Anda di halaman 1dari 228

Penanggung Jawab Modul : Jerónimo Fátima

Judul Praktikum : Hand Boring

Grup / Tahun : IV/2015

Tanggal Praktikum : 18 Mei 2015

Asisten : Dwi B.M

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Hand boring merupakan bagian yang utama pada setiap penyelidikan tanah. Ada
beberapa cara untuk mendapatkan lubang – lubang bor pada permukaan tanah, salah satunya
adalah dengan menggunakan bor tangan. Bor tangan menggunakan auger pada ujung bagian
bawah dari dari serangkaian stang bor. Bagian atas dari stang bor mempunyai tungkai yang
digunakan untuk mencabut alat bor tersebut. Pada prinsipnya boring adalah alat untuk
mengambil sampel sekaligus untuk mengetahui susunan dan struktur tanah yang akan diuji.

I.2 Maksud dan Tujuan Percobaan

1. Untuk mendapatkan keterangan tentang struktur tanah secara visual, pada lapisan
tanah dibawah yang akan menjadi pondasi.
2. Pengambilan contoh tanah tidak terganggu (Undisturbed) dan terganggu (Disturbed)
untuk keperluan penyelidikan lebih lanjut di laboratorium.

1|Laporan Praktikum Mekanika Tanah


BAB II
TEORI

II.1 Landasan Teori

Dari hasil pengeboran dapat diketahui penggolongan tanah secara visual, walaupun
penggolongan ini merupakan perkiraan yang kasar.

Dilihat dari sudut pandangan teknis, tanah – tanah tersebut dapat digolongkan dalam
beberapa macam yaitu :

1. Batu Kerikil (Gravel)


2. Pasir (Sand)
3. Lanau (Silt)
4. Lempung (Clay)

Golongan batu kerikil dan pasir sering sekali sebagai kelas bahan – bahan yang
berbutir kasar atau bahan – bahan tidak kohesif, sedangkan golongan lanau dan lempung
sebagai kelas bahan – bahan yang berbutir halus atau bahan – bahan yang kohesif.

Batu Kerikil dan Pasir

Golongan ini terdiri dari pecahan batu dengan berbagai ukuran dan bentuk. Butiran
batu kerikil biasanya terdiri dari pecahan batu, tetapi kadang – kadang dapat pula terdiri dari
satu macam zat mineral tertentu, misalnya flint atau kwartz. Sedangkan butiran pasir hamper
selalu terdiri dari satu macam zat mineral, terutama kwartz.

Lempung

Lempung terdiri dari butiran yang sangat kecil dan menunjukkan sifat – sifat
plastisitas dan kohesi. Kohesi menunjukkan kenyataan bahwa bagian – bagian bahan itu
melekat satu sama lain, sedangkan plastisitas adalah sifat yang memungkinkan bentuk bahan
itu dirubah – rubah tanpa perubahan isi atau tanpa kembali ke bentuk asalnya, dan tanpa
terjadi retakan – retakan atau terpecah – pecah.

2|Laporan Praktikum Mekanika Tanah


Lanau

Lanau adalah bahan yang merupakan peralihan antara lempung dan pasir halus.
Kurang plastis dan lebih mudah ditembus air dari pada lempung, serta memperlihatkan sifat
dilatasi yang tidak terdapat pada lempung.

Dilatasi ini menunjukkan gejala perubahan isi apabila lanau itu dirubah bentuknya.
Juga lanau akan menunjukkan gejala untuk menjadi “quick” (hidup) apabila diguncang atau
digetarkan.

Untuk melakukan klasifikasi dan menyatakan dengan tepat sesuatu tanah secara
visual, semata – mata dengan hanya melihat, mengerjakannya dan membentuknya kembali.

Langkah pertama untuk menyatakan suatu tanah adalah menentukan apakah bagian
tanah itu masuk kedalam kategori pasir dan kerikil atau kedalam kelompok lempung atau
lanau.

Dan bila kebanyakan dari tanah itu lebih halus dari pada ukuran batas pasir/lanau,
maka tanah itu termasuk kedalam kelompok lanau atau lempung ; penentuan apakah itu lanau
atau lempung tidak dilakukan atas dasar ukuran butirannya.

Cara yang paling baik dipakai untuk membedakan antara lanau dan lempung adalah
percobaan dilatasi.

3|Laporan Praktikum Mekanika Tanah


BAB III

PELAKSANAAN PERCOBAAN

III.1 Alat-Alat yang dipakai

1. Auger Iwan besar (satu)


2. Socket (satu)
3. Kepala pemutar (hammer head)
4. Batang bor (5 buah @1 meter)
5. Stang pemutar dan batang pemutar (1 set)
6. Kunci pipa (4 buah)
7. Palu besar (1 buah)
8. Tabung contoh (5 buah)
9. Pacul (1 buah)
10. Pisau, kuas, oli, meteran, dan tali rafia
11. Lilin untuk penutup contoh tanah dalam tabung
12. Plastik untuk contoh yang terganggu (disturbed)
13. Karung goni untuk contoh tanah permukaan (50 kg)

III.2 Percobaan

III.2.1 Persiapan Percobaan

1. Tentukan lokasi yang akan dibor


2. Alat – alat yang diperlukan dipersiapkan untuk dibawah ke tempat lokasi
3. Tanah disekitar lokasi dibersihkan terhadap batu – batuan, rumput – rumputan dan
humus.

III.2.2 Jalannya Percobaan

1. Auger Iwan dipasang pada ujung sebuah batang bor dan pada ujung lainnya
dipasang stang pemutar
2. Auger Iwan diletakkan pada titik yang akan dibor
3. Batang bor diletakkan, kemudian stang pemutar pada batang pemutarnya searah
jarum jam. Dengan demikian auger iwan akan masuk kedalam tanah dan akan
terisi oleh tanah

4|Laporan Praktikum Mekanika Tanah


4. Bila auger iwan telah terisi penuh dengan tanah, maka auger iwan diangkat, tanah
dikeluarkan dan tanah tersebut diidentifikasi secara visual mengenai jenis dan
warnanya
5. Auger Iwan yang bersih dari tanah dimasukkan kembali kedalam lubang dan
pekerjaan diulangi lagi sampai kedalaman lubang yang dikehendaki, dalam hal ini
0.5 m. Tanah diambil 5 kg dan dimasukkan kedalam plastik untuk contoh tanah
disturbed
6. Bila telah mencapai kedalaman 1 m, auger iwan diganti dengan tabung (sampel
tubes) yang sebelumnya telah diolesi dengan oli, dengan maksud agar contoh
tanah tidak meledak sehingga dapat memperkecil kerusakan tanah. Selain itu juga
tebal dinding tabung harus sekecil mungkin untuk mengurangi kerusakan tanh.
Perbandingan luas tabung < 10%

𝐷02 − 𝐷12
𝑥 100 < 10%
𝐷12

Dimana :
D1 = Diameter dalam tabung
D2 = Diameter luar tabung

7. Tabung contoh dan batang bor dimasukkan kedalam lubang secara perlahan –
lahan usahakan masuk tegak lurus. Pada batang bor diberi tanda kedalaman
tabung yang akan dicapai sehingga kedalaman waktu pemukulan tidak melebihi
tinggi tabung ( dapat mengakibatkan compaction) atau kurang.
Tabung ditekan dengan jalan memukul bagian dari kepala pemukul, sampai batas
tanda yang telah di buat pada batang bor tadi. Ini berarti tabung telah penuh terisi
oleh tanah Undisturbed.
Tabung didiamkan beberapa saat agar terjadi lekatan tanah, setelah itu batang bor
diputar 180°.
8. Cabut batang bor perlahan – lahan, contoh tanah diambil kemudian kedua ujung
tabung contoh ditutup dengan lilin cair agar kadar air tanah tidak berubah.
Tempelkan label kedalaman dari contoh tanah.
9. Tabung diganti dengan Auger Iwan kembali dan pengeboran di lanjutkan. Contoh
tanah diambil dan diidentifikasikan.

5|Laporan Praktikum Mekanika Tanah


Demikian selanjutnya dilakukan pengambilan contoh tanah, baik yang Disturbed
maupun yang Undisturbed pada kedalaman yang di inginkan.
10. Pengambilan contoh tanah Disturbed pada kedalaman : 0,2 meter (tanah
permukaan) ; 0,5 meter ; 1,0 meter ; 2,0 meter ; 3,0 meter ; 4,0 meter ; 5,0 meter.
Sedangkan contoh tanah Undisturbed pada kedalaman : 1,0 meter ; 2,0 meter ; 3,0
meter ; 4,0 meter ; 5,0 meter .
III.3 Metode Penulisan
BAB I : Pendahuluan, terdapat latar belakang, maksud dan tujuan
BAB II : Teori, terdapat landasan teori
BAB III : Pelaksanaan percobaan, terdapat alat – alat yang dipakai untuk
Percobaan, percobaan dan metode penulisan

BAB IV : Hasil Percobaan, terdapat perhitungan dan hasil pengeboran

BAB V : Penutup, berisi kesimpulan

6|Laporan Praktikum Mekanika Tanah


BAB IV
HASIL PERCOBAAN

IV.1 Perhitungan

Diketahui :

D1 = 8.6 cm (Kedalaman 1m dan 3m)

D2 = 8.4 cm (Kedalaman 1m dan 3m)

Ditanya :

Perbandingan luas tabung < 10%

Penyelesaian :

Pebandingan luas tabung < 10% =

𝐷12 − 𝐷22
𝑥 100 < 10%
𝐷22

8.62 − 8.42
𝑥 100 < 10%
8.42
= 0.0481 x 100%

= 4.81% , < 10%

IV.2 Hasil Pengeboran

Dari hasil pengeboran sedalam 3 meter, maka praktikan mendapatkan keterangan


secara visual pada lapisan tanah dengan kedalaman 1 meter dan 3 meter yang meliputi :

Kedalaman Keterangan Warna Tanah Sifat Tanah Jenis Tanah


1m Undisturbed Coklat Kemerah - merahan Agak lengket
Lanau
1.5 m Disturbed Coklat Kemerah – merahan Agak lengket
2.5 m Undisturbed Coklat merah muda Lengket
Lempung
3m Disturbed Coklat merah muda Lengket

7|Laporan Praktikum Mekanika Tanah


BAB V
PENUTUP

V.1 Kesimpulan

 Pada setiap interval kedalaman, jeniis tanah dan warnanya berbeda


 Kedalaman 1 m didapat warna tanah yang coklat kemerah – merahan, sifat tanah agak
lengket
 Tabung yang dipakai memiliki luas tabung 4.81%
 Pada kedalaman yang lebih dalam, tanah lebih banyak mengandung batuan dan jenis
tanahnya lanau
 Kedalaman 3 m didapat warna tanah coklat merah muda, sifat tanah lengket dan jenis
tanah lempung
 Kadar air dibawah lebih tinggi dibandingkan dengan kadar air dipermukaan.

