Anda di halaman 1dari 18

SUHU DAN KALOR

Hardianti Medi, Nurasia, Nur Alam Jamaluddin


Pendidikan Fisika ICP B 2015

Abstrak
Telah dilakukan praktikum tentang suhu dan kalor yang bertujuan untuk memahami hubungan
antara jumlah kalor dan kenaikan suhu , memahami hubungan massa zat dengan jumlah kalor ,
merumuskan persamaan kalor ,dan menentukan kalor lebur es. Percobaan ini terdiri atas tiga
kegiatan, kegiatan pertama dilakukan untuk mengetahui hubungan antara jumlah kalor dengan
kenaikan suhu, yakni dengan mengukur suhu akhir air yang dipanaskan dalam selang waktu yang
telah ditentukan. Adapun suhu awal yang digunakan pada percobaan ini yaitu
|40.0 ± 0.5|°𝐶. Kegiatan kedua dilakukan untuk menentukan hubungan antara jumlah kalor (Q)
dengan massa zat cair (m), yakni dengan memanipulasi massa zat cair dan kegiatan ketiga yaitu
menentukan kalor lebur es. Berdasarkan hasil analisis data nilai kalor lebur es yang didapatkan Les
= 134,19 kal/gr. Berdasarkan hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa hasil pengamatan
menunjukkan bahwa semakin lama pemanasan maka suhu akhir yang diperoleh semakin besar
sehingga perubahan kenaikan suhu semakin besar.
Kata kunci : kalor, kalor jenis, kalor lebur es, suhu

RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana hubungan antara jumlah kalor dengan kenaikan suhu ?
2. Bagaimana hubungan antara massa zat dengan jumlah kalor ?
3. Bagaimanakah cara merumuskan persamaan kalor?
4. Berapakah kalor lebur es?

TUJUAN PERCOBAAN
1. Dapat memahami hubungan antara jumlah kalor (Q) dengan kenaikan suhu
(∆𝑇)
2. Dapat memahami hubungan massa zat ( m ) dengan jumlah kalor ( Q )
3. Dapat merumuskan persamaan kalor
4. Dapat menentukan kalor lebur es

METODOLOGI EKSPERIMEN
Teori singkat
Air yang dipanaskan dalam panci akan mulai panas dan lama-kelamaan akan
mendidih. Peristiwa ini sering dijumpai dalam keseharian. Proses air menjadi
panas dan mendidih melibatkan perpindahan kalor dari sumber kalor ke
lingkungan sekitarnya. Sumber kalor adalah api, sehingga dapat dikatakan bahwa
semakin besar nyala api, maka berarti makin besar kalor yang dimiliki, atau
semakin lama dipanaskan maka semakin banyak kalor yang dilepaskan. Akibat
pemberian kalor tersebut, maka suhu air akan mengalami kenaikan dimana
semakin lama dipanaskan maka semakin besar kenaikan suhu pada air. ( Herman,
2015 : 1 )

Dua wadah berisi air yang massanya berbeda, jika dipanaskan dengan waktu
yang sama maka suhu yang terukur pada kedua wadah tersebut akan berbeda.
Suhu air dalam wadah yang memiki air yang massanya lebih kecil akan memilki
suhu yang lebih tinggi dibanding wadah yang berisi air lebih banyak. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara banyak kalor (Q), kenaikan
suhu (∆𝑇) dan massa air (m). Segelas air panas yang dicampurkan dengan segelas
air dingin, akan terasa hangat. Hal disebabkan oleh karena adanya perpindahan
kalor dari air panas ke air dingin. Itulah sebabnya suhu air panas turun dan suhu
air dingin naik setelah keduanya bercampur. Pada proses pencampuran tersebut,
kalor yang dilepaskan air panas diserap oleh air dingin. Jadi banyaknya kalor yang
dilepaskan sama dengan banyaknya kalor yang diserap. Pernyataan ini disebut
Azaz Black yang secara matematis dapat dituliskan;

Qlepas = Qserap (1.1)

Selain melakukan percobaan diatas, banyaknya kalor yang diperlukan untuk


menaikkan suhu benda dapat juga kita amati ketika kita memasak air. Untuk
mendidihkan air dalam cerek dengan kompor diperlukan selang waktu tertentu.
Semakin banyak volume air yang didihkan semakin lama selang waktu yang
diperlukan. Hal ini menunjukkan bahwa suhu bergantung pada besarnya kenaikan
suhu benda dan massanya.

