NRI : 17014101164
Boston Diagnostic Aphasia Examination (Goodglass & Kaplan, 1972 digunakan untuk
memenuhi tiga kriteria
a) mendiagnosis dan mengenal sindrom afasia, yang mengarah ke lokalisasi otak
b) pengukuran tingkat kinerja, baik untuk penentuan awal dan deteksi perubahan dari
waktu ke waktu
c) assesment komprehensif dari aset dan kemampuan penderita di semua bidang sebagai
panduan untuk terapi.
Parafasia ialah kegiatan mensubstitusi kata. Ada dua jenis parafasia. Parafasia semantic
atau verbal berarti mensubstitusi satu kata dengan kata yang lainnya. Parafasia fonemik berarti
mensubstitusi suatu bunyi dengan bunyi lain yang biasanya berbunyi cukup mirip.
Orang normal umumnya dapat menyebutkan 36-60 kata yang berawalan dengan huruf
tertentu, tergantung dari tingkat intelegensi, usia, dan tingkat pendidikan. Kemampuan yang
hanya sampai 12 kata atau kurang untuk setiap huruf merupakan petunjuk adanya penurunan
kelancaran berbicara verbal namun perlu diperhatikan pada pasien dengan tingkat pendidikan
yang tidak lebih dari sekolah menengah pertama.
dilakukan untuk menilai afasia mencakup penilaian terhadap kemampuan ini. Kesulitan
menemukan kata erat kaitannya dengan kemampuan menyebut nama (menamai) attau
disebut anomia.
Penilaiaan harus mencakup kemampuan pasien menyebutkan nama objek, bagian
dari objek, bagian tubuh, warna, dan bila perlu gambar geometric, symbol matematik, atau
nama dari suatu tindakan. Dalam hal ini, perlu digunakan benda-benda yang sering
digunakan sampai benda-benda yang jarang ditemui atau digunakan. Banyak penderita
afasia yang masih mampu menamai objek yang sering ditemui atau digunakan dengan
cepat dan tepat, namun lamban dan tertegun dengan melukiskan kegunaannya atau
parafasia pada objek yang jarang dijumpainya.
Bila pasien tidak mampu atau sulit menamai, dapat dibantu dengan memberikan
suku kata pemula atau dengan menggunakan kalimat penuntun. Yang penting ialah
sampainya pasien kepada kata yang dibutuhkan, yakni kita nilai kemampuan pasien dalam
menamai objek. Ada pula yang mengenal objek dan mampu melukiskan kegunaannya
namun tidak dapat menamainya.
Pertama-tama terangkan kepada pasien bahwa ia akan disuruh menyebutkan nama
beberapa objek juga warna dan bagian dari objek tersebut. Kita dapat menilai dengan
memperlihatkan misalnya arloji, bolpoin, kaca mata, kemudian bagian dari arloji, lensa
kacamata. Objek atau gambar yang dapat digunakan misalnya meja, kursi, lampu, pintu,
jendela. Bagian dari tubuh misalnya mata, hidung, gigi, ibu jari, lutut. Warna misalnya
merah , biru, hijau, kuning, kelabu. Bagian dari onjek contohnya jarum jam, sol sepatu,
kepala ikat pinggang, bingkai kacamata.
Perhatikanlah apakah pasien dapat menyebutkan nama objek dengan cepat atau
lamban, atau tertegun, atau menggunakan sirkomlokusi, parafasia, neologisme, dan apakah
ada perseverasi. Disamping menggunakan onjek, dapat pula digunakan gambar objek.
Bila pasien tidak mampu menyebutkan nama objek perlu diperhatikan apakah
pasien dapat memilih nama onnjek tersebut dari beberapa pilihan nama objek. Pada
pemeriksaan ini perlu digunakan kurang lebih 20 nama objek sebelum menentukan bahwa
tidak didapatkan gangguan.
Lumbantobing. 2012. Neurologi klinis pemeriksaan fisik dan mental, cetakan ke -15. Badan Penerbit FKUI.
Jakarta, hal 159-164
Wahyudi, Kupiya Timbul. 2012. Vertigo. Jakarta : Medical Department, PT.Kalbe Farma Tbk.
Tugas Stase Pancaran Kasih 4-10-2017
Ice pack test berguna untuk ptosis. Kue es dioleskan ke kelopak mata atas yang terkena selama 5
menit. Tes positif adalah perbaikan ptosis> 2mm atau lebih. Perbaikan sementara pada ptosis ini
disebabkan oleh dinginnya penurunan asetilkolinesterase break-down asetilkolin pada
sambungan neuromuskuler.
Diogo Fraxino, Rafael. 2008. Ice pack test in the diagnosis of myasthenia gravis. Sao Paulo : Arq
Neuropsiquiatr 2008;66(1):96-98