@MODUL PANUM NEURO 1 Full Check List 070822 PDF
@MODUL PANUM NEURO 1 Full Check List 070822 PDF
(Kepaniteraan Umum)
MODUL NEUROLOGI 1
Editor
Dr.Moch.Dalhar,Sp.S(K)
Dr.Shahdevi NK,Sp.S
Dr.Masruroh Rahayu,MKes
FAKULTAS KEDOKTERAN
Universitas Brawijaya
MALANG
2007
MODUL NEUROLOGI 1
KEPANITERAAN UMUM FKUB
JUDUL NEUROLOGI 1
Verbal
5. Menanyakan orientasi terhadap orang, waktu dan tempat ,
perhatikan ucapan penderita apakah lancar atau sesuai
dengan pertanyaannya.
6. Bila tidak ada suara yang keluar, merangsang penderita
dengan nyeri di di kuku, supraorbita atau di sternum.
7. Penilaian bicara (verbal) dengan nilai 1-5
5 : orientasi waktu, orang dan tempat baik dan lancar
4 : disorientasi atau bingung (jawaban tidak
berhubungan)
3 : hanya bisa membuat satu kata, tidak bisa membuat
kalimat (inappropiate word)
2 : hanya ada suara tanpa arti (incomprehensive
sound)
1 : tidak ada respon suara
Motorik
8. Meng-inspeksi gerakan atau posisi ekstremitas penderita.
9. Memerintahkan penderita untuk menggerakkan anggota (
tangan dan kaki) baik verbal atau nonverbal.
10. Bila tidak bisa, merangsang nyeri pada kuku penderita,
lihat apakah ada gerakan melokalisasi nyeri, menarik
ekstremitas, posisi decorticate, posisi decerebrate.
11. Penilaian motoris dengan nilai 1-6
6 : bisa diperintah baik verval atau non verbal (obey)
5 : bisa mengetahui asal rangsangan (localizes)
4 : bisa menghindar rangsangan (withdraws)
3 : abnormal posisi flexi (decorticate)
2 : abnormal posisi ekstensi (decerebrate)
1 : tidak ada respon motorik
JUDUL NEUROLOGI 1
WAKTU
PEMERIKSAAN AFASIA
Afasia adalah salah satu gangguan berbahasa dimana terjadi gangguan
komunikasi dengan sekelilingnya. Syarat pemeriksaan afasia adalah
tidak ada penurunan derajat kesadaran. Dalam berbahasa tercakup
berbagai kemampuan 6 langkah yaitu :
a. bicara spontan (fluently)
b. komprehensi (comprehensive)
c. mengulang (repetition)
d. menamai (naming)
e. membaca (reading)
f. menulis (writing)
Dalam pemeriksaan afasia ini semua komponen di atas diperiksa
tersendiri, pembagian afasia berdasarkan gangguan komponen yang
terjadi.
Jenis Afasia yang utama : Afasia Motorik (Broca), Afasia Sensoris,
Afasia Global, Afasia Konduktif, Afasia Transkortikal Motor, Afasia
Transkortikal Sensoris
Bahasa
( ) Tunjukkan suatu objek/benda dan penderita diminta untuk
menyebut nama objek/benda tadi; Pensil,…..jam,….. …… (2)
( ) Penderita diminta mengulang kata : “NAMUN, TANPA dan BILA’ …… (1)
( ) Penderita diminta mengikuti perintah : “Ambil kertas itu dengan
tangan kanan anda, lipatlah menjadi dua dan letakkan di lantai.” …… (3)
Visuospasial / persepsi
( ) Penderita diminta membaca dan melakukan perintah tertulis pada
kertas : “PEJAMKAN MATA ANDA” …… (1)
( ) Penderita diminta untuk menulis sebuah kalimat (harus mempunyai
subyek dan kata kerja yang mempunyai arti)………………………. …… (1)
( ) Dapatkan penderita mencontoh gambar di bawah ini (beri nilai 1
jika semua sisi dan sudut baik, dan perpotongan sisi berbentuk segi
empat di bawah ini). …… (1)
JUDUL NEUROLOGI 1
LATAR BELAKANG Meningeal sign atau tanda rangsang meningeal timbul bila ada
rangsangan pada meningen, baik di otak atau medula spinalis.
Meningeal sign muncul akibat keradangan atau rangsangan
meningen pada kelainan seperti meningitis dan Stroke SAH
(Subarachnoid Hemorrhage).
