Anda di halaman 1dari 55

MODUL PANUM

(Kepaniteraan Umum)

MODUL NEUROLOGI 1

1.1. Derajat Kesadaran


1.2. Fungsi Luhur
1.3. Tanda Menigeal
1.4. Nervus III IV VI
1.5. Nervus V
1.6. Nervus VII
1.7. Nervus VIII
1.8. Nervus IX X
1.9. Nervus XI
1.10. Nervus XII

Editor
Dr.Moch.Dalhar,Sp.S(K)
Dr.Shahdevi NK,Sp.S
Dr.Masruroh Rahayu,MKes

FAKULTAS KEDOKTERAN
Universitas Brawijaya
MALANG
2007
MODUL NEUROLOGI 1
KEPANITERAAN UMUM FKUB

JUDUL NEUROLOGI 1

SUB JUDUL 1.1. Kesadaran ( GCS )

Setelah menyelesaikan tugas modul neurologi 1.1. mahasiswa


LEARNING OBJECTIVE mampu melakukan pemeriksaan derajat kesadaran ( GCS ) secara
mandiri.
1. Overview Kesadaran ( Anatomi , Kualitas dan Kuantitas )
METODA
2. Demo Pemeriksaan derajat kesadaran (GCS )
PEMBELAJARAN
2. Latihan antar teman
- Gambar tentang anatomi kesadaran
ALAT BANTU - Gambar pemeriksaan kesadaran
- Tempat tidur Pasien 5 buah
WAKTU
Kesadaran (counciousness) dibagi atas dua yaitu kualitas dan
LATAR BELAKANG kuantitas kesadaran. Pusat kualitas kesadaran terletak di kortek
serebrum bi hemisfer sedangkan kuantitas kesadaran terletak di
ARAS (ascending reticuler activating system) di Diencefalon
dan batang otak.
Pemeriksaan kualitas kesadaran terdiri atas :
a. Persepsi dan orientasi
b. Cipta atau daya pikir termasuk proses pikir, penalaran,
penilaian, pertimbangan dan keputusan.
c. Afek dan emosi
d. Nafsu atau kemauan
e. Kepribadian
f. Psikomotor
Sebagian besar pemeriksaan kualitas kesadaran akan
diberikan pada modul Psikiatri
Sebagian kecil di neurologi misal pemeriksaan Afasia,
Agnosia, Apraksia, Amnesia, Akalkulia dsb
Afasia dan MMSE ( Mini Mental Status ) diberikan di modul
neurologi 2.
Pemeriksaan kuantitas kesadaran diperiksa dengan GCS
(Glasgow Coma Scale).

Pemeriksaan kuantitas kesadaran diperiksa dengan GCS


PROSEDUR (Glasgow Coma Scale), pemeriksaan dengan urutan sebagai
berikut :
PROSEDUR Mata
1. Meng-inspeksi pembukaan celah mata penderita apakah
membuka spontan atau tidak.
2. Bila mata pasien tidak membuka, memerintah penderita
membuka mata dengan suara.
3. Bila mata pasien tidak membuka , merangsang nyeri
dengan menjepit kuku jari, supraorbita atau di sternum.
4. Penilaian skor mata (eye) dengan nilai 1-4
4 : membuka spontan
3 : membuka dengan perintah suara
2 : membuka dengan rangsang nyeri
1 : tidak ada respon mata

Verbal
5. Menanyakan orientasi terhadap orang, waktu dan tempat ,
perhatikan ucapan penderita apakah lancar atau sesuai
dengan pertanyaannya.
6. Bila tidak ada suara yang keluar, merangsang penderita
dengan nyeri di di kuku, supraorbita atau di sternum.
7. Penilaian bicara (verbal) dengan nilai 1-5
5 : orientasi waktu, orang dan tempat baik dan lancar
4 : disorientasi atau bingung (jawaban tidak
berhubungan)
3 : hanya bisa membuat satu kata, tidak bisa membuat
kalimat (inappropiate word)
2 : hanya ada suara tanpa arti (incomprehensive
sound)
1 : tidak ada respon suara
Motorik
8. Meng-inspeksi gerakan atau posisi ekstremitas penderita.
9. Memerintahkan penderita untuk menggerakkan anggota (
tangan dan kaki) baik verbal atau nonverbal.
10. Bila tidak bisa, merangsang nyeri pada kuku penderita,
lihat apakah ada gerakan melokalisasi nyeri, menarik
ekstremitas, posisi decorticate, posisi decerebrate.
11. Penilaian motoris dengan nilai 1-6
6 : bisa diperintah baik verval atau non verbal (obey)
5 : bisa mengetahui asal rangsangan (localizes)
4 : bisa menghindar rangsangan (withdraws)
3 : abnormal posisi flexi (decorticate)
2 : abnormal posisi ekstensi (decerebrate)
1 : tidak ada respon motorik

13. Cara menyebut atau menulis GCS dengan menyebut


Nilai skor Mata,Verbal dan Motorik , misalnya :
GCS : 456 , 111, 214 , 113 dsb
CHECK LIST &
Terlampir dibawah
EVALUASI

DAFTAR INSTRUKTUR 1. dr.M.Dalhar,Sp.S(K) 6.dr.Hari Purnomo,Sp.S


2. dr.Shahdevi NK,Sp.S 7.dr.Bambang Budiarso,Sp.S
3. dr.Eko Ari Setijon,Sp.S 8.dr.Hanief Nursyahdu,Sp.S
4. dr.Masruroh Rahayu,MKes 9.dr.Sri Budhi Rianawati,Sp.S

REFERENSI 1. Talley NJ, O’Connor S, A Systemic Guide to Physical


Diagnosis, Clinical Examination, 4th Edition, APAC
Publishers, Singapore, 2001.
2. Pentland B, Statham P, Olson J, The Nervous System
Including the Eye, Macleod’s Clinical Examination, Eleventh
Edition, Elsevier, 2005.
3. Campbell WW, DeJong’s The Neurologic Examination, 6th
Edition, Lippincott Williams & Wilkins, 2005.
4. H.Royden Jones JR, Netter’s Neurology International Student
Editioin, ICON Learning Systems , 2005.
5. Lindsay KW, Ian Bone, Neurology and Neurosurgery
Illustrated, Churchil Livingstone, 2004.
6. Priguna Sidarta, Neurologi Klinis dalam Praktek Umum, Dian
Rakyat, Jakarta, 1999
7. Lumbantobing SM, Neurologi Klinik, Pemeriksaan Fisik dan
Mental, 9th Edition, FKUI, 2006.
MODUL NEUROLOGI 1
KEPANITERAAN UMUM FKUB

JUDUL NEUROLOGI 1

SUB JUDUL 1.2. Fungsi Luhur Kortikal


Setelah menyelesaikan tugas modul 1.2. mahasiswa mampu
LEARNING OBJECTIVE melakukan pemeriksaan Fungsi Luhur Kortikal terutama Fungsi
berbahasa (Afasia) dan MMSE (Mini Mental Status Examination
secara mandiri.
METODA 1. Demo Pemeriksaan Fungsi berbahasa dan MMSE
PEMBELAJARAN 2. Latihan antar temana

- Alat Audiovisual (LCD)


ALAT BANTU
- CD Power Point pemeriksaan Fungsi berbahasa dan MMSE

WAKTU

LATAR BELAKANG PEMERIKSAAN FUNGSI LUHUR / MENTAL


(higher cortical function)

Pemeriksaan fungsi luhur berkaitan dengan fungsi kortek di otak besar,


pemeriksaan ini terdiri atas :
a. tingkat kesadaran g. berhitung
b. atensi / pemusatan perhatian h. abstraksi
c. orientasi i. gnosis
d. berbahasa j. praksis
e. memori k. respon emosional
f. pengetahuan umum
Pada pemeriksaan ini hanya dikhususkan pada berbahasa (afasia) ,
Memori dan MMSE (mini mental state examination).

PEMERIKSAAN AFASIA
Afasia adalah salah satu gangguan berbahasa dimana terjadi gangguan
komunikasi dengan sekelilingnya. Syarat pemeriksaan afasia adalah
tidak ada penurunan derajat kesadaran. Dalam berbahasa tercakup
berbagai kemampuan 6 langkah yaitu :
a. bicara spontan (fluently)
b. komprehensi (comprehensive)
c. mengulang (repetition)
d. menamai (naming)
e. membaca (reading)
f. menulis (writing)
Dalam pemeriksaan afasia ini semua komponen di atas diperiksa
tersendiri, pembagian afasia berdasarkan gangguan komponen yang
terjadi.
Jenis Afasia yang utama : Afasia Motorik (Broca), Afasia Sensoris,
Afasia Global, Afasia Konduktif, Afasia Transkortikal Motor, Afasia
Transkortikal Sensoris

PROSEDUR Kelancaran Berbahasa ( fluently )