Secara matematis dapat dituliskan:

𝑄 = 𝑚. 𝑐. ∆𝑇 (1.2)

( Herman , 2015 : 2 )
Panas jenis adalah kapasitas panas per satuan massa , satuan energy panas
historis , kalori , mula – mula didefinisikan sebagai jumlah energy panas yang
dibutuhkan untuk menaikkan temperature satu gram air satu derajat celcius ( atau
satu Kevin karena derajat celcius dan Kelvin besarnya sama ) ( Tipler , 2015 : 599
).

Sejumlah energy panas tertentu dibutuhkan untuk mengubah fase sejumllah


zat tertentu . Panas yang dibutuhkan sebanding dengan massa zat . Panas yang
dibutuhkan untuk mencairkan zat bermaassa m tanpa perubahan temperaturnya
adalah

𝑄 = 𝑚𝐿𝑓 (1.3)

Dengan 𝐿𝑓 dinamakan panas laten peleburan zat tersebut .untuk pencairan es


menjadi air pada tekanan 1 atm ,panaslaten peleburan adalah 333,5 kJ/kg = 79,7
kkal/kg ( Tipler ,2015 : 604 ).

Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan , para ilmuwan kemudian


menginterprestasikan kalor bukan sebagai zat , dan bahkan bukan sebagai bentuk
energy . Melainkan , kalor merupakan “ transfer energy” : ketika kalor mengalir
pada benda panas ke benda yang lebih dingin , energy lah yang ditransfer dari
panas ke yang dingin . Dengan demikian , kalor merupakan energy yang ditransfer
dari satu benda ke yang lainnya karena adanya perbedaan temperature . Dalam
satuan SI , satuan untuk kalor adalah adalah joule . Dengan menggunakan teori
kinetic , temperature ( dalam Kelvin ) merupakan pengukuran dari energy kinetic
rata-rata dari molekul secara individu ( Giancoli , 2015:490-491 ).

Alat dan Bahan


1. Termometer ( 1 buah )
2. Kaki tiga + kasa asbes ( 1 buah )
3. Pembakar spritus ( 2 buah )
4. Gelas kimia 250 ml ( 2 buah )
5. Stopwatch ( 1 buah )
6. Statif ( 1 buah )
7. Neraca ohauss 311 gram ( 1 buah )
8. Korek api ( 1 buah )
9. Spritus ( 1 buah )
10. Air

Identifikasi variabel
Kegiatan 1 :hubungan antara jumlah kalor ( Q ) dengan kenaikan suhu ( ∆𝑇 )
1. Variabel manipulasi : lama pemanasan (s)
2. Variabel respon : suhu akhir (℃)
3. Variabel kontrol : suhu awal (℃), volume (ml), dan jenis zat cair
Kegiatan 2 : hubungan antara massa zat ( m ) dengan jumlah kalor ( Q )
1. Variabel manipulasi : massa zat cair (gram)
2. Variabel respon : lama pemanasan (s)
3. Variabel kontrol : kenaikan suhu (℃) dan jenis zat cair

Defenisi operasional variabel


Kegiatan 1 : hubungan antara jumlah kalor ( Q ) dengan kenaikan suhu ( ∆𝑇 )
1. Lama pemanasan adalah lama waktu yang digunakan untuk memanaskan air
yang diukur dengan menggunakan stopwatch dalam satuan sekon.
2. Suhu akhir adalah suhu yang dicapai oleh air selama pemanasan dengan waktu
tertentu yang diukur dengan menggunakan termometer dalam satuan ℃
3. Suhu awal adalah suhu yang disepakati sebagai suhu acuan untuk mulai
melihat kenaikan suhu pada selang waktu tertentu selama pemanasan , yang
diukur dengan menggunakan termometer dalam satuan ( ℃ ).
4. Volume adalah banyaknya jumlah zat cair dan pada eksperimen ini diukur
dengan menggunakan gelas kimia dalam satuan milliliter ( ml ) .
5. Jenis zat cair adalah bahan yang digunakan dalam eksperimen yaitu air.
Kegiatan 2 : Hubungan antara massa zat ( m ) dengan jumlah kalor ( Q )
1. Massa zat cair adalah banyaknya materi yang terkandung pada zat cair , dan
pada eksperiment ini di ukur dengan menggunkan neraca ohauss 311 gram
dalam satuan gram.
2. Lama pemanasan adalah lama waktu yang digunakan untuk memanaskan air
yang diukur dengan menggunakan stopwatch dalam satuan sekon .
3. Kenaikan suhu adalah besar selisih suhu dari suhu awal air dengan suhu akhir
air yang telah dipanaskan , yang diukur dengan menggunakan termometer
dalam satuan ℃ .
4. Jenis zat cair adalah bahan yang digunakan dalam eksperimen yaitu air.

