Epidemiologi PDF
Epidemiologi PDF
Epidemiologi
untuk
Kesehatan gigi
Bambang Priyono.
Bagian
Kedókteran Gigi Pencegahan dan
Késehatan Gigi Masyarakat
Penyusun.
Seorang tenaga kesehatan gigi melapor kepacla kepala dinas kesehatan setempat
bahwa ditemukan dalam peneitiannya 12 kasus penderita kanker rahang di daerah
sekitar tempat prakteknya selama 4 tahun terakhir.
Apa yang harus ditakukan oleh kepala dinas atas laporan tersebut, dalam rangka
menanggulangi masalah yang terjadi?
Di sinllah peranan ilmu epidemiologi dalam rangka memperoleh informasi yang tepat
untuk mengambil keputusan yang kritis terhadap banyak hal.
Batasan Epidemiologi
Definisi epidemiologi yang paling akhir di kemukakan oleh Last (1988) Adalah ilmu
tentang destribusi dan determinan-determinan dan keadaan atau kejadian yang
berhubungan dengan kesehatan di dalam populasi tertentu, serta penerapannya untuk
mengendalikan masalah masalah kesehatan.
Ilmu tentang fenomena masa penyakit infeksi (Frost, 1927), mempunyai pengertian
ilmu tentang EPIDEMT
Ilmu tentang penyebaran dan penentu frekuensi penyakit pada manusia (Mc Mahon &
Pugh, 1970)
1. Mendiskripslkan penyebaran penyakit pada populasi
2. Menelusuri faktor-faktor yang berpenganth pada penyebaran penyakit.
Konsep Dasar
• Temuan spektakuler dari John Snow 1850. yaitu wabah penyakit kolera di
Inggris pada masyarakat yang menggunakan fasilitas air minum dan 2
perusahan air (Southwark dan Lambeth). Penelitian ini mempengaruhi
kebijakan pemerintah pada saat itu tentang sanitasi.
• William Fletcher 1905, di Kuala lumpur menemukan bahwa besar yang tidak
dikupas kulit arinya dapat mencegah penyakit beri-beri
• Abad 20
Farmingham menemukan faktor-faktor resiko terjadinya penyakit jantung.
Penyakit kardiovaskuler (Epistein, 1965)
Kanker (Lilienfeld, 1967)
Diawali pada saat Doll, Hill dkk 1955 secara mendalam memlakukan riset mengenai
hubungan antara mengisap rokok dengan kanker paru. Kemudian aihi lain dalam
penelitian epidemiologi yaitu ditemukannya penyakit Legioner dan acquired
immunodeficiency syndrome (AIDS)
Keberhasilan epidemiologi.
Demam reumatik dan penyakit jantung reumatik yang kemudian melalui riset
epidemiologi diketemukan berhubungan dengan kemiskinan. Penyakit ini merupakan
kelanjutkan dan infeksi saluran pernapasan atas oleh streptokokus yang dapat
mengenai jantung. Karena sanitasi yang sudah baik dan pengobatan adekuat dinegara
modern penyakit sdh hilang/turun.
Defisiensi yodium dan kretinisme sudah dlketahui 400 tahun yang lalu. Tapi baru
tahun 1915 baru diketahui mudah pemberantasannya dgn yodisasi. Efek positif Yod
untuk profilaktis dan terapetik bersekala luas baru diperkenalkan tahun 1924.
Tekanan darah tinggi banyak pada negara2 maju / berkembang. Lebih dari 20% org
berusia 35-64 menderita hipertensi. Pengetahuan epidemiologis penyakit ini penting
AIDS yang ditemukan pada tahun 1981 di Amerika, tahun 1992 menjadi ancaman bagi
kesehatan umat manusia pada saat ditemukan 484 kasus yang mayoritas orang
Amenika. Kasus ini memiliki dampak yang Iebth luas dibelakang kasus AIDS yang
dilaporkan yaitu:
adanya orang yang ter-kena AIDS-related condition yang tidak dilaporkan. Dilaporkan
bahwa lima puluh persen dan orang yang terkena HIV (Human immunodeficienci Virus)
akan menjadi AIDS 10 tahun kemudian. Diantara penderita AiDS, 50% nya akan
meninggal 18 bulan kemudian.
