Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Seperti kita ketahui bahwa angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi masih
sangat tinggi di negara ASEAN dan penurunannya sangat lambat.Rencana startegi
DEPKES tahun 2005 -2009 telah ditetapkan target penurunan angka kematian bayidari 35
menjadi 26/1000 kelahiran hidup dan angka kematianibudari 307 mnenjadi 226/100
kelahiran hidup pada tahun 2009. Pemerintah telah bertekat untuk menurunkan AKI pada
tahun 2010 menjadi 125/100000 kelahiran hidup.Untuk mencapai target tersebut
diperlukan suatu strategi yang handal peran serta seluruh lapisan masyarakat. Pada
konfrensi tingkat tinggi perserikatan bangsa-bangsa padatahun 2000 disepakati bahw
aterdapat 8 tujuan pembanguna nmilenum (MDGS) pada tahun 2015.Dua diantara tujuan
sasaran dan indicator yang terkait dengan kesehatan ibu bayi dan anak yaitu:
1. Mengurangi angka kematian bayi dan balita sebesar 2/3 dari AKB pada tahun 1990
menjadi 20 dari 25/1000 kelahiranhidup.
2. Mengurangi angka kematian ibusebesar 3/4 dari AKI pada tahun 1990 dari 307
menjadi 125/100.000 kelahiran hidup. Meskipun tampaknya target tersebut cukup tinggi
namun tetap dapat dicapai apabila dilakukan upaya terobosan yang inovatif untuk
mengatasi penyebab utama kematian tersebut yang didukung kebijakan dan system
yang efekif dalam mengatasi berbagai kendala yang timbul selama ini. Penyebab utama
kematian ibu di Indonesia adalah perdarahan (30%), eklamsi (25%), infeksi (12%), dan
abortus (5%). Sedangkan penyebab utama kematian bayi adalah BBLR (25%), asfiksia
(27%), daninfeksi (20%). Pelayanan obstertri dan neonatal regional merupakan upaya
penyedian pelayanan bagi ibu dan bayi baru lahir secara terpadu dalam bentuk PONEK
di rumah sakit.
Standar operasional kebidanan adalah bagian dari pelayanan kesehatan di rumah sakit
secara keseluruhan dalam kegiatan teknis pelayanan kebidanan diperlukan prosedur
yang terstandar agar pelayanan yang diberikan dapat terukur dan tepat guna sehingga
penyimpangan-penyimpangan yang tidak diharapakan dapat dihindari seminimal
mungkin.Tentunya juga didukung oleh tenaga kebidanan yang terampil dan profesional.
Pelayanan kebidanan berkualitas diruang Obgyn merupakan salah tujuan yang ingin
dicapai sehingga pelayanan prima yang menjadi Misi di RS.StellaMarisserta menjadi
rumah sakit terbaik di Sulawesi Selatan dapat diraih pula.
BAB II
GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT

A. DATA DASAR RS. STELLA MARIS TAHUN 2011


1. Nama Rumah Sakit : RS. Stella Maris
2. Pemilik : Tarekat Soc. JMJ – Indonesia
3. Penyelenggara : Yayasan Ratna Miriam
4. Direktur : dr. Thomas Soharto, MMR
5. Status Kepemilikan : Swasta Katolik
6. Kategori : Rumah Sakit Umum
7. Type/Kelas : B / Utama
8. Nomor Kode R.S :7371063
9. Tanggal Didirikan : 8 Desember 1938
10. Diresmikan : 22 September 1939
11. Kegiatan dimulai : 7 Januari 1940
12. Surat Ijin Penyelenggaraan:
a. Nomor : H.K.07.06/III/4034/08
b. Tanggal : 7 Nopember 2008 – 7 Nopember 2013
c. Oleh : Dirjen YanMedik Departemen Kesehatan RI
d. Status : Ijin Tetap-Perpanjangan (5 tahun)
13. Surat Ijin Pemakaian Radiasi (X-Ray):
a. Toshiba (Mobile) : 02088.1.204.00000.190711
b. Hitachi (Fluoroskopi) : 005024.1.204.00000.190711
c. Siemens Polymobil Plus : 020.889.1.204.00000.190711
d. Dari : Badan Pengawas Tenaga Nuklir
e. Masa Berlaku : 2 (dua) tahun
14. Sertifikat Akreditasi:
a. Yang baru : Sementara dalam proses
b. Yang lama
1) Nomor : YM.00.03.3.5.8728
2) Tanggal : 10 September 1998
3) Status : Akreditasi Penuh
4) Dari : Depertemen Kesehatan RI
5) Masa berlaku : 3 (tiga) tahun
15. Alamat: Jl. Somba Opu No. 273, Kelurahan Losari, Kecamatan Ujung Pandang, Kota
Makassar, Propinsi Sulawesi Selatan, Kode Pos 90001
16. Telepon : (0411) 854-341, 871-391, 873-346
17. Faximile : (0411) 859-545
18. Email : stellamarismks@yahoo.co.id
19. Luas tanah : 1,99537 ha
20. Luas Bangunan : 14.658 m2
21. Sumber Air Bersih :
a. Air PAM, kapasitas 5 liter/detik
b. Air tanah (dangkal)
22. Sumber Tenaga Listrik:
a. PLN, kapasitas 3 x 335 KVA
b. Generator, kapasitas 3 x 125 KVA
23. Kapasitas TT Rumah Sakit