Prosedur Kerja
Kegiatan 1 : hubungan antara jumlah kalor ( Q ) dengan kenaikan suhu ( ∆𝑇 )
1. Air dituangkan ke dalam gelas ukur secukupnya
2. Suhu awal air yang akan dipanaskan diukur
3. Air dipanaskan diatas kaki tiga yang dilapisi dengan asbes dengan
menggunakan waktu pembakar spritus
4. Penunjukan suhu diamati pada selang waktu tertentu ( gunakan selang waktu
yang sama untuk setiap data ), hasilnya dicatat pada tabel hasil pengamatan
5. Kegiatan yang sama dilakukan dengan suhu mula – mula yang berbeda.
6. Waktu yang dibutuhkan setiap selang waktu kenaikan suhu dicatat ke dalam
tabel pengamatan.

Table 1.1 Hubungan antara jumlah kalor ( Q ) dengan kenaikan suhu ( ∆𝑇 )


No Suhu Awal (𝑇0 ) Lama Pemanasan Suhu Akhir (𝑇𝐶 )
(℃) (s) (℃)
1.
2
3
4
5
6

Kegiatan 2 : hubungan antara massa zat ( m ) dengan jumlah kalor ( Q )


1. Massa gelas ukur ditimbang dengan menggunakan neraca ohauss 311 gram
2. Air dimasukkan ke dalam gelas ukur sehingga menunjukkan volume tertentu
catat volume air yang digunakan ( gunakan volume terkecil pada gelas ukur
yang digunakan ) dan perhatikan penunjukan suhu dengan termometer .
3. Massa air dalam gelas diukur dengan menggunakan neraca ohauss 311 gram
4. Menentukan suhu acuan ( lebih besar dari suhu mula- mula sekitar 5℃) dan
besar kenaikan suhu yang diinginkan
5. Memanaskan air diatas kaki tiga yang dilapisi dengan asbes dengan
menggunakan pembakar spiritus .
6. Mengamati kenaikan suhu pada termometer dan menyalakan stopwatch tepat
ketika termometer menunjukkan suhu acuan . mengukur waktu yang
dibutuhkan untuk menaikkan suhu air sebesar kenaikan suhu yang telah
ditentukan . Catat hasilnya dalamtabel pengamatan .
7. Mengganti air yang digunakan dan mengulangi langah 5 dan 6 untk volume air
yang berbeda ( lebih besar dari volume sebelumnya ) . mengulangi sampai
memperoleh minimal 6 data.

Tabel 1.2 Hubungan antara massa zat ( m ) dengan jumlah kalor ( Q )

Massa Zat Cair ( gr ) Lama Pemanasan( s )


No Jenis Zat Cair
1.
2
3
4
5

Kegiatan 3 : menentukan kalor lebur es


1. Memanaskan air dalam gelas kimia sampai suhunya mencapai sekitar 75 ℃
2. Menimbang calorimeter kosong beserta pengaduknya
3. Memasukkan air panas kedalam calorimeter , mengukur suhunya dan
menimbang untuk menentukan massa air panas + calorimeter beserta
pengaduknya
4. Mengukur suhu es batu dan memasukkan es batu kedalam calorimeter yang
berisi air panas , menutup dan mengaduk sejenak sampai semua es batu
mencair . mengukur suhu es pada saat itu sebagai suhu campuran kemudian
menimbang massa campuran untuk menentukan massa es batu
5. Mencatat hasilnya pada tabel pengamatan.

Kegiatan 3 . Menentukan kalor lebur es

No Pengukuran Hasil pengukuran

1. Massa calorimeter kosong beserta


pengaduknya
2. Massa calorimeter + pengaduk + air panas
3. Suhu air panas dan calorimeter
4. Suhu es batu
5. Suhu campuran
6. Massa calorimeter + pengaduk + air panas _+
air ( es batu yang mencair )

HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS DATA


Hasil Pengamatan

Kegiatan 1. Hubungan antara jumlah kalor ( Q ) dengan kenaikan suhu ( ∆𝑇 )

Volume = |100 ± 1|𝑚𝑙

Massa = |94,500 ± 0,005|𝑔𝑟𝑎𝑚

Jenis zat cair = Air

Table 1.1 Hubungan antara jumlah kalor ( Q ) dengan kenaikan suhu ( ∆𝑇 )