Kegunaan Epidemiologi
Oleh beberapa ahli secara garis besar Epideiniologi di bagi menjadi 2, yaitu:
Epidemiologi Deskriptif
Memberi gambaran tentang suatu keadaan atau penyakit pada masyarakat.
Epidemiologi Anailtik
Menerangkan penyebab penyakit, mengkaji hubungan penyakit dengan faktor-
faktor resiko (korelasi).
Sedang beberapa ahli lain tidak membagi demikian karena untuk melangkah ke
epidemiologi analitik, tentu perlu pengumpulan dan penyajian data dulu (Epidemiologi
Deskriptif).
Menurut model ini perubahan salah satu faktor akan merubah keseimbangan
siantara mereka, yang mengakibatkan bertambah atau berkurangnya penyakit. Di
bidang kesehatan gigi dikenal segi tiga epidemiologi terjadinya caries gigi: dimana
sebagai causenya streptokokus mutan, lingkungan ludah dan plak gigi, dan
sebagai induk semangnya adalah gigi.
2. Jaring-jaring
jaring sebab akibat (Web of causation)
EPIDEMIOLOGI DESKRIPTIF
Perubahan frekuensi penyakit tergantung dari perubahan variabel:
1. Orang/pribadi/person
2. Tempat/place
3. Waktu/time
1. Orang/Pribadi/Person
Person
• Umur
Angka kesakitan atau kematian selalu berhubungan dengan umur:
1. Kondisi seseorang merupakan. fungsi dan proses umur:
Misal perkembangan fisiologis, imunitas dengan bertambahnya umur dll
dll.
2. Perubahan kebiasaan dan jenis makanan yang dikonsumsi.
• Jenis kelamin
Umumnya angka kematian tinggi pada laki-laki karena mereka tidak
merasakan bila penyakitnya masih ringan, memeriksakan pada saat sudah
parah. Angka kesakitan tinggi pada wanita.
Dugaan:
1. Faktor hormonal
2. Lingkungan bergaul/kerja
mengisap rokok, minuman keras, pekerja berat.
3. Kemungkinan di AS wanita Iebih bebas mencari sarana pengobatan.
• Kelas sosial
Variabel yang menggambarkan kelas sosial adalah pendidikan, pekerjaan,
penghasilan, tempat tinggal Faktor-faktor ini mempengaruhi berbagai aspek
kehidupan, misal: pemeliharaan kesehatan, dana untuk berobat, sanitasi
lingkungan, gizi dll.
Klas I : tenaga profesional
Klas II tenaga menengah
Klas III : tenaga trampil
Klas IV : tenaga setengah trampil
Klas V : tenaga tidak trampil
• Jenis pekerjaan
Hal-hal yang dicurigai:
Lingkungan kerja yang khusus misal : Pabrik gas, bahan kimia.
Situasi kerja yang penuh dengan stres dan ketegangan.
Gerak badan yang kurang.
Penularan penyakit karena bekerja pada ruangan yang sempit.
• Golongan Etnik
Berkaitan Gaya hidup
Kebiasaan makan
Susunan genetik
Sickle sel anemia pada orang negro
Ewing’s sarcoma tidak pemah dilaporkan pada negro.
• Status perkawinan
Pendapat ahli mengatakan bahwa seseorang dengan status tidak kawin
memiliki pola hidup yang kurang sehat dalam mencari makan, waktu tidur
dan hubungan dengan wanita.
• Paritas
Paritas rendah lebih baik ditinjau dari segi keuangan untuk keluarga
maupun kesehatan ibu dan anak.
• Faktor Genetik
Berbagai faktor genetik dapat melatarbelakangi terjadinya penyakit:
- Hemophilia, retmoblastoma, karies.
- Sickle sel memberi ketahanan pada plasmodium falciparum
- Gol darah A meningkatkan resiko terjadinya kanker lambung.
- karena masalah genetik luas Epidemiologi genetik.