1. Memeriksa kelancaran berbahasa , pasien ditanya nama, alamat,
Tberada dimana, kenapa sakit, keluhannya dsb, melihat apakah
pasien menjawab dengan lancar, tidak terbata-bata, spontan, bila
lancar maka bicara pasien fluent/lancar.
Pemahaman Berbahasa ( comprehensive )
2. Memeriksa pemahaman berbahasa , saat anamnesa dilihat
pemahaman pasien dalam menjawab pertanyaan (verbal), dan isi /
kualitas bahasanya, bila tidak paham coba memerintah dengan
perintah melakukan gerakan motorik, baik verbal atau non verbal ,
contoh angkat tangan ke atas pemeriksa dengan harapan pasien bisa
mengikuti, bila tidak bisa coba angkat tangan pasien oleh pemeriksa
dan tahan sebentar, bila bisa maka pemahaman baik.
Pengulangan bahasa ( Repetition )
3. Mempersilahkan pasien mengulang apa yang diucapkan pemeriksa,
mulai satu kata, beberapa kata atau kalimat, contoh : mengulang
kata-kata, nama buah, nama benda, kota , angka
Pemberian nama benda ( Naming )
4. Menyiapkan benda-benda sederhana di sekitar pemeriksa/ pasien,
tanya nama benda tersebut, bila bisa maka komponen penamaan
baik.
Membaca dan Menulis
5. Mempersilahkan pasien membaca dan menulis apakah ada
gangguan atau tidak.
Menentukan jenis Afasia
6. Menentukan jenis Afasia : Afasia Motorik (Broca), Afasia Sensoris,
Afasia Global, Afasia Konduktif, Afasia Transkortikal Motor,
Afasia Transkortikal Sensoris ( Lihat Tabel dan Algoritme
pemeriksaan Afasia )
Compre-
Jenis Afasia Fluently Repetition Naming Reading Writing Lesi
hensive
Motorik/ Frontal
Tak
Broca/ Baik Terganggu Terganggu Bervariasi Terganggu Inferior
Lancar
Ekspresif Posterior
Temporal
Wernicke/ Lancar
Terganggu Terganggu Terganggu Terganggu Terganggu Superior
Reseptif Isi jelek
posterior
Tak Fronto
Global Terganggu Terganggu Terganggu Terganggu Terganggu
Lancar temporal
Fasikulus
Konduksi Lancar Baik Terganggu Terganggu Bervariasi Terganggu arkuatus girus
supramarginal
Girus angular
Temporal
Nominal Lancar Baik Baik Terganggu Bervariasi Terganggu
superior
posterior
Transkortikal Tak Peri-silvian
Baik Baik Terganggu Bervariasi Terganggu
motorik Lancar anterior
Transkortikal Peri-silvian
Lancar Terganggu Baik Terganggu Terganggu Terganggu
sensorik posterior
The Mini Mental State Examination (MMSE)
skor
Orientasi dan Registrasi
( ) Sekarang ini (tahun) (musim) (tanggal) (hari) (bulan) apa …… (5)
( ) Kita ada dimana (negara) (propinsi) (kota) (rumah sakit) (kamar) …… (5)
( ) Sebut 3 objek : Tiap objek 1 detik. Penderita disuruh mengulangi
nama objek tadi. Nilai 1 untuk tiap objek yang benar. Ulangi lagi
sampai penderita menyebutkan dengan benar. Catat jumlah
pengulangan. …… (3)

Perhatian dan Kalkulasi


( ) Pengurangan 100 dengan 7. Nilai 1 untuk jawaban yang benar.
Hentikan setelah 5 jawaban atau eja secara terbalik kata “WAHYU”
Nilai diberikan pada huruf yang benar sebelum kesalahan, misalnya :
UYAHW = nilai 2 …… (5)

Mengenal Kembali / Mengingat


( ) Penderita disuruh mengulang 3 objek di atas tadi. …… (3)

Bahasa
( ) Tunjukkan suatu objek/benda dan penderita diminta untuk
menyebut nama objek/benda tadi; Pensil,…..jam,….. …… (2)
( ) Penderita diminta mengulang kata : “NAMUN, TANPA dan BILA’ …… (1)
( ) Penderita diminta mengikuti perintah : “Ambil kertas itu dengan
tangan kanan anda, lipatlah menjadi dua dan letakkan di lantai.” …… (3)

Visuospasial / persepsi
( ) Penderita diminta membaca dan melakukan perintah tertulis pada
kertas : “PEJAMKAN MATA ANDA” …… (1)
( ) Penderita diminta untuk menulis sebuah kalimat (harus mempunyai
subyek dan kata kerja yang mempunyai arti)………………………. …… (1)
( ) Dapatkan penderita mencontoh gambar di bawah ini (beri nilai 1
jika semua sisi dan sudut baik, dan perpotongan sisi berbentuk segi
empat di bawah ini). …… (1)

Jumlah nilai 25 – 30 : normal


< 25 : terganggu
MODUL NEUROLOGI 1
KEPANITERAAN UMUM FKUB

JUDUL NEUROLOGI 1

SUB JUDUL 1.3. Tanda Meningeal

Setelah menyelesaikan tugas modul 1.3. mahasiswa mampu


melakukan pemeriksaan kaku kuduk, Brudzinski leher (I),
LEARNING OBJECTIVE
Kernig , Brudzinski Tungkai (II), Brudzinski (III) dan
Brudzinski (IV) secara mandiri.

METODA 1. Demo Video pemeriksaan Tanda Meningeal


PEMBELAJARAN 2. Latihan antar teman
- Tempat tidur Pasien 4 buah
- Alat Audiovisual (LCD)
ALAT BANTU
- CD Power Point pemerisaan Tanda Meningeal
- Tempat tidur 5 buah
WAKTU

LATAR BELAKANG Meningeal sign atau tanda rangsang meningeal timbul bila ada
rangsangan pada meningen, baik di otak atau medula spinalis.
Meningeal sign muncul akibat keradangan atau rangsangan
meningen pada kelainan seperti meningitis dan Stroke SAH
(Subarachnoid Hemorrhage).
Pemeriksaan tanda meningeal terdiri dari kaku kuduk, Kernig,
Brudzinski I s/d IV.
Ada tanda kekakuan leher yang bukan meningeal sign yaitu
pada tetanus, sepsis, abses retrofaringeal, artritis servikal atau,
tipoid fever, parkinson tahap lanjut. Pada kasus ini terdapat
kekakuan atau tahanan leher ke segala arah, bila kaku kuduk
murni tahanan hanya pada fleksi dagu.

PROSEDUR Pemeriksaan Kaku kuduk dan Tanda Brudzinski I (leher) :

1. Mempersilahkan penderita berbaring terlentang di tempat


tidur, kedua tangan dan kedua tungkai diluruskan ,
kemudian ambil bantal bila ada.
2. Memutar kepala penderita ke samping kanan kiri serta
menoleh ke kanan kiri apakah ada tahanan.
3. Memegang kepala belakang penderita dengan tangan kiri
PROSEDUR dan tangan kanan, kemudian mem-fleksikan kepala - dagu
penderita ke arah sternum/ dada penderita apakah ada
tahanan atau nyeri di leher, normal dagu dapat menyentuh
dada,
4. Menentukan kaku kuduk positip yaitu bila dagu tidak
menyentuh dada atau dada terangkat disebut
5. Menentukan tes Brudzinski I positif, yaitu saat bersamaan
pemeriksaan kaku kuduk terlihat gerakan fleksi sejenak
pada tungkai bawah.

Tanda Kernig :
6. Mempersilahkan penderita berbaring terlentang di tempat
tidur, kedua tangan dan kedua tungkai diluruskan ,
kemudian ambil bantal bila ada.
7. Memfleksikan paha pada sendi panggul dan lutut 900,
ekstensikan tungkai bawah pada sendi lutut , normal lebih
dari 1350,
8. Menentukan Tanda Kernig positip bila ada tahanan atau
nyeri dan sudut tidak mencapai 1350.
Tanda Brudzinski II (tungkai) :
9. Mempersilahkan penderita berbaring terlentang di tempat
tidur, kedua tangan dan kedua tungkai diluruskan ,
kemudian ambil bantal bila ada.
10. Memfleksikan salah satu tungkai lurus pada sendi panggul
maksimal,
11. Menentukan tanda Brudzinski tungkai (II) positif, yaitu
terlihat adanya fleksi tungkai kontralateral (yang tidak
mengalami parese).

Tanda Budzinski III :


12. Mempersilahkan penderita berbaring terlentang di tempat
tidur, kedua tangan dan kedua tungkai diluruskan ,
kemudian ambil bantal bila ada.
13. Menekan kedua pipi/infraorbita pasien dengan kedua tangan
pemeriksa.
14. Menentukan tanda Brudzinski III positif, yaitu terlihat ada
fleksi pada kedua lengan.

Tanda Brudzinski IV :
15. Mempersilahkan penderita berbaring terlentang di tempat
tidur, kedua tangan dan kedua tungkai diluruskan ,
kemudian ambil bantal bila ada.
16. Menekan os pubis penderita dengan tangan pemeriksa,
17. Menentukan tanda Brudzinski IV positif, yaitu terlihat ada
fleksi pada kedua tungkai.
CHECK LIST &
Terlampir dibawah
EVALUASI

1. dr.M.Dalhar,Sp.S(K) 6.dr.Hari Purnomo,Sp.S


2. dr.Shahdevi NK,Sp.S 7.dr.Bambang Budiarso,Sp.S
DAFTAR INSTRUKTUR
3. dr.Eko Ari Setijon,Sp.S 8.dr.Hanief Nursyahdu,Sp.S
4. dr.Masruroh Rahayu,MKes 9.dr.Sri Budhi Rianawati,Sp.S

REFERENSI 1. Talley NJ, O’Connor S, A Systemic Guide to Physical


Diagnosis, Clinical Examination, 4th Edition, APAC
Publishers, Singapore, 2001.
2. Pentland B, Statham P, Olson J, The Nervous System
Including the Eye, Macleod’s Clinical Examination, Eleventh
Edition, Elsevier, 2005.
3. Campbell WW, DeJong’s The Neurologic Examination, 6th
Edition, Lippincott Williams & Wilkins, 2005.
4. H.Royden Jones JR, Netter’s Neurology International Student
Editioin, ICON Learning Systems , 2005.
5. Lindsay KW, Ian Bone, Neurology and Neurosurgery
Illustrated, Churchil Livingstone, 2004.
6. Priguna Sidarta, Neurologi Klinis dalam Praktek Umum, Dian
Rakyat, Jakarta, 1999
7. Lumbantobing SM, Neurologi Klinik, Pemeriksaan Fisik dan
Mental, 9th Edition, FKUI, 2006.
MODUL NEUROLOGI 1
KEPANITERAAN UMUM FKUB

JUDUL NEUROLOGI 1

SUB JUDUL 1.4. Nervus III IV dan VI

Setelah menyelesaikan tugas modul neuologi 1.4. mahasiswa


mampu melakukan pemeriksaan adanya ptosis, strabismus,
LEARNING OBJECTIVE
memeriksa pupil, reflek cahaya, reflek akomodasi, gerakan bola
mata secara mandiri.