Pemeriksaan tanda meningeal terdiri dari kaku kuduk, Kernig,
Brudzinski I s/d IV.
Ada tanda kekakuan leher yang bukan meningeal sign yaitu
pada tetanus, sepsis, abses retrofaringeal, artritis servikal atau,
tipoid fever, parkinson tahap lanjut. Pada kasus ini terdapat
kekakuan atau tahanan leher ke segala arah, bila kaku kuduk
murni tahanan hanya pada fleksi dagu.
Tanda Kernig :
6. Mempersilahkan penderita berbaring terlentang di tempat
tidur, kedua tangan dan kedua tungkai diluruskan ,
kemudian ambil bantal bila ada.
7. Memfleksikan paha pada sendi panggul dan lutut 900,
ekstensikan tungkai bawah pada sendi lutut , normal lebih
dari 1350,
8. Menentukan Tanda Kernig positip bila ada tahanan atau
nyeri dan sudut tidak mencapai 1350.
Tanda Brudzinski II (tungkai) :
9. Mempersilahkan penderita berbaring terlentang di tempat
tidur, kedua tangan dan kedua tungkai diluruskan ,
kemudian ambil bantal bila ada.
10. Memfleksikan salah satu tungkai lurus pada sendi panggul
maksimal,
11. Menentukan tanda Brudzinski tungkai (II) positif, yaitu
terlihat adanya fleksi tungkai kontralateral (yang tidak
mengalami parese).
Tanda Brudzinski IV :
15. Mempersilahkan penderita berbaring terlentang di tempat
tidur, kedua tangan dan kedua tungkai diluruskan ,
kemudian ambil bantal bila ada.
16. Menekan os pubis penderita dengan tangan pemeriksa,
17. Menentukan tanda Brudzinski IV positif, yaitu terlihat ada
fleksi pada kedua tungkai.
CHECK LIST &
Terlampir dibawah
EVALUASI
JUDUL NEUROLOGI 1
WAKTU
N. III (Oculomotorius) menginervasikan m. obliquus inferior, m.
LATAR BELAKANG rektus medialis, m. rektus superior, m.rektus inferior, m.levator
palpebra, m.spingter pupil (mengurus kontraksi pupil) dan m.
siliaris (mengurus lensa mata/ akomodasi).
N. IV (trochlearis) menginervasi m. obligus superior untuk melirik
bawah nasal.
N. VI (abdusen) menginervasi m. rektus lateralis untuk melirik ke
temporal.
Pemeriksaan N. III, IV dan VI meliputi pemeriksaan reflek cahaya
(pupil), gerakan bola mata, ptosis, akomodasi dan konvergensi.
PROSEDUR Ptosis
1. Menyuruh penderita membuka mata lebar-lebar. Inspeksi
kedua kelopak mata penderita, apakah ada yang jatuh/layuh
(ptosis).
JUDUL NEUROLOGI 1
LATAR BELAKANG N. V. Terdiri atas bagian motorik dan sensorik. Bagian motorik
mengurus otot pengunyah yaitu m. Masseter, temporalis dan
pterigoideus medialis serta m. pterigoideus lateral (untuk
menggerakkan rahang ke lateral dan membuka mulut).
Bagian sensoris untuk sensibilitas wajah dan sebagian dalam
kepala lewat cabang N.V1 oftalmikus, V2 maxilaris dan V3
mandibularis . Pemeriksaan N. V terdiri dari pemeriksaan motorik,
sensorik, reflek kornea dan jaw reflek.
1. Menginspeksi rahang penderita apakah ada deviasi, lihat oklusi
PROSEDUR gigi atas dan bawah
2. Menyuruh pasien membuka dan menutup mulut apakah ada
kelainan dan deviasi.
3. Menyuruh pasien menggigit dengan kuat, raba m.masseter dan
m.temporalis.
4. Menyuruh pasien menggerakkan rahang bawah ke kiri dan ke
kanan dengan tangan pemeriksa menahannya, rasakan apakah
ada kelumpuhan.
5. Memeriksa Reflek Masseter, menyuruh pasien membuka mulut
sedikit, dengan mengetuk memakai hammer pada dagu, melihat
reflek rahang mengatup.
6. Memeriksa Reflek kornea ada yang langsung , menyuruh
pasien melirik ke arah yang berlawanan dengan mata pasien
yang akan diperiksa (bila mata kiri yang diperiksa pasien
melirik ke kanan), dengan ujung kapas yang dipilin sentuhkan
pada daerah limbus kornea, secara cepat dari arah lateral ke
medial.