No Suhu Awal (𝑇0 ) Lama Pemanasan Suhu Akhir (𝑇𝐶 )
(℃) (s) (℃)
1.
|40.0 ± 0.5| |60.0 ± 0.1| |48.0 ± 0.5|

2. |40.0 ± 0.5| |120.0 ± 0.1| |55.0 ± 0.5|


3. |40.0 ± 0.5| |180.0 ± 0.1| |63.0 ± 0.5|

4. |40.0 ± 05| |240.0 ± 0.1| |69.0 ± 0.5|

5. |40.0 ± 0.5| |300.0 ± 0.1| |74.0 ± 0.5|

6. |40.0 ± 0.5| |360.0 ± 0.1| |79.0 ± 0.5|

Kegiatan 2. Hubungan antara massa zat ( m ) dengan jumlah kalor ( Q )

∆𝑇 = |5.0 ± 0.5|℃

Tabel 1.2 Hubungan antara massa zat ( m ) dengan jumlah kalor ( Q )

Massa Zat Cair ( gr ) Lama Pemanasan( s )


No Jenis Zat Cair

1. Air |49.900 ± 0.005| |20.5 ± 0.1|

2. Air |60,650 ± 0.005| |31.5 ± 0.1|

3. Air |84.380 ± 0.005| |39.0 ± 0.1|

4. Air |108.830 ± 0.005| |49.8 ± 0.1|

5. Air |136.690 ± 0.005| |52.2 ± 0.1|

Kegiatan 3 . Menentukan kalor lebur es

No Pengukuran Hasil pengukuran

1. Massa calorimeter kosong beserta |62.000 ± 0.005|𝑔𝑟𝑎𝑚


pengaduknya

2. Massa calorimeter + pengaduk + air panas |145.600 ± 0.005|𝑔𝑟𝑎𝑚


3. Suhu air panas dan calorimeter |66.0 ± 0.5|℃

4. Suhu es batu |−10.0 ± 0.05|℃

5. Suhu campuran |46.0 ± 0.5|℃

6. Massa calorimeter + pengaduk + air panas _+ |156.100 ± 0.005|𝑔𝑟


air ( es batu yang mencair )

Analisis Grafik
Kegiatan 1. Hubungan antara jumlah kalor dengan kenaikan suhu
90
y = 0.1038x + 42.867
80 R² = 0.9906
70
final temperature (°C)

60
50
40
30
20
10
0
0 50 100 150 200 250 300 350 400
prolonged heating (s)

Grafik 1. Hubungan antara lama pemanasan dengan temperature akhir jika suhu
awalnya 40°C.
Kegiatan 2. Hubungan antara massa zat dengan jumlah kalor
60
y = 0.3543x + 7.3863
R² = 0.9149
50
prolonged heating (s)

40

30

20

10

0
0 20 40 60 80 100 120 140 160
mass of liquid (gram)

Grafik 2. Hubungan antara massa zat cair dengan lama pemanasan, jika ∆T = 5°C.
Analisis Data

Berdasarkan hasil percobaan , maka satuan dari kalor jenis dalam analisis dimensi
adalah :

𝑄 = 𝑚𝑐∆𝑇

𝑀𝐿2 𝑇 −2 = 𝑀 𝑐 𝜃

𝑀𝐿2 𝑇 −2
𝑐= 𝑀𝜃

𝐿2 𝑇 −2
𝑐= 𝜃

𝐽
𝑐 = ⁄𝑘𝑔 𝐾

Kegiatan 3. Menentukan kalor lebur es

1. Kalor untuk menaikkan suhu 10,5 gram es dari -10 oC sampai 0 oC.
Q1 = mes × ces × ∆T
Q1 = 10,5 gram × 0,5 kal/gr.oC × (0 oC – (-10 oC))
Q1 = 5,25 kal/oC × 10oC
Q1 = 52,5 kalori
Kesalahan relative (∆𝑄)
Q1 = mes × ∆T
𝛿𝑄 𝛿𝑄
dQ1 = |𝛿𝑚 1 | d𝑚es + |𝛿∆𝑇1 | d∆𝑇
𝑒𝑠

