Anda di halaman 1dari 5

Tugas I

Hukum Jaminan Atas Benda Bergerak A

Jaminan Saham : Gadai dan Fidusia

Intan Mahabah Nabila

NPM : 1506718742

Fakultas Hukum Universitas Indonesia

Depok, 2017
Perbedaan Gadai Saham dengan Fidusia Saham :

Menurut Pasal 60 ayat (1) UUPT, saham merupakan benda bergerak. Oleh karena saham
dikategorikan sebagai benda bergerak, maka saham dapat dijadikan sebagai jaminan hutang.
Penjaminan saham diatur dalam Pasal 60 ayat (2) dan (3) UUPT. Saham dapat diagunkan
dengan gadai atau jaminan fidusia sepanjang tidak ditentukan lain dalam Anggaran Dasar
suatu Perseroan. Artinya, ketentuan tersebut memberikan kemungkinan kepada pemegang
saham untuk mengagunkan saham yang ia miliki dengan gadai atau fidusia. 1 Namun tidak
menutup kemungkinan apabila suatu Perseroan dalam anggaran dasarnya melarang
pemegang saham untuk menjaminkan saham miliknya.

Bentuk jaminan atas saham pada umumnya dikenal melalui lembaga jaminan gadai
sebagaimana pengaturan tentang gadai dari pasal 1150 KUHPerdata. Gadai saham sendiri
dilakukan dengan cara penyerahan surat saham dari pemberi gadai kepada penerima gadai
(kreditur). Adapun prinsip gadai, hak milik tetap berada pada pemberi gadai sebagai pemilik
saham tetapi praktis pemilik akan mendapat kesulitan untuk mengeluarkan suara dalam rapat
umum anggota, karena ia tidak dapat membuktikan pemilikan sahamnya. Sebaliknya
pemegang gadai bukan pemilik sekalipun saham-saham tersebut ada padanya dan dari luar
tampak sebagai pemilik dan karenanya tidak berhak untuk mengeluarkan suara.2

Melihat pada bunyi Pasal 60 ayat (4) UUPT yaitu, “Hak suara atas saham yang diagunkan
dengan gadai atau jaminan fidusia tetap berada pada pemegang saham” sesuai dengan
penjelasan pasal tersebut, dikatakan bahwa ketentuan ini menegaskan kembali asas hukum
yang tidak memungkinkan pengalihan hak suara terlepas dari kepemilikan atas saham.
Sedangkan hak lain di luar hak suara dapat diperjanjikan sesuai dengan kesepakatan di antara
pemegang saham dan pemegang agunan. Maka untuk menghindari itikad yang tidak baik dari
pemberi gadai yang menyalahgunakan hak-hak sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 52
ayat (1) UUPT, sebaiknya, dalam perjanjian gadai diberikan kuasa kepada pemegang gadai,
untuk dan atas nama pemberi gadai saham, melakukan hak-hak sebagaimana yang dimaksud
dalam 52 ayat (1) UUPT selama utang belum dibayar lunas.3

1
http://www.hukumperseroanterbatas.com/saham-perseroan/gadai-saham/ diakses pada 11 Maret 2017
2
J. Satrio, S.H., Hukum Jaminan Hak Jaminan Kebendaan (Bandung : Citra Aditya Bakti, 2002), hlm.144-145
3
Ibid.
Selain dari gadai saham, dalam praktek terdapat pula lembaga jaminan fidusia saham.
Sebagaimana kita ketahui bahwa fidusia merupakan “anak tiri” dari hukum jaminan, dalam
arti bahwa dalam sejarah, lembaga fidusia tidak dilahirkan oleh undang-undang tetapi lahir
dalam praktek. Hal ini dapat terlihat bahwa tak ada satu pasal pun yang menyinggung fidusia
saham dalam Undang – Undang Perseroan Terbatas Nomor 1 Tahun 1995. Namun dengan
diundangkannya UU Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007 pada tanggal 16 Agustus
2007 telah memberikan pengakuan akan hadirnya lembaga jaminan fidusia saham. 4 Hal ini
dimungkinan terjadi, menimbang pada kepentingan dari debitur sebagai pemberi jaminan
yang memfidusiakan sahamnya agar tidak menghambat dalam pelaksanaan hak-haknya
sebagai pemilik saham. Salah satunya dalam pemberian suara dalam rapat para pemegang
saham suatu perseroan. Menimbang bahwa jika dengan menggunakan gadai sebagai bentuk
jaminan atas saham, dimana debitur sebagai pemilik sah saham harus memberikan sertifikat
sahamnya pada kreditur sebagai penerima gadai saham.

