Tarian Hula Hula
Tarian Hula Hula
Hula-hula adalah jenis tarian asal Kepulauan Hawaii yang diiringi nyanyian atau lagu. Hula
diciptakan oleh orang Polinesia dari Kepulauan Hawaii. Lagu yang mengiringi tarian
disebut mele. Hula menggambarkan atau mendramatisasikan mele.
Ada banyak jenis hula. Hula bisa digolongan menurut gaya, tema, atau periode. Hula
Preservation Society mencatat sekitar 300 jenis hula. Berdasarkan gaya penyajian, hula
dibagi menjadi dua kategori: kahiko dan ʻauana. Kahiko adalah hula kuno yang dipentaskan
sebelum warga kulit putih tiba di Hawaii. Kahiko diiringi dengan nyanyian dan permainan
alat musik tradisional. Hula yang berkembang melalui pengaruh Barat disebut ʻauana. Hula
ini juga diiringi nyanyian dan permainan alat musik tradisional yang sudah
mengkombinasikan alat musik modern seperti gitar, ukulele, dan kontrabass.
Selain itu, terdapat pula 2 kategori hula yang lain: monarchy dan ai
kahiko. Monarchy merujuk kepada berbagai jenis hula yang diciptakan dan dikoreografikan
selama abad ke-19. Pada waktu itu, masuknya kebudayaan Barat ke Hawaii memberikan
perubahan yang signifikan bagi kesenian Hawaii, termasuk pada hula. Ai Kahiko (berarti
"dalam gaya lama") adalah hula yang ditulis di antara abad ke-20 sampai abad ke-21 yang
mengikuti aturan gaya hula kahiko.
Sanggar tari yang mengajarkan hula disebut hālau. Di Hawaii terdapat ratusan sanggar hula.
Guru tari hula disebut kumu hula, kumu berarti sumber ilmu pengetahuan. Dalam tari hula
terdapat banyak gerakan yang ditarikan melambangkan aspek alam, seperti hula dasar dan
gerakan Pohon Kelapa, atau gerakan kaki dasar seperti Kaholo, Ka'o, dan Ami.
Ada banyak jenis tarian yang berasal dari kepulauan Polinesia lain seperti
dari Tahiti, Samoa, Tonga dan Aotearoa (Selandia Baru); namun, hula adalah keunikan dan
khas Kepulauan Hawaii.
Nyanyian
Sejarah Hawaii adalah sejarah yang disampaikan secara lisan. Nyanyian dipakai untuk
menyampaikan cerita tentang asal usul orang Hawaii. Lirik yang disampaikan berisi cerita
tentang penciptaan, mitologi, kerajaan, dan peristiwa atau tokoh-tokoh penting.
Alat musik
Kostum
Wanita penari tradisional mengenakan sejenis rok rumbai-rumbai yang
disebut pāʻū dan telanjang dada. Pada zaman sekarang, kostum wanita penari tradisional
sudah banyak berubah. Pāʻū bisa lebih panjang dari panjang kain tapa (kain dari kulit kayu)
yang biasanya hanya cukup panjang untuk melingkari bagian pinggang. Walaupun demikian,
penonton sering melihat penari yang melingkari pinggang dengan kain tapa yang panjang
hingga bagian pinggul terlihat lebih besar. Penari juga memakai banyak sekali hiasan
seperti kalung, gelang, gelang kaki, serta sebanyak mungkin lei (lei untuk kepala, kalung,
gelang, dan gelang kaki).
Penari pria tradisional mengenakan malo (kain cawat) seperti yang dipakai sehari-hari.
Mereka juga mengenakan malo dari kain tapa panjang hingga berlapis-lapis. Seperti halnya
penari wanita, penari pria juga mengenakan kalung, gelang, gelang kaki, dan lei.
Bunga untuk membuat lei sewaktu menari diambil di hutan. Biasanya bunga diambil setelah
berdoa kepada Laka dan dewa-dewa hutan. Lei biasanya ditinggalkan sebagai persembahan
di altar kecil untuk dewi Laka yang ada di setiap hālau.
Kain tapa dan lei hanya dipakai sekali untuk menari hula yang suci. Setelah menari, keduanya
dianggap sudah terisi dengan kesucian tari hula, dan tidak dipakai lagi.
Pertunjukan
Hula dipertunjukan untuk hiburan sehari-hari atau di pesta-pesta keluarga. Ketika
dipertunjukkan di hadapan kepala suku, tari hula menjadi acara yang serius. Kepala suku
biasanya berkeliling dari satu tempat ke tempat lainnya di wilayah kekuasaannya. Setiap desa
harus menjamu kepala suku dengan makanan, menyediakan tempat menginap dan hiburan
untuk kepala suku dan rombongannya. Pertunjukan hula dulunya merupakan salah satu
bentuk tanda kesetiaan, dan sering dipakai untuk menyanjung kepala suku. Ada jenis hula
yang dibawakan untuk menyanjung kepala suku berikut garis keturunan, nama, dan bahkan
alat kelaminnya (hula maʻi). Dalam kesempatan tersebut juga dibawakan hula suci untuk para
dewa-dewi Hawaii. Semua tarian hula harus dibawakan hingga selesai tanpa salah. Kesalahan
dianggap membawa pertanda buruk dan sikap tidak hormat.