B. HISTORICAL RS. STELLA MARIS


Terbentuknya RS. Stella Maris bermula dari nilai Kasih yang tulus dan
membuahkan cita-cita luhur yang membuat keprihatinan dan kepedulian akan penderitaan
orang-orang kecil yang kurang mampu. Oleh karena itu, sekelompok Suster JMJ
Komunitas Rajwali mewujudkan kasih dan cita-cita tersebut ke dalam suatu rencana
untuk membangun sebuah Rumah Sakit Katolik yang berpedoman pada nilai-nilai Injil.
Dalam perkembangannya, Rumah Sakit Stella Maris Makassar memiliki 6 masa
lintasan dalam sejarah Rumah Sakit Stella Maris. Adapun 6 masa yang dimaksud adalah
sebagai berikut:
1. Masa Pembangunan (1938-1939)
Masa ini lebih merupakan masa awal berdirinya RSSM yang diawali dengan
pembelian sebidang tanah oleh suster JMJ (Jesus-Maria-Josef) di jalan Strandsweg
(Penghibur), jalan Datuk Museng, dan Arensweg (Lamadukelleng). Tanah ini dibeli
dari De Heer de Munnik. Selanjutnya dilakukan pembangunan Rumah Sakit, dan
akhirnya pada 22 September 1939, Rumah Sakit ini diresmikan yang ditandai dengan
peresmian Gedung “R.K.Z” (Room Katoliek Ziekenhuis) atau Rumah Sakit Katolik
“Stella Maris”, dengan kapasitas 40 tempat tidur, masing-masing 20 untuk penderita
kurang mampu dan 20 untuk penderita yang mampu.
2. Masa Pertumbuhan (1939-1942)
Pada masa ini, Rumah Sakit Stella Maris dikelola secara sangat sederhana dengan
fasilitas yang masih minim. Bahkan pada masa ini, belum ada Direktur Rumah Sakit.
Untuk pelayanan, Rumah Sakit masih perlu mendatangkan dr. Smit dan perawatnya
dari Rumah Sakit Tentara. Pada masa ini, masyarakat mulai mengenal Rumah Sakit
ini sebagai “R.K.Z” (Room Katoliek Ziekenhuis) atau Rumah Sakit Katolik “Stella
Maris”.
3. Masa Pendudukan (1942-1945)
Pada masa ini, Rumah Sakit Stella Maris dikuasai oleh Tentara Jepang, sehingga
namanya diganti menjadi “Makassar Minseibo Bioing” (Rumah Sakit Daerah
Makassar). Meskipun demikian, fungsinya masih tetap untuk melayani masyarakat,
bahkan berfungsi juga sebagai temapt pendidikan perawat. Selain itu, pada masa ini
Rumah Sakit Stella Maris telah dilengkapi dengan bagian-bagian seperti: Bedah
Umum, Gynekologi, Interna, dan THT. Namun demikian, masa inilah merupakan
satu-satunya masa yang menegangkan, karena para perawat dan pegawai Rumah Sakit
tidak dapat bekerja dengan tenang dan aman karena berada di bawah kekejaman
perang yang sewaktu-waktu dapat merenggut nyawa. Selama masa pendudukan yang
menegangkan ini, Rumah Sakit berada di bawah kepemimpinan dr. Azzuma yang
berkebangsaan Jepang.
4. Masa Peralihan (1945-1947)
Pada masa ini, manajemen Rumah Sakit Stella Maris beralih dari Jepang ke tentara
sekutu di bawah kendali Pemerintah Hindia Belanda, dengan pimpinan dr. HAPC
Oomen. Rumah sakit ini sempat harus menampung para mantan tawanan Jepang
(interneren) dari bangsa, lapisan dan usia. Mereka umumnya diserang penyakit beri-
beri, disentri dan lain-lain. Beberapa diantaranya tidak sanggup berjalan dan terpaksa
merangkak seperti anak kecil. Namun demikian, untuk tetap memberikan pelayanan
yang baik, perlengkapan Rumah Sakit ditata kembali dan dilengkapi, antara lain:
tempat tidur, meubelair, alat tenun, verband, instrument, obat-obatan dan lain-lain.
5. Masa Perjuangan Untuk Pengembalian (1947-1948)
Masa perjuangan pengembalian yang dimaksud adalah pengembalian Rumah Sakit
Stella Maris dari Pemerintah c.q. Departemen Kesehatan NIT kepada para suster JMJ.
Perjuangan pengembabalia Rumah Sakit Stella Maris kepada para suster JMJ. Pada
masa ini, Rumah Sakit Stella Maris masih dipimpin oleh dr. HAPC.Oomen.
6. Masa Pembenahan dan Pengembangan (1948-Kini)
Pada masa ini, untuk mempertahankan eksistensi Rumah Sakit Stella Maris,
pengadaan tenaga-tenaga pun dilakukan antara lain dengan cara pemberian bea siswa,
dan mendirikan sekolah keperawatan yang dikelola oleh Rumah Sakit sendiri. Selain
itu, untuk memperlancar pelayanan kepada pasien, yayasan mendirikan asrama
pegawai dalam kompleks Rumah Sakit, sehingga perawat selalu siap setiap saat bila
dibutuhkan. Kapasitas Rumah Sakit berangsur-angsur ditingkatkan. Demikian halnya
dengan pengadaan berbagai fasilitas medic yang sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam bidang kedokteran. Tradisi “dokter jaga Rumah
Sakit” mulai dirintis sejak tahun 1965. Pada masa ini , dr. J. L. Makaleuw menjadi
direktur rumah sakit Stella Maris terlama, yakni sejak tahun 1948 -1987, kemudian
dilanjutkan oleh dr. Piet Nara (1987-2003), dr. Victor Trigno (2003-2008) dan dr.
Thomas Soharto, MMR (2008-sekarang).
Dalam pemberian pelayanan kesehatan, Rumah Sakit Stella Maris Makassar
tetap memperhatikan fungsi sosialnya dengan ikut berperan serta dalam program
Pemerintah, yaitu Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM),
meskipun sekarang ini Rumah Sakit Stella Maris memiliki orientasi profit, mengingat
statusnya sebagai salah satu Rumah Sakit Swasta di Makassar.
BAB III
VISI, MISI, FALSAFAH, TUJUAN
VISI, MISI, DAN TUJUAN

