Anda di halaman 1dari 7

Seminar Nasional Pascasarjana

Institut Teknologi Sepuluh Nopember, 13 Agustus 2009

PENERAPAN PID CONTROLLER PADA SISTEM


PENGENDALIAN TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN
KACA LEMBARAN DI PT ASAHIMAS FLAT GLASS, TBK
SIDOARJO

1
Suyanto, dan 2 Miftahuddin
1,2
Jurusan Teknik Fisika, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Kampus ITS, Sukolilo, Surabaya 60111

e-mail : 1 suyanto@ep.its.ac.id,

Abstrak. Plant Lehr merupakan suatu tempat pengendalian temperatur untuk mendinginkan
benda yang terbuat dari kaca dimana proses pendinginannya harus secara bertahap agar
diperoleh kaca dengan kualitas baik. Salah satu parameter yang paling penting dalam proses ini
yaitu pengendalian temperatur lehr agar kaca yang dihasilkan baik dan mudah untuk dipotong
pada proses cutting. Kontroller yang dipakai pada unit plant ini adalah menggunakan PID
Controller, oleh karena itulah diperlukan analisa mengenai parameter PID yang digunakan.
Dari real plant tidak didapatkan besarnya nilai K1, Ti, Td. Oleh karena itu, pada penelitian ini
akan dicari parameter-parameter tersebut dan analisa dari kinerja plant tersebut. Dari hasil
analisa diperoleh nilai K1 = 32.45, Ti = 24.4, Td = 6.1 dan memilki respon yang cukup baik
dengan rise time yang cepat, tidak adanya error.

Kata kunci: Plant Lehr, Temperature, PID Controller

1. Pendahuluan pengendalian temperatur pada proses


annealing (lehr) di PT Asahiamas Flat
Salah satu masalah yang tidak Glass, Tbk dan bagaimanakah kinerja
diinginkan dalam pembuatan kaca lembaran pengendalian temperatur dengan
adalah timbulnya cacat yang berupa menggunakan PID Controller pada proses
gelembung, kelengkuan kaca atau keretakan annealing (lehr) di PT Asahimas Flass
pada saat pembuatan kaca, terutama pada Glass, Tbk? Adapun tujuan khusus
proses annealing di plant lehr di A-1. dilakukannya penelitian ini, meliputi
Sehingga untuk mengatasi hal tersebut memahami penerapan PID Controller pada
perlu dijaga temperaturnya agar tetap. Dan sistem pengendalian temperatur pada proses
untuk menjawab persoalan tesebut perlu annealing (lehr) di PT Asahiamas Flat
adanya pengendalian temperatur dalam Glass, Tbk. Dan dapat mengetahui kinerja
sistem tersebut. Satu parameter yang harus pengendalian temperatur dengan
diperhatikan sehubungan dengan sistem menggunakan PID Controller pada proses
pengendalian temperatur tersebut adalah annealing (lehr) di PT Asahimas Flass
kestabilan. Kestabilan di sini adalah sejauh Glass, Tbk.
mana temperatur yang yang dihasilkan
untuk memanaskan kaca memiliki
pergerakan nilai yang stabil sesuai dengan 2. Pembuatan Kaca
set point yang diharapakan. Ketidakstabilan
merupakan suatu keadaan yang tidak 2.1 Proses Pembuatan Kaca
menguntungkan bagi sistem pengendalian
lup tertutup. Permasalahan yang diangkat Proses pembuatan kaca yang dapat
dalam penelitian ini adalah bagaimanakah menghasilkan kaca berkualitas tinggi
penerapan PID Controller pada sistem dengan permukaan yang rata dan tidak ada
distorsi atau gelombang pada kaca baru Proses pembuatan kaca yang
ditemukan oleh Pilkington pada tahun 1959 dipakai oleh PT. Asahimas Flat Glass, Tbk
yang dinamakan float process yang dipakai adalah metode float glass. Seperti yang
oleh PT. Asahimas Flat Glass, Tbk untuk dijelaskan di atas bahwa cairan kaca yang
produksi sampai saat ini. Prinsip kerja float panas dialirkan di atas permukaan cairan
process (lihat Gambar 1) adalah bahan baku timah. Cairan kaca akan mengapung dan
yang telah ditimbang dan dicampur menutupi permukaan cairan timah. Hal ini
dilelehkan pada tungku, kemudian molten terjadi karena adanya perbedaan densitas
glass (leburan kaca pada suhu tinggi) dari kedua cairan tersebut. Metode float
dilewatkan pada metal bath (kolam logam) glass ini merupakan metode terbaru dan
yang berisi (molten tin) cairan timah panas terbaik dari metode sebelumnya sehingga
dengan densitas yang lebih besar dari dengan alasan inilah PT. Asahimas Flat
densitas molten glass, sehingga molten Glass, Tbk memakai metode ini. Adapun
glass akan mengambang pada permukaan alur proses pembuatan kaca yang dipakai
cairan tersebut. oleh PT. Asahimas Flat Glass, Tbk,
ditunjukkan pada Gambar 2.