METODA 1. Demo video Pemeriksaan N. III IV dan VI


PEMBELAJARAN 2. Latihan antar teman

- Alat Audiovisual (LCD)


ALAT BANTU - CD Power Point pemeriksaan N. III IV dan VI
- Senter 10 buah

WAKTU
N. III (Oculomotorius) menginervasikan m. obliquus inferior, m.
LATAR BELAKANG rektus medialis, m. rektus superior, m.rektus inferior, m.levator
palpebra, m.spingter pupil (mengurus kontraksi pupil) dan m.
siliaris (mengurus lensa mata/ akomodasi).
N. IV (trochlearis) menginervasi m. obligus superior untuk melirik
bawah nasal.
N. VI (abdusen) menginervasi m. rektus lateralis untuk melirik ke
temporal.
Pemeriksaan N. III, IV dan VI meliputi pemeriksaan reflek cahaya
(pupil), gerakan bola mata, ptosis, akomodasi dan konvergensi.

PROSEDUR Ptosis
1. Menyuruh penderita membuka mata lebar-lebar. Inspeksi
kedua kelopak mata penderita, apakah ada yang jatuh/layuh
(ptosis).

Kedudukan Bola Mata :


2. Memperhatikan kedudukan bola mata saat memandang lurus
kedepan, bila tidak sejajar disebut Strabismus , bila ketengah
disebut Strabismus Konvergen sedang bila keluar disebut
Strabismus Divergen
PROSEDUR Gerakan Bola Mata
3. Memeriksa gerakan kedua bola mata penderita, ke semua arah,
lihat apakah ada kelumpuhan otot penggerak bola mata dan
tanyakan ada penglihatan dobel (diplopia).
4. Kemudian pemeriksaan gerakan bola satu mata bergantian

Reflek Akomodasi & Konvergensi :

5. Menyuruh pasien melihat benda yang jauh, mendadak disuruh


melihat jari kita yang di letakkan ditengah didepan hidung 10
cm, mendadak disuruh melihat jauh lagi, begitu berulang-ulang.
6. Memperhatikan gerakan bolamata ketengah ( konvergensi) dan
pupil mengecil (miosis), bila ada disebut positip.

Pupil dan Reflek Cahaya (reflek pupil) :

7. Mempersilahkan penderita berbaring terlentang dengan mata


melihat lurus ke atas.
8. Penerangan ruang periksa dimatikan / diredupkan, siapkan senter
9. Memperhatikan pupil, bulat atau tidak, ukur diameter pupil
berapa mm, catat bila ada kelainan
10. Memeriksa reflek cahaya, mata diperiksa satu persatu dengan
mata lainnya ditutup bergantian, dengan senter yang menyala,
senter digerakkan dari luar / lateral ketengah tegak lurus pupil,
sinar jatuh ditengah pupil, berhenti sejenak di tengah pupil,
diulang beberapa kali.
11. Menentukan reflek cahaya normal (positip), yaitu adanya pupil
mengecil (miosis) baik mata sesisi atau mata sisi lainnya
(kontralateral)
12. Menentukan Reflek Cahaya Langsung normal (positip), bila
pupil sesisi yang miosis
13. Memeriksa Reflek Cahaya Konsensual dengan tangan kiri
pemeriksa diletakkan di atas hidung pasien, supaya sinar masuk
ke mata kontralateral, memeriksa seperti langkah ke 10, tetapi
yang diperhatikan pupil sisi kontralateralnya mengecil (miosis)
14. Menyebutkan ciri-ciri kelainan nervus III
15. Menyebutkan ciri-ciri kelainan nervus IV
16. Menyebutkan ciri-ciri kelainan nervus VI

Ciri-ciri kelainan nervus III


Ciri-ciri kelainan nervus IV

Ciri-ciri kelainan nervus VI


CHECK LIST &
Terlampir dibawah
EVALUASI

1. dr.M.Dalhar,Sp.S(K) 6.dr.Hari Purnomo,Sp.S


2. dr.Shahdevi NK,Sp.S 7.dr.Bambang Budiarso,Sp.S
DAFTAR INSTRUKTUR
3. dr.Eko Ari Setijon,Sp.S 8.dr.Hanief Nursyahdu,Sp.S
4. dr.Masruroh Rahayu,MKes 9.dr.Sri Budhi Rianawati,Sp.S

REFERENSI 1. Talley NJ, O’Connor S, A Systemic Guide to Physical


Diagnosis, Clinical Examination, 4th Edition, APAC
Publishers, Singapore, 2001.
2. Pentland B, Statham P, Olson J, The Nervous System Including
the Eye, Macleod’s Clinical Examination, Eleventh Edition,
Elsevier, 2005.
3. Campbell WW, DeJong’s The Neurologic Examination, 6th
Edition, Lippincott Williams & Wilkins, 2005.
4. H.Royden Jones JR, Netter’s Neurology International Student
Editioin, ICON Learning Systems , 2005.
5. Lindsay KW, Ian Bone, Neurology and Neurosurgery
Illustrated, Churchil Livingstone, 2004.
6. Priguna Sidarta, Neurologi Klinis dalam Praktek Umum, Dian
Rakyat, Jakarta, 1999
7. Lumbantobing SM, Neurologi Klinik, Pemeriksaan Fisik dan
Mental, 9th Edition, FKUI, 2006.
MODUL NEUROLOGI 1
KEPANITERAAN UMUM FKUB

JUDUL NEUROLOGI 1

SUB JUDUL 1.5. Nervus V Trigeminus

Setelah menyelesaikan tugas modul neurologi 1.5. mahasiswa


LEARNING OBJECTIVE mampu melakukan pemeriksaan m.Masseter, m.Temporalis,
m.Ptery goideus, Sensoris wajah , Reflek Cornea dan Reflek
Masseter secara mandiri.
METODA 1. Demo video Pemeriksaan N.V
PEMBELAJARAN 2. Latihan antar teman
- Alat Audiovisual (LCD)
- CD Power Point pemeriksaan N.V
ALAT BANTU
- Kapas kering dipilin 20 buah
- Jarum bundel 20 buah
WAKTU

LATAR BELAKANG N. V. Terdiri atas bagian motorik dan sensorik. Bagian motorik
mengurus otot pengunyah yaitu m. Masseter, temporalis dan
pterigoideus medialis serta m. pterigoideus lateral (untuk
menggerakkan rahang ke lateral dan membuka mulut).
Bagian sensoris untuk sensibilitas wajah dan sebagian dalam
kepala lewat cabang N.V1 oftalmikus, V2 maxilaris dan V3
mandibularis . Pemeriksaan N. V terdiri dari pemeriksaan motorik,
sensorik, reflek kornea dan jaw reflek.
1. Menginspeksi rahang penderita apakah ada deviasi, lihat oklusi
PROSEDUR gigi atas dan bawah
2. Menyuruh pasien membuka dan menutup mulut apakah ada
kelainan dan deviasi.
3. Menyuruh pasien menggigit dengan kuat, raba m.masseter dan
m.temporalis.
4. Menyuruh pasien menggerakkan rahang bawah ke kiri dan ke
kanan dengan tangan pemeriksa menahannya, rasakan apakah
ada kelumpuhan.
5. Memeriksa Reflek Masseter, menyuruh pasien membuka mulut
sedikit, dengan mengetuk memakai hammer pada dagu, melihat
reflek rahang mengatup.
6. Memeriksa Reflek kornea ada yang langsung , menyuruh
pasien melirik ke arah yang berlawanan dengan mata pasien
yang akan diperiksa (bila mata kiri yang diperiksa pasien
melirik ke kanan), dengan ujung kapas yang dipilin sentuhkan
pada daerah limbus kornea, secara cepat dari arah lateral ke
medial.
7. Menentukan reflek kornea langsung positip bila mata yang
menutup mata sesisi rangsangan.
8. Menentukan reflek kornea tidak langsung positip bila mata
kontralateralnya menutup.

Reflek Kornea
Pemeriksaan Sensoris
9. Memeriksa nyeri dengan jarum bundel pada daerah dermatome
V1 (Optalmikus), V2 (Maksilaris), V3 (Mandibularis).
10. Memeriksa raba dengan jarum bundel pada daerah dermatome
V1 (Optalmikus), V2 (Maksilaris), V3 (Mandibularis).
11. Menyebutkan gangguan sensoris tipe Perifer dan tipe sentral
(Nucleus).