1. VISI
Pada Tahun 2015 tercapainya Tujuan Pembangunan Millenium (Millenium
Development Goals) yaitu:
Mengurangi Angka Kematian Bayi dan Balita sebesar dua pertiga dari AKB pada
tahun 1990 menjadi 20 dari 25/1000 kelahiran hidup
Mengurangi Angka Kematian Ibu sebesar tiga per empat dari AKI pada tahun 1990
menjadi 125/100.000 kelahiran hidup
2. MISI
Menyelenggarakan Pelayanan Obstetri dan Neonatal yang bermutu melalui
standarisasi Rumah Sakit PONEK 24 jam dalam rangka menurunkan Angka Kematian
Ibu dan Angka Kematian Bayi di Indonesia
3. TUJUAN
1. Adanya kebijakan Rumah Sakit dan dukungan penuh manajemen dalam pelayanan
PONEK
2. Terbentuknya Tim PONEK Rumah Sakit
3. Tercapainya Kemampuan teknis Tim PONEK sesuai standar
4. Adanya koordinasi dan sinkronisasi antara pengelola dan penanggung jawab
program pada tingkat kabupaten/kota, provinsi dan pusat dalam manajemen
program PONEK.
BAB IV
STRUKTUR ORGANISASI RUMAH SAKIT

BAB V
STRUKTUR ORGANISASI TIM PELAYANAN PONEK

Staf Medis
Ketua Tim PONEK
Pelaksanaan PONEK

Sekretaris Tim
PONEK

Pelayanan Pelayanan Pelayanan Penyuluhan


Rawat Gabung PONEK
Maternal Neonatal

BAB VI

URAIAN JABATAN
PONEK merupakan program menurunkan angka kematian ibu dan bayi (maternal neonatal)
dan meningkatkan pelayanan Ibu dan Bayi yang mempunyai masalah komplikasi persalinan
dan kelahiran kurang bulan sangat diperlukan, sehingga diperoleh dukungan faktor
keterampilan tenaga kesehatan khususnya PONEK serta pelayanan kesehatan ibu dan bayi
yang berkualitas di Rumah Sakit.

