Mioma Uteri
Mioma Uteri
PENDAHULUAN
1
2
mioma uteri sangat tergantung pada pasien, gejala, ukuran dan lokasi mioma,
fertilitas pasien, usia, ketersedian terapi dan pengalaman tenaga medis. Mioma
uteri simtomatik dapat diterapi secara medikamentosa, operatif atau gabungan
keduanya. Terapi mioma uteri pada kehamilan harus diperhatikan kesejahteraan
ibu dan janin. Miomektomi hanya dilakukan pada pasien yang gagal dalam
tindakan konservatif.3,6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
4
2.6 Diagnosis
Diagnosis mioma uteri ditegakkan berdasarkan :1,11
1. Anamnesis
Dari anamnesis dapat ditemukan gejala seperti menoragia (menstruasi
dalam jumlah banyak), perut terasa penuh dan membesar, dan nyeri panggul
kronik (berkepanjangan). Nyeri bisa terjadi saat menstruasi, setelah
berhubungan seksual, atau ketika terjadi penekanan pada panggul. Nyeri
terjadi karena terpuntirnya mioma yang bertangkai, pelebaran leher rahim
akibat desakan mioma atau degenerasi (kematian sel) dari mioma. Gejala
lainnya adalah gejala gangguan berkemih akibat mioma yang besar dan
8
2.7 Tatalaksana
Kebanyakan mioma uteri merupakan asimtomatik dan tidak membutuhkan
terapi walaupun 20%-50% bersifat simtomatik yanng menyebabkan AUB, anemia
defisiensi besi, gangguan reproduksi dan membutuhkan terapi. Terapi pada
mioma uteri sangat tergantung pada pasien, gejala, ukuran dan lokasi mioma,
fertilitas pasien, usia, ketersedian terapi dan pengalaman tenaga medis. Mioma
uteri simtomatik dapat diterapi secara medikamentosa, operatif atau gabungan
keduanya.3,12
1. Manajemen Ekspektatif
Tidak semua mioma uteri memerlukan pengobatan bedah ataupun
medikamentosa terutama bila mioma itu masih kecil dan tidak menimbulkan
gangguan atau keluhan. Studi prospektif radiologi menunjukkan bahwa 3%-
7% mioma uteri premenopause mengalami regresi sendirinya dalam 6 bulan
hingga 3 tahun dan ukuran serta gejala mioma uteri juga berkurang saat
menopause.
10
2. Medikamentosa
Bila diperlukan terapi, maka yang dapat diberikan adalah:
a. Non hormonal : NSAID yang dapat mengurangi perdarahan pada
mioma uteri
b. Terapi hormonal :
- Kontrasepsi oral: dapat mengatasi perdarahan namun tidak
mempengaruhi ukuran mioma.
- Asam traneksamat : 1300 mg dalam 3 dosis per hari selama 5 hari
dapat mengurangi menoragia pada pasien
- Preparat progesteron oral atau injeksi: dapat mengatasi perdarahan
namun tidak mempengaruhi ukuran mioma.
- Agonis GnRH : meningkatkan parameter hematologi, mengurangi
perdarahan selama operasi, nyeri post operasi dan lama rawatan di
rumah sakit
- Selektive Progesteron Receptor Modulators : Mengurangi ukuran
mioma dan mengontrol perdarahan uterus
3. Tindakan Operatif3,13
a. Miomektomi
- Tindakan ini merupakan pilihan yang tepat bagi wanita yang masih
ingin mempertahankan fertilitas.
