Anda di halaman 1dari 9

SENI BUDAYA KETERAMPILAN

DISUSUN OLEH:

M.RIZA ABDILLAH
FACHRI FAHLEVI
ARI BHASKARA P.

KELAS: 7.1
Tari Piring
Tari piring atau dalam bahasa Minangkabau disebut dengan Tari Piriang, adalah
salah satu jenis Seni Tari yang berasal dari Sumatra Barat yaitu masyarakat
Minangkabau disebut dengan tari piring karena para penari saat menari membawa
piring.

Pada awalnya dulu kala tari piring diciptakan untuk memberi persembahan kepada
para dewa ketika memasuki masa panen, tapi setelah datangnya agama islam di
Minangkabau tari piring tidak lagi untuk persembahan para dewa tapi ditujukan
bagi majlis-majlis keramaian yang dihadiri oleh para raja atau para pembesar
negeri, tari piring juga dipakai dalam acara keramaian lain misalnya seperti pada
acara pesta perkawinan.
Mengenai waktu kemunculan pertama kali tari piring ini belum diketahui pasti,
tapi dipercaya bahwa tari piring telah ada di kepulaian melayu sejak lebih dari 800
tahun yang lalu. Tari piring juga dipercaya telah ada di Sumatra barat dan
berkembang hingga pada zaman Sri Wijaya. Setelah kemunculan Majapahit pada
abad ke 16 yang menjatuhkan Sri Wijaya, telah mendorong tari piring berkembang
ke negeri-negeri melayu yang lain bersamaan dengan pelarian orang-orang sri
wijaya saat itu.
ANGKLUNG
Angklung adalah sebuah alat atau waditra kesenian yang terbuat dari bambu
khusus, yang ditemukan oleh Bapak Daeng Sutigna sekitar tahun 1938. Ketika
awal penggunaannya angklung masih sebatas kepentingan kesenian lokal atau
tradisional. Namun karena bunyi-bunyian yang ditimbulkannya sangat merdu dan
juga memiliki kandungan lokal dan internasional seperti bunyi yang bertangga
nada duremi fa so la si du dan daminatilada, maka angklung pun cepat
berkembang, tidak saja dipertunjukan lokal tapi juga dipertunjukan regional,
nasional dan internasional. Bahkan konon khabarnya pertunjukan angklung
pernah digelar dihadapan Para pemimpin Negara pada Konferensi Asia Afika di
Gedung Merdeka Bandung tahun 1955.

Jumlah pemain angklung bisa dimainkan oleh sampai 50 orang, bahkan sampai
100 orang dan dapat dipadukan dengan alat musik lainnya seperti; piano, organ,
gitar, drum, dan lain-lain. Selain sebagai alat kesenian, angklung juga bisa
digunakan sebagai suvenir atau buah tangan setelah dihiasi berbagai asesoris
lainnya.
Tari Saman
Mengapa tarian ini dinamakan tari Saman? Tarian ini di namakan Saman karena
diciptakan oleh seorang Ulama Aceh bernama Syekh Saman pada sekitar abad XIV
Masehi, dari dataran tinggi Gayo. Awalnya, tarian ini hanyalah berupa permainan
rakyat yang dinamakan Pok Ane. Namun, kemudian ditambahkan iringan syair-
syair yang berisi puji-pujian kepada Allah SWT, serta diiringi pula oleh kombinasi
tepukan-tepukan para penari. Saat itu, tari saman menjadi salah satu media
dakwah.

Pada mulanya, tari saman hanya ditampilkan untuk even-even tertentu,


khususnya pada saat merayakan Hari Ulang Tahun Nabi Besar Muhammad SAW
atau disebut peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Biasanya, tari saman
ditampilkan di bawah kolong Meunasah (sejenis surau panggung). Namun seiring
perkembangan zaman, tari Saman pun ikut berkembang hingga penggunaannya
menjadi semakin sering dilakukan. Kini, tari saman dapat digolongkan sebagai tari
hiburan/pertunjukan, karena penampilan tari tidak terikat dengan waktu,
peristiwa atau upacara tertentu. Tari Saman dapat ditampilkan pada setiap
kesempatan yang bersifat keramaian dan kegembiraan, seperti pesta ulang tahun,
pesta pernikahan, atau perayaan-perayaan lainnya. Untuk tempatnya, tari Saman
biasa dilakukan di rumah, lapangan, dan ada juga yang menggunakan panggung.
Tari Saman biasanya ditampilkan dipandu oleh seorang pemimpin yang lazimnya
disebut Syekh. Penari Saman dan Syekh harus bisa bekerja sama dengan baik agar
tercipta gerakan yang kompak dan harmonis.