Oleh karena itu, kelancaran proses pelayanan kesehatan PONEK 24 jam yidak lepas dari
peran para penanggung jawab didalam mengatur proses kelancaran tugas yang bertujuan
untuk:

1. Mendapatkan perumusan tugas pokok dan fungsi dari setiap unit kerja, sehingga tidak
terjadi duplikasi, tumpang tindih, kekaburan wewenang wewenang dan
pertanggungjawaban serta menghindari terjadinya pemborosan waktu dan tenaga.
2. Supervisi dan pengawasan dapat berjalan dengan semestinya dan mudah dilaksanankan
3. Hubungan kerja sama antara unit kerja yang satu dengan yang lain, baik secara structural
maupun ditingkatkan pelaksana menjadi jelas/tidak kabur.
4. Terjadi hubungan kerja sama yang baik antara satu unit kerja yang satu dengan yang lain
dengan memperhatikan prinsip koordinasi, integrasi dan sinkronisasi.
Dengan memperhatikan seluruh manfaat seperti yang telah diuraikan diatas, maka
uraian tugas setiap penanggung-jawab dan pelaksana didalam melaksanakan tugasnya
adalah sebagai berikut :

Nama Jabatan KETUA TIM PONEK

Pengertian Pelayanan Emergency Maternal dan Neonatal

Persyaratan A. Pendidikan:
 SpOG
Tanggung Secara struktural bertanggung jawab kepada TIM PONEK terhadap:
jawab
 Kebenaran dan ketepatan rencana kerja Ketua Tim.
 Kebenaran dan ketepatan laporan kegawatdaruratan
 Kebenaran dan ketepatan kebutuhan anggaran PONEK

Wewenang Dalam melaksanakan tugasnya Kepala Ketua Tim mempunyai


wewenang sebagai berikut:

 Meminta informasi dan pengarahan kepada kepada anggota


 Memberi pengarahan dan bimbingan dalam pemberian
pelayanan kegawatdaruratan
 Memberi pengarahan terhadap pelatihan.
 Mengkoordinasikan, mengawasi, mengendalikan, dan menilai
mutu anggota tim.
 Menandatangani surat dan dokumen yang ditetapkan menjadi
wewenang Ketua Tim

Uraian Tugas A. Melaksanakan fungsi perencanaan dengan cara:


 Merencanakan dan menyusun serta menetapkan sistematika
pelayanan kegawatdauratan
 Merencanakan dan menyusun serta menetapkan sistematika
pengembanganpelatihan anggota tim PONEK.
 Merencanakan dan menyusun serta menetapkan sistematika
Anggaran PONEK.
B. Melaksanakan fungsi penggerakan dan pelaksanaan dengan cara:
 Menyusun rencana strategi jangka panjang dan jangka
pendek wadir keperawatan.
 Menyusun program kerja PONEK
 Melaksanakan rapat koordinasi anggota tom PONEK.
C. Melaksanakan fungsi pengawasan dan evaluasi
 Mengevaluasi mutu pelayanan kegawatdaruratan Maternal
dan Neonatal.
BAB VII
TATA HUBUNGAN KERJA

PONEK

UGD

KAMAR KAMAR OPERASI ICU - ICCU


BERSALIN

LABORATORIUM

Keterangan :
Pasien Pelayanan Eemergency Maternal dan Neonatal masuk melalui UGD, setelah dokter
Ugd memeriksa keadaan umum pasien maka keluarga pasien di anjurkan untuk memBuat
status rawat inap lalu setelah itu perawat UGD akan mengantar pasien ke ruangan yg terkait
seperti Kamar Bersalin, Kamar Operasi, dan ICU - ICCU

