestarikan dan memperkenalkan
kepada masyarakat luas tentang tradisi dan budaya mereka.

2. Belu
Rumah Adat

Uma: Rumah Adat Kabupaten Belu, NTT

Pakaian adat :

Kain Tenun Kabupaten Belu

Tenun Belu
Tenunan yang dikerjakan oleh wanita Belu termasuk jenis tenunan ikat, tenunan
lotis/sotis dan buna. Tenunan Belu terdiri dari dua bagian besar yaitu : Tais Futus (tenun ikat
bersulam) dan Tais Soru (kain Tenunan).
Sejak dahulu ada perbedaan motif untuk pakaian sehari-hari dan pakaian pesta antara pria dan
wanita. Pakaian sehari-hari untuk pria adalah kain tenun putih polos atau bergaris hitam putih
tanpa rumbagi. Sedangkan untuk wanita memakai kain tenun berwarna hitam. Pakaian pesta bagi
bangsawan adalah tenun ikat Tais lalawar dan untuk orang kebanyakan Tais Lolo Metan
RAGAM MOTIF TENUNAN BELU TERBAGI ATAS dua bagian Yaitu :

1. Motif kaum bangsawan


2. Motif orang kebanyakan

Dilihat dari jenis tenun, maka tenunan belu dikenal

1. Tais surolos (tenunan biasa putih polos) dan Tais nee latek (tenun hitam putih)
2. Tais futus (tenun ikat)
3. Tais foit (tenun cungkil)yang dibagi atas :

- Tais foit dadonan mesak (cungkil satu lidi)


- Tais fot Oa tonan rua (cungkil dua gigi)
- Tais foit Amarasi,dengan motif isin (mata tombak),toke,karau dikur (tanduk kerbau)
- Tais marobo, dengan motif sasuit (sisir) san asu mean (gigi anjing)

Yang dimaksud dengan futus adalah tenunan yang mulanya dari ikatan (merakit gambar melalui
ikatn pada benang maupun cungkilan) dan hasilnya dalam nentuk selendang. Selendang tais
adalah tenunan (yang bisa juga digabung dengan hasil futus sehingga menjadi tenun ikat), atau
langsung memnenun benang polos menjad sarung.
KELENGKAPAN/PERHIASAN PAKAIAN ADAT

1. Untuk wanita memakai sarung,selendang,giwang atau anting-anting dari emas atau perak,
gelang tangan dari perak, manik-manik dari mika atau perunggu,tusuk konde dari emas atau
perak, giring-giring dari perunggu,mata uang emas atau perak dan tempat sirih yang selalu
dibawa.
2. Untuk laki-laki memakai selimut,selempang,ikat kepala atau destar, ikat pinggang dari kulit,
pedang,gelang tangan dari perak dan tempat sirih yang dilengkapi rantai gantungan dari emas
atau perak.

ladu daerah : judul lagu : dansa aperta


pencipta lagu : fredy
penyanyi : fredy
tarian adat : tarian satu ini merupakan tarian tradisional sejenis tarian perang dari daerah Belu,
Nusa Tenggara Timur (NTT). Namanya adalah Tari Likurai.

Apakah Tari Likurai itu?

Tari Likurai adalah tarian tradisional sejenis tarian perang yang khas dari daerah Belu,
Nusa Tenggara Timur (NTT). Tarian ini biasanya dilakukan oleh beberapa penari pria dengan
menggunakan pedang dan penari wanita dengan menggunakan Tihar atau kendang kecil sebagai
atribut menarinya. Tarian Likurai ini merupakan salah satu tarian tradisional yang cukup terkenal
di daerah Belu, Nusa Tenggara Timur, dan sering ditampilkan di berbagai acara seperti
penyambutan tamu penting, upacara adat, pertunjukan seni dan festival budaya.

Sejarah Tari Likurai


Tarian Likurai merupakan salah satu tarian tradisional yang berasal dari daerah Belu,
Nusa Tenggara Timur. Tarian ini awalnya merupakan tarian yang sering ditampilkan untuk
menyambut para pahlawan yang pulang dari medan perang. Konon pada zaman dahulu di daerah
Belu terdapat tradisi memenggal kepala musuh. Sehingga ketika mereka pulang dari medan
perang selalu membawa kepala musuh yang dikalahkannya sebagai simbol keperkasaannya.
Untuk merayakan kemenangan tersebut, biasanya ditampilkan Tari Likurai sebagai tarian
penyambutan. Tarian ini merupakan ungkapan rasa syukur dan kegembiraan masyarakat akan
kemenangan yang mereka dapatkan dan kembalinya pahlawan dengan selamat. Namun setelah
era kemerdekaan, tradisi penggal kepala tersebut dihapuskan. Walaupun begitu, Tari Likurai ini
masih dipertahankan oleh masyarakat Belu dan masih sering ditampilkan untuk upacara adat,
penyambutan tamu penting, bahkan pertunjukan seni dan budaya.

