Tis Rita
Tis Rita
Dalam bioindustri, kultur in vitro telah menjadi metode perbanyakan yang potensial
perbanyakan produksi dari suatu subjek . Propagasi in vitro telah terbukti sebagai metode
paling efektif dalam produksi tanaman degan skala besar dan memanfaatkan area yang
sedikit (Georgieva, Tsvetkov, Georgieva, & Kondakova, 2016). medium liquid pada
pengkulturan memberikan kontak yang lebih dekat dan menyeluruh dari nutrisi terhadap
kultur, dapat dilakukan penggantian medium tanpa penggantian selang, sterilisasinya dapat
dilakukan dengan ultrafiltrasi dan lebih mudah untuk dilakukan scale up daripada medium
solid (Watt, 2012)
TIS RITA
- Keuntungan menggunakan tis rita > dihubungkan dengan frekuensi dan intensitas
perendaman
cons
No nutrient medium renewal;
No forced ventilation and CO2 enrichment
Pros
Simple automation;
Reliable operation;
Easy to handle;
Unified organization of internal elements;
High headspace humidity in growth chamber; Compact space for apparatus accommodation
Sterilisasi : Autoclavable
- Swelling coefficient
Penentuan swelling factor dari biji perlu untuk mengevaluasi sampelnya. Swelling factor
akan menunjukkan perbedaan komposisi dari tiap biji. Terdapat beberapa factor yang
diteliti mempengaruhi swelling coefficient (Killedar, More, Nadaf, & Pishawikar, 2016)
1. Volume solvent
2. Sifat solvent
3. Agitasi
4. Temperature
5. Kuantitas biji
Teori Dasar
- Sistem Perendaman Temporer dan Bioreaktor Tis Rita (pengertian, proses sistem,
frekuensi dan intensitas perendaman)
Prinsip dari TIS adalah perendaman materi tanaman pada media tumbuh liquid untuk
waktu yang pendek dengan interval tertentu. Perendaman ini cukup untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi tanaman (Gerigieva et al, 2016).
Salah satu model bioreactor yang paling popler adalah system RITA yang pertama
dikenalkan oleh alvard et al pada tahun 1993 . Sistem ini terdiri dari sebuah container
dengan 2 kompartemen yang diletakkan bertumpukan. Materi tanaman ditempatkan pada
kompartemen atas dan medium dibagian bawah. (Akhmad, 2016)tanaman kemudian
dilakukan dengan pengaplikasian tekeanan udara pada kompartemen bawah sehingga tinggi
permukaan medium meningkat hingga menyentuk kultur. Tekanan udara yang diberikan
juga berfungsi sebagai ventilasi udara selama proses. Air yang berlebih akan keluar dari
container melalui selang ventilasi yang dihubungkan dengan filter (Geirgieva, 2016).
- Imbibisi dan perkecambahan, serta kejadian yang terjadi (fisis, kimia, dan biologis)
Penyerapan air oleh biji dari tanah mengikuti gradient dari potensial air. Pada bagian tanah,
potensial ini biasanya di dominasi oleh gaya matriks , sedangkan pada bagian biji yang
kering, potensial air dipengaruhi komponen matrik dan osmotic (Meyer, Steudle, &
Peterson, 2006)
Keberhasilan mikropropagasi pada TIS bergantung pada: 1. Volume container kultur dan
media liquid yang berhubungan dengan biomassa eksplan, 2. Cara atau intensitas
perendaman, 2. Efek yang muncul dari perubahan parameter-parameter sebelumnya
terhadap satu sama lain (Watt, 2012).
- Swelling koefisien (hubungkan dengan ekstensive properties)
Penentuan swelling factor dari biji perlu untuk mengevaluasi sampelnya. Swelling factor
akan menunjukkan perbedaan komposisi dari tiap biji. Terdapat beberapa factor yang
diteliti mempengaruhi swelling coefficient (Killedar, More, Nadaf, & Pishawikar, 2016)
6. Volume solvent
7. Sifat solvent
8. Agitasi
9. Temperature
10. Kuantitas biji
Specific gravity merupakan rasio dari densitas suatu solid atau liquid terhadap densitas air
pada 4 derajat celcius. Specific gravity dapat juga diartikan sebagai rasio dari densitas gas
terhadap densitas udara kering pada temperature dan tekanan standar. Nilai ini tidak
berdimensi. (Rouse, 2005)
Bibliography
Watt, M. P. (2012). The status of temporary immersion system (TIS) technology for plant
micropropagation. African Journal of Biotechnology.
Georgieva, L., Tsvetkov, I., Georgieva, M., & Kondakova, V. (2016). NEW PROTOCOL FOR IN
VITRO PROPAGATION OF BERRY PLANTS BY TIS BIOREACTOR. Bulgarian Journal of
Agricultural Science.
Meyer, C. J., Steudle, E., & Peterson, C. A. (2006). Pattern and kinetics of water uptake by
soybean seeds. University of Waterloo.
Killedar, S. G., More, H., Nadaf, S., & Pishawikar, S. (2016). Optimization of Method for
Determination of Swelling Factor of Ispaghula Seeds. Journal of Drug Metabolism and
Toxicology.
Akhmad. (2016). Faktor yang mempengaruhi proses perkecambahan benih. Retrieved from
https://www.akhmadshare.com/2016/12/pengaruhi-perkecambahan-benih.html