Dermatome Perifer N.V Dermatome Central


(Nucleus N.V), A. Lesi Pons
B. Lesi Medulla Oblongata
CHECK LIST &
Terlampir dibawah
EVALUASI
DAFTAR INSTRUKTUR 1. dr.M.Dalhar,Sp.S(K) 6.dr.Hari Purnomo,Sp.S
2. dr.Shahdevi NK,Sp.S 7.dr.Bambang Budiarso,Sp.S
3. dr.Eko Ari Setijon,Sp.S 8.dr.Hanief Nursyahdu,Sp.S
4. dr.Masruroh Rahayu,MKes 9.dr.Sri Budhi Rianawati,Sp.S

REFERENSI 1. Talley NJ, O’Connor S, A Systemic Guide to Physical


Diagnosis, Clinical Examination, 4th Edition, APAC
Publishers, Singapore, 2001.
2. Pentland B, Statham P, Olson J, The Nervous System Including
the Eye, Macleod’s Clinical Examination, Eleventh Edition,
Elsevier, 2005.
3. Campbell WW, DeJong’s The Neurologic Examination, 6th
Edition, Lippincott Williams & Wilkins, 2005.
4. H.Royden Jones JR, Netter’s Neurology International Student
Editioin, ICON Learning Systems , 2005.
5. Lindsay KW, Ian Bone, Neurology and Neurosurgery
Illustrated, Churchil Livingstone, 2004.
6. Priguna Sidarta, Neurologi Klinis dalam Praktek Umum, Dian
Rakyat, Jakarta, 1999
7. Lumbantobing SM, Neurologi Klinik, Pemeriksaan Fisik dan
Mental, 9th Edition, FKUI, 2006.
MODUL NEUROLOGI 1
KEPANITERAAN UMUM FKUB

JUDUL NEUROLOGI 1

SUB JUDUL 1.6. Nervus Fascialis (VII)


Setelah menyelesaikan tugas modul 1.6. mahasiswa mampu
LEARNING OBJECTIVE melakukan pemeriksaan motorik N.VII, adanya Tanda Bell,
Hiperacusis, menentukan parese N.VII UMN atau LMN secara
mandiri.
METODA 1. Demo video Pemeriksaan N.VII
PEMBELAJARAN 2. Latihan antar teman

- Alat Audiovisual (LCD)


ALAT BANTU - CD Power Point pemeriksaan N.VII
- Stetoskop
WAKTU

Fungsi N. VII bersifat motorik wajah, viscerosensorik / pengecap


LATAR BELAKANG
manis, asin dan kecut (sensoris 2/3 depan lidah), parasimpatis
kelenjar air mata, untuk otot m.Stapeideus di telinga dalam.
Kelumpuhan N. VII secara garis besar dibagi menjadi dua yaitu :
jenis UMN (upper motor neuron) dan LMN (lower motor neuron).
Kelumpuhan jenis LMN bila nukleus N. VII di daerah pons sampai
saraf perifer terganggu, dengan gejala kelumpuhan wajah satu sisi.
Pada kelumpuhan tipe LMN sering disertai Ageusia Hiperacusis,
gangguan lakrimasi.

PROSEDUR Motorik
1. Menginspeksi kerutan dahi, kelopak mata, sudut mata dan
lipatan sudut mulut. Bandingkan kiri dan kanan apakah ada
asimetri (merot) atau kelumpuhan.
2. Menyuruh penderita mengeryitkan dahi / angkat alis, menutup
mata sekuat-kuatnya, meringis, mencucu dan memperlihatkan
giginya. Bandingkan kiri dan kanan apakah ada asimetri (merot)
atau kelumpuhan.
3. Menyuruh penderita menutup mata sekuat-kuatnya dan coba
buka dengan tangan pemeriksa. Apakah ada kelumpuhan atau
keadaan tidak bisa menutup mata disebut lagophtalmus,
Tanda Bell
4. Memperhatikan saat menutup mata sekuat-kuatnya, dengan
adanya lagoptalmos terlihat bola mata berputar keatas disebut
tanda Bell positip
5. Menanyakan adanya gangguan rasa 2/3 depan lidah dengan
manis, asin, asam (N.VII) dan pahit (N.IX).
Keadaan tidak bisa mengecap rasa disebut ageusia / hipogeusia.
6. Menanyakan apa ada keadaan setiap ada suara, terdengar yang
lebih keras disebut hiperakusis, biasanya penderita mengeluh
”gembrebeg”.
7. Memeriksa adanya ”Hiperacusis”, menempelkan stetoskop di
kedua telinga pasien, gesek membran stetoskop perlahan-lahan,
tanyakan ke penderita yang lebih keras sebelah mana.

CHECK LIST &


Terlampir dibawah
EVALUASI
DAFTAR INSTRUKTUR 1. dr.M.Dalhar,Sp.S(K) 6.dr.Hari Purnomo,Sp.S
2. dr.Shahdevi NK,Sp.S 7.dr.Bambang Budiarso,Sp.S
3. dr.Eko Ari Setijon,Sp.S 8.dr.Hanief Nursyahdu,Sp.S
4. dr.Masruroh Rahayu,MKes 9.dr.Sri Budhi Rianawati,Sp.S

REFERENSI 1. Talley NJ, O’Connor S, A Systemic Guide to Physical


Diagnosis, Clinical Examination, 4th Edition, APAC
Publishers, Singapore, 2001.
2. Pentland B, Statham P, Olson J, The Nervous System Including
the Eye, Macleod’s Clinical Examination, Eleventh Edition,
Elsevier, 2005.
3. Campbell WW, DeJong’s The Neurologic Examination, 6th
Edition, Lippincott Williams & Wilkins, 2005.
4. H.Royden Jones JR, Netter’s Neurology International Student
Editioin, ICON Learning Systems , 2005.
5. Lindsay KW, Ian Bone, Neurology and Neurosurgery
Illustrated, Churchil Livingstone, 2004.
6. Priguna Sidarta, Neurologi Klinis dalam Praktek Umum, Dian
Rakyat, Jakarta, 1999
7. Lumbantobing SM, Neurologi Klinik, Pemeriksaan Fisik dan
Mental, 9th Edition, FKUI, 2006.
MODUL NEUROLOGI 1
KEPANITERAAN UMUM FKUB

JUDUL NEUROLOGI 1

SUB JUDUL 1.7. Nervus VIII Auditori dan Vestibular


Setelah menyelesaikan tugas modul 1.7. mahasiswa mampu
LEARNING OBJECTIVE melakukan pemeriksaan Tes Bisik, Tes Schwabah, tes Rinne, Tes
Weber, menentukan adanya Tuli konduksi atau Tuli Persepsi, Tes
Romberg, Tes jalan Tandem, menentukan Nystagmus secara
mandiri.
METODA 1. Demo video Pemeriksaan N.VIII
PEMBELAJARAN 2. Latihan antar teman
- Alat Audiovisual (LCD)
ALAT BANTU - CD Power Point pemeriksaan N.VIII
- Garpu tala frekuensi 128 dan 512 Hz masing2 5 buah
WAKTU
Saraf ini terdiri atas saraf cochlearis yang mengurus pendengaran
LATAR BELAKANG dan saraf vestibular yang mengurus keseimbangan. Gangguan pada
saraf cochlearis dapat menyebabkan tuli, tinnitus. Tuli akibat
kelainan mulai meatus acusticus ekternus sampai ruang telinga
dalam disebut Tuli Konduksi , sedang Tuli persepsi disebabkan
penyakit di labirin, reseptor telinga dalam, nervus cochlearis,
nucleus cochlearis batang otak atau di kortek auditorik.
Pemeriksaan pendengaran meliputi tes bisik atau gesek,
Schwabach, Rinne ,Weber dan audiogram.
Sedangkan gangguan nervus vestibularis dapat menyebabkan
vertigo, rasa tidak stabil, kehilangan keseimbangan, nistagmus dan
salah tunjuk atau past pointing. Pemeriksaan nervus vestibularis
meliputi, tes Romberg, tandem gait, tes telunjuk hidung, dan tes
kalori.
1. Tes Bisik :
PROSEDUR Melakukan tes bisik atau dengan menggesekkan jari-jari
pemeriksa pada telinga penderita, telinga kanan kiri
bergantian, suruh penderita membandingkan kanan dan kiri.
2. Tes Schwabach
Membunyikan Garpu tala 128 Hz atau 512 Hz, lengan garpu
tala ditempatkan di dekat telinga penderita, setelah tidak
mendengar maka garpu tala diletakkan di dekat telinga
pemeriksa, bila pemeriksa masih mendengar maka
Schwabach memendek.
3. Tes Rinne
Membunyikan Garpu tala 128 Hz atau 512 Hz, pangkal garpu
tala diletakkan di mastoid penderita, suruh pasien
mendengarkan, bila sudah tidak terdengar lengan garpu tala
didekatkan di dekat telinga penderita , bila masih terdengar
maka Rinne positif.

4. Weber
Membunyikan Garpu tala 128 Hz atau 512 Hz, di
ditempelkan di vertex kepala pasien tepat di garis tengah,
suruh pasien mendengarkan, dan menentukan telinga mana
yang lebih keras bunyinya, bila lebih keras kanan maka
Weber lateralisasi ke kanan.
Menentukan tuli konduktif, dengan ciri-ciri pendengaran
berkurang, Schwabach memendek, Rinne negatif, Weber
lateralisasi ketelinga sakit.
Menentukan tuli persepsi, dengan ciri-ciri pendengaran
berkurang, Schwabach memendek, Rinne positif, Weber
lateralisasi ke telinga sehat.
5. Nistagmus
Lihat pada kedua mata penderita apakah ada nistagmus ,
dengan mata diam dan mata bergerak. Tentukan arah
nistagmus dengan melihat fase cepatnya, nystagmus disebut
arah cepatnya.

6. Tes Romberg
Pemeriksa siap dibelakang pasien, menyuruh penderita
berdiri tegak dengan kedua kaki rapat, kedua tangan lurus
kebawah suruh penderita membuka dan menutup mata,
Bila penderita jatuh disebut Romberg positif, catat arah
jatuhnya
Bila gangguan vestibular maka jatuhnya, baik saat mata
terbuka maupun tertutup dan jatuhnya kesemua arah. Bila
gangguan serebellum jatuhnya baik saat mata terbuka
maupun tertutup dan jatuhnya kesisi lesi. Bila gangguan
proprioseptif saat mata terbuka tidak jatuh, saat mata
tertutup jatuh kesemua arah.