Fungsi Dan Makna Tari Likurai


Pada saat ini Tari Likurai lebih difungsikan sebagai tarian penyambutan para tamu
penting yang datang ke sana. Tarian ini dilakukan sebagai wujud penghormatan masyarakat
dalam menyambut kedatangan tamu tersebut. Selain itu tarian ini juga menggambarkan
ungkapan rasa syukur dan gembira masyarakat dalam menyambut tamu mereka.

Pertunjukan Tari Likurai


Dalam pertunjukannya Tari Likurai ditampilkan oleh para penari wanita dan penari pria.
Jumlah penari biasanya terdiri dari 10 orang atau lebih penari wanita dan dua orang penari pria.
Dalam Tari Likurai ini penari wanita menggunakan pakaian adat wanita dan membawa Tihar
(kendang kecil)untuk menari. Sedangkan penari pria juga menggunakan pakaian adat pria dan
membawa pedang sebagai atribut menarinya.
Dalam Tari Likurai ini gerakan penari pria dan penari wanita berbeda. Gerakan penari
wanita biasanya didominasi oleh gerakan tangan memainkan kendang dengan cepat dan gerakan
kaki menghentak secara bergantian. Selain itu penari juga menari dengan gerakan tubuh yang
melenggak-lenggok ke kiri dan ke kanan sesuai irama. Gerakan penari wanita ini cukup sulit,
selain harus bergerak menari penari juga harus berkonsentrasi memainkan kendang dan menjaga
agar irama yang dimainkan tetap sama dengan penari lainnya.
Sedangkan gerakan penari pria biasanya didominasi oleh gerakan tangan memainkan
pedang dan gerakan kaki menghentak sesuai irama. Selain itu penari pria juga sering melakukan
gerakan seperti merunduk dan berputar-putar sambil memainkan pedang mereka. gerakan penari
pria ini juga cukup sulit karena selain menari, penari juga harus menyesuaikan hentakan kakinya
dengan irama musik.

Pengiring Tari Likurai


Dalam pertunjukan Tari Likurai biasanya tidak menggunakan musik pengiring apapun.
Suara musik yang digunakan biasanya berasal dari suara kendang kecil yang dimainkan oleh
penari wanita dan suara giring-giring yang dipasang di kaki penari. Selain itu suara teriakan para
penari pria yang khas juga membuat tarian ini semakin meriah dan kesan tarian perang juga
sangat terasa.

Kostum Tari Likurai


Kostum yang digunakan penari Tari Likurai biasanya merupakan kostum adat. Para
penari wanita biasanya dibalut dengan kain sarung panjang yang menutupi tubuh mereka dari
dada sampai kaki. pada bagian rambut biasanya dikonde dan menggunakan ikat kepala khas
Belu. Selain itu penari juga menggunakan berbagai aksesoris seperti gelang serta kalung yang
khas, dan membawa kendang kecil yang digunakan untuk menari.
Sedangkan penari pria biasanya menggunakan baju lengan panjang pada bagian atas dan
menggunakan kain sarung pada bagian bawah. Pada bagian kepala, penari pria juga
menggunakan ikat kepala yang khas dari Belu. Untuk menari, biasanya penari pria membawa
pedang pada tangan kanan dan sarung pedang di tangan kiri.

Perkembangan Tari Likurai


Tari Likurai merupakan salah satu tarian tradisional yang masih dilestarikan dan
dikembangkan oleh masyarakat Belu, NTT. Dalam perkembangannya, berbagai variasi dan
kreasi juga sering ditambahkan, baik dalam segi gerak, kostum dan penyajian tariannya. Hal ini
dilakukan agar terlihat lebih menarik, namun tidak meninggalkan ciri khasnya.
Walaupun sudah tidak digunakan sebagai tarian perang, tarian ini masih sering ditampilkan
dalam berbagai acara seperti penyambutan tamu penting, upacara adat, perayaan, pertunjukan
seni, dan festival budaya. Hal ini dilakukan sebagai usah melestarikan serta memperkenalkan
kepada gerasi muda dan masyarakat luas akan tradisi budaya yang mereka miliki.
3. Ende
Rumah adat :