7. Menentukan reflek kornea langsung positip bila mata yang
menutup mata sesisi rangsangan.
8. Menentukan reflek kornea tidak langsung positip bila mata
kontralateralnya menutup.
Reflek Kornea
Pemeriksaan Sensoris
9. Memeriksa nyeri dengan jarum bundel pada daerah dermatome
V1 (Optalmikus), V2 (Maksilaris), V3 (Mandibularis).
10. Memeriksa raba dengan jarum bundel pada daerah dermatome
V1 (Optalmikus), V2 (Maksilaris), V3 (Mandibularis).
11. Menyebutkan gangguan sensoris tipe Perifer dan tipe sentral
(Nucleus).
JUDUL NEUROLOGI 1
PROSEDUR Motorik
1. Menginspeksi kerutan dahi, kelopak mata, sudut mata dan
lipatan sudut mulut. Bandingkan kiri dan kanan apakah ada
asimetri (merot) atau kelumpuhan.
2. Menyuruh penderita mengeryitkan dahi / angkat alis, menutup
mata sekuat-kuatnya, meringis, mencucu dan memperlihatkan
giginya. Bandingkan kiri dan kanan apakah ada asimetri (merot)
atau kelumpuhan.
3. Menyuruh penderita menutup mata sekuat-kuatnya dan coba
buka dengan tangan pemeriksa. Apakah ada kelumpuhan atau
keadaan tidak bisa menutup mata disebut lagophtalmus,
Tanda Bell
4. Memperhatikan saat menutup mata sekuat-kuatnya, dengan
adanya lagoptalmos terlihat bola mata berputar keatas disebut
tanda Bell positip
5. Menanyakan adanya gangguan rasa 2/3 depan lidah dengan
manis, asin, asam (N.VII) dan pahit (N.IX).
Keadaan tidak bisa mengecap rasa disebut ageusia / hipogeusia.
6. Menanyakan apa ada keadaan setiap ada suara, terdengar yang
lebih keras disebut hiperakusis, biasanya penderita mengeluh
”gembrebeg”.
7. Memeriksa adanya ”Hiperacusis”, menempelkan stetoskop di
kedua telinga pasien, gesek membran stetoskop perlahan-lahan,
tanyakan ke penderita yang lebih keras sebelah mana.
JUDUL NEUROLOGI 1
4. Weber
Membunyikan Garpu tala 128 Hz atau 512 Hz, di
ditempelkan di vertex kepala pasien tepat di garis tengah,
suruh pasien mendengarkan, dan menentukan telinga mana
yang lebih keras bunyinya, bila lebih keras kanan maka
Weber lateralisasi ke kanan.
Menentukan tuli konduktif, dengan ciri-ciri pendengaran
berkurang, Schwabach memendek, Rinne negatif, Weber
lateralisasi ketelinga sakit.
Menentukan tuli persepsi, dengan ciri-ciri pendengaran
berkurang, Schwabach memendek, Rinne positif, Weber
lateralisasi ke telinga sehat.
5. Nistagmus
Lihat pada kedua mata penderita apakah ada nistagmus ,
dengan mata diam dan mata bergerak. Tentukan arah
nistagmus dengan melihat fase cepatnya, nystagmus disebut
arah cepatnya.
6. Tes Romberg
Pemeriksa siap dibelakang pasien, menyuruh penderita
berdiri tegak dengan kedua kaki rapat, kedua tangan lurus
kebawah suruh penderita membuka dan menutup mata,
Bila penderita jatuh disebut Romberg positif, catat arah
jatuhnya
Bila gangguan vestibular maka jatuhnya, baik saat mata
terbuka maupun tertutup dan jatuhnya kesemua arah. Bila
gangguan serebellum jatuhnya baik saat mata terbuka
maupun tertutup dan jatuhnya kesisi lesi. Bila gangguan
proprioseptif saat mata terbuka tidak jatuh, saat mata
tertutup jatuh kesemua arah.
Tes Romberg
JUDUL NEUROLOGI 1
LEARNING OBJECTIVE
Setelah menyelesaikan tugas modul 1.8. mahasiswa mampu
melakukan pemeriksaan adanya dysphagia, dysphonia, fenomena
Vernet Ridou, Reflek Muntah secara mandiri.
JUDUL NEUROLOGI 1
LEARNING OBJECTIVE
Setelah menyelesaikan tugas modul 1.9. mahasiswa mampu
melakukan pemeriksaan m.Trapezius, m.Sternocleidomastoideus
secara mandiri.