- Miomektomi laparoskopi pilihan pada mioma subserosa dan
intramural
- Miomektomi histeroskopi dilakukan pada mioma submukosa
- Abdominal miomektomi dilakukan jika :
- Mioma intramural multipel yang memerlukan insisi multipel
- Mioma dengan ukuran sangat besar atau uterus yang sangat
besar
b. Histerektomi
- Tindakan ini merupakan pilihan yang tepat bagi wanita yang tidak
ingin mempertahankan fertilitas dan beresiko tinggi berulang
11
diskrining secara detail selama Antenatal Care(ANC). Hanya 42% mioma ukuran
besar (> 5 cm) dan 12.5% mioma ukuran kecil (3-5 cm) yang dapat didiagnosa
melalui pemeriksaan fisik. Pemeriksaan dengan USG pun terbatas pada 1.4%-
2.7% dalam penegakan diagnosis dikarenakan sulit dibedakan dengan penebalan
fisiologis pada miometrium.6,7
Penelitian yang dilakukan oleh De Vivo A, et al (2011) yang mengevaluasi
perubahan volume mioma selama kehamilan. Penelitian dilakukan pada 38 wanita
hamil didapati bahwa rerata volume massa mioma meningkat selama kehamilan
dimana 71,4% ukuran mioma uteri meningkat pada trimester pertama dan kedua
sedangkan 66,6% pada trimester kedua dan ketiga. Hal ini bisa disebabkan oleh
peningkatan vaskularisasi, edema, hipertrofi dan hiperplasia jaringan
fibromuskular.8,14
Efek mioma terhadap kehamilan sangat tergantung pada letak dan ukuran
mioma. Adanya mioma berhubungan dengan terjadinya abortus spontan,
persalinan prematur, solusio plasenta, malpresentasi, distosia, seksio sesaria, dan
perdarahan postpartum. walaupun pada beberapa pasien tidak mengalami
komplikasi dalam kehamilan dan persalinannya.6,7
Mayoritas mioma pada kehamilan bersifat asimpomatik. Bila terjadi
degenerasi merah dan torsi, mioma akan menimbulkan nyeri terutama pada
trimester kedua kehamilan. Mioma yang torsi akan kekurangan aliran darah
sehingga akan mengalami nekrosis. Selain itu akan terjadi inflamasi yang
mensekresikan prostalglandin sebagai perangsang efektor nyeri. Pada sebuah
penelitian pada 113 pasien hamil dengan mioma, 9% mioma menunjukkan hasil
heterogen ekogenik pada ultrasonografi.6
- Plasenta Previa
Hubungan antara mioma uteri dan plasenta previa sudah diteliti pada
dua studi dimana adanya mioma uteri berhubungan dengan
peningkatan resiko terjadinya plasenta previa sebanyak dua kali lipat.
- Pertumbuhan Janin Terhambat dan Anomali Fetus
Jarang mioma uteri menyebabkan pertumbuhan janin terhambat.
Namun pada beberapa kasus mioma dapat menekan dan menyebabkan
distorsi pada kavum uterus sehingga menyebabkan deformitas pada
fetus.
c) Persalinan
- Malpresentasi, distosia, dan seksio sesaria
Resiko malpresentasi meningkat pada wanita dengan mioma uteri
dibandingkan dengan kontrol (13% vs 4,5%). Mioma uteri yag besar,
multipel mioma dan mioma pada segmen bawah rahim. Beberapa
studi menunjukkan bahwa mioma uteri meningkatkan resiko seksio
sesaria. Pada studi sistematik wanita dengan mioma uteri
meningkatkan resiko seksio sesaria 3,7 kali lipat (48,8% vs 13,3%).
Hal ini disebabkan karena terjadinya distosia pada persalinan.
- Perdarahan Postpartum
Beberapa studi menunjukkan bahwa adanya peningkatan resiko
perdarahan postpartum dibandingkan dengan kontrol (2,5% vs 1,4%).
- Retensio Plasenta
Suatu studi menunjukkan peningkatan resiko retensio plasenta pada
wanita hamil dengan mioma uteri terutama bila mioma uteri berada
pada segmen bawah rahim.
- Ruptur Uterus Setelah Miomektomi
Ruptur uterus setelah miomektomi jarang terjadi. Pada studi
restrospektif yang dilakukan terhadap 120 wanita yangg dilakukan
miomektomi pada kehamilan aterm menunjukkan bahwa tidak ada
terjadinya ruptur uteri. Pada studi yang lain menunjukkan adanya
peningkatan resiko ruptur uteri setelah miomektomi sebesar 0,5%-1%.
15
kehamilan. Hal ini terjadi pada massa yang kecil (<4 cm) dan massa yang besar
(>4 cm) mioma intramural. Beberapa studi juga menunjukkan kegagalan IVF
pada mioma uteri subserosum. Pada beberpa penelitian menunjukkan bahwa
penurunan tingkat implantasi dan kehamilan dilaporkan pada mioma intramural
dan submukosum karena berhubungan dengan distorsi endometrium. Suatu meta-
analisis studi IVF oleh Prits menyimpulkan bahwa mioma uteri submukosum
secara signifikan menghambat keberhasilan IVF sementara mioma uteri
subserosum ataupun intramural tidak memiliki dampak terhadap fertilitas.15,16
Pada penelitian di Italia, membandingkan tingat kehamilan dan abortus pada