Rumah Limas
Rumah Limas merupakan prototipe rumah tradisional Palembang. Selain ditandai
dengan atapnya yang berbentuk limas, rumah tradisional ini memiliki lantai
bertingkat tingkat yang disebut Bengkilas dan hanya dipergunakan untuk
kepentingan keluarga seperti hajatan. Para tamu biasanya diterima diteras atau
lantai kedua.

Kebanyakan rumah limas luasnya mencapai 400 sampai 1000 meter persegi atau
lebih, yang didirikan diatas tiang-tiang dari kayu unglen atau ulin yang kuat dan
tanah air.Dinding, pintu dan lantai umumnya terbuat dari kayu tembesu. Sedang
untuk rangka digunakan kayu seru. Setiap rumah terutama dinding dan pintu diberi
ukiran. Saat ini rumah limas sudah mulai jarang dibangun karena biaya
pembuatannya lebih besar dibandingkan membangun rumah biasa.

Bangunan rumah limas biasanya memanjang ke belakang. Ada bangunan yang


ukuran lebarnya 20 meter dengan panjang mencapai 100 meter. Rumah limas
yang besar melambangkan status sosial pemilik rumah. Biasanya pemiliknya
adalah keturunan keluarga Kesultanan Palembang, pejabat pemerintahan Hindia
Belanda, atau saudagar kaya.

Bangunan rumah limas memakai bahan kayu unglen atau merbau yang tahan air.
Dindingnya terbuat dari papan-papan kayu yang disusun tegak. Untuk naik ke
rumah limas dibuatlah dua undak-undakan kayu dari sebelah kiri dan kanan.
Sasando
Sasando adalah sebuah alat instrumen petik musik. Secara harfiah nama Sasando
menurut asal katanya dalam bahasa Rote, sasandu, yang artinya alat yang bergetar
atau berbunyi. Konon sasando digunakan di kalangan masyarakat Rote sejak abad
ke-7. Bentuk sasando ada miripnya dengan instrumen petik lainnya seperti gitar,
biola dan kecapi.

Bagian utama sasando berbentuk tabung panjang yang biasa terbuat dari bambu.
Lalu pada bagian tengah, melingkar dari atas ke bawah diberi ganjalan-ganjalan di
mana senar-senar (dawai-dawai) yang direntangkan di tabung, dari atas kebawah
bertumpu. Ganjalan-ganjalan ini memberikan nada yang berbeda-beda kepada
setiap petikan senar. Lalu tabung sasando ini ditaruh dalam sebuah wadah yang
terbuat dari semacam anyaman daun lontar yang dibuat seperti kipas. Wadah ini
merupakan tempat resonansi sasando

Sasando memang punya banyak senar. Sasando dengan 28 senar ini diistilahkan
dengan Sasando Engkel. Jenis lain; Sasando Dobel namanya, punya 56 senar.
Bahkan ada yang 84 senar. Cara memainkan sasando dengan dipetik. Mirip
dengan gitar. Hanya saja sasando tanpa chord (kunci) dan senarnya harus dipetik
dengan dua tangan, sehingga lebih mirip Harpa.
Tari Tor-Tor
Tarian Tor-tor khas suku Batak, Sumatera Utara. Tarian yang gerakannya se-irama
dengan iringan musik (magondangi) yang dimainkan dengan alat-alat musik
tradisional seperti gondang, suling, dan terompet batak.

Tari tor-tor dulunya digunakan dalam acara ritual yang berhubungan dengan roh,
dimana roh tersebut dipanggil dan "masuk" ke patung-patung batu (merupakan
simbol dari leluhur), lalu patung tersebut tersebut bergerak seperti menari akan
tetapi gerakannya kaku. Gerakan tersebut meliputi gerakan kaki (jinjit-jinjit) dan
gerakan tangan.

Jenis tari tor-tor pun berbeda-beda, ada yang dinamakan tor-tor Pangurason (tari
pembersihan). Tari ini biasanya digelar pada saat pesta besar yang mana lebih
dahulu dibersihkan tempat dan lokasi pesta sebelum pesta dimulai agar jauh dari
mara bahaya dengan menggunakan jeruk purut. Ada juga tor-tor Sipitu Cawan
(Tari tujuh cawan). Tari ini biasa digelar pada saat pengukuhan seorang raja,
menurut legenda tari berasal dari 7 putri kayangan yang mandi disebuah telaga di
puncak Gunung Pusuk Buhit. Kemudian ada tor-tor Tunggal Panaluan merupakan
suatu budaya ritual.

Dalam perkembangannya tarian tor-tor ada dalam berbagai acara adat Batak,
maknanya disesuaikan dengan tema acara adat yang sedang dilakukan. Dan untuk
lebih memeriahkan tari tor-tor, sebagian penonton memberikan saweran kepada
penari tor-tor yang diselipkan di tangan penari tor-tor dan sang pemberi saweran
melakukannya sambil menari tor-tor juga.
Rebana
adalah gendang berbentuk bundar dan pipih. ini merupakan symbol kota
bumiayu .terbuat Bingkai berbentuk lingkaran dari kayu yang dibubut, dengan
salah satu sisi untuk ditepuk berlapis kulit kambing. Kesenian di Malaysia, Brunei,
Indonesia dan Singapura yang sering memakai rebana adalah musik irama padang
pasir, misalnya, gambus, kasidah dan hadroh.

Bagi masyarakat Melayu di negeri Pahang, permainan rebana sangat populer,


terutamanya di kalangan penduduk di sekitar Sungai Pahang. Tepukan rebana
mengiringi lagu-lagu tradisional seperti indong-indong, burung kenek-kenek, dan
pelanduk-pelanduk. Di Malaysia, selain rebana berukuran biasa, terdapat juga
rebana besar yang diberi nama Rebana Ubi, dimainkannya pada hari-hari raya
untuk mempertandingkan bunyi dan irama.

        Rebana, genjring, atau dalam kosakata bahasa Inggris disebut tambourine
adalah alat musik Islami terbuat dari papan kayu pilihan, dibulatkan dan dilobangi
dengan menggunakan mesin bubut bertenaga listrik dengan desain khusus agar
menghasilkan suara yang khas. Pada sisi sebelahnya dipasang kulit kambing yang
sudah disamak putih. Dengan keterampilan, keahlian serta kesabaran dalam
penggarapannya maka akan menghasilkan salah satu karya seni Islami dalam bentuk
Rebana berkualitas. Rebana yang bagus adalah yang bersuara jernih,tidak fals, dan
tentu saja yang berpenampilan kilap atau esklusif.      
Kolintang
Kolintang atau kulintang adalah alat musik yang terdiri dari barisan gong kecil
yang diletakkan mendatar. Alat musik ini dimainkan dengan diiringi oleh gong
tergantung yang lebih besar dan drum. Kolintang merupakan bagian dari budaya
gong Asia Tenggara, yang telah dimainkan selama berabad-abad di Kepulauan
Melayu Timur - Filipina, Indonesia Timur, Malaysia Timur, Brunei, dan Timor.

Alat musik ini berkembang dari tradisi pemberian isyarat sederhana menjadi
bentuk seperti sekarang. Kegunaannya bergantung pada peradaban yang
menggunakannya. Dengan pengaruh dari Hindu, Buddha, Islam, Kristen, dan
Barat, Kulintang merupakan tradisi gong yang terus berkembang.

Alat musik ini dibuat dari kayu lokal yang ringan namun kuat seperti telur,
bandaran, wenang, kakinik kayu cempaka, dan yang mempunyai konstruksi fiber
paralel. Nama kolintang berasal dari suaranya: tong (nada rendah), ting (nada
tinggi) dan tang (nada biasa). Dalam bahasa daerah, ajakan "Mari kita lakukan
TONG TING TANG" adalah: " Mangemo kumolintang". Ajakan tersebut akhirnya
berubah menjadi kata kolintang.

Anda mungkin juga menyukai