Rumah adat Wologai

Pakain Adat :

lagu Daerah : judul lagu : sauna kota ende


pencipta lagu : bobby tunya
penyanyi : bobby tunya
lagu daerah : Tarian tradisional satu ini merupakan tarian yang dilakukan secara masal di Ende,
Flores, Nusa Tenggara Timur. Namanya adalah Tari Gawi.
Apakah Tari Gawi itu?
Tari Gawi adalah tarian tradisional yang dilakukan secara masal di Ende, Flores, Nusa
Tenggara Timur (NTT). Tarian ini merupakan salah satu tarian adat masyarakat suku Ende Lio
sebagai ungkapan rasa syukur atas segala berkat dan rahmat yang diberikan oleh Tuhan kepada
mereka. Dalam pertunjukannya Tari Gawi dilakukan secara masal dengan saling berpegangan
tangan dan membentuk formasi seperti lingkaran yang menjadi ciri khas tarian ini. Tari Gawi
sering ditampilkan dalam upacara seperti saat selesai panen, pembangunan rumah adat,
pengangkatan kepala suku dan acara adat lainnya.

Asal Mula Tari Gawi


Tari Gawi ini merupakan salah satu tarian suku Ende Lio yang tertua dan sudah ada sejak
jaman leluhur mereka dulu. Menurut sumber sejarah yang ada, tarian ini sejak dulu sering
ditampilkan dalam upacara adat atau ritual adat masyarakat Ende Lio. Tari Gawi ini biasanya
ditampilkan di bagian akhir acara sebagai penutup dan merupakan ungkapan rasa syukur atas
berkat dan rahmat yang diberikan oleh Tuhan kepada mereka. Nama Tari Gawi ini berasal dari
dua kata yaitu “Ga” yang berarti segan/sungkan dan” Wi” yang berarti menarik. Tari Gawi juga
dapat diartikan menyatukan diri.

Fungsi Dan Makna Tari Gawi


Seperti yang dikatakan di atas, tarian ini memiliki fungsi sebagai ungkapan rasa syukur
dan penghormatan masyarakat terhadap tuhan. Selain terdapat nilai spiritual dan nilai historis,
dalam tarian ini juga kaya akan nilai filosofis. Salah satunya dilihat dari bentuk tarian, dimana
para penari saling berpegangan tangan dan membentuk lingkaran. Dalam hal ini menggambarkan
bagaimana rasa persatuan, kebersamaan dan persaudaraan yang terjalin di antara mereka begitu
erat.

Pertunjukan Tari Gawi


Dalam pertunjukannya Tari Gawi dilakukan secara masal baik kaum laki-laki maupun
perempuan. para penari tersebut membuat suatu formasi melingkar dengan mengelilingi Tubu
Busu. Dalam formasi tersebut para penari laki-laki berada di depan atau bagian dalam,
sedangkan penari perempuan di belakang atau bagian luar. Namun ada kalanya penari
perempuan membuat formasi setengah lingkaran. Formasi tersebut tentunya memiliki arti
tersendiri.
Gerakan tarian ini cukup sederhana karena saling bepegangan tangan, sehingga
gerakannya lebih didominasi gerakan kaki maju, mundur, ke kiri dan ke kanan secara bersamaan.
Sedangkan gerakan tangan hanya diayun-ayunkan.
Dalam tarian ini juga dipimpin oleh seorang disebut Eko Wawi atau Ata Sodha yang
memimpin tarian dan menyanyikan syair. Selain itu di dalam barisan para penari juga terdapat
pemimpin tarian yang disebut Ulu. Dalam pertujukan Tari Gawi biasanya tidak menggunakan
musik pengiring, namun hanya diiringi oleh syair yang dibawakan oleh Ata Sodha. Hal ini
mungkin karena merupakan tarian yang sakral, sehingga dapat dilakukan secara hikmat.

Kostum Tari Gawi

Kostum yang digunakan para penari dalam pertunjukan Tari Gawi biasanya merupakan pakaian
adat. Untuk penari laki-laki biasanya menggunakan kaos berwarna putih dan sarung. Selain itu
juga menggunakan kain tenun dan destar (ikat kepala). Sedangkan untuk penari perempuan
biasanya menggunakan baju khas ende, sarung ikat, dan tenun.

Perkembangan Tari Gawi


Walaupun merupakan salah satu tarian tertua di Ende Lio, Tari Gawi masih
dipertahankan dan dilestarikan oleh masyarakat di sana. Hal ini terbukti dengan masih sering
dipertunjukannya tarian ini di acara adat yang digelar di sana. Dalam perkembangannya, tarian
ini tidak hanya menjadi bagian dari ritual, namun juga bisa menjadi suatu hiburan atau
pertunjukan seni. Dalam perkembangan tersebut, para seniman juga sering menambahkan
beberapa variasi, baik dari segi gerakan maupun musik agar lebih menarik. Hal ini tentu
dilakukan sebagai usaha melestarikan tradisi dan budaya, agar tidak tenggelam seiring dengan
jaman yang semakin modern ini.

4 . flores timur
rumah adat :

Anda mungkin juga menyukai