8|Laporan Praktikum Mekanika Tanah


DAFTAR PUSTAKA

1. Ir. Riana H.L dan Ir. Rahmat Setiyadi. PEDOMAN PRAKTIKUM MEKANIKA
TANAH BAGIAN Pertama, Laboratorium Mekanika Tanah,ITI, 1988.
2. Wesley, LD. MEKANIKA TANAH,Badan Penerbit Pekerjaan umum, Jakarta.

9|Laporan Praktikum Mekanika Tanah


Penanggung Jawab Modul : Jerónimo Fátima
Judul Praktikum : Consolidation
Grup / Tahun : IV / 2015
Tanggal Praktikum : 25 Mei 2015
Asisten : Dwi B.M

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG


Tanah adalah sumber daya alam yang sangat penting bagi kehidupan manusia,
untuk itu negara telah memberikan landasan yang kokoh dalam hal pemanfaatan
sumber daya alam tersebut, sebagaimana diatur dalam Pasal 33 ayat (3) Undang-
Undang Dasar 1945, bahwa :
“Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasa
oleh negara dan digunakan sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat”.
Oleh karena itu untuk dapat mencapai kemakmuran dan kesejahteraan rakyat,
maka kita sebagai bagian dari warga masyarakat harus dapat memanfaatkan dan
menggunakan tanah yang merupakan bagian dari sumber daya alam tersebut secara
bijaksana.
Mendirikan bangunan di atas tanah lempung akan menimbulkan beberapa
permasalahan, diantaranya daya dukung tanah dan pemampatan tanah. Daya dukung
tanah lempung pada umumnya rendah, ini disebabkan kuat geser tanah lempung
kecil, sehingga bila tegangan geser yang ditimbulkan pondasi adalah besar maka
bangunan akan runtuh. Sedangkan pemampatan tanah lempung biasanya relative
besar dan berlangsung cukup lama. Pemampatan tanah yang besar dapat menurunkan
stabilitas konstruksi, bahkan apabila terjadi perbedaan penurunan (diferential
settlement) antar pondasi dapat mengakibatkan keruntuhan struktur bangunan.
Melihat kondisi tersebut, bangunan yang didirikan di atas tanah lempung harus
memperhatikan dan memperhitungkan berapa besar daya dukung dan berapa
besarnya pemampatan tanah.
Pemampatan atau konsolidasi tanah yang telah dikenal di lapangan dibedakan
atas pemampatan primer dan pemampatan sekunder. Kedua jenis pemampatan terjadi

10 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
dalam waktu yang tidak bersamaan, yaitu dimulai dengan pemampatan primer dan
dilanjukan dengan pemampatan sekunder. Pemampatan primer adalah pemampatan
yang terjadi pada tanah akibat keluarnya air pori dari dalam pori tanah akibat
adanya penambahan beban di permukaan tanah. Jadi setelah pemampatan primer,
terjadi perubahan tegangan pori sedang pemampatan sekunder dapat didefinisikan
sebagai pemampatan yang terjadi setelah pemampatan primer selesai, tanpa adanya
perubahan air pori. Pemampatan sekunder ini merupakan penyesuaian bersifat plastis
susunan butiran tanah.

I.2 MAKSUD DAN TUJUAN PERCOBAAN


Tujuan dari percobaan ini adalah
 Untuk mencari koefisien pemempatan/Kompression index (Cc) dari satu jenis
tanah akibat pertambahan beban.
 Mencari / menghitung tegangan prakonsolidasi (Pc) sehingga dapat diketahui
apakah tanah tersebut normally atau over consolidated.
 Menghitung koefisien konsolidasi (Cv) dari masing-masing sampel tanah.

11 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
BAB II
TEORI

II.1 Landasa Teori


Konsolidasi adalah proses berlangsungnya volume atau berkurangnya rongga pori
dari tanah jenuh yang berpermeabilitas rendah akibat pembebanan, dimana prosesnya
dipengaruhi oleh kecepatan terperasnya air pori keluar dari rongga tanahnya.
Penambahan beban di atas tanah dapat menyebabkan lapisan tanah dibawahnya
mengalami pemampatan.
Pemampatan tersebut disebabkan oleh adanya deformasi partikel tanah, relokasi
partikel, keluarnya air atau udara dari dalam pori, dan sebab-sebab lain. Secara umum,
penurunan (settlement) pada tanah yang disebabkan oleh pembebanan dapat dibagi
dalam 2 kelompok besar, yaitu :
1. Penurunan konsolidasi (consolidation settlement), yang merupakan hasil dari
perubahan volume tanah jenuh air sebagai akibatnya dari keluarnya air yang
menempati pori-pori tanah.
2. Penurunan segera (immediate settlement), yang merupakan akibat dari deformasi
elastis tanah kering, basah, dan jenuh air tanpa adanya perubahan kadar air.
Perhitungan penurunan segera umumnya didasarkan pada penurunan yang
diturunkan dari teori elastisitas.
Pada praktikum ini dipakai penurunan konsolidasi satu arah (“one dimension
consolidation”), yaitu jika tanah menerima pembebanan pada satu jurusan saja
yaitu arah vertikal.
 Konsolidasi Satu Dimensi (One Dimension Consolidation).
Bilamana suatu lapisan tanah mengalami tambahan beban diatasnya, maka
air pori akan mengalir dari lapisan tersebut dan isinya (volume) akan menjadi
lebih kecil, yaitu akan terjadi konsolidasi.
Pada umumnya konsolidasi ini akan berlangsung dalam satu jurusan saja,

12 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
yaitu jurusan vertikal, karena lapisan yang kena tambahan beban itu tidak
dapat bergerak dalam satu jurusan horisontal (ditahan oleh tanah
disekelilingnya). Keadaan tersebut dapat dilihat pada Gambar 1 dibawah ini :

Tanggul
Gedung
Pasir

Lempung
Pasir
Lempung Pasir

Batu

Gambar 1 “One Dimension Consolidation”


Sumber : Mekanika Tanah, karya : Wesley, L.D. (1977), hal : 67, Dep. PU

Dalam keadaan seperti tergambar pengaliran air juga akan berjalan terutama
dalam jurusan vertikal saja. Ini disebut “one dimension consolidation”
(konsolidasi satu jurusan) dan perhitungan konsolidasi hampir selalu
berdasarkan teori “one dimensional consolidation” itu.
Pada waktu konsolidasi berlangsung, gedung atau bangunan diatas lapisan
tersebut akan menurun (settle). Dalam bidang teknik sipil ada 2 hal yang perlu
diketahui mengenai penurunan ini, yaitu:
a. Besarnya penurunan yang akan terjadi
b. Kecepatan penurunan
Bilamana tanah terdiri dari lempung maka penurunan akan agak besar
sedangkan kalau terdiri dari pasir, penurunan akan kecil.
Karena itu lempung dikatakan mempunyai “high compressibility” dan pasir
mempunyai “low compressibility”. Penurunan pada lempung biasanya makan
waktu lama, karena daya rembesan air sangat rendah. Sebaliknya penurunan
pada pasir sudah selesai maka penurunan pun sudah selesai. Karena ha-hal ini
maka dipakailah tanah lempung untuk percobaan konsolidasi.

13 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Pada konsolidasi satu dimensi, perubahan tinggi (H) per satuan dari tinggi
awal (H) adalah sama dengan perubahan volume (V) per satuan volume awal
(V), atau [(H/H) = (V/V)].
Bila volume padat Vs=1 dan volume pori awal adalah eo, maka kedudukan
akhir dari proses konsolidasi dapat dilihat pada gambar 2 dibawah ini. Volume
padat besarnya tetap, angka pori berkurang karena adanya e. Dari gambar 2,
dapat diperoleh persamaan sebagai berikut :

Ae
Rumus : H  H 
1 e
o

e
Rongga pori H
eo Rongga pori

Vs =1 Butiran padat H
Butriran Padat

(a) (b)

Gambar 2. Fase konsolidasi


(a) sebelum konsolidasi
(b) sesudah konsolidasi
Sumber : Mekanika Tanah 2, karya : Hary Christady Hardiyatmo, hal : 43, PT. GRAMEDIA
PUSTAKA UMUM

Dalam hal ini teori umum yamg berkaitan dengan konsolidasi adalah Terzaghi dengan
konsep penembangan tekanan pori dan tekanan efektif, dengan asumsi-asumsi sebagai
berikut :
1. Tanah adalah, dan tetap akan, jenuh (S = 100%). Penurunan konsolidasi dapat diperoleh
untuk tanah yang tidak jenuh, tetapi ramalan waktu terjadinya penurunan tidak bisa
dipercaya.
2. Air dan butiran tanah tidak dapat ditekan atau tidak terjadi perubahan isi pada air atau
butir tanah.
3. Terdapat hubungan linear antara tekanan yang bekerja dan perubahan volume

14 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
4. Koefisien permeabilitas k merupakan suatu konstanta. Dilapangan mungkin benar, tetapi
di laboratorium belum tentu benar karena cenderung melakukan kesalahan dalam
penentuan waktu terjadinya penurunan.
5. Hukum Darcy berlaku (v = k x i)
dimana :
v = kecepatan air
k = koefisien permeability
i = gradien hidrolik
6. Terdapat temperatur yang konstan.
7. Konsolidasi merupakan konsolidasi satu dimensi (vertikal).
8. Contoh tanah yang digunakan contoh tanah tidak terganggu.
9. Tegangan total dan tegangan air pori dibagi rata pada setiap bidang horisontal.

Pengujian konsolidasi satu dimensi biasanya dilakukan dilaboratorium dengan alat


konsolidometer. Contoh tanah diletakkan didalam cincin logam dengan 2 buah batu berpori
diletakkan diatas dan dibawah contoh tanah tersebut.
Pembebanan pada contoh tanah dilakukan dengan cara meletakkan beban pada ujung
sebuah balok datar; dan pemampatan (compression) contoh tanah diukur dengan
menggunakan skala ukur dengan skala mikrometer.
Contoh tanah selalu direndam dalam air selama percobaan. Tiap-tiap beban biasanya
diberikan selama 24 jam, dan dimulai dari beban 0.830 Kg. Setelah itu, beban dinaikkan
sampai dengan dua kali lipat dari beban sebelumnya, dan pengukuran pemampatan diteruskan
hingga beban 13.280 Kg. Pada gambar 3 diperlihatkan percobaan konsolidasi beserta bagian
dari konsolidometer.