2. Tempat/place
Batas tempat berdasarkan
• Alam
• Administrasi
3. Waktu/Time
Perubahan penyakit berdasarkan pekembangan waktu penting dalam upaya
mencari etiologi suatu penyakit
Berdasarkan panjangnya waktu dibedakan:
a) Fluktuasi jangka pendek
b) Perubahan secara sikils
c) Perubahan sekuler
c. Perubahan Sekuler
Perubahan sekuler adalah perubahan angka kesakitan atau
kematian suatu penyakit didalam jangka waktu yang panjang, berpuluh-
puluh atau ratusan tahun. Penyelidikan mengenai kecenderungan di
negara-negara maju seperti Amerika Serikat telah dilakukan antara lain
penyakit-penyakit tb, tipus abdominalis, influensa, pneumonia, difteni,
gastritis, duodenitis, entenitis, kolitis, penyakit-penyakit jantung, kanker
paru, kanker prostat, kanker usus besar, kanker lambung, hepatitis
virus, sirosis hepatis, kolera,leukemia,serta kecelakaan-kecelakaan, dan
bahkan umur mulal menstruasi.
Kemungkinan untuk menerangkan perubahan-perubahan ini adalah
adanya program inter-vensi terhadap penyakit-penyakit tersebut.
Pengukuran angka kematian atau angka kesakitan dilakukan dengan angka mutlak,
rate dan ratio.
1. Angka mutlak misal : dari hasil pengukuran penyakit TBC disuatu daerah
ditemukan 1000 orang menderita penyakit tersebut. Bentuk lxii sangat sederhana
dan memben informasi yang sangat minimum.
2. Rate perbandingan suatu peristiwa/kasus penyakit dibagi dengan jumlah
penduduk yang mungkin terkena (population at risk) dalani waktu yang sama
dinyatakan dengan persen atau permil.
3. Ratio adalah perbandingan suatu peristiwa dengan peristiwa lain yang tidak
berhubungan. Misal perbadingan antara penderita TBC pria dan wanita.
1. Incidence Rate
Adalah jumlah kasus/penderita baru suatu penyakit yang terjadi dalam masyarakat
pada periode tertentu dibagi populasi yang mempunyai resiko:
Waktu tertentu ini dapat bulan, tahun dan seterusnya. Pada kasus yang jarang
sehingga pengamatannya berlangsung lama (bertahun-tahun), maka pembaginya
adalah jumlah penduduk pertengahan periode tersebut.
Apabila pada suatu kasus epidemi (misal penyakit menular), pembaginya adalah
jumlab penduduknya yang terancam epidemi pada waktu epidemi berlangsung
maka Incidence disebut sebagai Attack rate
Tingkat kelahiran yang tinggi biasanya dialami oleh masyarakat agraris yang
berubah menjadi masyarakat industri (mengalami peningkatan penghasilan).
Hubungan simetris
o tidak mengenal arah
o tidak ada urutan waktu
missal :
Hubungan asimetrik
Variabel yang satu merupakan penentu variabel
variabel yang lain, merupakan hubungan
Sebab akibat
misalnya:
• Pemberian rangsangan dengan timbulnya tanggapan.
= pemberian
ian vaksin dgn timbunya kekebalan.
• Adanya prakondisi
ndisi dengan terjadinya fenomena.
= kenaikan jml kendaraan dgn jml kecelakaan lalin.
Hubungan timbal-balik
Merupakan kelanjutan hubungan asimetris yaitu: ubahan 1 mempengaruhi
mempengaruhi ubahan 2,
selanjutnya mempengaruhi
pengaruhi ubahan 3 dan
da terakhir mempengaruhi ubahan 1 kembali
Macam-Macam Sebab
Sebab dapat berupa perlakuan, kejadian atau keadaan alamiah yang memulai atau
mempunyai andil atas serangkaian kejadian yang menimbulkan akibat.
sufflcient cause:
Sebab yg memadai/sufflcient cause
Adanya sebab
ab yang memadai untuk menimbulkan/munculnya
menimbulk akibat.
Salah satu sebab tunggal yg memadai pada terjadinya
terjadinya gangguan penglihatan
adalah rusaknya syaraf mata.
