Anda di halaman 1dari 6

Tugas Stase Pancaran Kasih 4-10-2017

Nama : Fikryah Eka Saputri

NRI : 17014101164

Klasifikasi Afasia dan Perbedaan Vertigo Perifer & Sentral


1. Klasifikasi Afasia

Boston Diagnostic Aphasia Examination (Goodglass & Kaplan, 1972 digunakan untuk
memenuhi tiga kriteria
a) mendiagnosis dan mengenal sindrom afasia, yang mengarah ke lokalisasi otak
b) pengukuran tingkat kinerja, baik untuk penentuan awal dan deteksi perubahan dari
waktu ke waktu
c) assesment komprehensif dari aset dan kemampuan penderita di semua bidang sebagai
panduan untuk terapi.

Diselenggarakan kepada lima bagian utama: Percakapan dan ekspositori berbicara,


pemahaman pendengaran, ekspresi lisan, tertulis pemahaman bahasa,dan menulis.

Browndyke J, (2002), Aphasia assesment


Tugas Stase Pancaran Kasih 4-10-2017

Pemeriksaan berbicara spontan


Langkah pertama dalam menilai berbahasa adalah mendengarkan bagaimana pasien
berbicara spontan atau bercerita. Pasien dapat meminta untuk menceritakan hal-hal yang
terjadi dalam waktu dekat, misalnya bagaimana ia sampai dirawat di rumah sakit. Yang
dinilai ialah apakah bicaranya pelo, cadel , tertegun, diprosodik (irama, ritme, intonasi
terganggu) dan apakah ada afasia, kesalahan sintaks, salah menggunakan kata, dan
perseverasi.

Parafasia ialah kegiatan mensubstitusi kata. Ada dua jenis parafasia. Parafasia semantic
atau verbal berarti mensubstitusi satu kata dengan kata yang lainnya. Parafasia fonemik berarti
mensubstitusi suatu bunyi dengan bunyi lain yang biasanya berbunyi cukup mirip.

Pemeriksaan kelancaran berbicara


Seseorang disebut lancar berbicara bila bicara spontannya lancar, tanpa terbata-bata.
Kelancaran berbicara verbal ini merupakan refleksi dari efisiensi menemukan kata. Bila
kemampuan ini diperiksa secara khusus dapat dideteksi masalah berbahasa yang ringan pada
lesi otak yang ringan atau demensia dini. Defek yang ringan dapat dideteksi melalui tes
kelancaran, menemukan kata yaitu jumlah kata tertentu yang dapat diproduksi selama jangka
waktu yang terbatas. Sebagai contoh pasien diminta untuk menyebutkan sebanyak-banyaknya
nama jenis hewan atau ,enyebutkan kata-kata yang dimulai dengan huruf tertentu selama
jangka waktu satu menit. Tidak lupa pula kesalahan yang timbul dicatat untuk melihat adanya
parafasia atau tidak.
Usia merupakan salah satu factor yang berpengaruh secara bermakna dalam pemeriksaan
ini. Orang normal di bawah usia 69 tahun mampu menyebutkan kira-kira 20 nama hewan
dengan baik. Kemampuan ini menurun pada orang berusia sekitar 70 tahun (17 nama) dan
terus menurun seiring dengan bertambahnya usia. Pada usia 85 tahun, skor 10 mungkin
merupakan batas normal bawah.

Orang normal umumnya dapat menyebutkan 36-60 kata yang berawalan dengan huruf
tertentu, tergantung dari tingkat intelegensi, usia, dan tingkat pendidikan. Kemampuan yang
hanya sampai 12 kata atau kurang untuk setiap huruf merupakan petunjuk adanya penurunan
kelancaran berbicara verbal namun perlu diperhatikan pada pasien dengan tingkat pendidikan
yang tidak lebih dari sekolah menengah pertama.

Pemeriksaan pemahaman (komprehensi) Bahasa lisan


Pemeriksaan pemahaman .bahasa lisan seringkali sulit dinilai. Pemeriksaan klinis pada
pasien rawat inap yang biasa dilakukan di samping tempat tidur pasien dapat memberikan hasil
yang menyesatkan. Langkah yang digunakan untuk mengevaluasi pemahaman secara klinis
meliputi cara konversasi, suruhan, pertanyaan tertutup (ya atau tidak ) dan menunjuk.
Tugas Stase Pancaran Kasih 4-10-2017