Kepala suku dari wilayah lain juga dijamu dengan tari hula. Bentuk keramahan ini
dilanjutkan untuk menyambut kedatangan tokoh-tokoh penting dari Barat yang datang
berkunjung. Mereka nantinya menulis pengalaman mereka menyaksikan pertunjukan hula
pada abad ke-19 dan abad ke-20.
Hula ʻauana
Lagu
Mele untuk hula ʻauana umumnya dinyanyikan seperti lazimnya lagu pop. Penyanyi utama
membawakan lagu dalam tangga nada mayor ditambah sekali-sekali bagian harmoni.
Tema lagu bisa sangat luas, seluas pengalaman manusia. Orang yang menulis lirik mele untuk
hula ʻauana sering bercerita tentang tokoh penting, tempat, peristiwa, atau sekadar
menyampaikan luapan perasaan atau pemikiran. Penjiwaan mele adalah tugas penari hula.
Alat musik
Pemusik yang memainkan musik untuk hula ʻauana biasanya memakai alat musik
dawai portabel.
Kostum
Pertunjukan
Hulu ʻauana dipertunjukkan pada sewaktu ada pesta orang Hawaii yang disebut luau dan
acara-acara lainnya. Anak perempuan berusia 6-12 tahun sering mengambil les tari hula, dan
mereka sering diundang untuk pentas sewaktu ada luau.
Sejarah
Asal usul hula dijelaskan dalam berbagai legenda. Menurut salah satu legenda
Hawaii, Laka menciptakan tari hula di Pulau Molokai, tepatnya di kawasan suci Kaʻana.
Setelah Laka meninggal dunia, jasadnya disembunyikan di bawah bukit Puʻu Nana.
Menurut legenda lain, Hiʻiaka menari untuk meredakan kemarahan saudara perempuannya,
dewi gunung berapi bernama Pele. Cerita tersebut berlokasi di Kauaʻi, sebuah lembah di
pantai timur Hāʻena.
Dalam cerita lain dikisahkan tentang Pele sang dewi api yang melarikan diri dari saudara
perempuan bernama Namakaokaha'i (dewi samudra). Pele mencari tempat tinggal, dan
menemukan sebuah pulau yang membuatnya tidak bisa disentuh ombak samudra.
Serangkaian kawah di Kepulauan Hawaii menandai hula yang pertama kali ditarikan oleh
Pele sebagai perayaaan kemenangan atas Namakaokaha'i.
Abad ke-19
Misionaris Protestan yang tiba di Hawaii pada tahun 1820 menyatakan hula sebagai tari yang
tidak bermoral. Kalangan bangsawan (aliʻi) yang baru saja menganut agama Kristen dipaksa
membantu pelarangan tari hula. Walaupun sebagian di antaranya patuh dan aktif melarang
hula, sebagian dari bangsawan Hawaii secara diam-diam menjadi pelindung kesenian hula.
Pada waktu itu, hula diajarkan dan dipentaskan secara rahasia.
Seni pertunjukan di Hawaii bangkit pada masa pemerintahan Raja David Kalākaua (1874–
1891) yang mendorong kemajuan seni tradisional. Sepanjang dekade 1880-an dan 1890-an,
hula kembali dipertontonkan di muka umum. Putri Ruth Keelikolani juga menjadi pelindung
nyanyian tradisional (mele dan hula). Ia menekankan pentingnya usaha-usaha menghidupkan
budaya nenek moyang orang Hawaii yang di ambang punah akibat pengaruh kaum pendatang
dan modernisasi.
Seniman tradisional Hawaii menggabungkan seni puisi, nyanyian, gerakan tari,
dan kostum menjadi bentuk baru kesenian yang disebut hula kuʻi (kuʻi berarti
"menggabungkan lama dan baru"). Tari hula kuʻi tidak memakai alat musik pahu karena
kesucian pahu masih dihormati oleh seniman tradisional Hawaii. Alat musik tradisional yang
dipakai untuk hula kuʻiadalah alat musik dari buah labu yang disebut ipu.
Hingga pada awal abad ke-20, doa dan ritual merupakan bagian tidak terpisahkan dari latihan
dan pertunjukan hula. Setiap hālau memiliki altar tempat berdoa kepada dewi Laka.
Abad ke-20
Kesenian hula berada dalam bahaya setelah Hawaii menjadi teritori Amerika Serikat pada
tahun 1900. Tari hula mengalami perubahan besar-besaran dan hanya dianggap sebagai salah
satu bentuk hiburan. Orang luar Hawaii mulai mengenal hula pada awal abad ke-20 setelah
tari hula diperlihatkan dalam film-film Hollywood. Penari hula berpentas di panggung
hiburan sebagai tontonan wisatawan, seperti dalam acara Kodak Hula Show. Walaupun
demikian, hula tradisional masih dipertahankan oleh sekelompok kecil seniman hula
tradisional.
Referensi