𝛿𝑚𝑒𝑠 ∆𝑇 𝛿𝑚𝑒𝑠 ∆𝑇
dQ1 = | | d𝑚es + | | d∆𝑇
𝛿𝑚𝑒𝑠 δ∆T

𝑑𝑄1 = |∆𝑇|𝑑𝑚𝑒𝑠 + |𝑚𝑒𝑠 |𝑑∆𝑇


d𝑄1 ∆𝑇 𝑚
= |𝑄 | d𝑚es + | 𝑄es | d∆𝑇
𝑄1 1 1

d𝑄1 d𝑚es d∆𝑇


=| |+| |
𝑄1 𝑚es ∆𝑇
∆𝑄1 ∆𝑚 ∆∆𝑇
= | 𝑚 es | + | ∆𝑇 |
𝑄1 es

∆𝑚 ∆∆𝑇
∆Q1 = | 𝑚 es + | Q1
es 𝑇
0.01 gram 1℃
∆Q1 = |10,5 gram + | 52,5 kal
10 ℃

∆Q1 = |0.00095 + 0.1| 52,5 kal


∆Q1 = |0.1095 | 52,5 kal
∆Q1 = 5,75 kalori
∆𝑄1 5,75 kal
KR = × 100 % = 52.5 × 100 % = 10.95 %
𝑄1 kal

DK = 100% - KR
= 100% - 10,95 %
=89.05 %
Pelaporan Fisika;
PF = │Q1 ± ∆Q1 │
Q1 = │52 ± 5│kal
2. Kalor untuk menaikkan suhu 10,5 gram air dari 0 oC sampai suhu campuran
(Tc = 46 oC).
Q3 = mes × cair × ∆T
Q3 = 10,5 gram × 1 kal/gr.oC × (46 oC – 0 oC)
Q3 = 483 kal
Kesalahan relative (∆𝑄)
Q3 = mes × ∆T
𝛿𝑄 𝛿𝑄
dQ3 = |𝛿𝑚 3 | d𝑚es + |𝛿∆𝑇3 | d∆𝑇
𝑒𝑠
𝛿𝑚𝑒𝑠 ∆𝑇 𝛿𝑚𝑒𝑠 ∆𝑇
dQ3 = | | d𝑚es + | | d∆𝑇
𝛿𝑚𝑒𝑠 δ∆T

𝑑𝑄3 = |∆𝑇|𝑑𝑚𝑒𝑠 + |𝑚𝑒𝑠 |𝑑∆𝑇


d𝑄3 ∆𝑇 𝑚
= |𝑄 | d𝑚es + | 𝑄es | d∆𝑇
𝑄3 3 3

d𝑄3 d𝑚 d∆𝑇
= | 𝑚 es | + | ∆𝑇 |
𝑄3 es

∆𝑄3 ∆𝑚es ∆∆𝑇


=|𝑚 | + | ∆𝑇 |
𝑄3 es

∆𝑚 ∆∆𝑇
∆Q3 = | 𝑚 es + | Q1
es ∆𝑇
0.01 gram 1℃
∆Q3 = |10,5 gram + | 483 kal
46 ℃

∆Q3 = |0.00095 + 0.02 | 483 kal


∆Q3 = |0.022 | 483 kal
∆Q3 = 10,62 kal
∆𝑄3 10,62 kal
KR = × 100 % = × 100 % = 2,2 %
𝑄3 483 kal

DK = 100% - KR
= 100% - 2,2%
= 97,8 %
Pelaporan Fisika;
PF = │Q3 ± ∆Q3 │
Q3 = │483 ± 10 │kal
3. Kalor yang hilang dari 83,6 gram air yamg mendingin dari 66 oC sampai suhu
campuran (Tc = 46 oC).
Q4 = mair × cair × ∆T
Q4 = 83,6 gram × 1 kal/gr.oC × (66oC – 46 oC)
Q4 = 83,6 kal/ oC × 20
Q4 = 1672 kalori
Kesalahan relative (∆𝑄)
Q4 = mes × ∆T
𝛿𝑄 𝛿𝑄
dQ4 = |𝛿𝑚 4 | d𝑚air + |𝛿∆𝑇4 | d∆𝑇
𝑎𝑖𝑟

𝛿𝑚𝑎𝑖𝑟 ∆𝑇 𝛿𝑚𝑎𝑖𝑟 ∆𝑇
dQ4 = | 𝛿𝑚𝑎𝑖𝑟
| d𝑚air + | δ∆T
| d∆𝑇
𝑑𝑄4 = |∆𝑇|𝑑𝑚𝑎𝑖𝑟 + |𝑚𝑎𝑖𝑟 |𝑑∆𝑇
d𝑄4 ∆𝑇 𝑚air
= |𝑄 | d𝑚air + | | d∆𝑇
𝑄4 4 𝑄4
d𝑄4 d𝑚 d∆𝑇
= | 𝑚 air | + | ∆𝑇 |
𝑄4 air