Skala ukur

Beban
m.a.t

Cincin tempat contoh


Batu berpori Contoh tanah
tanah

Gambar 3. Konsolidometer
Sumber : Mekanika Tanah Jilid 1, karya : Braja M. Das, hal : 183, ERLANGGA

15 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Pada gambar 4 yang menunjukkan hubungan antara pemampatan dan waktu dapat dilihat
bahwa ada 3 tahapan yang berbeda yang dapat dijadikan sebagai berikut:
I. Pemampatan awal (initial compression), yang pada umumnya adalah disebabkan oleh
pembebanan awal (preloading).
II. Konsolidasi primer (primary consolidation), yaitu periode selama tekanan air pori secara
lambat laun dipindahkan ke dalam tegangan efektif, sebagai akibat dari keluarnya air dari
pori-pori tanah.
III. Konsolidasi sekunder (secondary consolidation), yang terjadi setelah tekanan air pori
hilang seluruhnya. Pemampatan yang terjadi disini adalah disebabkan oleh penyesuaian
yang bersifat plastis dari butir-butir tanah.

Tahap I : Pemampatan awal

Pemampatan Tahap II :
Konsolidasi
primer

Tahap III : Konsolidasi sekunder

Waktu (skala log)


Gambar 4. Grafik waktu-pemampatan selama konsolidasi untuk suatu penambahan beban
yang diberikan.
Sumber : Mekanika Tanah Jilid 1, karya : Braja M. Das, hal : 184, ERLANGGA

Normally Consolidated dan Over Consolidated

Kedua istilah ini dipakai untuk menggambarkan suatu sifat yang penting dari lapisan
lempung endapan (sedimentary clays). Lapisan semacam ini setelah pengendapannya akan
mengalami konsolidasi dan penurunan akibat tekanan dari lapisan-lapisan yang kemudian
mengendap diatasnya.

Lapisan-lapisan yang diatas ini lama kelamaan mungkin menjadi hilang lagi oleh
karena sebab-sebab geologi, misalnya erosi air (atau es). Ini berarti lapisan-lapisan bawah

16 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
pada suatu saat dalam sejarah geologinya pernah mengalami konsolidasi akibat tekanan yang
lebih tinggi daripada tekanan yang berlaku diatasnya pada masa sekarang.

Dalam hal ini terdapat 2 definisi dasar berdasarkan sejarah tegangan yaitu:

1. Terkonsolidasi secara normal (normally consolidated), dimana tekanan efektif overburden


pada saat ini adalah merupakan tekanan maksimum yang pernah dialami oleh tanah itu.
2. Terlalu terkonsolidasi (over consolidated), dimana tekanan efektif overburden pada saat
ini adalah lebih kecil dari tekanan yang pernah dialami oleh tanah itu sebelumnya.
Tekanan efektif overburden maksimum yang pernah dialami sebelumnya dinamakan
tekanan prakonsolidasi (preconsolidation pressure).

Hal diatas dapat dirumuskan sebagai berikut :


1. Normally consolidated = jika tekanan efektif tanah merupakan tekanan max yang dialami
tanah.
Po
Rumus 2 : 1
Pc
Dimana : Po = tekanan yang diterima tanah sebelumnya.
Pc = tekanan yang diterima tanah sesudahnya / sekarang.
2. Overconsolidated = jika tekanan efektif tanah < daripada tekanan yang diterima tanah
sebelumnya.
Po
Rumus 3 : 1
Pc
Dimana : Po = tekanan yang diterima tanah sebelumnya.
Pc = tekanan yang diterima tanah sesudahnya / sekarang.
Derajat konsolidasi
𝐮 𝟐 𝐮
Dari hasil persamaan Terzaghi, yakni = 𝑪𝒗 𝒙 𝐮𝟐 dapat diketahui besarnya U pada
𝐮

setiap titik pada setiap waktu dalam lapisan tersebut. Pada umumnya bukan besarnya U
(tegangan air pori) yang perlu diketahui untuk perhitungan penurunan. Yang ingin kita
ketahui adalah besarnya penurunan pada jangka waktu tertentu, atau yang disebut derajat
konsolidasi (degree of consolidation).

Penurunan pada waktu t


Derajat Konsolidasi U =
Penurunan setelah selesai ( t  100%)

17 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Cv  t
Biasanya disebut time factor dan diberi huruf T, yaitu
H2

Cv  t
Rumus 4 : T
H2

Dari persamaan diatas dapat dihitung harga-harga U dan T sebagai berikut :

U (%) 20 40 60 80 90

T 0.031 0.126 0.287 0.565 0.848

Jadi kalau kita ingin menghitung waktu yang diperlukaan sampai penurunan 90 %
selesai maka kita ambil harga T untuk U = 90 %, yaitu :

Rumus 5 :

Dimana : t90 = waktu sampai penurunan 90 % selesai.

H = jalan air terpanjang. (Kalau terdapat lapisan pasir diatas


dan dibawah lapisan lempung tersebut, maka H adalah separuhnya
tebal lapisan).
Ternyata dari rumus ini bahwa waktu penurunan adalah sebanding dengan pangkat
dua tebal lapisan dan berbanding terbalik dengan “cosefisient of consolidation”.

Sedangkan untuk memperoleh harga t90 dipakai metode akar-waktu sebagai berikut:

1. Dari kurva pemampatan vs akar waktu pilihlah kurva yang mempunyai jari-jari
kelengkungan terkecil kemudian berilah tanda.
2. Setelah itu beri tanda ditengah-tengah tanda tadi untuk kurva tersebut. Dan tariklah garis
yang menyinggung tanda kurva lengkung tadi dari awal kurva dengan memotong garis
pemampatan dan akar waktu.
3. Setelah itu didapat jarak x1 bila diukur dari titik awal garis akar waktu (x1 = OB).

18 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
4. Hitung jarak X2 dengan rumus : X2 = X1 * 1.15, lalu tarik garis dari titik awal garis
singgung sampai ke titik x2 yang sudah direncanakan. (X2 = OC).
5. Lalu tarik garis vertikal ke bawah dari titik perpotongan kurva lengkung dengan garis dari
titik X2.
6. Maka didapatlah t90.

P
e
n
u
r
u
n t90
a Waktu (akar waktu)
n

Gambar 5. Metode akar - waktu (Square root of Time method)

Sumber : Mekanika Tanah Jilid 1, karya : Braja M. Das, hal : 211, ERLANGGA

Menghitung Cc dan Pc
Menentukan harga Pc (Tekanan Prakonsolidasi).
Dari hasil percobaan pembebanan dapat dilihat kurva konsolidasi antara perubahan
angka pori (e) dengan perubahan tegangan (P). Dari kurva ini, dapat ditentukan tegangan
kritis (Pc) dengan cara sebagai berikut :

1. Dengan melakukan pengamatan secara visual, tentukan titik (a) dimana grafik e vs log P
mempunyai jari-jari kelengkungan yang paling minimum.
2. Buatlah garis horisontal (c) melalui titik a.
3. Tarik garis (b) yang menyinggung kurva dititik (a).
4. Tarik garis (d) yang membagi sudut b-a-c sama besar.
5. Perpanjang bagian grafik e vs log P yang merupakan garis lurus sehingga memotong garis
(d) di titik (f).

19 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
6. Absis untuk titik (f) adalah besarnya tekanan prakonsolidasi.

a garis c
f ½
Angka pori, e

½ garis d

garis b

Pc Tekanan, p (skala log)

Gambar 6. Penentuan tekanan prakonsolidasi secara grafis


Sumber : Mekanika Tanah Jilid 1, karya : Braja M. Das, hal : 189, ERLANGGA

Menentukan harga Cc (Compression Index)

Sebelum menentukan harga Cc terlebih dahulu harus ditentukan sifat tanah, apakah
normally consolidated atau overconsolidated.

 Menentukan Cc jika overconsolidation :


1. Pada grafik e vs log P dimana didapat Pc, buatlah garis horisontal (1) dengan
ordinat eo lapangan.
2. Tarik garis horisontal (2) dengan ordinat sebesar 0.42 * eo lapangan.
3. Titik X adalah perpotongan garis (2) dan garis (e).
4. Dari perhitungan didapat harga Po, harga Po ini pada grafik adalah titik(A).
5. Dari titik (A), buatlah garis (3) yang sejajar dengan garis (d) sampai memotong
garis kerja Pc (g) di titik Y.
6. Garis (4) menghubungkan titik X dan Y.
7. Harga Cc didapat dari besar tangens sudut antara garis (4) dan bidang horisontal
atau dengan perhitungan sebagai berikut :

20 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
e1 - e 2
Cc = ….. Rumus 6
Log (P1/P2 )

Besarnya penurunan untuk tanah yang over consolidated adalah:

Apabila Po + P < Pc, maka :

Cc x H Pc
Rumus 7 :S= Log
1  eo Po

Apabila Po + P > Pc, maka :

Cc x H Pc Cc x H Po  P
Rumus 8 :S= Log  Log
1  eo Po 1  eo Pc

Dimana : S = Besar penurunan (m).