7. Tes Jalan Tandem


Suruh penderita berjalan setapak demi setapak
menyambung dengan tumit kaki kanan dan ibu jari kaki kiri
saling menempel, berjalan 2 meter di garis lurus, lihat
pasien jatuh atau tidak seimbang, catat arah jatuhnya.
Tandem Walking

Tes Romberg

CHECK LIST &


Terlampir dibawah
EVALUASI

DAFTAR INSTRUKTUR 1. dr.M.Dalhar,Sp.S(K) 6.dr.Hari Purnomo,Sp.S


2. dr.Shahdevi NK,Sp.S 7.dr.Bambang Budiarso,Sp.S
3. dr.Eko Ari Setijon,Sp.S 8.dr.Hanief Nursyahdu,Sp.S
4. dr.Masruroh Rahayu,MKes 9.dr.Sri Budhi Rianawati,Sp.S

REFERENSI 1. Talley NJ, O’Connor S, A Systemic Guide to Physical


Diagnosis, Clinical Examination, 4th Edition, APAC
Publishers, Singapore, 2001.
2. Pentland B, Statham P, Olson J, The Nervous System Including
the Eye, Macleod’s Clinical Examination, Eleventh Edition,
Elsevier, 2005.
3. Campbell WW, DeJong’s The Neurologic Examination, 6th
Edition, Lippincott Williams & Wilkins, 2005.
4. H.Royden Jones JR, Netter’s Neurology International Student
Editioin, ICON Learning Systems , 2005.
5. Lindsay KW, Ian Bone, Neurology and Neurosurgery
Illustrated, Churchil Livingstone, 2004.
6. Priguna Sidarta, Neurologi Klinis dalam Praktek Umum, Dian
Rakyat, Jakarta, 1999
7. Lumbantobing SM, Neurologi Klinik, Pemeriksaan Fisik dan
Mental, 9th Edition, FKUI, 2006.
MODUL NEUROLOGI 1
KEPANITERAAN UMUM FKUB

JUDUL NEUROLOGI 1

SUB JUDUL 1.8. Nervi IX dan X

LEARNING OBJECTIVE
Setelah menyelesaikan tugas modul 1.8. mahasiswa mampu
melakukan pemeriksaan adanya dysphagia, dysphonia, fenomena
Vernet Ridou, Reflek Muntah secara mandiri.

METODA 1. Demo video Pemeriksaan N.IX dan X


PEMBELAJARAN 2. Latihan antar teman

- Alat Audiovisual (LCD)


- CD Power Point pemeriksaan N.IX dan X
ALAT BANTU
- Spatel lidah 10 buah
- Lidi Kapas 20 buah
WAKTU

Nervus IX (glosofaringeus) dan X (vagus) diperiksa bersamaan


LATAR BELAKANG
karena fungsi hampir sama. Gangguan saraf IX-X mengakibatkan
disfagia (sukar menelan) sehingga tersedak, disfonia/ afonia,
disartria faringeal, hilangnya reflek muntah, gangguan pengecapan
1/3 belakang lidah rasa pahit , gangguan otonom parasimpatis
(bradikardia, hipotensi dsb).
Ciri gangguan n.IX dan X suara ”bindeng”, sengau , dysfonia atau
aponi, Uvula asimetri, saat bilang ”aagh” gerakan palatum molle
asimetri , saat minum tersedak dan reflek muntah menurun atau
negatif

PROSEDUR 1. Vernet rideau phenomenon


Menyuruh pasien buka mulut, suruh pasien bilang ”aaagh”,
dengan senter lihat palatum mole apakah ada asimetri arkus
faring atau deviasi uvula.
2. Reflek muntah
Menyiapkan spatel lidah dan lidi kapas, menyuruh pasien
membuka mulut, dengan spatel lidah ditekan sehingga terlihat
dinding faring belakang, dengan lidi kapas sentuh dinding
posterior faring kanan kiri bergantian , apakah ada gerakan
reflek muntah.
3. Disfonia
Menyuruh pasien menirukan kata-kata ”mama”, haha” dll,
apakah ada gangguan dalam fonasi.
CHECK LIST &
Terlampir dibawah
EVALUASI
1. dr.M.Dalhar,Sp.S(K) 6.dr.Hari Purnomo,Sp.S
DAFTAR INSTRUKTUR
2. dr.Shahdevi NK,Sp.S 7.dr.Bambang Budiarso,Sp.S
3. dr.Eko Ari Setijon,Sp.S 8.dr.Hanief Nursyahdu,Sp.S
4. dr.Masruroh Rahayu,MKes 9.dr.Sri Budhi Rianawati,Sp.S

REFERENSI 1. Talley NJ, O’Connor S, A Systemic Guide to Physical


Diagnosis, Clinical Examination, 4th Edition, APAC
Publishers, Singapore, 2001.
2. Pentland B, Statham P, Olson J, The Nervous System Including
the Eye, Macleod’s Clinical Examination, Eleventh Edition,
Elsevier, 2005.
3. Campbell WW, DeJong’s The Neurologic Examination, 6th
Edition, Lippincott Williams & Wilkins, 2005.
4. H.Royden Jones JR, Netter’s Neurology International Student
Editioin, ICON Learning Systems , 2005.
5. Lindsay KW, Ian Bone, Neurology and Neurosurgery
Illustrated, Churchil Livingstone, 2004.
6. Priguna Sidarta, Neurologi Klinis dalam Praktek Umum, Dian
Rakyat, Jakarta, 1999
7. Lumbantobing SM, Neurologi Klinik, Pemeriksaan Fisik dan
Mental, 9th Edition, FKUI, 2006.
MODUL NEUROLOGI 1
KEPANITERAAN UMUM FKUB

JUDUL NEUROLOGI 1

SUB JUDUL 1.9. NERVUS XI

LEARNING OBJECTIVE
Setelah menyelesaikan tugas modul 1.9. mahasiswa mampu
melakukan pemeriksaan m.Trapezius, m.Sternocleidomastoideus
secara mandiri.

METODA 1. Demo video Pemeriksaan N.XI


PEMBELAJARAN 2. Latihan antar teman

- Alat Audiovisual (LCD)


ALAT BANTU
- CD Power Point pemeriksaan N.XI

WAKTU

Nervus XI ini hanya terdiri serabut motorik. Saraf ini


LATAR BELAKANG
menginervasi otot sternokleido mastoideus dan trapezius.

PROSEDUR 1. m.Trapezius
Untuk memeriksa otot trapezius, menyuruh pasien mengangkat
bahu kanan dan kiri ke atas pemeriksa menahan dengan tangan,
bandingkan kekuatan kanan dan kiri.
2. m.Sternocleidomastoideus
Untuk memeriksa otot sternokleidomastoideus kanan, suruh
pasien menoleh ke kiri, tahan rahang pasien, lihat kekuatannya.
Untuk memeriksa otot ini kanan kiri bersamaan, suruh pasien
mem fleksikan kepala ke dada, lihat kekuatannya.

CHECK LIST &


Terlampir dibawah
EVALUASI
DAFTAR INSTRUKTUR 1. dr.M.Dalhar,Sp.S(K) 6.dr.Hari Purnomo,Sp.S
2. dr.Shahdevi NK,Sp.S 7.dr.Bambang Budiarso,Sp.S
3. dr.Eko Ari Setijon,Sp.S 8.dr.Hanief Nursyahdu,Sp.S
4. dr.Masruroh Rahayu,MKes 9.dr.Sri Budhi Rianawati,Sp.S

REFERENSI 1. Talley NJ, O’Connor S, A Systemic Guide to Physical


Diagnosis, Clinical Examination, 4th Edition, APAC
Publishers, Singapore, 2001.
2. Pentland B, Statham P, Olson J, The Nervous System Including
the Eye, Macleod’s Clinical Examination, Eleventh Edition,
Elsevier, 2005.
3. Campbell WW, DeJong’s The Neurologic Examination, 6th
Edition, Lippincott Williams & Wilkins, 2005.
4. H.Royden Jones JR, Netter’s Neurology International Student
Editioin, ICON Learning Systems , 2005.
5. Lindsay KW, Ian Bone, Neurology and Neurosurgery
Illustrated, Churchil Livingstone, 2004.
6. Priguna Sidarta, Neurologi Klinis dalam Praktek Umum, Dian
Rakyat, Jakarta, 1999
7. Lumbantobing SM, Neurologi Klinik, Pemeriksaan Fisik dan
Mental, 9th Edition, FKUI, 2006.
MODUL NEUROLOGI 1
KEPANITERAAN UMUM FKUB

JUDUL NEUROLOGI 1

SUB JUDUL 1.10. Nervus XII


Setelah menyelesaikan tugas modul 1.10. mahasiswa mampu
LEARNING OBJECTIVE melakukan pemeriksaan adanya ptosis, strabismus, memeriksa
pupil, reflek cahaya, reflek akomodasi, gerakan bola mata secara
mandiri.
METODA 1. Demo video Pemeriksaan Tanda Meningeal
PEMBELAJARAN 2. Latihan antar teman

- Alat Audiovisual (LCD)