Sebab biasanya terdiri atas unsur
unsur-unsur
nsur yang bekerja sama menghasilkan
menghasil
akibat.
Misal : Kecanduan nailcotika disebabkan oleh gabungan penyebab:
• status mental lemah
• benturan psikis
Adalah proses yg terjadi mulai orang sehat, menderita sakit sampai terhentinya
penyakit. Ada 5 tahap
1. Tahap prepatogenesis
Pada saat ini terjadi interaksi antara pejamu/- host dgn kuman diluar tubuh. Belum
ada penyakit (sehat), krn daya tahan tubuh maslh kuat.
2. Tahap inkubasi
Bibit penyakit sudah masuk tubuh, tapi belum ada gejala.
Masa inkubasi macam2 ada beberpa jam smp tahun
Demam kuning 3-6 hari
Kanker paru ber tahun2
3. Tahap penyakit dini
Mulai munculnya gejala sakit, tapi masib ringan.
Penderita msh dapat bekerja, sering tidak datang berobat, atau hanya berobat
jalan.
Tahap ini bagi yg berpendidikan rendah sening bermasalah krn mereka berobat pd
kondisi parah.
4. Tahap penyakit lanjut
Penderita tidak dapat bekerja lagi, bila datang berobat telah memerlukan
perawatan.
5. Tahap akhir penyakit Dapat berada dalam lima keadaan:
a. Sembuh sempurna: bentuk dan fungsi tubuh kembali spt sebelum sakit.
b. Sembuh dgn cacat: penyakit berakhir, penderita sembuh tapi cacat
fisik/fungsi/mental dll.
c. Karier
Perjalanan penyakit seolah-olah berhenti krn tak ada gejala, tapi dlm tubuh
penderita masih ada kuman yang setiap saat bila daya tahan turun akan
menyenang Kanier berbahaya buat dirinya maupun sekitarnya.
Untuk menguji hubungan kausal antara penyakit dgn penyebab harus dilakukan
penelilian utk menguji hipotesis penelitian atau penyeidikan yang biasa dilakukan:
1. Penelitian Observasional
Peneliti mengamati terjadinya suatu penyakit pada sekelompok penduduk yang
berhubungan dengan faktor resiko yang di curigai.
misal:
Pengamatan pada perokok sampai timbulnya kanker paru. Tunbulnya kanker hepar
pada individu yang memakan tempe (aflatoxin).
Kanker leher rahim dengan hubungan seksual
Kesimpulannya
Orang yang terpapar faktor resiko memiliki kemungkinan menderita penyakit 2,9 X
orang yang tidak terpapar faktor resiko.
b. Penelitian kohort/Prospektif
Pada penelitian ini sejumlah orang (kohort) yang sehat dan kelompok yg terpapar
faktor penyebab dan yang tidak terpapar, kedua kelompok ini diikuti dari waktu-
150
Resiko relatif = = 30
5
Risiko atribut = Incidence rate pada kelompok terpapar - Incidence Rate
kelompok tidak terpapar (jumlah absolute)
Risiko atribut = 150 – 5 = 145
Artinya:
Kelompok terpapar faktor penyebab mempunyai kemungkinan menderita sakit
sebesar 30 kali kelompok tidak terpapar Resiko atributlAttributable risk =150-5=145
Artinya:
Misalnya 100.000 pendduk AR = 145, maksudnya, dan 100.000 pendduk yang
terpapar faktor penyebab, 145 menderita penyakit karena faktor penyebab, sedang
5 orang disebabkan faktor lain (Inciden pada kelompok terpapar 150 sedang
kelompok tidak terpapar 5).
Penelitian Kohort
Penjaringan penyakit/Screening
penyakit/Screening adalah penemuan panyakit secara aktif pada orang
orang-
orang yang tanpa gejala dan nampaknya sehat. Screening tes, menurut pembatasan
yang dIberikan orang, tidaldah dimaksudkan sebagai diagnostilç orang-orang
orang orang dengan
tanda-tanda positif
itif atau mencurigakan menderita penyakit hendaknya diberi
perawatan/pengobatan setelali diagnosa dipastikan.