H = Tebal lapisan.
Cc = Compression Index.
Po = Tekanan efektif maksimum lapisan.
P = Penambahan tekanan vertikal lapisan.

eo 1 A
3 Y
Angka pori, e

d

0.42 * eo 2 Cc = tg
X

Po Tekanan, p (skala log)


Pc

Gambar 7. Penentuan Cc untuk keadaan overconsolidation cara grafis


Sumber : Mekanika Tanah Jilid 1, karya : Braja M. Das, hal : 191, ERLANGGA

21 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
 Menentukan Cc jika normally consolidated
1. Dimana Po  Pc, maka tidak ada garis (3) seperti pada OC.
2. Pada grafik e vs log P ,dimana didapat harga Pc. Buatlah garis horisontal (1)
dengan ordinat eo lapangan.
3. Tariklah garis horisontal (2) dengan ordinat sebesar 0.42 * eo lapangan.
4. Titik X adalah perpotongan antara garis (2) dan garis (e).
5. Dari perhitungan didapat harga Po, harga Po ini pada grafik adalah titik (A), Po
sama dengan Pc.
6. Garis (3) menghubungkan titik X dan Y.
7. Harga Cc didapat dari besar tangens sudut diantara garis (3) dan bidang horisontal
atau dengan perhitungan sebagai berikut :
e1 - e 2
Cc  ….. Rumus 9
Log (P2 /P1 )

Dimana : Pc = Po

Wt x H
Po =  x H = ….. Rumus 10
Vi

Besarnya penurunan dari suatu lapisan dapat dihitung dengan menggunakan rumus
:

Cc  H Po  P
8. S  Log ….. Rumus 11
1  eo Po

22 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
1
eo
Y

Angka pori,
3

e
Cc = tg
2 
0.42 * eo
X

Tekanan, P (skala log)


Po = Pc

Gambar 8. Penentuan Cc untuk keadaan Normally Consolidation cara grafis


Sumber : Mekanika Tanah Jilid 1, karya : Braja M. Das, hal : 190, ERLANGGA

Telah kita ketahui bahwa ketika sebuah material dibebani atau ditekan, material
tadi akan berdeformasi atau meregang. Terkadang, respons terhadap beban tadi adalah
seketika itu juga. Material lainnya seperti tanah membutuhkan waktu yang relatif lama
untuk menunjukkan deformasinya, hal ini khususnya terjadi pada tanah lempung.
Ketika tanah dibebani oleh timbunan atau struktur bangunan, maka deformasi
akan muncul. Total deformasi vertikal pada permukaan yang disebabkan oleh
beban disebut settlement. Pergerakan itu bisa ke bawah dengan penambahan beban atau
ke atas dengan berkurangnya beban (swelling). Total settlement, st, dari tanah yang
dibebani terdiri dari tiga komponen, yaitu:

S t = si + sc + ss

Dimana:
si = penurunan segera (immediate settlement)
sc = penurunan konsolidasi (consolidation settlement)
ss = pemampatan sekunder (secondary compression)
Dari ketiga komponen settlement tersebut, pada kesempatan ini dilakukan uji
konsolidasi. Penurunan konsolidasi adalah proses yang bergantung pada waktu yang
muncul pada tanah berbutir halus yang jenuh dan memiliki nilai kofisien permeabilitas

23 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
yang kecil. Sehingga tingkat dari settlementnya sangat bergantung pada tingkat drainase
air porinya.
Pada umumnya konsolidasi ini berlangsung dalam satu arah saja atau disebut juga
one dimensional consolidation. Pergerakan dalam arah horizontal dapat diabaikan, karena
tertahan oleh lapisan tanah sekelilingnya. Selama peristiwa konsolidasi berlangsung, tanah
akan mengalami penurunan (settle).
Dua hal yang penting mengenai penurunan ialah:

 Besarnya penurunan yang terjadi.


 Kecepatan penurunan tersebut.
Besarnya penurunan yang terjadi
Analisa Terzaghi:

Penentuan Nilai Cc (indeks pemadatan)

Untuk menentukan nilai Cc, sebelumnya kita perlu menentukan terlebih dahulu
besarnya tekanan prakonsolidasi. Casagrande (1936) menyarankan suatu cara yang mudah
untuk menentukan besarnya tekanan prakonsolidasi, pc, dengan berdasarkan grafik angka
pori (e) terhadap log p yang digambar dari hasil percobaan konsolidasi di laboratorium.
Prosedurnya adalah sebagai berikut (lihat gambar di bawah).
1. Dengan melakukan pengamatan secara visual pada grafik, tentukan titik a di mana
grafik e versus log p memiliki jari-jari kelengkungan yang paling mnimum.
2 . Gambar garis datar ab.
3 . Gambar garis singgung ac pada titik a.
4 . Gambar garis ad yang merupakan garis bagi sudut bac.
5 . Perpanjang bagian grafik e versus log p yang merupakan garis lurus hingga me-
motong garis ad di titik f.
6 . Absis untuk titik f adalah besarnya tekanan prakonsolidasi (pc).

24 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Gambar 14.1 Penentuan Tekanan Prakonsolidasi

Setelah mendapatkan harga tekanan prakonsolidasi, maka harga Cc dapat


ditentukan dengan menggunakan prinsip sebagai berikut:
 Dari grafik e vs log p dicari bagian grafik yang paling linear pada bagian dimana
tanah sudah melewati tekanan prakonsolidasi.
 Diambil dua titik ujung pada grafik yang paling linear tersebut
 Mengaplikasikan rumus berikut:

Dimana:

Cc : Indeks kompresi
e1, e2 : Void ratio pada ujung bagian linear kurva e versus log p setelah
tanah mengalami tekanan yang melampaui tekan-an prakonsolidasi

p1, p2 : Tekanan yang berkaitan dengan e1 dan e2.

25 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Grafik pembacaan penurunan vs akar pangkat dua dari waktu untuk setiap
pembebanan dapat digunakan untuk mencari besarnya t90. Setelah didapat nilai t90 untuk
masing-masing pembebanan maka dapat dicari besar nilai Cv.
Harga koefisien konsolidasi ditentukan dengan metoda akar waktu (time square
root method) adalah sebagai berikut (lihat gambar di bawah):
1. Gambar suatu garis AB melalui bagian awal kurva (ambil kurva yang luas)
2. Gambar suatu garis AC sehingga OC = 1.15 OB. Absis titik D, yang merupakan
perpotongan antara garis AC dan kurva konsolidasi merupakan perpotongan an-tara
garis AC dan kurva konsolidasi, memberikan harga akar waktu untuk terca-painya
konsolidasi 90 %.
3. Hitung koefisien konsolidasi dengan menggunakan
rumus berikut:

Gambar 14.2 Cara Penentuan t90

Kecepatan penurunan
Berbicara mengenai kecepatan penurunan, kita selalu berhubungan dengan waktu
yang dibutuhkan untuk penurunan tersebut. Waktu penurunan dihitung
dengan rumus :

26 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
dengan:

t = waktu
T = faktor waktu, dapat dilihat dari table
Hdr = jarak lintas drainage (tergantung susunan lapisan
Cv = koefisien konsolidasi, dicari dari lengkung konsolidasi.

27 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
BAB III
PELAKSANAAN PERCOBAAN

III.1 Contoh Tanah Yang Digunakan


Dalam percobaan ini digunakan contoh tanah Undisturbed dari kedalaman
1,00 meter, 2,00 meter, 3,00 meter, 4,00 meter dan 5,00 meter.
III.2 ALAT – ALAT / BAHAN YANG DIGUNAKAN
 Alat Consolidometer beserta anak beban
 Stopwatch
 Ring Konsolidasi
 Jangka sorong untuk mengukur dimensi ring
 Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram
 Extruder untuk mengeluarkan contoh tanah
 Gergaji kawat untuk memotong tanah
 Spatula untuk merapikan contoh tanah
 Vaselin
 Aquadestilata / Air Suling
 Oven dengan suhu 105 °C – 110 °C
III.3 Percobaan
III.3.1 Persiapan Percobaan
 Ring konsolidasi dalam keadaan bersih, ditimbang beratnya , ukur tinggi serta
diameter dalamnya dengan menggunakan jangka sorong. Untuk diameter dalam ring
diukur dengan jangka sorong bagian atas, sedangkan tinggi / tebal ring diukur dengan
jangka sorong bagian bawah.
 Ring diolesi vaselin atau oli dibagian dalamnya saja.
 Dengan bantuan extruder, tanah dimasukkan ke dalam ring secara hati-hati agar
jangan rusak, lalu tanah dipotong dengan gergaji kawat. Cara menggunakan extruder,
yaitu :
 Letakkan tabung berisi tanah undisturbed di Extruder.
 Lalu putarlah bagian Extruder pada ujung kiri sehingga tanah dan penutup tabung
(lilin) keluar perlahan-lahan. Lilin dibuang dengan cara dipotong dengan memakai
gergaji kawat.

28 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
 Siapkan ring dengan penahan kayu.
 Setelah itu tanah masuk ke dalam ring dan kelebihan tanah ditahan oleh penahan
kayu.
 Potonglah sampel tanah dengan gergaji kawat.
 Ratakanlah permukaan tanah dalam ring dengan spatula.
 Ring dan tanah basah ditimbang.
 Contoh tanah diukur kadar airnya.
III.3.2 Jalan Percobaan
 Konsolidometer disiapkan, jarum pengukur serta bebannya.
 Siapkan contoh tanah, ring, bidang penekan berupa lempengan kuningan berbentuk
lingkaran, bola besi kecil sebagai pusat penekan dan batu berpori.
 Susunlah seperti tergambar dibawah ini :

Gambar 9. Penyusunan ring + sampel tanah, batu berpori, bidang penekan dan bola besi
yang akan dimasukkan ke sel konsolidometer

 Setelah disusun letakkan pada sel konsolidometer. Dan aturlah batang pemberian
beban agar tepat di pusat penekan pada sel konsolidometer.
 Isilah dengan air sampai penuh pada sel konsolidometer.
 Batang pada bacaan dial ditekan dahulu baru diletakkan diatas sel konsolidometer
sehingga arah jarum jam selalu berlawanan. Lalu diatur jarum penunjuk ke arah nol
dengan memutar alat dial tersebut.
 Percobaan dapat dimulai dengan beban 0.830 kg.
 Dicatat angka penurunan pada jarum penunjuk, pada interval waktu 0”, 6”, 15”, 30”,
1’, 2’, 4’, 8’, 15’, 30’, 60’ dan 24 jam.

29 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
 Percobaan dilanjutkan dengan pembebanan 1.660 kg, 3.320 kg, 6.640 kg, 13.280 kg
dan 26.560 kg dengan interval waktu masing-masing 24 jam. (Catatan : beban
ditambah bukan diganti).
 Dicatat pula angka penurunan pada masing-masing beban dengan interval waktu yang
sama seperti di atas.
 Cara membaca angka penurunan pada alat dial, yaitu :
 Arah jarum jam berlawanan arah maka dibaca angka berwarna merah pada
lingkaran besar, tetapi bila arah jarum searah maka dibaca angka berwarna hitam.
 Untuk lingkaran kecil dibaca hanya untuk penurunan yang besar, misalnya : 1
berarti ratusan, dan begitu seterusnya.
 Penurunan beban, urutannya sama seperti point (9).
 Langkah selanjutnya setelah pembebanan terakhir yaitu 26560 gram (setelah 24 jam)
selesai maka di baca angka penurunan pada masing-masing beban dengan interval
waktu yang sama seperti diatas, dimana maksudnya tiap beban diangkat satu-persatu
sampai habis dengan interval waktu 2 menit tiap pengangkatan beban.
 Setelah selesai tanah basah dan ring ditimbang kembali dan dimasukkan ke dalam
oven kurang lebih 24 jam.
 Ring dan tanah kering ditimbang.
Catatan : Selama percobaan sel konsolidometer harus selalu penuh terisi air.