ALAT BANTU
- CD Power Point pemeriksaan N.XII

WAKTU

LATAR BELAKANG
Saraf ini hanya menginervasi otot ekstrensik dan intrinsik lidah.
Kelumpuhan saraaf ini dibagi menjadi dua yaitu UMN dan LMN.
Pada kelumpuhan UMN, terdapat deviasi ke sisi yang lumpuh saat
menjulurkan lidah, tidak ada atrofi dan fasikulasi. Patokan adanya
deviasi adalah garis tengah atau gigi incisivus. Gangguan nervus
ini akan mengakibatkan disartria lingual.
Jenis Dysartria atau pelo , Dysartria Lingual (lesi n.XII) cirinya
tidak jelas bunyi ”R” dan ”L”, Dysartria Labial (Lesi n.VII) cirinya
tidak jelas bunyi ”M”, ”O”, ”B”, Dysartria Pharyngeal (lesi n.IX)
cirinya suara ”bindeng” atau sengau tidak jelas bunyi ”NG”,
Dysartria Laryngeal (lesi n.X) cirinya suara dysponi, hipoponia,
aponia bila minum tersedak
Inspeksi
PROSEDUR 1. Menyuruh pasien membuka mulut,lihat apakah ada atrofi lidah,
fasikulasi, deviasi lidah,
2. Menyuruh pasien menjulurkan lidah, lihat apakah ada deviasi
lidah, catat arah deviasi lidah .
Palpasi
3. Menyuruh penderita dengan lidahnya, menekan pipi penderita
dengan tangan memeriksa menahan pipi pasien, lihat kekuatan
lidah pasien, bergantian kanan dan kiri.
Disartia lingual
4. Menyuruh pasien mengucapkan kata-kata mengandung huruf
”R” dan ”L”, apakah ada gangguan dalam pengucapan.
5. Menentukan parese N.XII tipe LMN, yaitu ada atropi dan
fasikulasi lidah, bila tidak ada tipe UMN

ahCHECK LIST &


Terlampir dibawah
EVALUASI
1. dr.M.Dalhar,Sp.S(K) 6.dr.Hari Purnomo,Sp.S
DAFTAR INSTRUKTUR
2. dr.Shahdevi NK,Sp.S 7.dr.Bambang Budiarso,Sp.S
3. dr.Eko Ari Setijon,Sp.S 8.dr.Hanief Nursyahdu,Sp.S
4. dr.Masruroh Rahayu,MKes 9.dr.Sri Budhi Rianawati,Sp.S

REFERENSI 1. Talley NJ, O’Connor S, A Systemic Guide to Physical


Diagnosis, Clinical Examination, 4th Edition, APAC
Publishers, Singapore, 2001.
2. Pentland B, Statham P, Olson J, The Nervous System Including
the Eye, Macleod’s Clinical Examination, Eleventh Edition,
Elsevier, 2005.
3. Campbell WW, DeJong’s The Neurologic Examination, 6th
Edition, Lippincott Williams & Wilkins, 2005.
4. H.Royden Jones JR, Netter’s Neurology International Student
Editioin, ICON Learning Systems , 2005.
5. Lindsay KW, Ian Bone, Neurology and Neurosurgery
Illustrated, Churchil Livingstone, 2004.
6. Priguna Sidarta, Neurologi Klinis dalam Praktek Umum, Dian
Rakyat, Jakarta, 1999
6. Lumbantobing SM, Neurologi Klinik, Pemeriksaan Fisik dan
Mental, 9th Edition, FKUI, 2006.
CKECK LIST
MODUL PANUM
(Kepaniteraan Umum)

CHECK LIST
MODUL NEUROLOGI 1

1.1. Derajat Kesadaran


1.2. Fungsi Luhur
1.3. Tanda Menigeal
1.4. Nervus III IV VI
1.5. Nervus V
1.6. Nervus VII
1.7. Nervus VIII
1.8. Nervus IX X
1.9. Nervus XI
1.10. Nervus XII

Editor
Dr.Moch.Dalhar,Sp.S(K)
Dr.Shahdevi NK,Sp.S
Dr.Masruroh Rahayu,MKes

FAKULTAS KEDOKTERAN
Universitas Brawijaya
MALANG
2007
CHECK LIST PEMERIKSAAN MODUL NEUROLOGI 1
1.1. KESADARAN (GCS)
Nama :
NIM :
Kelompok :
Tanggal :

PROSEDUR MODUL 1.1.PEMERIKSAAN GCS (Glasgow Coma Scale).

No. Diskripsi I II III Ket


Mata
1. Meng-inspeksi pembukaan celah mata penderita apakah
membuka spontan atau tidak.
2. Bila mata pasien tidak membuka, memerintah penderita
membuka mata dengan suara.
3. Bila mata pasien tidak membuka , merangsang nyeri dengan
menjepit kuku jari / kaki, infraorbita atau di sternum.
4. Menilai skor mata 4 s/d 1
Verbal
5. Menanyakan orientasi terhadap orang, waktu dan tempat ,
perhatikan ucapan penderita apakah lancar atau sesuai dengan
pertanyaannya
6. Bila tidak ada suara yang keluar rangsang penderita dengan
nyeri di di kuku, infraorbita atau di sternum.
7. Menilai skor verbal 5 s/d 1
Motorik
8. Meng-inspeksi gerakan atau posisi ekstremitas penderita.
9. Memerintahkan penderita untuk menggerakkan anggota ( tangan
dan kaki) baik verbal atau nonverbal.
10. Bila tidak bisa, merangsang nyeri pada kuku penderita, lihat
apakah ada gerakan melokalisasi nyeri, menarik ekstremitas,
posisi decorticate, posisi decerebrate.
11. Menilai skor motorik 6 s/d 1
12. Menyebut atau menulis hasil pemeriksaan GCS dengan
menyebut Nilai skor Mata,Verbal dan Motorik , misalnya :
GCS : 456 , 111, 214 , 113 dsb
Beri Tanda √ bila dikerjakan lengkap dan Betul
Beri Tanda X bila tidak dikerjakan atau salah
Beri Tanda — bila sebagaian dikerjakan / tidak sempurna
Diberi kesempatan mengulang/ membetulkan ke II dan ke III
CHECK LIST PEMERIKSAAN MODUL NEUROLOGI 1
1.2. FUNGSI LUHUR KORTIKAL
Nama :
NIM :
Kelompok :
Tanggal :

PROSEDUR MODUL 1.2. PEMERIKSAAN FUNGSI LUHUR KORTIKAL

No. Diskripsi I II III Ket


Kelancaran Berbahasa ( fluently )
1. Memeriksa kelancaran berbahasa , pasien ditanya nama, alamat,
berada dimana, kenapa sakit, keluhannya dsb, melihat apakah
pasien menjawab dengan lancar, tidak terbata-bata, spontan,
bila lancar maka bicara pasien fluent/lancar.
Pemahaman Berbahasa ( comprehensive )
2. Memeriksa pemahaman berbahasa , saat anamnesa dilihat
pemahaman pasien dalam menjawab pertanyaan (verbal), dan isi
/ kualitas bahasanya, bila tidak paham coba memerintah dengan
perintah melakukan gerakan motorik, baik verbal atau non
verbal , contoh angkat tangan ke atas pemeriksa dengan harapan
pasien bisa mengikuti, bila tidak bisa coba angkat tangan pasien
oleh pemeriksa dan tahan sebentar, bila bisa maka pemahaman
baik.
Pengulangan bahasa ( Repetition )
3. Mempersilahkan pasien mengulang apa yang diucapkan
pemeriksa, mulai satu kata, beberapa kata atau kalimat, contoh :
mengulang kata-kata, nama buah, nama benda, kota , angka
Pemberian nama benda ( Naming )
4. Menyiapkan benda-benda sederhana di sekitar pemeriksa/
pasien, tanya nama benda tersebut, bila bisa maka komponen
penamaan baik.
Membaca dan Menulis
5. Mempersilahkan pasien membaca dan menulis (spontan dan di
dekte) apakah ada gangguan atau tidak.
Menentukan jenis Afasia
5. Menentukan jenis Afasia : Afasia Motorik (Broca), Afasia
Sensoris, Afasia Global, Afasia Konduktif, Afasia Transkortikal
Motor, Afasia Transkortikal Sensoris ( mengisi Tabel dibawah )

Langkah ke 5 : Isi tabel berikut

Compre-
Jenis Afasia Fluently Repetition Naming Reading Writing Lesi
hensive
Motorik/ Frontal
Broca/ Inferior
Ekspresif Posterior
Temporal
Wernicke/
Superior
Reseptif
posterior
Fronto
Global
temporal
Fasikulus
Konduksi arkuatus girus
supramarginal
Girus angular
Temporal
Nominal
superior
posterior
Transkortikal Peri-silvian
motorik anterior
Transkortikal Peri-silvian
sensorik posterior
Menentukan jenis Afasia
6.
Menentukan jenis Afasia : Afasia Motorik (Broca), Afasia
Sensoris, Afasia Global, Afasia Konduktif, Afasia Transkortikal
Motor, Afasia Transkortikal Sensoris ( mengisi Algoritme
pemeriksaan Afasia dibawah ini)

Algoritme pemeriksaan Afasia


THE MINI MENTAL STATE EXAMINATION (MMSE)

No. Diskripsi 1 2 3 Ket


Orientasi dan Registrasi
7. 1 Sekarang ini (tahun) (musim) (tanggal) (hari) (bulan) apa. (5)
8. 2 Kita ada dimana (negara) (propinsi) (kota) (rumah sakit)
(kamar). (5)
9. 3 Sebut 3 objek : Tiap objek 1 detik. Penderita disuruh mengulangi
nama objek tadi. Nilai 1 untuk tiap objek yang benar. Ulangi lagi
sampai penderita menyebutkan dengan benar. Catat jumlah
pengulangan. (3)
Perhatian dan Kalkulasi
10.4 Pengurangan 100 dengan 7. Nilai 1 untuk jawaban yang benar.
Hentikan setelah 5 jawaban atau eja secara terbalik kata
“WAHYU”
Nilai diberikan pada huruf yang benar sebelum kesalahan,
misalnya : UYAHW = nilai 2. (5)
Mengenal Kembali / Mengingat
11,5 Penderita disuruh mengulang 3 objek di atas tadi. (3)
Bahasa
12.6 Tunjukkan suatu objek/benda dan penderita diminta untuk
menyebut nama objek/benda tadi; Pensil,…..jam,….. (2)
12.7 Penderita diminta mengulang kata : “NAMUN, TANPA dan
BILA’. (1)
13.8 Penderita diminta mengikuti perintah : “Ambil kertas itu dengan
tangan kanan anda, lipatlah menjadi dua dan letakkan di lantai.”
(3)
Visuospasial / persepsi
14.9 Penderita diminta membaca dan melakukan perintah tertulis
pada kertas : “PEJAMKAN MATA ANDA”. (1)
15. Penderita diminta untuk menulis sebuah kalimat (harus
10 mempunyai subyek dan kata kerja yang mempunyai arti). (1)
16. Dapatkan penderita mencontoh gambar di bawah ini (beri nilai 1
11 jika semua sisi dan sudut baik, dan perpotongan sisi berbentuk
segi empat di bawah ini). (1)