Gambar 1. Teori teknologi float process


(www.tangram.co.uk/TI-Glazing
Float%20Glass.html)

Jika molten glass dialirkan di atas


bath yang berisi molten tin bersih, kaca
akan menyebar keluar pada arah yang sama
sebagaimana minyak akan menyebar keluar
jika dialirkan di atas bath (kolam) yang
berisi air. Pada situasi ini, gravitasi dan Gambar 2. Alur proses pembuatan kaca yang dipakai
oleh PT. Asahimas Flat Glass, Tbk.
tegangan permukaan akan menghasilkan
kaca pada permukaan atas dan bawah
menjadi mendekati flat (datar) dan parallel. 2.2 Penalaan Paramater (Tuning)
Molten glass tidak menyebar keluar Kontroler PID
terbatas di atas permukaan molten tin.
Meskipun terpengaruh gravitasi, kaca Penalaan parameter kontroller PID
ditahan oleh effek tegangan permukaan selalu didasari atas tinjauan terhadap
diantara glass dan timah. Hasil karakteristik yang diatur (Plant). Dengan
keseimbangan diantara gravitasi dan demikian betapapun rumitnya suatu plant,
tegangan permukaan memberikan definisi perilaku plant tersebut harus diketahui
ketebalan keseimbangan dari molten glass terlebih dahulu sebelum penalaan parameter
(T) seperti yang ditunjukkan pada PID itu dilakukan. Karena penyusunan
Persamaan 1. model matematik plant tidak mudah, maka
dikembangkan suatu metode eksperimental.
2 ρt Metode ini didasarkan pada reaksi plant
T 2 = ( S g + S gt + St ) x ... (1) yang dikenai suatu perubahan. Dengan
gρ g ( ρ t − ρ g )
menggunakan metode itu model matematik
perilaku plant tidak diperlukan lagi, karena
Dimana Sg, Sgt, and St adalah nilai dengan menggunakan data yang berupa
tegangan permukaan pada ketiga interface kurva keluaran, penalaan kontroler PID
yang ditunjukkan pada Gambar 1. telah dapat dilakukan. Penalaan bertujuan
untuk mendapatkan kinerja sistem sesuai
spesifikasi perancangan. Ogata menyatakan
hal itu sebagai alat control (controller
tuning). Dua metode pendekatan
eksperimen adalah Ziegler-Nichols dan
metode Quarter decay.

Metode Ziegler-Nichols
Ziegler-Nichols pertama kali Gambar 5. Kurva Respons berbentuk S (Ogata, 2002)
memperkenalkan metodenya pada tahun Kurva berbentuk-s mempunyai dua
1942. Metode ini memiliki dua cara, konstanta, waktu mati (dead time) L dan
metode osilasi dan kurva reaksi. Kedua waktu tunda T. Dari Gambar 5 terlihat
metode ditujukan untuk menghasilkan bahwa kurva reaksi berubah naik, setelah
respon sistem dengan lonjakan maksimum selang waktu L. Sedangkan waktu tunda
sebesar 25%. Gambar 3 memperlihatkan menggambarkan perubahan kurva setelah
kurva dengan lonjakan 25%. mencapai 66% dari keadaan mantapnya.
Pada kurva dibuat suatu garis yang
bersinggungan dengan garis kurva. Garis
singgung itu akan memotong dengan sumbu
absis dan garis maksimum. Perpotongan
garis singgung dengan sumbu absis
merupakan ukuran waktu mati, dan
Gambar 3. Kurva respons tangga satuan yang
perpotongan dengan garis maksimum
memperlihatkan 25 % lonjakan maksimum (Ogata, merupakan waktu tunda yang diukur dari
2002) titik waktu L.
Penalaan parameter PID didasarkan
Metode Kurva Reaksi perolehan kedua konstanta itu. Zeigler dan
Metode ini didasarkan terhadap reaksi Nichols melakukan eksperimen dan
sistem untaian terbuka. Plant sebagai menyarankan parameter penyetelan nilai
untaian terbuka dikenai sinyal fungsi tangga Kp, Ti, dan Td dengan didasarkan pada
satuan. Kalau plant minimal tidak kedua parameter tersebut. Tabel 1
mengandung unsur integrator ataupun pole- merupakan rumusan penalaan parameter
pole kompleks, reaksi sistem akan PID berdasarkan cara kurva reaksi.
berbentuk S. Gambar 4 menunjukkan kurva Tabel 1. Penalaan paramater PID dengan metode
kurva reaksi
berbentuk S tersebut. Kelemahan metode
ini terletak pada ketidakmampuannya untuk Tipe Kontroler Kp Ti Td
plant integrator maupun plantt yang P T/L ~ 0
memiliki pole kompleks. PI 0,9 T/L L/0.3 0
PID 1,2 T/L 2L 0,5L