∆𝑄4 ∆𝑚 ∆∆𝑇
= | 𝑚 air | + | ∆𝑇 |
𝑄4 air

∆𝑚air ∆∆𝑇
∆Q4 = | 𝑚 + | Q1
air ∆𝑇

0.01 gram 1℃
∆Q4 = |83,6 gram + | 1672 kal
20 ℃

∆Q4 = |0.0001 + 0.05 | 1672 kal


∆Q4 = |0.0501 | 1672 kal
∆Q4 = 83.79 kal
∆𝑄4 83.79 kal
KR = × 100 % = 1672 × 100 % = 5.01 %
𝑄4 kal

DK = 100% - KR
= 100% - 5.01%
= 94.99 %
Pelaporan Fisika;
PF = │Q4 ± ∆Q4 │
Q4 = │1672.0 ±83.7 │kal
4. Kalor yang hilang dari kalorimeter dengan mendingin dari suhu 66 oC sampai
suhu campuran (Tc = 46 oC).
Q5 = mcalorimeter × caluminium × ∆T
Q5 = 62,000 gram × 0.22 kal/gr.oC × (66oC – 46 oC)
Q5 = 13.64 kal/ oC × 20
Q5 = 272,8 kal
Kesalahan relative (∆𝑄)
Q5 = m calorimeter × ∆T
𝛿𝑄5 𝛿𝑄
dQ5 = |𝛿𝑚 | d𝑚calorimeter+ |𝛿∆𝑇5 | d∆𝑇
calorimeter

𝛿𝑚calorimeter ∆𝑇 𝛿𝑚𝑎𝑖𝑟 ∆𝑇
dQ5 = | | d𝑚air + | | d∆𝑇
𝛿𝑚calorimeter δ∆T

𝑑𝑄5 = |∆𝑇|𝑑𝑚calorimeter + |𝑚calorimeter |𝑑∆𝑇


d𝑄5 ∆𝑇 𝑚calorimeter
= |𝑄 | d𝑚calorimeter + | | d∆𝑇
𝑄5 5 𝑄5
d𝑄5 d𝑚 d∆𝑇
= | 𝑚 calorimeter | + | ∆𝑇 |
𝑄5 calorimeter

∆𝑄5 ∆𝑚 ∆∆𝑇
= | 𝑚 calorimeter | + | ∆𝑇 |
𝑄5 calorimeter

∆𝑚calorimeter ∆∆𝑇
∆Q5 = | 𝑚 + | Q1
calorimeter ∆𝑇
0.005 gram 1℃
∆Q5 = |62,000 gram + | 272,8 kal
20 ℃

∆Q5 = |0.00008 + 0.05 | 272,8 kal


∆Q5 = |0.05008 |272,8 kal
∆Q5 = 13,66 kal
∆𝑄5 13,66 kal
KR = × 100 % = 272,8 × 100 % = 5,0
𝑄5 kal

DK = 100% - KR
= 100% - 5,0 %
= 95 %
Pelaporan Fisika;
PF = │Q5 ± ∆Q5 │
Q5 = │272 ± 13│kal
5. Untuk menentukan kalor lebur es , maka digunakan asas black :
Qterima = Qlepas
Q1 + Qlebur + Q3 = Q4 + Q5

mes × Les = (Q4 + Q5) - (Q1 + Q3)

(𝑄4 + 𝑄5 )− (𝑄1 + 𝑄3 )
Les = 𝑚𝑒𝑠

(1672 𝑘𝑎𝑙+ 272 𝑘𝑎𝑙)− (52 𝑘𝑎𝑙+ 483 𝑘𝑎𝑙)