Jumlah nilai 25 – 30 : normal


25 : terganggu
CHECK LIST PEMERIKSAAN MODUL NEUROLOGI 1
1.3. TANDA MENINGEAL
Nama :
NIM :
Kelompok :
Tanggal :

PROSEDUR MODUL 1.3.TANDA MENINGEAL :

No. Diskripsi I II III Ket


Kaku Kuduk dan Tanda Brudzinski leher (I)
Mempersilahkan penderita berbaring terlentang di tempat tidur,
1. kedua tangan dan kedua tungkai diluruskan , kemudian ambil
bantal bila ada.
Memutar kepala penderita ke samping kanan kiri serta menoleh
2.
ke kanan kiri apakah ada tahanan.
Memegang kepala belakang penderita dengan tangan kiri dan
tangan kanan, kemudian mem-fleksikan kepala - dagu penderita
3.
ke arah sternum/ dada penderita apakah ada tahanan atau nyeri
di leher, normal dagu dapat menyentuh dada,
Menentukan kaku kuduk positip yaitu bila dagu tidak
4.
menyentuh dada atau dada terangkat disebut
Menentukan tes Brudzinski I positif, yaitu saat bersamaan
5. pemeriksaan kaku kuduk terlihat gerakan fleksi sejenak pada
tungkai bawah.
Tanda Kernig
Mempersilahkan penderita berbaring terlentang di tempat tidur,
6. kedua tangan dan kedua tungkai diluruskan , kemudian ambil
bantal bila ada.
Memfleksikan paha pada sendi panggul dan lutut 900,
7. ekstensikan tungkai bawah pada sendi lutut , normal lebih
dari 1350,
Menentukan Tanda Kernig positip bila ada tahanan atau nyeri
8.
dan sudut tidak mencapai 1350.
Tanda Brudzinski tungkai (II)
Mempersilahkan penderita berbaring terlentang di tempat tidur,
9. kedua tangan dan kedua tungkai diluruskan , kemudian ambil
bantal bila ada.
No. Diskripsi I II III Ket
Tanda Brudzinski leher (II)
Memfleksikan salah satu tungkai lurus pada sendi panggul
10.
maksimal,
Menentukan tanda Brudzinski tungkai (II) positif, yaitu
11. terlihat adanya fleksi tungkai kontralateral (yang tidak
mengalami parese).
Tanda Brudzinski III
Mempersilahkan penderita berbaring terlentang di tempat tidur,
12. kedua tangan dan kedua tungkai diluruskan , kemudian ambil
bantal bila ada.
Menekan kedua pipi/infraorbita pasien dengan kedua tangan
13.
pemeriksa.
Menentukan tanda Brudzinski III positif, yaitu terlihat ada
14.
fleksi pada kedua lengan.
Tanda Brudzinski IV
Mempersilahkan penderita berbaring terlentang di tempat tidur,
15. kedua tangan dan kedua tungkai diluruskan , kemudian ambil
bantal bila ada.

16. Menekan os pubis penderita dengan tangan pemeriksa,

Menentukan tanda Brudzinski IV positif, yaitu terlihat ada


17.
fleksi pada kedua tungkai.

Beri Tanda √ bila dikerjakan lengkap dan Betul


Beri Tanda X bila tidak dikerjakan atau salah
Beri Tanda — bila sebagaian dikerjakan / tidak sempurna
Diberi kesempatan mengulang/ membetulkan ke II dan ke III
CHECK LIST PEMERIKSAAN MODUL NEUROLOGI 1
1.4. NERVUS III , IV dan VI
Nama :
NIM :
Kelompok :
Tanggal :

PROSEDUR MODUL 1.4. PEMERIKSAAN NERVUS III , IV dan VI

No. Diskripsi I II III Ket


Ptosis
1. Menyuruh penderita membuka mata lebar-lebar. Inspeksi kedua
kelopak mata penderita, apakah ada yang jatuh/layuh (ptosis).
Kedudukan Bola Mata
2. Memperhatikan kedudukan bola mata saat memandang lurus
kedepan, bila tidak sejajar disebut Strabismus , bila ketengah
disebut Strabismus Konvergen sedang bila keluar disebut
Strabismus Divergen
3. Memeriksa gerakan kedua bola mata penderita, ke semua arah,
lihat apakah ada kelumpuhan otot penggerak bola mata dan
tanyakan ada penglihatan dobel (diplopia).
4. Kemudian pemeriksaan gerakan bola satu mata bergantian
Reflek Akomodasi dan Konvergensi
5. Menyuruh pasien melihat benda yang jauh, mendadak disuruh
melihat jari kita yang di letakkan ditengah didepan hidung 10
cm, mendadak disuruh melihat jauh lagi, begitu berulang-ulang.
6. Memperhatikan gerakan bolamata ketengah ( konvergensi) dan
pupil mengecil (miosis), bila ada disebut positip.

Pupil dan Reflek Cahaya (reflek pupil) :


7. Mempersilahkan penderita berbaring terlentang dengan mata
melihat lurus ke atas.
8. Penerangan ruang periksa dimatikan, siapkan senter
9. Memperhatikan pupil, bulat atau tidak, ukur diameter pupil
berapa mm, catat bila ada kelainan
10. Memeriksa reflek cahaya, mata diperiksa satu persatu dengan
mata lainnya ditutup bergantian, dengan senter yang menyala,
senter digerakkan dari luar / lateral ketengah tegak lurus pupil,
sinar jatuh ditengah pupil, berhenti sejenak di tengah pupil,
diulang beberapa kali.
11. Menentukan reflek cahaya normal (positip), yaitu adanya pupil
mengecil (miosis) baik mata sesisi atau mata sisi lainnya
(kontralateral)
12. Menentukan Reflek Cahaya Langsung normal (positip), bila
pupil sesisi yang miosis
13. Memeriksa Reflek Cahaya Konsensual dengan tangan kiri
pemeriksa diletakkan di atas hidung pasien, supaya sinar masuk
ke mata kontralateral, memeriksa seperti langkah ke 10, tetapi
yang diperhatikan pupil sisi kontralateralnya mengecil (miosis)
14. Menyebutkan ciri-ciri kelainan nervus III
15. Menyebutkan ciri-ciri kelainan nervus IV
16. Menyebutkan ciri-ciri kelainan nervus VI

Beri Tanda √ bila dikerjakan lengkap dan Betul


Beri Tanda X bila tidak dikerjakan atau salah
Beri Tanda — bila sebagaian dikerjakan / tidak sempurna
Diberi kesempatan mengulang/ membetulkan ke II dan ke III
CHECK LIST PEMERIKSAAN MODUL NEUROLOGI 1
1.5. NERVUS V TRIGEMINUS
Nama :
NIM :
Kelompok :
Tanggal :

PROSEDUR MODUL 1.5. PEMERIKSAAN N.V TRIGEMINUS

No. Diskripsi I II III Ket


Motorik
1. Menginspeksi rahang penderita apakah ada deviasi, lihat oklusi
gigi atas dan bawah
2. Menyuruh pasien membuka dan menutup mulut apakah ada
kelainan dan deviasi.
3. Menyuruh pasien membuka mulut dengan kuat, raba m.
masseter dan m. temporalis.
4. Menyuruh pasien menggerakkan rahang bawah ke kiri dan ke
kanan dengan tangan pemeriksa menahannya, rasakan apakah
ada kelumpuhan.
Reflek Masseter
5. Memeriksa Reflek Masseter, menyuruh pasien membuka mulut
sedikit, dengan mengetuk memakai hammer pada dagu, melihat
reflek rahang mengatup.
Reflek Kornea
6. Memeriksa reflek kornea ada yang langsung , menyuruh
pasien melirik ke arah yang berlawanan dengan mata pasien
yang akan diperiksa (bila mata kiri yang diperiksa pasien
melirik ke kanan), dengan ujung kapas yang dipilin sentuhkan
pada daerah limbus kornea, secara cepat dari arah lateral ke
medial.
7. Menentukan reflek kornea langsung positip bila mata yang
menutup mata sesisi rangsangan.
8. Menentukan reflek kornea tidak langsung positip bila mata
kontralateralnya menutup.
Sensoris wajah
9. Memeriksa nyeri dengan jarum bundel pada daerah dermatome
V1 (Optalmikus), V2 (Maksilaris), V3 (Mandibularis).
10. Memeriksa raba dengan jarum bundel pada daerah dermatome
V1 (Optalmikus), V2 (Maksilaris), V3 (Mandibularis).
11. Menyebutkan gangguan sensoris tipe Perifer dan tipe sentral
(Nucleus).