30 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
BAB IV
HASIL PERCOBAAN

IV.1 Hasil Percobaan


Pada contoh perhitungan ini diambil dari data-data hasil percobaan sampel nomor 1,
kedalaman 1 meter, nomor ring I. Sedangkan data Gs (Specific Gravity) didapat dari
hasil praktikum modul yang bersangkutan dengan mengambil hasil untuk kedalaman
yang bersesuaian.
Sampel tanah undisturbed pada kedalaman 1 meter, yaitu :
1. Perhitungan berat tanah (Wt)
Diameter ring = 6.51 cm
Berat ring (a) = 90.71 gr
Tinggi ring = 1.97cm
Berat ring + tanah basah (b) = 190.3 gr
Gs (Specific gravity) = 2.681 (Lanau tak organik)
Luas ring = ¼ *  * D2
= ¼ * 3.14 * (6.51)2
= 33.27 cm2
Berat tanah (Wt) = (b) – (a)
= 190.3 – 90.71

= 99.59 gr

2. Perhitungan kadar air awal (Wi)


Berat can (a) = 8.29 gr
Berat can + tanah basah (b) = 35.09 gr
Berat can + tanah kering (c) = 25.37 gr
Berat air (d) = (b) – (c)
= 35.09 – 25.37
= 9.72 gr
Berat tanah kering (e) = (c) – (a)
= 25.37 – 8.29

= 17.08 gr

31 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
d
Kadar air awal =  100%
e
9,72
  100%
17,08

= 56.91 %

= 0.5691

3. Perhitungan kadar air akhir pada percobaan :


Berat ring (a) = 90.71 gr

Berat ring + tanah basah (b) = 202.01 gr

Berat ring + tanah kering (c) = 162.70 gr

Berat air (d) = (b) – (c)

= 202.01 – 162.70

= 39.31 gr

Berat tanah kering (Ws) (e) = (c) – (a)

= 162.70 – 90.71

= 71.99 gr

d
Kadar air akhir =  100%
e

39.31
  100%
71,99

= 54.60 %

= 0.5460

32 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
4. Perhitungan berat tanah kering (Ws’) :
Ws’ = Wt / (1 + Wi)

= 99.59 / (1 + 0.5691)

= 63.47 gr

5. Perhitungan tinggi padat (Ho) :


Ho = Ws / (Gs * A)

= 71.99 / (2.681 * 33.27)

= 0.807 cm

6. Perhitungan tinggi pori awal (Hv) :


Hv = Hi – Ho

= 1.97 – 0.807

= 1.163 cm

7. Perhitungan tingkat kejenuhan awal (St) :


( Wt - Ws )
St = x 100 %
( Hi - Ho ) x A

( 99,59 - 71.99)
= x 100 %
( 1.97 - 0.807 ) x 33.27

= 71.34 %

8. Perhitungan angka pori awal (eo) :


eo = Hv / Ho

= 1.163 / 0.807

= 1.441

9. Data akhir percobaan :


Pembacaan dial awal =0 cm

Pembacaan dial akhir (ht) = 157.9 cm

33 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Perubahan tinggi contoh = 0.1579 cm

Tinggi pori akhir (Hvf) = Hv – ht

= 1.163 – 0.1579

= 1.0051 cm

10. Perhitungan angka pori akhir (ef)


ef = Hvf / Ho

= 1.0051 / 0.807

= 1.245

Contoh perhitungan untuk tabel lembar 023 :

1. Isi contoh awal (Vi) = A x Hi


= 33.27 x 1.97

= 65.54 cm3

Berat jenis tanah butiran tanah (Gs) = 2.681

Tinggi pori awal (Hv) = 1.163 cm

Untuk penambahan beban dengan tegangan = 0.25 kg/cm2

Pembacaan dial akhir = 157.9

2. Perubahan tinggi contoh (H) = 0.1579 cm


3. Perubahan angka pori (e) = H / Hv
= 0.1579 / 1.163

= 0.1358

4. Angka pori pada tiap pembebanan (e) = eo – e


= 1.358 – 0.1358

34 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
= 1.2222

5. Tinggi rata-rata akibat beban (ht) = Hi – 0.5 x (H)


= 1.97 – 0.07895

= 1.8910 cm

6. Tinggi (H) = 0.5 x ht


= 0.5 x (1.8910)
= 0.945525 cm

7. Perhitungan Cv :
Cv = (0.848 x H2) / t90

= {0.848 x (0.9455252)} / ( 0,42 )

= 1,8051 cm2/menit

8. Perhitungan Po:
 = Wt / Vi

= 99.59 / 65.54

= 1.519 gr/cm2 = 0.001519 Kg /cm2

H = kedalaman sampel tanah yang diambil = 1 m = 100 cm

Po =xH

= 0.001519 x 100

= 0.1519 Kg / cm2

9. Menghitung Harga Cc.


Hitung eo lapangan :

eo lapangan = Wo x Gs

= 56.91 % x 2,681

= 1.526

35 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Pc = 1,40 Kg / cm2

Po = 0,1519 Kg / cm2

P1 = 1.95 Kg / cm2

P2 = 2.2 Kg / cm2

P = 0.25 Kg / cm2

e1 = 1.3437 Kg / cm2

e2 = 1.3341 Kg / cm2

Δe = 0.1358 Kg / cm2

10. Compressian Indeks dapat dihitung :


e
Cc =
Log (P2 /P1 )

0.1358
=
Log ( 2.2 / 1.95)

= 2.5769

11. Menghitung besarnya penurunan.


Cc x H Po  P
S = x Log
1  eo Po

2.5769 x 1.97 0.1519  0.25


= x Log
1  1.526 0.1519

= 0.849 cm.

36 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Tabel data penurunan:

Beban
O,830 1,660 3,320 6,640 13,280 26,560
Penurunan
Kg Kg Kg Kg Kg Kg
(Menit)

0 0 100 196 289 440 525

0,1 42 137 226 333 472 562

0,25 47 145 237 352 479 571

0,5 50 148 242 362 482 576

1 52 150 247 371 486 579

2 53 151 251 377 491 582

4 54 152 253 382 496 584

8 55 153 255 384 497 587

15 56 153,5 258 386 499 589

30 56,5 155 259 387 500 592

60 57 156 260 388 501 593

1440 100 196 289 440 525 606

37 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
38 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
39 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
BAB V
PENUTUP
V.1 KESIMPULAN
 Jika diperhatikan grafik konsolidasi (form 025), ternyata dengan sedikit perubahan
struktural akibat bertambahnya tekanan, maka Pc telah dapat dicapai. Hal ini karena
tanah telah terbiasa dengan tekanan menyamai tekanan maximum yang telah dicapai
sebelumnya dan telah mencapai keseimbangan dalam tegangan tersebut.
 Dari nilai praktikum untuk kedalaman 1 m,secara analitis harga Cc sebesar
2.5679.sedangkan secara grafis harga Cc sebesar 1.484
 Tanah baru akan mengalami perubahan-perubahan penting, yang dapat dilihat dari
kemiringan yang lebih curam dari cabang akhir kurva, jika tekanan yang bekerja
sekarang melebihi kondisi keseimbangan yang ada.
 Tanah ini mengalami over consolidated, karena tanah percobaan merupakan tanah
timbunan yang mungkin saja dipadatkan kembali.
V.2 SUMBER KESALAHAN
 Praktikan ceroboh ketika akan menempatkan beban pada saat berjalannya praktikum.
 Kekurang telitian pada waktu menimbang dan mengukur sampel dengan jangka
sorong.
 Terganggunya alat konsolidometer selama waktu percobaan yang cukup lama.
 Subyektifitas yang sangat berpengaruh pada saat mengolah kurva / grafik hasil
percobaan.
 Kekurang telitian pada saat perhitungan dan pengolahan data.

40 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
DAFTAR PUSTAKA
3. Ir. Riana H.L dan Ir. Rahmat Setiyadi. PEDOMAN PRAKTIKUM MEKANIKA
TANAH BAGIAN Pertama, Laboratorium Mekanika Tanah,ITI, 1988.
4. Hardiyatmo,H.C. (2002), Mekanika Tanah 2, Gadjah Mada University Press,
Yogjakarta
5. Wesley, L.D. (1997), Mekanika Tanah, Cetakan VI, Pekerjaan Umum

41 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Dokumentasi:

42 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
MODUL PRAKTIKUM : Unconfined Compression

TANGGAL PRAKTIKUM :

PENYUSUN MODUL : Muhammad Muntazir

ASISTEN PENANGGUNG JAWAB :

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Maksud dan Tujuan

Maksud
Uji coba daya tahan kekuatan tanah terhadap gaya vertikal dimana sisi horisontalnya
tidak tertutup (dibiarkan bebas) untuk melihat keruntuhan pada tanahnya.

Tujuan

1. Untuk mengetahui Ultimate Unconfined Compression Strength dari tanah


kohesive, baik untuk Undisturbed maupun Remolded.
2. Untuk mengetahui Sensitivity dari tanah tersebut.
3. Untuk mengetahui kekuatan geser dari tanah tersebut.

I.2. Teori dan Rumus

43 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Pengujian tanah yang biasa dipakai untuk mendapatkan parameter parameter kekuatan
tanah, antara lain adalah :

a. Uji Geser Langsung (Direct Shear Test )


Percobaan geser langsung dengan alat geser lengkung, kekuatan geser dapat diukur secara
langsung. Uji geser langsung ini adalah pengujian tertua dalam bentuk yang paling sederhana
untuk suatu susunan uji geser. Pengertian dari Direct Shear Test (uji geser langsung) ialah
untuk mengetahui kekuatan geser langsung sampel tanah. Gaya normal pada sampel tanah
didapat dengan menaruh suatu beban mati diatas sampel

b. Uji Triaksial
Uji geser triaksial adalah uji yang paling dapat diandalkan untuk menentukan parameter
tegangan geser. Uji ini telah digunakan secara luas untuk keperluan pengujian biasa
maupun untuk keperluan riset. Pengertian dari triaksial untuk mencari koefisien
pemampatan atau Compression Index dari suatu jenis tanah akibat pertambahan beban.

Untuk menyebabkan terjadinya keruntuhan geser pada benda uji, tegangan aksial
(vertikal) diberikan melalui suatu piston vertikal. Dengan memberikan beban mati yang
berangsur-angsur ditambah (penambahan setiap saat atau waktu sama) sampai benda uji
runtuh (deformasi arah aksial akibat pembebanan ini diukur dengan sebuah arloji ukur
atau Dial Gauge).

c. Uji Tekan Bebas (Unconfined Compression Test)


Unconfined Compression Test adalah uji coba ketahanan tanah terhadap gaya vertikal
dimana sisi-sisi horisontalnya dibiarkan bebas agar kita dapat melihat keruntuhan
tanahnya secara visual.