Les = 10,5 𝑔𝑟𝑎𝑚

1409 kal
Les = 10,5 𝑔𝑟𝑎𝑚

Les = 134,19 kal/gr


Kesalahan relative

𝑄𝑡𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎 = 𝑄𝑙𝑒𝑝𝑎𝑠

(𝑄4 + 𝑄5 )− (𝑄1 + 𝑄3 )
Les = 𝑚𝑒𝑠

Les = ((Q4 + Q5) - (Q1 + Q3)) mes-1

Les = Q4 × mes-1 + Q5 × mes-1 - Q1 × mes-1 – Q3 × mes-1

𝜕𝐿 𝜕𝐿 𝜕𝐿 𝜕𝐿 𝜕𝐿
dLes = | 𝜕𝑄𝑒𝑠 d𝑄4 | + | 𝜕𝑄𝑒𝑠 d𝑄5 | + | 𝜕𝑄𝑒𝑠 d𝑄1 | + | 𝜕𝑄𝑒𝑠 d𝑄3 | + |𝜕𝑚𝑒𝑠 d𝑚𝑒𝑠 |
4 5 1 3 𝑒𝑠

dLes = |𝑚𝑒𝑠 −1 | d𝑄4 + |𝑚𝑒𝑠 −1 | d𝑄5 + |𝑚𝑒𝑠 −1 | d𝑄1 + |𝑚𝑒𝑠 −1 | d𝑄3 + |(𝑄4 +
𝑄5 − 𝑄1 − 𝑄3 ) |d𝑚𝑒𝑠

d𝑄 d𝑄 d𝑄 d𝑄
dLes = |𝑚 4 | + |𝑚 5 | + |𝑚 1 | + |𝑚 3 | + |(𝑄4 + 𝑄5 − 𝑄1 − 𝑄3 )𝑚𝑒𝑠 −2 d𝑚𝑒𝑠 |
𝑒𝑠 𝑒𝑠 𝑒𝑠 𝑒𝑠

∆𝑄 ∆𝑄 ∆𝑄 ∆𝑄
∆𝐿𝑒𝑠 = |𝑚 4 | + |𝑚 5 | + |𝑚 1 | + |𝑚 3 | + (𝑄4 + 𝑄5 − 𝑄1 − 𝑄3 )𝑚𝑒𝑠 −2
𝑒𝑠 𝑒𝑠 𝑒𝑠 𝑒𝑠

83,7 kal 13 kal 5 kal 10 kal


∆Les = |10,5 gram | + |10,5 gram| + |10,5 gram| + |10,5 gram| +
(1672 kal+ 272 kal− 52 kal− 483 kal)0,01 gram
| |
(10,5 gram)2

111,7 kal 14,09 kal.gram


∆Les = |10,5 gram | + | 110,25 gram2 |

∆Les = 10,64 kal/gr + 0,127 kal/gr

∆Les = 10,767 kal/gr

∆𝐿𝑒𝑠 10,767 kal/gr


KR = × 100 % = × 100 % = 8.02 %
𝐿𝑒𝑠 134,19 kal/gr

Pelaporan Fisika;
PF = │Les ± ∆Les│
Les = │ 134 ± 10│kal/gr
𝐿𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 − 𝐿𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘𝑢𝑚
%diff = | | × 100 %
𝐿𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎
80− 134
=| | × 100 %
78.5
−54
= | 107 | × 100 %

= 50,46 %

PEMBAHASAN

Pada kegiatan 1 kita akan memahami hubungan antara jumlah kalor


dengan perubahan kenaikan suhu, dari data hasil pengamatan yang telah
diperoleh, kami dapat memahami bahwa jumlah kalor berbanding lurus dengan
perubahan kenaikan suhu, artinya semakin besar jumlah kalor yang dihasilkan
maka semakin besar pula tingkat kenaikan suhunya, peningkatan jumlah kalor
ditandai dengan lama pemanasan zat cair yang berbeda di tiap selang waktunya,
misalnya saja pada data pertama, digunakan lama pemanasan |60,0 ± 0,1| sekon,
dan diperoleh perubahan kenaikan suhunya sebesar |48,0 ± 0,5| ºC, sedangkan
pada data kedua mengalami peningkatan dimana digunakan lama pemanasan
sebesar |120,0 ± 0,1| sekon dan perubahan suhu sebesar |55 ± 0,5| ºC. Adapun
suhu awal yang digunakan pada percobaan ini yaitu |40 ± 0,5| ºC. Hasil yang
didapatkan menunjukkan bahwa percobaan yang telah dilakukan sudah sesuai
dengan teori.