Beri Tanda √ bila dikerjakan lengkap dan Betul


Beri Tanda X bila tidak dikerjakan atau salah
Beri Tanda — bila sebagaian dikerjakan / tidak sempurna
Diberi kesempatan mengulang/ membetulkan ke II dan ke III
CHECK LIST PEMERIKSAAN MODUL NEUROLOGI 1
1.6. NERVUS VII FASCIALIS
Nama :
NIM :
Kelompok :
Tanggal :

No. Diskripsi I II III Ket


Motorik
1. Menginspeksi kerutan dahi, kelopak mata, sudut mata dan
lipatan sudut mulut. Bandingkan kiri dan kanan apakah ada
asimetri (merot) atau kelumpuhan.
2. Menyuruh penderita mengeryitkan dahi / angkat alis, menutup
mata sekuat-kuatnya, meringis, mencucu dan memperlihatkan
giginya. Bandingkan kiri dan kanan apakah ada asimetri (merot)
atau kelumpuhan.
3. Menyuruh penderita menutup mata sekuat-kuatnya dan coba
buka dengan tangan pemeriksa. Apakah ada kelumpuhan atau
keadaan tidak bisa menutup mata disebut lagophtalmus,
Tanda Bell
4. Memperhatikan saat menutup mata sekuat-kuatnya, dengan
adanya lagoptalmos terlihat bola mata berputar keatas disebut
tanda Bell positip
Pengecap
5. Menanyakan adanya gangguan rasa 2/3 depan lidah dengan
manis, asin, asam (N.VII) dan pahit (N.IX). Keadaan tidak bisa
mengecap rasa disebut ageusia / hipogeusia.
Hiperacusis
6. Menanyakan apa ada keadaan setiap ada suara, terdengar yang
lebih keras disebut hiperakusis, biasanya penderita mengeluh
”gembrebeg”.
7. Memeriksa adanya ”Hiperacusis”, menempelkan stetoskop di
kedua telinga pasien, gesek membran stetoskop perlahan-lahan,
tanyakan ke penderita yang lebih keras sebelah mana.
8. Menentukan hasil pemeriksaan atau menyebutkan ciri lesi N.VII
Perifer / LMN
9. Menentukan hasil pemeriksaan atau menyebutkan ciri lesi N.VII
tipe sentral / UMN
CHECK LIST PEMERIKSAAN MODUL NEUROLOGI 1
1.7. NERVUS VIII
Nama :
NIM :
Kelompok :
Tanggal :

PROSEDUR MODUL 1.7.PEMERIKSAAN N.VIII AUDITORI dan VESTIBULAR

No. Diskripsi I II III Ket


Tes Bisik
1. Melakukan tes bisik atau dengan menggesekkan jari-jari
pemeriksa pada telinga penderita, telinga kanan kiri bergantian,
suruh penderita membandingkan kanan dan kiri.

Tes Schwabach
2. Membunyikan Garpu tala 128 Hz atau 512 Hz, lengan garpu
tala ditempatkan di dekat telinga penderita, setelah tidak
mendengar maka garpu tala diletakkan di dekat telinga
pemeriksa, bila pemeriksa masih mendengar maka Schwabach
memendek.
Tes Rinne
3. Membunyikan Garpu tala 128 Hz atau 512 Hz, pangkal garpu
tala diletakkan di mastoid penderita, suruh pasien
mendengarkan, bila sudah tidak terdengar lengan garpu tala
didekatkan di dekat telinga penderita , bila masih terdengar
maka Rinne positif.
4. Membunyikan Garpu tala 128 Hz atau 512 Hz, di ditempelkan di
vertex kepala pasien tepat di garis tengah, suruh pasien
mendengarkan, dan menentukan telinga mana yang lebih keras
bunyinya, bila lebih keras kanan maka Weber lateralisasi ke
kanan.
5. Menentukan tuli konduktif, dengan ciri-ciri pendengaran
berkurang, Schwabach memendek, Rinne negatif, Weber
lateralisasi ketelinga sakit.
6. Menentukan tuli persepsi, dengan ciri-ciri pendengaran
berkurang, Schwabach memendek, Rinne positif, Weber
lateralisasi ke telinga sehat.
Nystgmus
7. Memperlihatkan pada kedua mata penderita apakah ada
nistagmus , dengan mata diam dan mata bergerak. Tentukan
arah nistagmus dengan melihat fase cepatnya, nystagmus
disebut arah cepatnya.
Tes Romberg
9. Mempersilahkan penderita berdiri, pemeriksa siap dibelakang
pasien, menerangkan apa yang akan diperiksa.
10. Mempersilahkan penderita berdiri dengan kedua kaki rapat,
kedua tangan lurus kebawah suruh penderita membuka dan
menutup mata,
11. Menentukan Tes Romberg positif, yaitu bila penderita jatuh ,
catat arah jatuhnya.
12. Menentukan ciri-ciri gangguan vestibular pada tes Romberg
maka jatuhnya, baik saat mata terbuka maupun tertutup dan
jatuhnya kesemua arah
13. Menentukan ciri-ciri gangguan serebellum pada tes Romberg
jatuhnya baik saat mata terbuka maupun tertutup dan jatuhnya
kesisi lesi.
14. Menentukan ciri-ciri gangguan proprioseptif pada tes Romberg
saat mata terbuka tidak jatuh, saat mata tertutup jatuh kesemua
arah.
Jalan Tandem
15. Menyuruh penderita berjalan setapak demi setapak
menyambung dengan tumit kaki kanan dan ibu jari kaki kiri
saling menempel, berjalan 2 meter di garis lurus, lihat pasien
jatuh atau tidak seimbang, catat arah jatuhnya.

Beri Tanda √ bila dikerjakan lengkap dan Betul


Beri Tanda X bila tidak dikerjakan atau salah
Beri Tanda — bila sebagaian dikerjakan / tidak sempurna
Diberi kesempatan mengulang/ membetulkan ke II dan ke III
CHECK LIST PEMERIKSAAN MODUL NEUROLOGI 1
1.8. NERVI IX da X
Nama :
NIM :
Kelompok :
Tanggal :

PROSEDUR MODUL 1.8.PEMERIKSAAN NERVI IX dan X

No. Diskripsi I II III Ket


Vernet rideau phenomenon
1. Menyuruh pasien buka mulut, suruh pasien bilang ”aaagh”,
dengan senter lihat palatum mole apakah ada asimetri arkus
faring atau deviasi uvula.
Reflek muntah
2. Menyiapkan spatel lidah dan lidi kapas, menyuruh pasien
membuka mulut, dengan spatel lidah ditekan sehingga terlihat
dinding faring belakang, dengan lidi kapas sentuh dinding
posterior faring kanan kiri bergantian , apakah ada gerakan
reflek muntah.
Disfonia
Menyuruh pasien menirukan kata-kata ”mama”, haha” dll,
3.
apakah ada gangguan dalam fonasi.

Beri Tanda √ bila dikerjakan lengkap dan Betul


Beri Tanda X bila tidak dikerjakan atau salah
Beri Tanda — bila sebagaian dikerjakan / tidak sempurna
Diberi kesempatan mengulang/ membetulkan ke II dan ke III
CHECK LIST PEMERIKSAAN MODUL NEUROLOGI 1
1.9. NERVUS XI
Nama :
NIM :
Kelompok :
Tanggal :

PROSEDUR MODUL 1.9.PEMERIKSAAN N.XI

No. Diskripsi I II III Ket


m. Trapezius
1. Untuk memeriksa otot trapezius, menyuruh pasien mengangkat
bahu kanan dan kiri ke atas pemeriksa menahan dengan tangan,
bandingkan kekuatan kanan dan kiri.

m. Sternocleidomastoideus
2. Untuk memeriksa otot sternokleidomastoideus kanan, suruh
pasien menoleh ke kiri, tahan rahang pasien, lihat kekuatannya.
Untuk memeriksa otot ini kanan kiri bersamaan, suruh pasien
mem fleksikan kepala ke dada, lihat kekuatannya.

Beri Tanda √ bila dikerjakan lengkap dan Betul


Beri Tanda X bila tidak dikerjakan atau salah
Beri Tanda — bila sebagaian dikerjakan / tidak sempurna
Diberi kesempatan mengulang/ membetulkan ke II dan ke III
CHECK LIST PEMERIKSAAN MODUL NEUROLOGI 1
1.10. NERVUS XII
Nama :
NIM :
Kelompok :
Tanggal :

PROSEDUR MODUL 1.10.PEMERIKSAAN N.XII

No. Diskripsi I II III Ket

1. Inspeksi
Menyuruh pasien membuka mulut,lihat apakah ada atrofi lidah,
fasikulasi, deviasi lidah,
2. Menyuruh pasien menjulurkan lidah, lihat apakah ada deviasi
lidah, catat arah deviasi lidah .
3. Menyuruh penderita dengan lidahnya, menekan pipi penderita
dengan tangan memeriksa menahan pipi pasien, lihat kekuatan
lidah pasien, bergantian kanan dan kiri.
4. Menyuruh pasien mengucapkan kata-kata mengandung huruf
”R” dan ”L”, apakah ada gangguan dalam pengucapan.
5. Menentukan parese N.XII tipe LMN, yaitu ada atropi dan
fasikulasi lidah, bila tidak ada tipe UMN

Beri Tanda √ bila dikerjakan lengkap dan Betul


Beri Tanda X bila tidak dikerjakan atau salah
Beri Tanda — bila sebagaian dikerjakan / tidak sempurna
Diberi kesempatan mengulang/ membetulkan ke II dan ke III
LAMPIRAN

MODUL PANUM
(Kepaniteraan Umum)

MODUL NEUROLOGI 1

Editor
Dr.Moch.Dalhar,Sp.S(K)
Dr.Shahdevi NK,Sp.S
Dr.Masruroh Rahayu,MKes

FAKULTAS KEDOKTERAN
Universitas Brawijaya
MALANG
2007
Lampiran MODUL NEUROLOGI 1
PEMRIKSAAN N I dan II ( Lihat Modul THT dan Mata )
Nomor letak lesi :
1. Monocular blindness OS 6. Hemiquadranopsia Homonim Kanan atas
2. Hemianopsia Bitemporal 7. Hemiquadranopsia Homonim Kanan bawah
3. Hemianopsia Homonim Kanan 8. Hemianopsia Homonim Kanan
4. Hemianopsia kiri OS, Buta total OD 9. Hemianopsia Homonim Kanan, Macula N
5. Hemianopsia Homonim Kiri 11.Hemianopsia Homonim Kiri Macula

Anda mungkin juga menyukai