Berdasarkan pasal 1151 dan pasal 1152 ayat (1) KUHPerdata, pelaksanaan atau prosedur
gadai saham cukup sederhana, hanya dengan penyerahan fisik saham (sertifikat saham), dan
perbuatan perjanjian gadai saham yang bisa dibuat di bawah tangan, tidak harus dalam bentuk
akta notaris. Sedangkan untuk fidusia atas saham, berdasarkan pasal 5 ayat (1) juncto pasal
11 ayat (1) juncto pasal 13 ayat (2) dan (3) juncto pasal 14 ayat (1) dan (3) Undang – Undang
Fidusia, pelaksanaan atau prosedur penjaminannya cukup panjang dan tidak sederhana.
Karena harus dibuat dalam Akta Jaminan Fidusia yang dibuat dalam bentuk akta notaris, di
daftarkan pada Kantor Pendaftaran Fidusia, dicatakakan pada buku Daftar Fidusia serta
pengeluaran Sertifikat Fidusia. Lebih lanjut, bahwa ternyata pelaksanaan penjaminan saham
pada kedua lembaga jaminan itu harus disempurnakan dengan dilakukannya pendaftaran pada
Daftar Pemegang Saham atau daftar khusus pada perseroan dimana saham itu dikeluarkan.
Hal ini menjadi mutlak dilakukan karena bertujuan agar pihak lain yang berkepentingan dapat
mengetahui status saham yang dijaminkan tersebut (vide pasal 60 ayat (3) UUPT) dan
perseroan dapat mengakomodasi atau melindungi kepentingan kreditur sebagai penerima
jaminan.5 Melihat pada hal tersebut, pembebanan jaminan atas saham dengan fidusia akan
memerlukan pengeluaran biaya lebih dalam prosesnya. Pun waktu pembuatan hingga
terdaftarnya, akan lebih lama daripada pembebanan jaminan atas saham dengan gadai.
4
Putri Kinasih, “Peran Notaris dalam Pembuatan Akta Jaminan Fidusia atas Saham” (Tesis Magister
Universitas Indonesia, Juli, 2008), hlm. 40-41
5
David Widiantoro, “Perbandingan Perlindungan Hukum Bagi Pemegang Jaminan atas Saham dalam
Perseroan Terbatas Tertutup Berdasarkan Gadai dan Fidusia,” (Tesis Magister Universitas Indonesia, Januari,
2012), hlm.76-77
Hal tersebut diatas disebabkan, karena dalam menjaminkan saham dengan fidusia, peran
notaris sangatlah penting. Mengingat bahwa sebagai pejabat umum membuat akta otentik
fidusia atas saham (syarat mutlak fidusia, dalam pasal 5 ayat 1 UU Fidusia ditetapkan harus
dibuat dengan akta otentik). Secara khusus notaris mempunyai peranan penting untuk
mencegah permasalahan yang mungkin timbul sehubungan dengan pelaksanaan jaminan
fidusia atas saham, yaitu dengan cara pencantuman klausul-klausul tambahan pada Akta
Jaminan Fidusia atas Saham. Klaususl – klausul yang dimaksud berupa pencantuman
mengenai hal-hal yang diantaranya menyebutkan tentang : pihak yang berhak mendapat
deviden dan sisa kekayaan hasil likuidasi atas jaminan fidusia saham.6

Terkait dengan proses, lahirnya perjanjian penjaminan gadai saham berbeda dengan
padalahirnya perjanjian penjaminan fidusia saham. Jaminan gadai lahir saat perjanjian gadai
dibuat antara debitur dan kreditur (baik dengan akta otentik maupun akta dibawah tangan),
sedangkan Jaminan Fidusia lahir pada tanggal yang sama dengan tanggal dicatatnya Jaminan
7
Fidusia dalam Buku Daftar Fidusia. Jadi, jaminan fidusia tidak lah lahir saat perjanjian
fidusia atas saham dibuat antara debitur dengan kreditur (dengan akta otentik yang dibuat
oleh atau dihadapan notaris).

Perlindungan hukum yang diberikan oleh ketentuan perundang–undangan mengenai gadai


saham dalam perseroan terbatas tertutup terhadap pihak pemegang gadai saham pun lebih
baik daripada terhadap pemegang fidusia atas saham. Karena untuk gadai saham : (1) sudah
dilakukan penyerahan obyek yang dijadikan jaminan atas saham yakni sertifikat saham telah
berada dalam penguasaan pemegang jaminan, (2) adanya kekuatan pembuktian perjanjian
penjaminan yang lengkap, sekalipun pembuatan perjanjian pemberian jaminan dilakukan
dibawah tangan, sepanjang diakui oleh kedua belah pihak (vide pasal 1875 KUHPerdata), (3)
adanya parate eksekusi yang memungkinkan pemegang jaminan atas saham melakukan
penjualan saham yang dijadikan jaminan apabila debitur melakukan wanprestasi, seperti
layaknya pemilik saham itu sendiri.8 Dalam praktik, fidusia saham menimbulkan resiko yang
lebih besar bagi kreditur dimana sebagai penerima fidusia tidak memegang sertifikat atas
saham yang dijaminkan. Sedangkan bagi debitur sebagai pemberi jaminan akan lebih
menguntungkan dirinya, sebab tidak menimbulkan masalah baginya untuk tetap melakukan
haknya sebagai pemilik saham.

6
Puri Kinasih, op.cit, hlm. 45
7
Lihat UU RI No.42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia Pasal 14 ayat (3)
8
Ibid, hlm. 77
LAMPIRAN

(SURAT PERJANJIAN GADAI SAHAM)

(SERTIFIKAT JAMINAN FIDUSIA)

Anda mungkin juga menyukai