Konversasi : dengan mengajak pasien bercakap-cakap dapat dinilai kemampuannya


dalam memahami pertanyaan dan suruhan yang diberikan oleh pemeriksa
Suruhan : serentetan suruhan, mulai dari yang sederhana (satu langkah) sampai pada
yang sulit dapat digunakan untuk menilai kemampuan pasien dalam memahami
perintah. Mula-mula pasien dapat disuruh bertepuk tangan, kemudian tingkat kesulitan
dinaikkan misalnya mengambil benda dan meletakkan benda tersebut pada lokasi
yang lain. Perlu diperhatikan bahwa perintah tipe ini tidak dapat dilakukan pada pasien
dengan kelemahan motoric dan apraksia. Pasien juga dapat diminta untuk menunjuk
ke beberapa benda, mula-mula satu benda dan ditingkatkan menjadi sebuah perintah
berantai untuk menunjuk ke beberapa benda secara berurutan. Pasien dengan afasia
mungkin hanya mampu menunjuk sampai 1-2 objek saja.
Ya atau Tidak : Kepada pasien dapat juga diberikan pertanyaan tertutup dengan bentuk
jawaban ya atau tidak. Mengingat kemungkinan salah adalah 50% jumlah
pertanyaan yang diberikan minimal 6 pertanyaan misalnya Apakah anda bernama
Budi?, Apakah AC di ruangan ini mati?, Apakah ini Rumah Sakit?, apakah di
luar sedang hujan?, Apakah saat ini malam hari?.
Menunjuk : Pasien diminta untuk menunjuk mulai dari benda yang mudah dipahami
kemudian berlanjut ke benda yang lebih sulit. Contohnya tunjukkan lampu
kemudian tunjukkan gelas yang ada di samping televisi. Pemeriksaan sederhana ini
dapat dilakukan di samping tempat tidur pasien. Sekalipun kurang mampu menilai
kemampuan pemahaman dengan baik sekali, pemeriksaan ini dapat memberikan
gambaran kasar mengenai gangguan serta beratnya.

Pemeriksaan Repetisi (Mengulang)

Kemampuan mengulang dinilai dengan menyuruh pasien mengulang mula-mula


kata yang sederhana (satu patah kata) kemudian ditingkatkan menjadi banyak (satu
kalimat). Pemeriksa harus memperhatikan apakah pada tes repetisi ini didapatkan
parafasia, salah tatabahasa, kelupaan, atau penambahan. Orang normal umumnya dapat
mengulang kalimat yang mengandung 19 suku kata. Banyak pasien afasia mengalami
kesulitan dalam mengulang , namun ada juga yang menunjukkan kemamoouan yang baik
dalam mengulang, bahkan lebih baik daripada berbicara spontan. Bila kemampuan
mengulang terpelihara, maka kelainan patologis sangat mungkin tidak berada di area
perisylvii. Umumnya daerah ekstrasylvian yang terlibat dalam kasus afasia tanpa defek
repetisi terletak di daerah perbatasan vaskuler (watershed area).

Pemeriksaan menamai dan menemukan kata


Kemampuan menamai onjek merupakan salah satu dasar fungsi berbahasa. Hal ini
sedikit-banyak terganggu pada semua penderita afasia. Dengan demikian, semua tes yang
Tugas Stase Pancaran Kasih 4-10-2017

dilakukan untuk menilai afasia mencakup penilaian terhadap kemampuan ini. Kesulitan
menemukan kata erat kaitannya dengan kemampuan menyebut nama (menamai) attau
disebut anomia.
Penilaiaan harus mencakup kemampuan pasien menyebutkan nama objek, bagian
dari objek, bagian tubuh, warna, dan bila perlu gambar geometric, symbol matematik, atau
nama dari suatu tindakan. Dalam hal ini, perlu digunakan benda-benda yang sering
digunakan sampai benda-benda yang jarang ditemui atau digunakan. Banyak penderita
afasia yang masih mampu menamai objek yang sering ditemui atau digunakan dengan
cepat dan tepat, namun lamban dan tertegun dengan melukiskan kegunaannya atau
parafasia pada objek yang jarang dijumpainya.
Bila pasien tidak mampu atau sulit menamai, dapat dibantu dengan memberikan
suku kata pemula atau dengan menggunakan kalimat penuntun. Yang penting ialah
sampainya pasien kepada kata yang dibutuhkan, yakni kita nilai kemampuan pasien dalam
menamai objek. Ada pula yang mengenal objek dan mampu melukiskan kegunaannya
namun tidak dapat menamainya.
Pertama-tama terangkan kepada pasien bahwa ia akan disuruh menyebutkan nama
beberapa objek juga warna dan bagian dari objek tersebut. Kita dapat menilai dengan
memperlihatkan misalnya arloji, bolpoin, kaca mata, kemudian bagian dari arloji, lensa
kacamata. Objek atau gambar yang dapat digunakan misalnya meja, kursi, lampu, pintu,
jendela. Bagian dari tubuh misalnya mata, hidung, gigi, ibu jari, lutut. Warna misalnya
merah , biru, hijau, kuning, kelabu. Bagian dari onjek contohnya jarum jam, sol sepatu,
kepala ikat pinggang, bingkai kacamata.