3. Penerapan Kontroller PID Dalam


Sistem Pengendalian Temperatur
Pada Proses Pembuatan Kaca
Lembaran di DI PT. ASAHIMAS
Gambar 4. Respon tangga satuan system (Ogata, FLAT GLASS, TBK SIDOARJO
2002)
3.1 Proses Annealing (Lehr)

Lehr merupakan tempat pengaturan


temperatur untuk mendinginkan benda yang
terbuat dari kaca. Istilah Lehr berasal dari
kata kerja (bahasa German) yang berarti
belajar dan disamakan dengan kata lere
(bahasa English) yang juga berarti belajar
atau memperoleh pengetahuan dari
(sesuatu).
Pendinginan yang cepat dari kaca
yang telah terbentuk di metal bath dapat
menghasilkan distribusi temperature yang
tidak rata pada badan kaca yang dapat
menghasilkan tekanan mekanik yang cukup
untuk menyebabkan crack (retak) sebelum
Gambar 7. Diagram blok lehr untuk proses heating
benda telah mencapai temperatur
lingkungan. Untuk mencegah hal ini, maka
kaca didinginkan dengan pendinginan Di mana variabel sistem blok tersebut
secara berangsur-angsur di lehr dari adalah θ d (t ) = Desired temperature (oC),
temperature di bawah titik pembekuan θ m (t ) = Mearused temperature (oC),
kaca.
Setelah lembaran kaca θ o (t ) = Actual Temperature (oC),
meninggalkan zone float di metal bath, kaca θ s (t ) = Outside Temperature (oC), u (t ) =
harus didinginkan di annealing lehr (tempat Control signal (V), v&(t ) = Gas Flow rate
pendinginan). Profil temperature yang
melewati kaca sangat penting. Jika kaca (m3/s), Qi (t ) = Heat flow into room (W)
didinginkan dengan baik, maka akan dan Qo (t ) = Heat flow though walls (W)
diperoleh kaca dengan kualitas baik yang
dinamakan “cutability” sehingga menjadi 3.2 Pemodelan plant
mudah untuk dipotong ke bentuk akhir dan
akan terdapat sedikit kerusakan dari kaca. Untuk mengetahui dan mementukan
Pada lehr terdapat 2 macam parameter dan kinerja dari kontrol PID pada
pengendalian temperatur yaitu, proses plant lehr perlu dilakukan pemodelan
heating/cooling, proses heating dan cooling. sistem dari plant proses. Dari pemodelan
Namun pada penelitian ini, hanya pada sistem tersebut akan dibuat simulasi dengan
proses pengendalian heating saja yaitu, menggunakan software MATLAB 7.
pada zone 1 upper R (Right) Lehr A-1(lihat Terlebih dahulu akan disimulasikan plant
Gambar 6). jika tanpa ada aksi kendali dan jika
diberikan aksi kendali dengan
menggunakan PID. Diagram blok secara
lengkap dari komponen-komponen di atas,
ditunjukkan pada Gambar 8.