WAKTU
PROSEDUR 1. m.Trapezius
Untuk memeriksa otot trapezius, menyuruh pasien mengangkat
bahu kanan dan kiri ke atas pemeriksa menahan dengan tangan,
bandingkan kekuatan kanan dan kiri.
2. m.Sternocleidomastoideus
Untuk memeriksa otot sternokleidomastoideus kanan, suruh
pasien menoleh ke kiri, tahan rahang pasien, lihat kekuatannya.
Untuk memeriksa otot ini kanan kiri bersamaan, suruh pasien
mem fleksikan kepala ke dada, lihat kekuatannya.
JUDUL NEUROLOGI 1
WAKTU
LATAR BELAKANG
Saraf ini hanya menginervasi otot ekstrensik dan intrinsik lidah.
Kelumpuhan saraaf ini dibagi menjadi dua yaitu UMN dan LMN.
Pada kelumpuhan UMN, terdapat deviasi ke sisi yang lumpuh saat
menjulurkan lidah, tidak ada atrofi dan fasikulasi. Patokan adanya
deviasi adalah garis tengah atau gigi incisivus. Gangguan nervus
ini akan mengakibatkan disartria lingual.
Jenis Dysartria atau pelo , Dysartria Lingual (lesi n.XII) cirinya
tidak jelas bunyi ”R” dan ”L”, Dysartria Labial (Lesi n.VII) cirinya
tidak jelas bunyi ”M”, ”O”, ”B”, Dysartria Pharyngeal (lesi n.IX)
cirinya suara ”bindeng” atau sengau tidak jelas bunyi ”NG”,
Dysartria Laryngeal (lesi n.X) cirinya suara dysponi, hipoponia,
aponia bila minum tersedak
Inspeksi
PROSEDUR 1. Menyuruh pasien membuka mulut,lihat apakah ada atrofi lidah,
fasikulasi, deviasi lidah,
2. Menyuruh pasien menjulurkan lidah, lihat apakah ada deviasi
lidah, catat arah deviasi lidah .
Palpasi
3. Menyuruh penderita dengan lidahnya, menekan pipi penderita
dengan tangan memeriksa menahan pipi pasien, lihat kekuatan
lidah pasien, bergantian kanan dan kiri.
Disartia lingual
4. Menyuruh pasien mengucapkan kata-kata mengandung huruf
”R” dan ”L”, apakah ada gangguan dalam pengucapan.
5. Menentukan parese N.XII tipe LMN, yaitu ada atropi dan
fasikulasi lidah, bila tidak ada tipe UMN
CHECK LIST
MODUL NEUROLOGI 1
Editor
Dr.Moch.Dalhar,Sp.S(K)
Dr.Shahdevi NK,Sp.S
Dr.Masruroh Rahayu,MKes
FAKULTAS KEDOKTERAN
Universitas Brawijaya
MALANG
2007
CHECK LIST PEMERIKSAAN MODUL NEUROLOGI 1
1.1. KESADARAN (GCS)
Nama :
NIM :
Kelompok :
Tanggal :
Compre-
Jenis Afasia Fluently Repetition Naming Reading Writing Lesi
hensive
Motorik/ Frontal
Broca/ Inferior
Ekspresif Posterior
Temporal
Wernicke/
Superior
Reseptif
posterior
Fronto
Global
temporal
Fasikulus
Konduksi arkuatus girus
supramarginal
Girus angular
Temporal
Nominal
superior
posterior
Transkortikal Peri-silvian
motorik anterior
Transkortikal Peri-silvian
sensorik posterior
Menentukan jenis Afasia
6.
Menentukan jenis Afasia : Afasia Motorik (Broca), Afasia
Sensoris, Afasia Global, Afasia Konduktif, Afasia Transkortikal
Motor, Afasia Transkortikal Sensoris ( mengisi Algoritme
pemeriksaan Afasia dibawah ini)
Tes Schwabach
2. Membunyikan Garpu tala 128 Hz atau 512 Hz, lengan garpu
tala ditempatkan di dekat telinga penderita, setelah tidak
mendengar maka garpu tala diletakkan di dekat telinga
pemeriksa, bila pemeriksa masih mendengar maka Schwabach
memendek.
Tes Rinne
3. Membunyikan Garpu tala 128 Hz atau 512 Hz, pangkal garpu
tala diletakkan di mastoid penderita, suruh pasien
mendengarkan, bila sudah tidak terdengar lengan garpu tala
didekatkan di dekat telinga penderita , bila masih terdengar
maka Rinne positif.