BAB VIII

POLA KETENAGAAN DAN KUALIFIKASI PERSONIL

NO Jenis Tenaga Tugas Jumlah

1 Dokter Spesialis Obstetri Penanggung jawab


dan Ginekology pelayanan kesehatan
1
Maternal dan Neonatal

2 Dokter Spesialis Anak Pelayanan kesehatan


neonatal
1

3 Dokter Anastesi Pelayanan Anastesi 1

4 Bidan Koordinatot Koordinator asuhan


pelayanan kesehatan
1

5 Bidan Pelaksana Pelayanan asuhan


kebidanan
2

6 Petugas Laboratorium Pelayanan pemeriksaan


penunjang
1
BAB IX
KEGIATAN ORIENTASI

Dalam menjalankan aktivitas usahanya, organisasi atau perusahaan harus mampu


bersifat dinamis. Hal ini mengandung pengertian bahwa perusahaan harus senantiasa mampu
beradaptasi dengan segala keadaan yang terjadi, dan atau mungkin terjadi dalam lingkungan
usahanya. Demikian pula halnya dengan Rumah Sakit, dimana dalam menjalankan aktivitas
usahanya Rumah Sakit senantiasa dapat bersifat ‘dinamis’ terhadap perubahan pola penyakit
di lingkungan masyarakat, perilaku konsumen dalam memperoleh pelayanan kesehatan,
kebijakan pemerintah dalam pelayanan kesehatan, dan perkembangan Ilmu Pengetahuan &
Teknologi, baik dalam pelayanan medis maupun yang bersifat penunjang dalam aktivitas
pelayanan di Rumah Sakit.
Dengan demikian, Rumah Sakit memerlukan adanya pengembangan
kapabilitas untuk Sumber Daya Manusia yang dimilikinya untuk menghadapi segala
perubahan yang dapat terjadi, khususnya terkait dalam pelayanan kesehatan. Pengembangan
tersebut dapat dilakukan melalui program Pendidikan dan Pelatihan yang diselenggarakan
oleh Rumah Sakit sesuai dengan kebutuhan dari setiap unit pelayanan, terkait dengan
perubahan-perubahan yang terjadi.
Dalam rangka mempersiapkan sumber daya manusia di Ruang Perawatan Rumah Sakit Stella
Maris dipandang perlu untuk memberikan orientasi/ pengenalan berbagai macam hal kepada
pegawai baru yang akan bekerja di Ruang Perawatan. Bimbingan orientasi dilakukan dalam
jangka waktu tertentu secara kontinu.
Kegiatan orientasi pegawai yang baru betugas di ruang perawatan Rumah Sakit Stella Maris agar
dalam menjalankan tugasnya selalu sesuai dengan prosedur yang berlaku meliputi :
WAKTU MATERI INSTRUKTUR

Minggu I  Ucapan Selamat Datang di Ruang Ketua Tim PONEK


Perawatan
dan II
 perkenalan dengan TIM PONEK
 tujuan PELAYANAN PONEK
 Struktur organisasi PELAYANAN
PONEK
 Tujuan, Visi dan Misi TIM PONEK

BAB X

RAPAT

A. Pengertian

Rapat merupakan suatu pertemuan yang terdiri dari beberapa orang yang memiliki
kepentingan an dan tujuan yang sama untuk membicarakan atau memecahkan suatu
masalah tertentu.

B. Tujuan

i. Umum :

Dapat membantu terselenggaranya pelayanan PONEK

ii. Khusus :

a. Dapat menggali segala permasalahan terkait dengan pemberian pelayanan PONEK


b. Dapat mencari jalan keluar atau pemecahan permasalahan yang terkait dengan
pelayanan PONEK

C. Kegiatan Rapat

I. Pertemuan Harian:
a. Membentuk Tim PONEK
b. Membuat Program pelayanan kegawatdaruratan.
c. Membuat buku Panduan
d. Membuat SPO PONEK
E. Membuat Anggaran PONEK
BAB XI

PELAPORAN

A. Pengertian

Pelaporan merupakan sistim atau metode yang dilakukan untuk melaporkan


segala bentuk kegiatan yang ada terkait dengan pemberian pelayanan
kegawatdaruratan

B. Jenis Laporan
Laporan dibuat oleh kepala ruang. Adapun jenis laporan yang dikerjakan terdiri dari
1. Laporan Bulanan/Tahunan
a. Laporan pelayanan kegawatdaruratan:
1. Mal Posisi
2. Abortus
3. Pre-Eklamsia/Eklamsi
4. BBLR
5. KET
6. Asfiksia
BUKU

PEDOMAN PERORGANISASIAN

BAGIAN MELLENIUM DEVELOPMENT GOLS

Disusun Oleh :

MDG’S

RUMAH SAKIT STELLA MARIS


MAKASSAR

2015

Anda mungkin juga menyukai