Perhatikanlah apakah pasien dapat menyebutkan nama objek dengan cepat atau
lamban, atau tertegun, atau menggunakan sirkomlokusi, parafasia, neologisme, dan apakah
ada perseverasi. Disamping menggunakan onjek, dapat pula digunakan gambar objek.
Bila pasien tidak mampu menyebutkan nama objek perlu diperhatikan apakah
pasien dapat memilih nama onnjek tersebut dari beberapa pilihan nama objek. Pada
pemeriksaan ini perlu digunakan kurang lebih 20 nama objek sebelum menentukan bahwa
tidak didapatkan gangguan.

Pemeriksaan Sistem Bahasa


Evaluasi system Bahasa harus dilakukan secara sistematis . perlu diperhatikan
bagaimana pasien berbicara spontan, komprehensi, repetisi, maupun menamai. Selain itu
kemampuan membaca dan menulis harus dinilai pula. Tidak lupa evaluasi dilakukan untuk
memeriksa sisi otak mana yang dominan dengan melihat penggunaan tangan.
Dengan melakukan penilaiaan yang sistematis biasanya dalam waktu yng singkat
dapat diidentifikasi adanya afasia serta jenisnya. Pasien yang afasia selalu agrafia dan
sering aleksia, untuk itu pemeriksaan membaca dan menulis harus dilakukan sepenuhnya
karena aleksia, agrafia, atau keduanya dappat terjadi secara terpisah.
Tugas Stase Pancaran Kasih 4-10-2017

Pemeriksaan penggunaan tangan


Penggunnaan tangan dan sisi otak yang dominan mempunyai kaitan yang erat.
Sebelum menilai Bahasa perlu ditanyakan pada pasien apakah ia kidal atau menggunakan
tangan kanan. Banyak orang kidal telah diajarkan untuk menulis dengan tangan kanan, oleh
karena itu observasi cara menulis saja tidak cukup untuk menentukan apakah ia seseorang
yang kidal atau kandal. Pasien dapat juga diminta pergerakan gerakan tangan yang
digunakan untuk memegang pisau, melempar bola dan sebagainya.

Lumbantobing. 2012. Neurologi klinis pemeriksaan fisik dan mental, cetakan ke -15. Badan Penerbit FKUI.
Jakarta, hal 159-164

2. Tabel perbedaan vertigo perifer dan sentral

Wahyudi, Kupiya Timbul. 2012. Vertigo. Jakarta : Medical Department, PT.Kalbe Farma Tbk.
Tugas Stase Pancaran Kasih 4-10-2017

Ice Pack Test


Tes ice pack adalah tes yang mudah, aman, murah dan dapat diandalkan untuk digunakan di
samping tempat tidur di MG yang menduga pasien dengan ptosis. Ini lebih aman dan bisa
menggantikan tes edrophonium pada MG dengan ptosis, karena spesifisitas dan sensitivitasnya
100% bila dibandingkan dengan tes edrophonium8. Hal ini berguna bahkan pada pasien dengan
RNS normal dan serum negatif AChR antibodi. Perhatian harus diberikan pada interpretasi tes es
pada pasien dengan diplopia terisolasi tanpa ptosis, terutama bila tidak ada penyakit mata yang
pasti. Kelemahan utama dari uji es adalah bahwa hal itu hanya berlaku bila ptosis hadir28.
Dengan demikian tidak membantu pada pasien dengan kelemahan ekstremitas proksimal
terisolasi.

Ice pack test berguna untuk ptosis. Kue es dioleskan ke kelopak mata atas yang terkena selama 5
menit. Tes positif adalah perbaikan ptosis> 2mm atau lebih. Perbaikan sementara pada ptosis ini
disebabkan oleh dinginnya penurunan asetilkolinesterase break-down asetilkolin pada
sambungan neuromuskuler.

Diogo Fraxino, Rafael. 2008. Ice pack test in the diagnosis of myasthenia gravis. Sao Paulo : Arq
Neuropsiquiatr 2008;66(1):96-98

Anda mungkin juga menyukai