Gambar 6. Prinsip kerja lehr untuk proses heating

Jika digambarkan ke dalam diagram blok


dari prinsip kerja lehr untuk proses heating Gambar 8. Diagram blok sistem pengendalian
temperature
dapat ditunjukkan pada Gambar 7.
Diagram blok pada Gambar 8 dapat
diturunkan fungsi alih sistem pengendalian
temperatur dengan asumsi temperatur
lingkungan θ s (t ) =0(tidak berpengaruh/ digunakan merupakan jenis control valve
insulation baik) sebagai berikut: tipe A dengan nilai T1 = 12.24 s
Untuk nilai parameter K3 berasal
θ0 (s) K1K2 K3RT (TiTd s2 + Ti s +1)
=
θd (s) [Ti s(1+ T1s)(1+ RT CT s)] + H1(K1K2K3RT (TiTd s2 + Ti s +1))
dari element gas burner. K3 merupakan
konstanta gas burner dan berdasarkan data
................................................(2)
lapangan diperoleh K3 = 40000 kcal/hr
4. Analisa dan Pembahasan (11.1111 kcal/s) (46488.8 W). Untuk nilai
parameter H1 berasal dari element sensor
Untuk menentukan parameter thermocouple. Thermocouple yang
K1 , Ti , Td digunakan metode Zeigler- digunakan adalah Tipe K (chrmel-
Nichols, namun harus diketahui parameter aluminium) yang memiliki range kerja
sistem tanpa kontroller. Parameter sistem 12000C. Sinyal yang dihasilkan oleh
termokopel masih terlalu kecil maka perlu
yang harus dicari adalah K 2 , K3 , T1 , RT ,
distandartisasi agar dapat diolah pada
CT , H 1 . Nilai parameter K 2 berasal dari proses selanjutnya. Oleh sebab itu
element gas control valve. Gain control dibutuhkan transmitter yang akan
valve didefinisikan sebagai perbandingan mengubah sinyal keluaran termokopel
antara besarnya perubahan flow terhadap menjadi sinyal arus standart yang besarnya
besarnya bukaan control valve. Adapun 4-20 mA. Dari transmitter dihasilkan gain
persamaan gain control valve memiliki transmitter yang besarnya diperoleh dengan
karakteristik linier dan dari penelitian di persamaan 6 adalah
lapangan diperoleh data sebagai berikut laju
aliran maksimum : 1.2 m3/h (0.0003333333 span _ keluaran
m3/s) dan perubahan tekanan : 10 kg/cm2 H1 = GTR = = 0.002285A / C
span _ masukan
(100000 kg/m2) sehingga KCV diperoleh
dengan persamaan 3 adalah ……………………………………….(6)
laju_aliran
_maksimum
KCV = x10−9m5 /(kg.s)
=3.3333 Untuk nilai parameter CT berasal
perubahan
_tekanan
_masukan
dari element room. CT merupakan
……………………………..(3)
kapasitansi termal udara dalam ruangan
yang bernilai 80 J/K. Untuk nilai parameter
Gain transduser (I/P) diperoleh dengan
persamaan 4 adalah RT diperoleh dari dinamika termal ruangan
pada lehr. RT merupakan resistensi termal
2
Span_ output(kg / m ) dinding seperti ditunjukkan pada Gambar 9.
GT = = 6250000kg /(m2 A) Dimana dinding terbuat dari glass wool,
Span_ input(mA)
…………………………… (4) feather silica, insulation brick.

Maka gain total dari control valve diperoleh 100 glass wool
dengan persamaan 5 yaitu:
150 feather silica
3
m kg
K 2 = KV = GT . KCV = 0.0208 68 insulation brick
sA
….………………………………………(5) Gambar 9. Insulation pada dinding Lehr

Konstanta waktu dari control valve RT didefinisikan sebagai hasil bagi antara
diperoleh berdasarkan control valve ketebalan (d) dengan konduktifitas termal
handbook dan control valve yang (k). Maka
RT = RTotal = R1 + R2 + R3 Akhirnya fungsi transfer loop
………………………………………..(7) tertutup Persamaan 9 untuk sistem kontrol
temperatur adalah
Di mana R1 = resistensi termal glass wool
dengan konduktifitas termal k1 = 0.10 θ0 (s) K1K2 K3RT (TiTd s2 + Ti s +1)
=
θd (s) [Ti s(1 + T1s)(1 + RT CT s)] + H1 (K1K2 K3 RT (TiTd s2 + Ti s + 1))
kcal/mhoC (0.11619 o
W/m C), R2 =
14582586.85s 2 + 2390588.009s + 97974.918
resistensi termal feather silica dengan =
74592.32s 3 + 38474.49s 2 + 5283.69s + 215.54
konduktifitas termal k 2 = 0.07 kcal/mhoC
..........................................................(10)
(0.08135 W/moC), R3 = resistensi termal
insulation brick dengankonduktifitas termal Di mana θ o (t ) = Actual Temperature (oC)
k 3 = 0.14 kcal/mhoC (0.16270 W/moC).
dan θ d (t ) = Desired temperature (oC).
Setelah dimasukkan ke dalam simulasi
d1 d2 d3  m 
RT = RTotal = + + = 3.1224 o 
Matlab diperoleh grafik pada Gambar 11.
k1 k2 k3  W/m C  Terlihat pada Gambar 11 diperoleh respon
………………………………………….(8) dengan mencapai keadaan steady pada
waktu 40 s, rise time pada waktu 5 s, dan
Kemudian parameter-parameter di tidak ada error, namun terdapat overshoot
atas dimasukkan pada persamaan 12. Kurva yang tidak terlalu besar. Maka sistem pada
reaksi proses tanpa kontroller pada diagram Gambar 11 bisa dikatakan memilki respon
blok sistem pengaturan temperatur dan yang cukup baik dengan rise time yang
mengabaikan temperatur luar (tidak ada cepat, tidak adanya error.
perubahan signifikan = dianggap konstan)
diperoleh fungsi alih dalam persamaan 9
sebagai berikut :