Sedangkan pada kegiatan 2 kita akan memahami hubungan antara jumlah


kalor dengan massa zat cair (m), peningkatan massa zat cair ditandi dengan
banyaknya volume zat cair yang digunakan dalam percobaan. Berdasarkan hasil
pengamatan, hubungan antara jumlah kalor dengan massa zat cair yaitu
berbanding lurus dan ini juga dapat dilihat pada grafik 2 hubungan antara massa
dengan jumlah kalor dimana pada grafik menunjukkan garis linier yang artinya
bahwa semakin besar massa zat maka semakin lama waktu yang diperlukan untuk
menaikkan suhu sebesar |5,0 ± 0,5| ºC , hal ini juga berarti semakin pula jumlah
kalornya. Pada data pertama ketika kami menggunakan massa air sebesar
|49.900 ± 0.005| gram maka lama pemanasannya adalah |20,5 ± 0,1| s. Pada
data kedua kami menggunakan massa air sebesar |60,650 ± 0.005| gram maka
lama pemanasannya adalah |31,5 ± 0,1| s. Hal ini menunjukkan bahwa semakin
besar massa zat cair maka semakin lama pula waktu yang diperlukan untuk
menaikkan suhu tertentu dan itu berarti semakin besar pula jumlah kalornya.

Berdasarkan hasil percobaan dan anlisis data pada kegiatan pertama dan
kedua , dapat disimpulkan bahwa factor - factor yang mempengaruhi jumlah
kalor suatu zat adalah massa dari zat tersebut dan perubahan keaikan suhunya. Hal
ini telah sesuai dengan teori. Dengan menggunakan analisis dimensi maka
didaptkan persamaan matematisnya adalah 𝑄 = 𝑚 × 𝑐 × ∆𝑇. Dimana 𝑄 adalah
jumlah kalor ( Joule ) , 𝑚 adalah massa zat ( grams ) , 𝑐 adalah kalor jenis zat
(J/Kg.K) dan ∆𝑇 adalah perubahan temperature (℃ )

Pada kegiatan ketiga yaitu menentukan kalor lebur es. Untuk menentukan
kalor lebur es, kita membutuhkan variable-variabel yang diukur diantaranya yaitu
massa calorimeter kosong beserta pengaduknya, massa calorimeter dan air panas,
suhu air panas dan calorimeter, suhu es batu, suhu campuran, serta massa
calorimeter, air panas, dan es batu yang mencair. Dari hasil analisis data, kita
mendapatkan nilai kalor lebur es sebesar 134,19 kalori/gram. Nilai yang
didapatkan sangat jauh berbeda dengan teori, dimana nilai kaor lebur es pada teori
sebesar 80 kal/gram. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor, diantaranya
adalah tingkat ketelitian praktikan yang kurang terutama pada saat melakukan
pengukuran temperature, massa, maupun waktu dan pada saat pembacaan skala
baik pada neraca ohauss 311 gram, termometer maupun stopwatch. Akan tetapi
faktor utama yang mempengaruhi nilai kalor lebur es yaitu kesalahan pada
pengukuran temperature es batu, dimana besar suhu es batu yang digunakan yaitu
-10°C. Suhu es tersebut diukur pada saat masih berada pada lemari es. Olehnya
itu, suhu es yang sebenarnya tidak kita ketahui, karena pada saat es dikeluarkan
dari lemari es, kita tidak mengukur suhunya. Dan kitan tahu bahwa suhu e situ
masih dipengaruhi oleh lingkungan sekitar.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data dan percobaan yang telah dilakukan, dapat
disimpulkan bahwa:
1. Jumlah kalor berbanding lurus dengan kenaikan suhu artinya semakin lama
pemanasan maka semakin banyak kalor yang diberikan maka kenaikan
suhunya pun semakin besar .
2. Massa zat berbanding lurus dengan jumlah kalor, artinya semakin besar massa
zat cair maka semakin besar pula jumlah kalor yang dibutuhkan untuk
menaikkan suhunya.
3. persamaan kalor secara matematis adalah 𝑄 = 𝑚 × 𝑐 × ∆𝑇
4. kalor lebur es yang diperoleh dari percobaan yaitu 134,19 kalori/gram.

SARAN
1. Dalam melakukan percobaan, sebaiknya praktikan mengamati dengan saksama
dan lebih teliti agar data yang dipoeroleh lebih akurat.
2. Sebaiknya suhu es diukur tepat pada saat es akan dimasukkan ke dalam
calorimeter karena jika tidak, suu es bisa saja berubah karena pengaruh suhu
lingkungan disekitarnya.

DAFTAR RUJUKAN
Giancoli.2001.Fisika Edisi Kelima Jilid 1(Terjemahan).Jakarta: Erlangga.

Herman. 2015. Penuntun Praktikum Fisika Dasar 2. Makassar: Jurusan Fisika


FMIPA UNM.
Tipler, Paul A. 2001. Fisika untuk Sains dan Teknik Edisi Ketiga Jilid I.Jakarta:
Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai