A. PENGERTIAN
Kanker paru adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran napas atau
epitel bronkus. Terjadinya kanker ditandai dengan pertumbuhan sel yang tidak normal, tidak
terbatas, dan merusak sel-sel jaringan yang normal. Proses keganasan pada epitel bronkus
didahului oleh masa pra kanker. Perubahan pertama yang terjadi pada masa prakanker disebut
metaplasia skuamosa yang ditandai dengan perubahan bentuk epitel dan menghilangnya silia
(Robbin & Kumar, 2007).
Kanker paru merupakan abnormalitas dari sel – sel yang mengalami proliferasi dalam
paru (Underwood, Patologi, 2000).
Kanker paru-paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali dalam
jaringan paru-paru dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen, lingkungan, terutama asap
rokok ( Suryo, 2010).
B. ETIOLOGI
Seperti umumnya kanker yang lain, penyebab yang pasti dari kanker paru belum
diketahui, tapi paparan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat yang bersifat karsinogenik
merupakan faktor penyebab utama disamping adanya faktor lain seperti kekebalan tubuh,
genetik, dan lain-lain (Amin, 2006).
a. Merokok
Menurut Van Houtte, merokok merupakan faktor yang berperan paling penting, yaitu
85% dari seluruh kasus ( Wilson, 2005). Rokok mengandung lebih dari 4000 bahan kimia,
diantaranya telah diidentifikasi dapat menyebabkan kanker. Kejadian kanker paru pada
perokok dipengaruhi oleh usia mulai merokok, jumlah batang rokok yang diisap setiap hari,
lamanya kebiasaan merokok, dan lamanya berhenti merokok (Stoppler,2010).
b. Perokok pasif
Semakin banyak orang yang tertarik dengan hubungan antara perokok pasif, atau
mengisap asap rokok yang ditemukan oleh orang lain di dalam ruang tertutup, dengan risiko
terjadinya kanker paru. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa pada orang-orang
yang tidak merokok, tetapi mengisap asap dari orang lain, risiko mendapat kanker paru
meningkat dua kali (Wilson, 2005).
c. Polusi udara
Kematian akibat kanker paru juga berkaitan dengan polusi udara, tetapi pengaruhnya
kecil bila dibandingkan dengan merokok kretek. Kematian akibat kanker paru jumlahnya dua
kali lebih banyak di daerah perkotaan dibandingkan dengan daerah pedesaan. Bukti statistik
juga menyatakan bahwa penyakit ini lebih sering ditemukan pada masyarakat dengan kelas
tingkat sosial ekonomi yang paling rendah dan berkurang pada mereka dengan kelas yang
lebih tinggi. Hal ini, sebagian dapat dijelaskan dari kenyataan bahwa kelompok sosial
ekonomi yang lebih rendah cenderung hidup lebih dekat dengan tempat pekerjaan mereka,
tempat udara kemungkinan besar lebih tercemar oleh polusi. Suatu karsinogen yang
ditemukan dalam udara polusi (juga ditemukan pada asap rokok) adalah 3,4 benzpiren
(Wilson, 2005).
Beberapa zat karsinogen seperti asbestos, uranium, radon, arsen, kromium, nikel,
polisiklik hidrokarbon, dan vinil klorida dapat menyebabkan kanker paru (Amin, 2006).
Risiko kanker paru di antara pekerja yang menangani asbes kira-kira sepuluh kali lebih besar
daripada masyarakat umum. Risiko kanker paru baik akibat kontak dengan asbes maupun
uranium meningkat kalau orang tersebut juga merokok.
e. Diet
f. Genetik
Terdapat bukti bahwa anggota keluarga pasien kanker paru berisiko lebih besar
terkena penyakit ini. Penelitian sitogenik dan genetik molekuler memperlihatkan bahwa
mutasi pada protoonkogen dan gen-gen penekan tumor memiliki arti penting dalam timbul
dan berkembangnya kanker paru. Tujuan khususnya adalah pengaktifan onkogen (termasuk
juga gen-gen K-ras dan myc), dan menonaktifkan gen-gen penekan tumor (termasuk gen rb,
p53, dan CDKN2) (Wilson, 2005).
g. Penyakit paru
Penyakit paru seperti tuberkulosis dan penyakit paru obstruktif kronik juga dapat
menjadi risiko kanker paru. Seseorang dengan penyakit paru obstruktif kronik berisiko empat
sampai enam kali lebih besar terkena kanker paru ketika efek dari merokok dihilangkan
(Stoppler, 2010)
C. PATOFISIOLOGI
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus menyebabkan cilia
hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya
pengendapan karsinogen maka menyebabkan metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila lesi
perifer yang disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura,
biasa timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra.
Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi ini
menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi di bagian distal.
Gejala – gejala yang timbul dapat berupa batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan
dingin.Wheezing unilateral dapat terdengar pada auskultasi. Pada stadium lanjut, penurunan
berat badan biasanya menunjukkan adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru
dapat bermetastase ke struktur – struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus,
pericardium, otak, tulang rangka.
Keluhan utama:
• Batuk-batuk dengan/tanpa dahak (dahak putih, dapat juga purulen) lebih dari 3 minggu
• Batuk darah
• Sesak napas
• Suara serak
• Sulit/sakit menelan
• Sembab muka dan leher, kadang-kadang disertai sembab lengan dengan rasa nyeri yang
hebat.
Tidak jarang yang pertama terlihat adalah gejala atau keluhan akibat metastasis di luar paru,
seperti kelainan yang timbul karena kompresi hebat di otak, pembesaran hepar atau patah
tulang. Ada pula gejala dan keluhan tidak khas seperti :
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Radiologi.
- Foto thorax posterior – anterior (PA) dan leteral serta Tomografi dada. (Merupakan
pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya kanker paru.
Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi. Dapat menyatakan massa udara pada
bagian hilus, effuse pleural, atelektasis erosi tulang rusuk atau vertebra).
- Bronkhografi. (Untuk melihat tumor di percabangan bronkus).
2. Laboratorium.
- Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe). (Dilakukan untuk mengkaji adanya/
tahap karsinoma).
- Pemeriksaan fungsi paru dan GDA. (Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk
memenuhi kebutuhan ventilasi).
- Tes kulit, jumlah absolute limfosit. (Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi
imun (umum pada kanker paru).
3. Histopatologi.
4. Pencitraan.
F. PENATALAKSANAAN
Menururt Fandik Prasetiyawan (2011) penatalaksaaan medis untuk klien kanker paru
adalah sebagai berikut:
1. Pembedahan
Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain, untuk mengankat
semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan sebanyak mungkin fungsi paru – paru
yang tidak terkena kanker.
2.Kemoterapi
Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor, untuk menangani pasien
dengan tumor paru sel kecil atau dengan metastasi luas serta untuk melengkapi bedah atau
terapi radiasi.
3. Radioterapi radikal
Radioterapi radikal digunakan pada kasus kanker paru bukan sel kecil yang tidak bisa
dioperasi. Tetapi radikal sesuai untuk penyakit yang bersifat lokal dan hanya menyembuhklan
sedikit.
4. Radioterapi paliatif,
Radioterapi paliatif untuk hemoptisis, batuk, sesak napas atau nyeri local.
5. Terapi endobronkia
Terapi endobronkia, seperti kerioterapi, tetapi laser atau penggunaan stent dapat memulihkan
gejala dengan cepat pada pasien dengan penyakit endobronkial yang signifikan
6. Perawatan faliatif
Perawatan faliatif, opiat terutama membantu mengurangi nyeri dan dispnea. Steroid
membantu mengurangi gejala non spesifik dan memperbaiki selera makan
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
CA PARU / KANKER PARU
A. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu
proses yang sistematis dalam pengumpulan data ini dari berbagai sumber data untuk
engevaluasi dan untuk mengindenfiklasi status kesehatan klien. (Nursalam 2001 : 17)
Wawancara, memberikan data yang perawat dapatkan dari pasien dan orang terdekat
lainnya melalui percakapan dan pengamatan :
1) Identitas klien :
Meliputi nama, umur, pendidikan, jenis kelamin, agama, pekerjaan, status marital, suku
bangsa, diagnosa medis, tanggal masuk, tanggal pengkajian, no.rekam medis, ruang dan
alamat.
2) Riwayat kesehatan :
a) Keluhan utama : apa yang paling dirasakan saat ini ditanyakan meliputi
paliative/propokativ, quality, region/radian, skala dan time (PQRST).
b) Riwayat kesehatan sekarang : dikaji tentang proses penjalaran penyakit sampai dengan
timbulnyakeluhan 1 faktor yang memperberat dan yang memperingan kualitas dari keluhan
dan bagaimana klien menggambarkan yang dirasakan.
c) Riwayat kesehatan dahulu : dikaji penyakit yang pernah dialami klien yang
berhubungan dengan penyakit sekarang/penyakit lain seperti riwayat penyakit kandung
kemih (gagal jantung), penyakit sistemik (DM), dan hipertensi.
d) Riwayat kesehatan keluarga : dikaji kemungkinan pada keluarga ada riwayat penyakit
gangguan perkemihan, riwayat kesehatan yang menular/keturunan.
Pemeriksaan fisik.
1. Dikaji keadaan umum dan tanda-tanda vital
2. Sistem penglihatan : dikaji bentuk simetris, reflek pupil terhadap cahaya positif, bisa
membaca papan nama perawat dalam jarak 30 cm.
3. Sistem pernafasan : dikaji bentuk hidung simetris, mukosa hidung lembab, septum letar
ditengah, tidak terdapat pernafasan cupig hidung, pada palpasi sinus frontalis dan sinus
maksilaris tidak terdapat nyeri tekan, trakea ditengah, tidak terdapat retraksi dinding dada,
frekuensi nafas 24 x/menit, paru-paru resonan.
4. Sistem pencernaan : dikaji bentuk bibir simetris, mukosa merah muda lembab, jumlah gigi,
tidak terdapat caries uvula ditengah, tidak ada pembesaran, tonsil refleks menelan, bentuk
abdomen, turgor, bising usus 10 x/menit.
6. Sistem perkemihan : dikaji vesika urinaria, pembesaran ginjal, ada nyeri tekan.
– Data sosial, dikaji tingkat pendidikan, hubungan sosial, gaya hidup, dan pola interaksi
melalui wawancara / menanyakan kepada orang terdekat (keluarga).
– Data psikologis, dikaji status emosi, gaya komunikasi, konsep diri, immage, harga
diri, ideal diri, peran diri, identitas diri.
– Data spiritual, dikaji ibadah yang dilakukan klien jika berada di rumah sakit.
Pemeriksaan diagnostik
B. ANALISA DATA
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada pasien dengan ca paru / kanker paru adalah :
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan kehilangan fungsi silia jalan nafas,
peningkatan jumlah/ viskositas sekret paru, meningkatnya tahanan jalan nafas.
D. INTERVENSI
TUJUAN DAN
NO NO.DX INTERVENSI RASIONAL
KRITERIA HASIL
1 Dx1 Setelah dilakukan 1. Kaji status 1. Dispnea merupakan
tindakan perawatan pernafasan dengan mekanisme kompensasi
selama ...x24 jam, sering, catat adanya tahanan jalan
pertukaran gas klien peningkatan frekuensi nafas.
terpenuhi, dengan atau upaya pernafasan 2. Bunyi nafas dapat
kriteria hasil : atau perubahan pola menurun, tidak sama atau
nafas. tak ada pada area yang
- Menunjukkan sakit. Mengi adalah bukti
perbaikan ventilasi 2. Catat ada atau tidak adanya tahanan atau
dan oksigenisi adanya bunyi tambahan penyempitan jalan nafas
adekuat dengan dan adanya bunyi sehubungan dengan
GDA dalam rentang tambahan, misalnya mukus/ edema serta tumor.
normal dan bebas mengi. 3. Penurunan oksigenasi
gejala distress bermakna terjadi sebelum
pernafasan. 3. Kaji adanmya sianosis. Sianosis sentral
sianosis dari “organ” hangat
- Berpartisipasi contoh, lidah, bibir dan
dalam program 4. Kolaborasi daun telinga adalah paling
pengobatan, dalam pemberian oksigen indikatif.
kemampuan/ situasi. lembab sesuai indikasi 4. Memaksimalkan
sediaan oksigen untuk
5. Awasi atau pertukaran.
gambarkan seri GDA. 5. Menunjukkan ventilasi
atau oksigenasi.
Digunakan sebagai dasar
evaluasi keefktifan terapi
atau indikator kebutuhan
perubahan terapi.
2 Dx2 Setelah dilakukan 1. Catat perubahan 1. Penggunaan otot
tindakan perawatan upaya dan pola interkostal/ abdominal dan
dalam ...x24 jam bernafas. pelebaran nasal
bersihan jalan nafas menunjukkan peningkatan
efektif, dengan 2. Observasi penurunan upaya bernafas.
kriteria hasil : ekspensi dinding dada 2. Ekspansi dad terbatas
dan adanya. atau tidak sama
- Menyatakan/ sehubungan dengan
menunjukkan 3. Catat karakteristik akumulasi cairan, edema,
hilangnya dispnea. batuk (misalnya, dan sekret dalam seksi
menetap, efektif, tak lobus.
- Mempertahankan efektif), juga produksi 3. Karakteristik batuk
jalan nafas paten dan karakteristik dapat berubah tergantung
dengan bunyi nafas sputum. pada penyebab. Sputum
bersih bila ada mungkin banyak,
4. Pertahankan posisi kental, berdarah, adan/
- Mengeluarkan tubuh/ kepala tepat dan atau puulen.
sekret tanpa gunakan alat jalan nafas 4. Memudahkan
kesulitan. sesuai kebutuhan. memelihara jalan nafas
atas paten bila jalan nafas
- Menunjukkan 5. Kolaborasi pasein dipengaruhi.
perilaku untuk pemberian 5. Obat diberikan untuk
memperbaiki/ bronkodilator, contoh menghilangkan spasme
mempertahankan aminofilin, albuterol bronkus, menurunkan
bersiahn jalan nafas. dll. Awasi untuk efek viskositas sekret,
samping merugikan dari memperbaiki ventilasi, dan
obat, contoh takikardi, memudahkan pembuangan
hipertensi, tremor, sekret. Memerlukan
insomnia. perubahan dosis/ pilihan
obat.
3 Dx3 Setelah dilakukan 1. Observasi 1. Memburuknya penyakit
tindakan perawatan peningkatan gelisah, dapat menyebabkan atau
dalam ...x24 jam emosi labil. meningkatkan ansietas.
anxietas / kecemasan 2. Menurunkan ansietas
pasien berkurang, 2. Pertahankan dengan meningkatkan
dengan kriteria hasil: lingkungan tenang relaksasi dan penghematan
dengan sedikit energi.
- Menyatakan rangsangan. 3. Memberikan
kesadaran terhadap kesempatan untuk pasien
ansietas dan cara 3. Tunjukkan/ Bantu menangani ansietasnya
sehat untuk dengan teknik relaksasi, sendiri dan merasa
mengatasinya. meditasi, bimbingan terkontrol.
imajinasi. 4. Membantu pengenalan
- Mengakui dan ansietas/ takut dan
mendiskusikan takut. 4. Identifikasi perspsi mengidentifikasi tindakan
klien terhadap ancaman yang dapat membantu
- Tampak rileks dan yang ada oleh situasi. untuk individu.
melaporkan ansietas 5. Langkah awal dalam
menurun sampai 5. Dorong pasien untuk mengatasi perasaan adalah
tingkat dapat mengakui dan terhadap identifikasi dan
diatangani. menyatakan perasaan. ekspresi. Mendorong
penerimaan situasi dan
- Menunjukkan kemampuan diri untuk
pemecahan masalah mengatasi.
dan pengunaan
sumber efektif.
E. IMPLEMENTASI
Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat dalam
rencana perawatan pasien. Agar implementasi/pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat waktu
dan efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau dan mencatat respon
pasien terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan
perawatan.
F. EVALUASI
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan pasien
dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan, dengan
melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. (Lynda Juall Capenito, 1999:28)
2) Mencegah komplikasi
Long, Barbara C.1996. Perawatan Medikal Bedah: Suatu Pendekatan Proses Holistik.
Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Padjajaran : Bandung.
Suyono, Slamet. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Edisi 3. Balai Penerbit FKUI
: Jakarta.