4. Membunyikan Garpu tala 128 Hz atau 512 Hz, di ditempelkan di
vertex kepala pasien tepat di garis tengah, suruh pasien
mendengarkan, dan menentukan telinga mana yang lebih keras
bunyinya, bila lebih keras kanan maka Weber lateralisasi ke
kanan.
5. Menentukan tuli konduktif, dengan ciri-ciri pendengaran
berkurang, Schwabach memendek, Rinne negatif, Weber
lateralisasi ketelinga sakit.
6. Menentukan tuli persepsi, dengan ciri-ciri pendengaran
berkurang, Schwabach memendek, Rinne positif, Weber
lateralisasi ke telinga sehat.
Nystgmus
7. Memperlihatkan pada kedua mata penderita apakah ada
nistagmus , dengan mata diam dan mata bergerak. Tentukan
arah nistagmus dengan melihat fase cepatnya, nystagmus
disebut arah cepatnya.
Tes Romberg
9. Mempersilahkan penderita berdiri, pemeriksa siap dibelakang
pasien, menerangkan apa yang akan diperiksa.
10. Mempersilahkan penderita berdiri dengan kedua kaki rapat,
kedua tangan lurus kebawah suruh penderita membuka dan
menutup mata,
11. Menentukan Tes Romberg positif, yaitu bila penderita jatuh ,
catat arah jatuhnya.
12. Menentukan ciri-ciri gangguan vestibular pada tes Romberg
maka jatuhnya, baik saat mata terbuka maupun tertutup dan
jatuhnya kesemua arah
13. Menentukan ciri-ciri gangguan serebellum pada tes Romberg
jatuhnya baik saat mata terbuka maupun tertutup dan jatuhnya
kesisi lesi.
14. Menentukan ciri-ciri gangguan proprioseptif pada tes Romberg
saat mata terbuka tidak jatuh, saat mata tertutup jatuh kesemua
arah.
Jalan Tandem
15. Menyuruh penderita berjalan setapak demi setapak
menyambung dengan tumit kaki kanan dan ibu jari kaki kiri
saling menempel, berjalan 2 meter di garis lurus, lihat pasien
jatuh atau tidak seimbang, catat arah jatuhnya.
m. Sternocleidomastoideus
2. Untuk memeriksa otot sternokleidomastoideus kanan, suruh
pasien menoleh ke kiri, tahan rahang pasien, lihat kekuatannya.
Untuk memeriksa otot ini kanan kiri bersamaan, suruh pasien
mem fleksikan kepala ke dada, lihat kekuatannya.
1. Inspeksi
Menyuruh pasien membuka mulut,lihat apakah ada atrofi lidah,
fasikulasi, deviasi lidah,
2. Menyuruh pasien menjulurkan lidah, lihat apakah ada deviasi
lidah, catat arah deviasi lidah .
3. Menyuruh penderita dengan lidahnya, menekan pipi penderita
dengan tangan memeriksa menahan pipi pasien, lihat kekuatan
lidah pasien, bergantian kanan dan kiri.
4. Menyuruh pasien mengucapkan kata-kata mengandung huruf
”R” dan ”L”, apakah ada gangguan dalam pengucapan.
5. Menentukan parese N.XII tipe LMN, yaitu ada atropi dan
fasikulasi lidah, bila tidak ada tipe UMN
MODUL PANUM
(Kepaniteraan Umum)
MODUL NEUROLOGI 1
Editor
Dr.Moch.Dalhar,Sp.S(K)
Dr.Shahdevi NK,Sp.S
Dr.Masruroh Rahayu,MKes
FAKULTAS KEDOKTERAN
Universitas Brawijaya
MALANG
2007
Lampiran MODUL NEUROLOGI 1
PEMRIKSAAN N I dan II ( Lihat Modul THT dan Mata )
Nomor letak lesi :
1. Monocular blindness OS 6. Hemiquadranopsia Homonim Kanan atas
2. Hemianopsia Bitemporal 7. Hemiquadranopsia Homonim Kanan bawah
3. Hemianopsia Homonim Kanan 8. Hemianopsia Homonim Kanan
4. Hemianopsia kiri OS, Buta total OD 9. Hemianopsia Homonim Kanan, Macula N
5. Hemianopsia Homonim Kiri 11.Hemianopsia Homonim Kiri Macula