wanita infertil dengan mioma uteri submukosum yang dilakukan miomektomi dan
tidak. Setelah pembedahn diinstruksikan untuk melakukan hubungan seksual dan
tidak mendapat pengobatan apapun. Tingkat kehamilan meningkat menjadi 43%
setelah pembedahan, tingkat abortus menurun menjadi 38%. Di Australia,
dilakukan studi dengan membandingkan tingkat kehamilan pada wanita dengan
mioma uteri submukosum, intramural, subserosum ataupun tanpa mioma uteri
pada suatu program IVF. Hanya 1% wanita dengam mioma uteri submukosum
yang memperoleh kehamilan, 16% pada wanita dengan mioma uteri intramural,
34% pada mioma uteri subserosum dan 30% pada wanita tanpa mioma uteri. Pada
penelitian di Israel melaporkan bahwa tingkat kehamilan yang lebih rendah dan
tingginya abortus pada program IVF pada wanita dengan mioma uteri
submukosum. Pada penelitian ini disimpulkan bahwa wanita dengan mioma uteri
submukosum memiliki tingkat kehamilan 10% dan tingkat abortus sebesar 40%
bila dibandingkan dengan wanita tanpa mioma uteri, dimana tingkat kehamilan
sebesar 25% dan tingkat abortus sebesar 25%. 15,16
Penelitian yang dilakukan untuk membandingkan keberhasilan IVF pada
112 wanita dengan mioma uteri intramural yang kecil (≤ 5 cm) dan wanita tanpa
mioma uteri dengan usia rerata 36,4 tahun pada kelompok wanita dengan mioma
uteri dan 34,6 tahun pada wanita tanpa mioma. Dari penelitian ini didapatkan
bahwa tingkat kehamilan dua kali lebih tinggi (28%) bila dibandingkan dengan
wanita dengan mioma (15%). 15
Mioma subserosum hanya memiliki dampak kecil terhadap fungsi
reproduksi wanita. Pada beberapa penelitian, tingkat keberhasilan IVF pada
17
wanita dengan mioma uteri subserosum sama dengan wanita tanpa mioma
uteri.5,15
3.2 Anamnesis
Keluhan Utama : Hamil dengan mioma uteri
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengaku hamil 9 bulan. HPHT 2-04-2016, TTP: 9-01-2017. Pasien
datang untuk persiapan operasi atas indikasi hamil dengan mioma uteri.
Kehamilan ini merupakan kehamilan pertama pasien. Selama ini pasien ANC di
dokter spesialis obgyn sebanyak 1 kali dan di poliklinik obgyn sebanyak 2 kali.
USG terakhir tanggal 19 Desember 2016 dikatakan janin dalam keadaan baik.
Gerakan janin aktif dirasakan. Pasien tidak mengeluhkan mules-mules. Keluhan
keluar air-air tidak dikeluhkan, keluhan keluar darah tidak dikeluhkan dan keluhan
keputihan tidak dikeluhkan. Pasien mengaku sudah menderita mioma uteri sejak
sebelum hamil.
Riwayat Penyakit Dahulu : Diabetes mellitus (-), hipertensi (-), asma (-), alergi (-).
Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada keluarga yang memiliki riwayat keluhan
yang sama seperti pasien.
Riwayat Pemakaian Obat : Tidak ada.
Riwayat Kebiasaan Sosial : Pasien sehari-hari bekerja sebagai seorang ibu
rumah tangga, suami pasien bekerja sebagai wiraswasta.
Riwayat Menarche : Usia 13 tahun, selama 6-7 hari, 3x ganti pembalut, dismenore (-).
Riwayat Pernikahan : Pernikahan satu kali, saat berusia 24 tahun.
19
20
Kesimpulan :
Hamil dengan janin presentasi kepala tunggal hidup dan mioma di fundus ukuran
91,4mm x 72,1mm.
23
Kesimpulan:
Baseline 140 bpm, variabilitas 6-25 bpm, akselerasi (+), deselerasi tidak ada,
gerak janin dirasakan, dan kontraksi positif.
3.5 Resume
Dilakukan SC + Miomektomi
Observasi
3.7 Tatalaksana
a. Terapi Operatif
- Sectio cesarean
24
- Miomektomi multiple
b. Terapi post operasi
- Inj. Ceftriaxone 2 gr/24 jam
- Inj. Ketorolac 1 amp/8 jam
- Inj. Tramadol 1 amp/12 jam
- Inj. Ranitidin 1 amp/12 jam
- Inj. Transamin 500 mg/ 12 jam
BAB IV
PEMBAHASAN
25
26
Mioma uteri merupakan neoplasma jinak yang berasal dari otot polos uterus.
Mioma uteri sering terjadi pada wanita usia produktif. Terdapat 3 jenis mioma
uteri berdasarkan lokasi di uterus, yaitu submukosa, intramural dan subserosa.
Gejala klinis yang dikeluhkan pasien dengan mioma uteri antara lain perdarahan
uterus abnormal, penekanan dan nyeri serta infertilitas dan abortus. Penanganan
pada mioma uteri bisa dilakukan secara medikamentosa dan operatif atau
keduanya.
Mioma uteri juga bisa ditemukan pada kehamilan. Kehamilan bisa
menyebabkan perubahan ukuran dari mioma menjadi lebih besar. Sedangkan Efek
mioma terhadap kehamilan sangat tergantung pada letak dan ukuran mioma.
Adanya mioma berhubungan dengan terjadinya abortus spontan, persalinan
prematur, solusio plasenta, malpresentasi, distosia, seksio sesaria, dan perdarahan
postpartum.
27
28
DAFTAR PUSTAKA