θ0(s) K2K3RT 3019.257


= =
U(s) (1+T1s)(1+RTCTs) 3057
.45s +262.032s+1
2

.........................................(9)
Gambar 11. Respon step loop tertutup dari sistem
pengendalian temperatur dengan tuning PID
kontroller mengggunakan proses reaksi Metode
Zeigler-Nichols.

5. Kesimpulan dan Saran

Dari hasil penerapan metode PID


pada sistem pengendalian temperatur pada
proses pembuatan kaca (proses heating
lehr) dapat diambil kesimpulan yaitu :
Gambar 10. Kurva reaksi proses dari sistem
1. Dengan menerapkan metode PID dapat
pengendalian temperatur diperoleh nilai-nilai parameter PID
yaitu
Berdasarkan Gambar 10 diperoleh T = 330 K1= 32.45, Ti= 24.4, Td= 6.1.
s & L= 12.2 s, dan mengacu dari Tabel 1. 2. Respon yang dihasilkan daripada nilai
diperoleh nilai parameter-parameter K1 = parameter PID memberikan respon
yang cukup baik dengan rise time yang
1,2 T/L = 32.45; Ti = 2L = 24.4 dan Td = cepat, tidak adanya error.
0,5L = 6.1. Untuk mencapai keadaan yang
stabil dalam proses maka tuning PID
seharusnya dilakukan untuk mendapatkan
parameter PID yang sesuai. Dan bukan 3. Seluruh staf dan keluarga besar
hanya sekedar menera (trial and error) atau Maintenence PT. Asahimas Flat Glass,
memprediksi saja berdasarkan feeling. Tbk yang telah banyak membagi
Beberapa metode tuning PID yang bisa pengalaman, ilmu dan bimbingan
digunakan adalah metode Ziegler-Nichols, selama penelitian.
Fuzzy Gain Scheduling ataupun
menggunakan metode JST (jaringan syaraf 7. Daftar Pustaka
tiruan) yang bisa memodelkan plant secara
riil.
1. Gunterus, Frans. Falsafah Dasar: Sistem
Pengendalian Proses. PT.Elex Media
Komputindo. Jakarta : 1994.
6. Ucapan terima kasih 2. Ogata, K. System Dynamics : Second
Peneliti menyampaikan terima kasih kepada Edition. Prentice-Hall International,
semua pihak yang membantu baik secara Inc. New Jersey : 1992.
langsung maupun tidak langsung serta 3. Ogata, K. Modern Control
berbagai motivasi dan bantuan diterima Engineering: Fourth Edition. Prentice
peneliti selama penelitian ini selesai Hall, Inc. New Jersey : 2002.
dilaksanakan, terutama kepada : 4. Bourhis, Eric Le. Glass Mechanics and
1. Bapak Sudirgo Yacobus, selaku staff Technology. WILEY-VCH Verlag
bagian umum PT. Asahimas Flat Glass GmbH & Co. KGaA. Weinheim : 2007.
yang telah memberikan kesempatan 5. Burns, Ronald S. Advanced Control
kepada peneliti untuk bisa Engineering. Butterworth-Heinemann,
melaksanakan riset di PT. Asahimas Oxford : 2001.
Flat Glass. 6. www.tangram.co.uk/TI-Glazing-
2. Bapak Hendro, selaku Electrical Float%20Glass.html
Department Manager PT. Asahimas 7. www.epa.gov/ttn/chief/ap42/ch11/final/
Flat Glass, Bapak Firdaus selaku c11s15.pdf
pembimbing di lokasi lapangan.

Anda mungkin juga menyukai