Secara garis
s besar urutan Iangkah-Iangkah
Iangkah adalah sebagai berikut:
1. Uji screening, diterapkan pada penduduk
duduk yang telah dipilih terlebih
terlebi dahulu.
Mereka
eka yang dengan hasil tes yang negatif disislhkan mereka ini adalah
mereka yang rupanya tidak menderita penyakit yang tengah dicari.
Di negara-negara
negara yang telah maju program screeni
screening
ng telah diadakan untuk beberapa
penyakit seperti kanker buah dada (dengan mammography, thermography dan
sebagainya), kanker mulut rahim (dengan pemeriksaan “Pap smear”), hipertensi
(pemeriksaan tekanan darah). Pada awal usaha pemberantasan TB di Indonesia
Indonesia,
dilaksanakan pemeriksaan dengan sinar X, petneriksaan sputum, pembuatan biakan
basil.
Tiga criteria
a yang digunakan di dalam menilai screening test ialah:
1. validitas
2. reliabllitas
Validitas
Validitas dari suatu test diartikan
diartikan sebagai kemampuan dan tes tersebut untuk
memberikan indikasi/membedakan siapa yang mendenita
mendenita penyakit (yang tengah dicar
dicari)
dan siapa yang tidak.
Unsur-unsur dari validitas ialah sensitivitas dan spesilisitas. Sensitivitas ialah
kemampuan menemukan mereka yang menderita penyakit, sedangkan spesifisitas
adalah kemampuan menemukan mereka yang tidak menderita penyakit.
Dengan asumsi bahwa diagnosa yang tepat, disusun tabel 2 x 2 sebagai berikut:
missal :
150 1700
Sensitivitas = dan spesifitas= = 94%
150 + 30 100 + 1700
30 100
FalseNegatif = Falsepositive = = 6%
150 + 30 100 + 1700
ReliabiIitas
Sebuah tes adalah reliabel
el apabila
a tes tersebut memberikan hasill yang sama pada
penggunaan lebih dari satu kali dalam keadaan yang sama.
Reliabilitas dipengaruhi oleh:
1) Variasi
iasi yang terletak di dalam metoda itu sendiri
2) variasi intraobserver; dan
3) variasi interobserver
Vanasi ini dapat
pat diperkecil dengan:
1. Standarisasi prosedur-prosedur
prosedur
2. latihan intensif dan observer
3. pengecekan secara periodic terhadap observer; dan
4. menggunakan dua atau lebih observer yang bekerja sendiri-sendiri.
Pengertian:
Pengumpulan data atau informasi secara sistematis dari suatu sample yang diambil
dari populasi.
Tujuan survei
1. Penelitian epidemiologi, yaitu mencari dan mengetahui ciri epidemiologis penyakit
mencari penyebab penyakit serta mencari faktor-faktor yang berpengaruh pada
timbulnya penyakit tersebut.
2. Perencanaan Program
3. Evaluasi Program
Bebarapa pengertian
Populasil:
Keseluruhan individu/item yang menjadi perhatian peneliti, tempat peneliti
menggeneralisasikan hash pengamatan.
Populasi terbatas biasanya ada batasan waktu
Populasi tak terbatas
Sampel:
Sebagian populasi yang langsung dlkenai tindakan/pengamatan/penguran penelitian.
C. Bila pemeriksa Iebih dari satu orang harus dilakukan KALIBRASI (Latihan
penyesuaian antar pemeriksa) caranya:
Para pemeriksaan memeriksa 10-15 orang yang sama, hasil pemeriksaan
dicocokkan. Perbedaan yang terjadi di kompromikan. Kesesuaian antar pemeriksa
ini hasilnya dapat di analisis, sehingga dapat diperoleh tingkat kesesuaian tim itu.
Ketajaman basil pemeriksaan menurut Sogness (1940) yang memeriksa 3.407 gigi.
1. Dengan kaca mulut dan sonde menemukan 19,1% terkena karies
2. Dengan tambahan pengenngan area pemerik. 22,7% terkena karies
3. Disertai Pembersihan gigi 24,6% terkena karies
4. Disertai Rngent foto 25,8% terkena karies Q
Beliau berkesimpulan:
Karies Pit dan Fisur dapat ditemukan dengan sonde & kaca mulut.
Karies aproksimal dengan R foto gigi.
Smooth surface caries pemeriksaan harus dengan teliti.
Untuk keperluan survey cukup dengan menggunakan sonde dan kaca mulut asal
tempat dan penerangan baik dan bersih.
Knutson menganjurkan dengan tongue-spatel
Untuk perencanaan terutama tentang jumlah tenaga dan dana:
Peradangan Gusi:
Ada Tanda-Tanda pada gusi sekeliling 1/Lebih gigi kemerah-merahan bengkak
ulserasi dan perdarahan.
Pocket Periodontal
Terdapat Pocket periodontal/saku gusi dgn kedalaman > 3 mm. Tidak
dibedakan pocket benar/palsu.
Prevalensi penyakit periodontal dapat dinyatakan dengan:
a. % Orang dgn 1/Lebih tanda-tanda dari penyakit Periodontal Peradangan Gusi
atau pocket atau ke-dua2nya.
b. x % orang dgn 1/lebih tanda peradangan gusi di sekeliling satu!lebih gigi.
c. % orang dengan 1/lebih pocket
Indek-indek ini biasanya dinyatakan menurut umur
Peradangan gusi lebih.ringan dan adanya poket periodontal.
Manfaat:
1. Untuk memperkirakan jumlali orang yg butuh pengobatan utk penyakit periodontal.
2. Memberi gambaran hebatnya penyakit periodontal.
Kolom gigi
igi menunjukkan gigi yang diperi
diperiksa,
ksa, sedang A, B, C, D, E adalah area
yang digambarkan pada permukaan gigi. L untuk permukaan lingual, B untuk
permukaan
ukaan bukal. Tanda + pada gambar di atas menunjukkan adanya plak,
sedang - bersih (tanpa plak). Jumlah skor perorang maksimal 60, yang diperoleh
dengan menjumlah seluruh skor (grand total).
to
Diciptakan ahli WHO 1978, secara detail oleh emslie 1980 KMD di produksi oleh
J.Montacorp. ( JAPAN)
Untuk : 1. Mengukur kedalaman saku gusi/pocket
2. Mendeteksi Sub gingival calculus
2. Pada ujung Probe terciapat bola kecil berdiameter 0,5mm sehingga mudah
mendeteksi adanya sub gingival colculus Bentuk tipis, ringan dan ada bolanya,
untuk mengurangi kesalahan dalam menentukan dasar pocket juga mengurangi
tendensi salah hiking.
SKORING
2. Penggunaan gigi – gelilgi Indek
17-16 11 26-27
36-37 31 46-47
Metode ini mengharuskan pemeriksaan pada 10 gigi indeks, tetapi yang dicatat
hanya 6 gigi/sextant yang terburuk skornya.
BiIa gigi indeks (M1/M2) hilang, dapat diganti gigi lain path sextant yg bersangkutan
yg memenuhi syarat.
Agar diperoleh hasil yang reliabel, sesudah memeriksa 10/20 subyek dengan
menggunakan lakukan cek ulang pada subyek terakhir (112) menggunakan Indek
gigi terburuk.
Tujuan Probing
1. Menentukan kedalaman poket.
2. Mendeteksi adaltidakuya kalkulus (supra/sub)
3. Bleeding respon
Umumnya setiap sextant dilakukan probing tidak lebih dari 4 kali (4 titik probing)
CPITN didisain untuk mengukur kondisi Periodontal Treatment Need (PTN) dgn praktis
dan cepat dalam survey populasi atau skrining awal pasien pd perawatan rutin. CPITN
tidak :
1. Mengukur pengalaman peny periodontal yang lalu.
2. Mencatat posisi tepi gusi (derajat resesi)
3. Tinggi tulang alveolaris
Pelaporan CPITN
3. Jumlah dan prosentase subyek pada masing-masing
masing masing kategori dari kebutuhan
perawatan (treatment need TN).