Unconfined Compression Test ini dilakukan untuk mengetahui “Unconfined


Compressive Strength” dari tanah. Uji tekan tak terkekang (Unconfined Compression Test )
merupakan uji yang sederhana di mana tekanan atmosfer mengelilingi contoh tanah.
Pengujian ini adalah bentuk khusus dari Unconsolidated-Undrained Test atau Undrained Test
(UU Test) yang umumnya dilakukan terhadap sampel tanah lempung. Pada uji ini tegangan
penyekap 3 adalah nol. Tegangan aksial dilakukan terhadap benda uji secara relatif cepat
sampai mencapai keruntuhan. Pada titik keruntuhan harga tegangan total utama kecil (Total

44 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Minor Principal Stress) adalah nol dan tegangan total utama besar adalah 1 (lihat gambar
5.2). Lingkaran Mohr untuk uji ini diperlihatkan pada gambar dibawah ini :

Dalam percobaan ini sudut internal friction ( = 0), dan lateral support (3 = 0),
jadi hanya ada beban vertikal (1  0), dengan memberikan deformasi. Beban vertikal yang
menyebabkan contoh tanah menjadi retak dibagi dengan satuan luas yang dikoreksi (A’)
disebut Compressive Strength (qu). Dari diagram lingkaran Mohr dapat dihitung besarnya
kekuatan geser undrained tanah tersebut, yaitu :

Su = C = qu/2

Untuk mengetahui hubungan Stress dan Strain, dibuat grafik tegangan-regangan, yaitu
 versus , untuk mendapatkan nilai tegangan tekan maksimum, yang merupakan qu untuk uji
tekan tak terkekang.

45 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Rumus - Rumus

Koreksi luas pada percobaan Unconfined Compression :

Pada waktu contoh diberikan tegangan vertikal, maka luas contoh akan berubah, biasanya
akan menjadi lebih besar.

V’ = A’ x L’

Vo = Ao x Lo
V =0

V’ = Vo

Ao  Lo Lo
A’ = :
Lo  L Lo

A’ (Lo - L) = Ao x Lo - V

Ao L
A’ = , dimana  =
L Lo
1
Lo

Ao
A’ =
1 

Ao = Luas contoh semula.

Lo = Panjang contoh semula.

46 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
A’ = Luas penampang setelah dikoreksi.

L = Perubahan panjang contoh akibat beban vertikal.

Rumus untuk perhitungan pengolahan data :

- Load Ring Calibration ( LRC ) ditentukan : 1498,3069 kg


- Mencari beban : ( P ) = Pembacaan load dial x LRC
P
- Mencari Tegangan : ( σ ) =
A
L
- Mencari Regangan : ( ) =
Lo
Ao
- Mencari Luas Penampang setelah dikoreksi : A' 
1   
- Mencari Berat Air : Wair = (Wbasah + cup) - (Wkering + cup)
- Mencari Berat Kering : Wkering = (Wkering + cup) - cup
Wair
- Mencari Kadar Air : W =  100%
Wker ing

- Mencari Luas Contoh : Ao = 1/4  . D2


- Mencari Isi (V) Contoh : V = luas x tinggi.
Wbasah
- Mencari w =
V
W
- Mencari d =
1W
Bila yang dicoba contoh Undisturbed diperoleh Undisturbed Strength. Bila yang dicoba
contoh Remolded diperoleh Remolded Strength. Ratio dari Undisturbed Strength dan
Remolded Strength, didefinisikan sebagai Sensitivity.

47 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Undisturbed Strength
Sensitivity =
Re molded Strength

Dalam percobaan ini, dimensi contoh harus memenuhi syarat :


2D  L  3D

dimana : D = diameter contoh tanah.

L = tinggi contoh tanah.

Sebab bila L < 2D, sudut bidang runtuhnya akan mengalami overlap. Bila L > 3D, berlaku
sebagai kolom dan akan ada bahaya tekuk.

Klasifikasi tanah lanau dan lempung berdasarkan Unconfined Compression Strength.

Tabel 5.1. Klasifikasi tanah lanau dan lempung berdasarkan Unconfined

Compression Strength.

Consistency qu (kg/cm2)

Very soft < 0,25


Soft 0,25 - 0,50
Medium 0,50 - 1,00
Stiff 1,00 - 2,00
Very Stiff 2,00 - 4,00
Hard > 4,00

Klasifikasi tanah lempung berdasarkan Sensitivity.

Tabel 5.2. Klasifikasi tanah lempung berdasarkan Sensitivity.

Sensitivity (st) sifatnya

1 Insensitive Clay
1 - 2 Low Sensitive Clay
2 - 4 Medium Sensitive Clay

48 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
4 - 8 Sensitive Clay
8 - 16 Extra Sensitive Clay
> 16 Quick Clay

I. 3. Alat-alat dan Bahan Yang Dipergunakan.

a. Alat Unconfined Compression Test, lengkap dengan Load Dial dan Deformation
Dial Reading.
b. Extruder.
c. Cetakan tanah (silinder kecil).
d. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram.
e. Jangka sorong.
f. Stop watch.
g. Piringan penghancur tanah.
h. Can.
i. Oven.
j. Gergaji kawat.
k. Spatula.
l. Plastik.
m. Vaselin.
n. Alat pemadat.
Bahan yang dipakai :

 Tanah Undisturbed dari kedalaman 1m dan 3m.


Tanah Undisturbed adalah tanah tidak terganggu yang diambil melalui proses
pengeboran tanah dimana pada ujung batang bor dipasan tabung contoh, sehingga
tanah Undisturbed didapat dalam tabung contoh. Setelah contoh tanah didapat

49 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
maka kedua ujung tabung contoh ditutup dengan lilin cair agar kadar air tanah
tidak berubah.

 Tanah Remolded
Tanah Remolded adalah tanah yang dibentuk kembali. Tanah Remolded didapat
dengan cara memasukan contoh tanah Undisturbed ke dalam plastik dan diremas
– remas dengaa jari hingga hancur untuk menghilangkan sifat geologis tanah
awal. Plastik disini berfungsi untuk mempertahankan kadar air tanah.

BAB II

PELAKSANAAN PERCOBAAN

II. 1. Persiapan Percobaan

a. Contoh tanah Undisturbed dikeluarkan dengan extruder dari tabung dan dicetak
dalam silinder kecil, kurang lebih 7 cm. Dalam percobaan ini dipakai contoh tanah
dari kedalaman 1 m dan 3 m.

b. Contoh tanah tersebut dikeluarkan dari cetakan, dan diperiksa apakah memenuhi syarat
: 2D  L  3D.

c. Permukaan tanah harus benar-benar rata (pada ujung-ujungnya), agar terjadi


pembebanan yang sentris dan merata pada seluruh permukaan.

d. Ukur diameter dan tinggi contoh tanah serta timbang beratnya.

II. 2. Jalannya Percobaan

a. Contoh tanah diletakkan pada alat Unconfined Compression Test dan diatur supaya
Load Dial dan Deformation Dial keadaan awal menunjukkan angka nol. Plat

50 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
pembeban diletakkan tepat menyentuh bagian atas contoh tanah dan sentris
terhadap sumbunya.
b. Percobaan dimulai dengan memutar engkol secara teratur, sehingga kecepatan
deformation 1% dari tinggi contoh tanah per menit (catatan : ada faktor
pembulatan, yaitu kecepatan deformation menjadi 1 mm/menit).
c. Pembacaan pada Load Dial dilakukan pada interval-interval waktu 15”, 30”, 45”,
1’ dan seterusnya sampai pembacaan Load Dial konstan atau menurun, dimana
contoh tanah dianggap telah runtuh.
d. Gambar bentuk keruntuhan tanah.
e. Setelah itu tanah di Remolded yaitu contoh tanah dimasukkan ke dalam plastik dan
diremas-remas dengan jari hingga hancur, kemudian semua tanah yang hancur
tersebut dimasukkan kembali ke tabung silinder cetakan, yang mana jumlah tanah
dan tingginya harus sama seperti contoh tanah Undisturbed, agar didapat kepadatan
dan kadar air yang sama.
f. Contoh tanah Remolded tersebut diberi pembebanan, seperti proses semula.
g. Gambar bentuk keruntuhan tanah.
h. Masukkan ke dalam oven selama 24 jam, lalu ditimbang untuk mengetahui kadar
air.
i. Percobaan diulang untuk contoh-contoh tanah yang lain , dari kedalaman yang lain.
j. Catat kalibrasi alat.

51 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
BAB III

HASIL PERCOBAAN

Contoh perhitungan (kedalaman 1 meter Undisturbed) sample I :

Data :

Berat tanah basah + cup = 32,74 gram.

Berat tanah kering + cup = 25,18 gram.

Berat cup = 8,84 gram.

Garis tengah contoh tanah = 3,52 cm.

Tinggi contoh tanah ( Lo ) = 7,1 cm.

Berat tanah basah = 115,89 gram

Syarat yang harus dipenuhi adalah 2D  L  3D


Perhitungan :

Wair = ( Wbasah + cup ) - ( Wkering + cup )

= 32,74 – 25,18

52 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
= 7,56 gram.

Wkering = ( Wkering + cup ) – ( cup )

= 25,18 – 8,84

= 16,34 gram.

Berat air
Kadar air ( W ) =  100%
W Kering

3,87
=  100%
16,34

= 23,6 %

Luas contoh tanah ( Ao ) = 1/4  . D2

=  . 1/4 . (3,52)2

= 9,726cm2

Isi contoh tanah ( V ) = Luas x Tinggi


= 9,726 x 7,1

= 69,054 cm3.

W basah = 115,89 gram

berat basah
γ wet =
isi

115,89
=
69,054

= 1,678 gram/ cm

L = 0,00125

L
 =
L

53 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
0,00125
=
7,1

= 0,00017

(1 - ) = 0,99983

A0
AI =
(1   )

9,726
=
0,99983

= 9,727 cm2

Contoh perhitungan (kedalaman 1 meter Remolded) sample I :

Data :

Berat tanah basah + cup = 32,74 gram.

Berat tanah kering + cup = 25,18 gram.

Berat cup = 8,84 gram.

Garis tengah contoh tanah = 3,52 cm.

Tinggi contoh tanah ( Lo ) = 7,1 cm.

Berat tanah basah = 115,89 gram

Syarat yang harus dipenuhi adalah 2D  L  3D


Perhitungan :

Wair = ( Wbasah + cup ) - ( Wkering + cup )

= 32,74 – 25,18

= 7,56 gram.

Wkering = ( Wkering + cup ) – ( cup )

54 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
= 32,74 – 8,84

= 23,9 gram.

Berat air
Kadar air ( W ) =  100%
W Kering

3,87
=  100%
23,9

= 16,192 %

Luas contoh tanah ( Ao ) = 1/4  . D2

=  . 1/4 . (3,52)2

= 9,726 cm2

Isi contoh tanah ( V ) = Luas x Tinggi


= 9,726 x 7,1

= 69,054 cm3.

W basah = 115,89 gram

berat basah
γ wet =
isi

115,89
=
69,054

= 1,678 gram/ cm

L = 0,00125

L
 =
L

0,00125
=
7,1

= 0,00017
55 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
(1 - ) = 0,99983

A0
AI =
(1   )

9,726
=
0,99983

= 9,727 cm2

Undisturbed Strength
Sensitivity =
Re molded Strength

0,013
=
0,0175

= 0,743

Maka menurut sensitivity tanah tersebut tidak termasuk daam klasifikasi, namun karena nilai

sensitivitynya mendekati 1, maka diklasifikasikan sebagai tanah lempug yang bersifat

insentive clay.

Contoh perhitungan (kedalaman 3 meter Undisturbed) sample I :

Data :

Berat tanah basah + cup = 32,74 gram.

Berat tanah kering + cup = 25,18 gram.

Berat cup = 8,84 gram.

Garis tengah contoh tanah = 3,52 cm.

Tinggi contoh tanah ( Lo ) = 7,1 cm.

Syarat yang harus dipenuhi adalah 2D  L  3D

Perhitungan :

Wair = ( Wbasah + cup ) - ( Wkering + cup )

= 32,74 – 25,18

56 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
= 7,56 gram.

Wkering = ( Wkering + cup ) – ( cup )

= 25,18 – 8,84

= 16,34 gram.

Berat air
Kadar air ( W ) =  100%
Berat ker ing

5,27
= x 100 %
8,34

= 63,19 %.

Luas contoh tanah = 1/4  . D2

=  . 1/4 . (3,52)2

= 9,726 cm2

Isi contoh tanah = Luas x Tinggi


= 10,287 x 7,1

= 73,0377 cm3

W basah = 115,78 gr
Berat Tanah Basah
wet =
Isi

115,78
=
73,0377

= 1,585 gr/cm3

 wet
γdry =
1W

1,585
=
1  0,6319

57 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
= 0,971 gr/cm3

L = 0,001

 = 0,00014

(1 - ) = 0.99986

A0
A’ =
1 

10,287
=
0,99986

= 10,288 cm2

Contoh perhitungan (kedalaman 3 meter Remolded) sampel I :

Data :

Berat tanah basah + cup = 32,74 gram.

Berat tanah kering + cup = 25,18 gram.

Berat cup = 8,84 gram.

Garis tengah contoh tanah = 3,52 cm.

Tinggi contoh tanah ( Lo ) = 7,1 cm.

Syarat yang harus dipenuhi adalah 2D  L  3D


Perhitungan :

Wair = ( Wbasah + cup ) - ( Wkering + cup )

= 32,74 – 25,18

= 7,56 gram.

Wkering = ( Wkering + cup ) – ( cup )

= 17,91 – 9,57

58 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
= 8,34 gram.

Berat air
Kadar air ( W ) =  100%
Berat ker ing

5,27
= x 100 %
8,34

= 63,19 %.

Luas contoh tanah = 1/4  . D2

=  . 1/4 . (3,62)2

= 10,287 cm2

Isi contoh tanah = Luas x Tinggi


= 10,287 x 7,1

= 73,0377 cm3

W basah = 115,78 gr
Berat Tanah Basah
wet =
Isi

115,78
=
73,0377

= 1,585 gr/cm3

 wet
γdry =
1W

1,585
=
1  0,6319

= 0,971 gr/cm3

L = 0,0025

 = 0,000352

59 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
(1 - ) = 0.999648

A0
A’ =
1 

10,287
=
0,999648

= 10,291 cm2

Maka tanah ini termasuk klasifikasi tanah medium (0,5-1,0).


undistrub strength
Sensitivity =
remoldedst rength

1,049
=
2,245

Maka menurut sensitivity tanah tersebut tidak termasuk daam klasifikasi, namun karena nilai
sensitivitynya mendekati 1, maka diklasifikasikan sebagai tanah lempug yang bersifat
insentive clay.

60 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
BAB IV

PENUTUP

IV.1. Kesimpulan

1. Tabel hasil perhitungan :


Qu Sensitivity
Kedalaman Sampel
Undisturbed Remolded

I
1m 0,013 0,0175 0,743 I 0,8787 0,9747 0,

3m I 1,049 2,245 0,4673

61 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
2. Contoh tanah Undisturbed dari kedalaman 1m dengan qu = 0,013 kg/cm2, termasuk jenis
tanah dengan consistency : very soft. Contoh tanah Remolded dari kedalaman yang sama
dengan qu = 0,0175 kg/cm2, termasuk jenis tanah dengan consistensy very soft.
3. Contoh tanah Undisturbed dari kedalaman 3m dengan qu = 1,049 kg/cm2, termasuk jenis
tanah dengan consistency : Stiff. Contoh tanah Remolded dari kedalaman yang sama
dengan qu = 2,245 kg/cm2, termasuk jenis tanah dengan consistensy Very Stiff.
4. Dengan perbandingan data-data qu Undisturbed dan qu Remolded yang diperoleh dari
percobaan terhadap data-data qu pada tabel tanah lempung berdasarkan Sensitivity, maka
dapat disimpulkan :
a. Contoh tanah dari kedalaman 1m dengan sensitivity = 0,743 tidak termasuk dalam
klasifikasi, namun karena nilainya mendekati 1, maka diklasifikasikan sebagai tanah
lempung yang bersifat insensitive clay.

b. Contoh tanah dari kedalaman 3m dengan sensitivity = 0,4673 tidak termasuk dalam
klasifikasi, namun karena nilainya mendekati 1, maka diklasifikasikan sebagai tanah
lempung yang bersifat insensitive clay.
5. Dari hasil percobaan terdapat nilai sensitivity yang lebih kecil dari 1, hal ini dikarenakan :
a. Contoh tanah yang di-remolded , yang sebelumnya diremas-remas dengan jari hingga
hancur didalam plastik agar sifat geologis tanah awalnya hilang, waktunya lebih dari
sepuluh menit sehingga hal ini dapat menyebabkan kadar air tanahnya berkurang
karena kemungkinan terjadinya penguapan.
b. Pemakaian vaseline yang berlebihan, sehingga vaselin menempel pada tanah dan
tercampur dengan tanah ketika di-remolded.
6. Dalam percobaan ini dimensi contoh tanah tidak memenuhi syarat 2 D < L < 3D.

IV.2. Faktor Kesalahan

1. Kurang telitinya dalam pembacaan Load Dial dan Deformation Dial, karena
pemutaran engkol yang tidak konstan.
2. Waktu me-remolded terlalu lama.
3. Jumlah tanah yang dimasukkan kembali ke dalam tabung silinder kecil, tidak sama
tepat atau sedikit akan hilang karena adanya butiran tanah yang masih menempel pada

62 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
plastik atau jatuh terbuang sehingga berat dan volume dari contoh tanah yang di-
Remolded berbeda dengan contoh tanah sebelumnya.
4. Penumbukkan terhadap contoh tanah yang di-Remolded tidak konstan, sehingga
kepadatan daripada contoh tanah tersebut tidak seragam atau tidak kompak benar, bila
dibanding dengan contoh tanah undisturbed.
5. Pemakaian vaseline yang berlebihan, sehingga vaseline menempel pada tanah dan
bercampur dengan tanah ketika di-Remolded.
6. Kurang telitinya dalam pembacaan pada saat pengukuran silinder kecil dan berat
benda uji.
7. Kerusakan pada alat di Laboratorium.

DAFTAR PUSTAKA

1. Bowles. E. Josheph : Sifat-sifat Fisis dan Geoteknis Tanah, Edisi ke-2, Mc Graw-Hill. Inc,
1984.
2. Das. M. Braja : Mekanika Tanah, Erlangga, Jakarta, 1986.
3. Wesley, L. D, Ir. Dr : Mekanika Tanah, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta, 1988.
4. Riana. H. Lumingkewas : Pedoman Praktikum Mekanika Tanah (bagian-I), Laboratorium
Mekanika Tanah, Institut Teknologi Indonesia, Serpong, 1986.

63 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
MODUL PRAKTIKUM : Specific Gravity

TANGGAL PRAKTIKUM :

PENYUSUN MODUL : Muhammad Muntazir

ASISTEN PENANGGUNG JAWAB :

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Maksud dan Tujuan


Definisi Specific Gravity :

Maksud praktikum specific Gravity butiran tanah adalah perbandingan berat isi tanah dengan
berat isi air pada temperatur 4C.

Tujuan pratikum Specific Gravity adalah:

64 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
1. Untuk menentukan Specific Gravity dari suatu bahan atau material tanah.
2. Tujuan akhir praktikum specifik gravity adalah yaitu menentukan jenis tanah pada setiap
kedalaman dari suatu bahan atau material tanah berdasarkan nilai specifik gravity.
3. Menentukan kandungan mineral yang terdapat pada tanah kedalaman.

I.2. Teori dan Rumus


Hasil–hasil penentuan berat jenis dari sebagian besar tanah menujukkan nilai–nilai dari 2,5 –
2,8 . Nilai ini merupakan nilai–nilai yang sering dijumpai , dimana nilai–nilai antara 2,60 – 2,75
adalah nilai yang paling sering dijumpai. Pada kenyataannya pengujian berat jenis jarang dilakukan
dan nilai–nilai diambil secara kasar sebagai berikut :

JENIS TANAH GS {SPECIFIC GRAVITY}

KERIKIL 2.65 – 2.68

PASIR 2.65 – 2.67

2.67 – 2.70
PASIR KELANAUAN
LANAU TAK ORGANIK 2.62 – 2.68

LEMPUNG ORGANIK 2.70 – 2.75

LEMPUNG TAK ORGANIK 2.68 – 2.75

TANAH DENGAN MIKA ATAU BESI 2.75 – 3.00

TANAH ORGANIK > 2.00

HUMUS 1.37

GAMBUT 1.25 – 1.80

65 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Adapun rumus – rumus yang digunakan :

s
Gs 
 w pada4 0 c

Ws Ww
 s   w 
Vs Vw

Dimana : s : Berat isi tanah

w : Berat isi air

Vs : volume tanah dimasukkan ke volumetric flash

Vw : volume air dimasukkan ke dalam volumetric flash

Pada percobaan ini harga Vs = Vw maka berdasarkan hukum Archimedes bahwa volume
benda yang dimasukkan kedalam suatu zat cair maka akan sama dengan volume zat cair yang
dipindahkan benda itu, berarti volume tanah yang dimasukkan kedalam volumetrik flash
harus sama dengan volume air yang dipindahkan.

s Ws . Vs Ws
Gs   
 w Ww . Vw Ww

W yang digunakan untuk menentukan Gs adalah berat jenis air pada temperatur 4C,
maka untuk percobaan pada TC didapat harga :
T c

4 c
Berarti koreksi untuk Gs adalah :
Ws
Gs = 
Ww

Dimana : Ww = Ws + Wbw - Wbs

Ww = Berat air (yang mempunyai volume = volume tanah)

Ws = Berat tanah kering

66 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Wbw = Berat volumetric flash + Air

Wbws = Berat volumetric flash + Air + Contoh tanah

 = Faktor koreksi, dimana air pada TC dibandingkan


dengan air pada 4C (W = 1)

TABEL ()

TemperaturC  w

16 0,99897
1,0007
18 0,99862
1,0004
20 0,99823
1,0000
22 0,99780
0,9996
24 0,99732
0,9991
26 0,99682
0,9986
28 0,99568
0,9959
29 0,99598
0,99598
30 0.99568
0,99568

SIFAT - SIFAT FISIS DAN GEOTEKNIS TANAH


Mineral Berat Jenis Mineral Berat Jenis

67 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Bentonit 2,13 – 2,18 Muskovit(mika) 2,80 – 2,90
Gipsum 2,30 Dolomit 2,87
Gibsip 2,30 – 2,40 Aragonit 2,94
Montmorilonit 2,40 Anhydrit 3,00
Felsfarortoklas 2,56 Biotit (mika) 3,00 – 3,10
Ilit 2,00 Hornblende 3,00 – 3,47
Kuarsa 2,60 Augit 3,20 – 3,40
Koalinit 2,60 – 2,63 Olivin 3,80
Klorit 2,60 – 3,00 Limonit 3,80
Felsfar Plagioklas 2,62 – 2,76 Siderit 3,83 – 3,88
Talkum 2,70 – 2,80 Hemanit 4,90 – 5,30
Kalsit 2,80 – 2,90 Magnetit 5,17 – 5,18

Nilai Gs pada percobaan Specific Grafity mempunyai hubungan dengan modul


Consolidation dan Compaction. Hubungan nilai Gs dengan modul Consolidation yaitu untuk
menentukan tinggi padat tanah pada consolidasi yang merupakan perbandingan antara nilai
berat kering tanah dengan Gs dan luas contoh tanah.
Rumus :
Ws
H 
Gs . A
Dimana : Ho : Tinggi padat
Ws : Berat kering tanah padat
Gs : Nilai Gs
A : Luas contoh tanah
Sedangkan hubungan antara nilai Gs dengan modul Compaction adalah untuk menghitung
besarnya ZAV (Zero Air Void Line) atau derajat kejenuhan 100  yaitu hubungan teoritis
antara berat isi kering dengan kadar air bilamana derajat kejenuhan adalah 100 , yaitu bila
pori tanah sama sekali tidak mengandung udara. Garis tersebut dirumuskan sebagai berikut :

Gs .  s
ZAV 
1  W Gs

Dimana :

68 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Gs : Specific Grafity
W : Kadar air contoh tanah.
w : Berat jenis air ( = 1,0 ).
Zero Air Void Line ini digunakan sebagai petunjuk pada waktu digambar grafik hasil
pemadatan. Garis pemadatan tidak boleh memotong ZAV.

I.3. Alat – alat dan Bahan Yang Dipergunakan.

Alat – alat :

a. Volumetric (piknometer) 500 ml


b. Bak pendingin
c. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram
d. Oven dengan suhu 105C - 110C
e. Kompor listrik
f. Thermometer dengan ketelitian 0,1C
g. Corong dengan pipet
h. Kain lap dan tissue
i. Evaporadish
j. Air suling , dan lain – lain.
Bahan yang digunakan:

Untuk tiap contoh tanah dalam percobaan ini digunakan contoh tanah lolos saringan no.4
ASTM , disiapkan 2 x 100 gram tanah kering oven untuk kedalam 1 m dan 3 m.

69 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
BAB II

PELAKSANAAN PERCOBAAN

II.1. Persiapan Percobaan

1. Untuk tiap contoh tanah disiapkan dua buah piknometer yang masing – masing telah diberi
nomor/tanda.
2. Piknometer harus dalam keadan bersih.
3. Contoh tanah dari masing – masing kedalaman harus kering oven, disiapkan.
4. Siapkan air suling.
II.2. Jalannya Percoban

1. Masukkan air suling kedalam piknometer sebanyak 500 ml, catat temperaturnya (TC)
dan keringkan bagian luar piknometer dengan tissue. Kemudian timbang piknometer
beserta air suling didalamnya (Wbw).
2. Timbang evaporadish (Wt of Evaporadish), lalu masukkan contoh tanah kedalam
evaporadish dan ditimbang (Wt of Evaporadish + dry soil) dan perkirakan selalu berat
dry soil 100 gram.
3. Keluarkan air dalam piknometer, kira – kira 2/3 bagian dan dengan bantuan corong masukkan
contoh tanah yang sudah ditimbang tadi kedalam piknometer. Usahakan jangan ada contoh tanah
yang tertinggal pada evaporadish atau menempel pada dinding leher piknometer.

70 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
4. Piknometer lalu diguncang – guncangkan, agar air dan tanah menjadi homogen dan usahakan
agar tidak ada yang melekat pada dinding bagian dalam piknometer dengan jalan
membersihkannya dengan air suling sedikit demi sedikit.
5. Catat kembali temperaturnya.
6. Didihkan piknometer dengan kompor listrik selama 15 menit supaya udara dalam tanah
keluar. Lakukan hal ini sambil menguncang – guncangkan piknometer agar tanah
tercampur dengan air.
7. Setelah mendidih benar, tambahkan lagi air suling sampai pada batas 500 ml, kemudian
dengan bantuan bak pendingin piknometer yang berisi air dan tanah didinginkan.
8. Lakukan pendinginan ini sampai kembali pada temperatur awal.
9. Sesudah sama kembali temperaturnya, keringkan bagian luar piknometer, kemudian
timbang (Wbws).
10. Percobaan selesai dan Gs dapat dihitung.

BAB III

HASIL PERCOBAAN

Sampel 1 untuk kedalaman 1 meter


 ww = 100 gram
 wbws = 741,5 gram
 wbw = 678,7 gram
 ww = ws + wbw - wbws
= 100 + 678,7 – 741.,5
= 37.2 gram
  29C = 0,99598
Ws
 Gs(1) =
Ww
100
= 0,99598
37.2

= 2.677

71 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Sampel 2 untuk kedalaman tanah 1 meter
Diketahui :

 ws = 100 gram
 wbws = 741 gram
 wbw = 678,4 gram
 ww = ws + wbw - wbws
= 100 + 678,4 – 741

= 37,4 gram

 29C = 0,99598
Ws
 Gs(1) = 
Ww
100
 Gs(2) = 0,99598
37,4
= 2.684

Berat jenis rata –rata butiran tanah (Gs) pada kedalaman 1 meter :

2,677  2,684
Gs 
2
 2.681
Gs = 2.681 (tanah lanau tak organik yang banyak mengandung mineral felsfar plagioklas)
2.681 - 2.684
% kesalahan  100  2 %
2.681
0,112  2%

Sampel 3 untuk kedalaman 3 meter


 ws = 100 gram
 wbws = 742,5 gram
 wbw = 679,1 gram
 ww = ws + wbw - wbws
= 100 + 679.1 – 742.5
= 36.6 gram
 29C = 0,99598

72 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Ws
 Gs =
Ww
100
 Gs (3) = 0,99598
36.6
= 2.721

Sampel 4 untuk kedalaman tanah 3 meter


Diketahui :

 ws = 100 gram
 wbws = 692,9 gram
 wbw = 629,8 gram
 ww = ws + wbw - wbws
= 100 + 629,8 – 692,9

= 36,9 gram

 29C = 0,99568
Ws
 Gs =
Ww
100
 Gs (4) = 0,99568
36,9
= 2,698

Berat jenis rata –rata butiran tanah (Gs) pada kedalaman 3 meter :

Gs (3)  Gs (4)
Gs 
2

2,721  2,698

2
 2,709

Gs = 2,709 (tanah lempung organik yang banyak mengandung mineral felsfar plagioklas).

2,709 - 2,698
% kesalahan  100  2%
2,709
0,406  2%

73 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
BAB IV

PENUTUP

IV.1. Kesimpulan

1. Dari hasil percobaan Specific Gravity dapat diketahui contoh tanah dari hasil pengeboran
dengan nilai Gs untuk setiap kedalaman :
 Pada kedalaman 1 meter nilai Gs = 2.681 termasuk jenis tanah lanau tak organik
yang banyak mengandung mineral felsfar plagioklas.
 Pada kedalaman 3 meter nilai Gs = 2,709 termasuk jenis tanah lempung organik yang
banyak mengandung mineral felsfar plagioklas.
2. Dari hasil perhitungan persentase kesalahan diperoleh persentase kesalahan pada
kedalaman 1 meter = 0.112 dan 3 meter = 0,406 tidak melebihi 2.
Hal ini berati bahwa praktikum yang dilakukan dapat berjalan sesuai persyaratan dari
persentase pada kedalaman 1 m dan 3 m tidak melebihi 2 , ini berarti bahwa praktikum
dilakukan berhasil dengan benar.

74 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
IV.2. Faktor Kesalahan
Ketelitian kerja sangat diperlukan untuk mendapatkan hasil yang memuaskan. Tetapi
praktikum yang dilakukan diatas tidak terlepas dari kesalahan – kesalahan yang bersumber
pada :

1. Kekurang telitian pada waktu menimbang contoh tanah.


2. Adanya butiran tanah yang hilang atau tidak masuk kedalam volumetric flash.
3. Kekurang telitian sewaktu memasukkan kembali air suling kedalam volumetric flash
hingga volume air sebanyak 500 ml tidak sama pada keadaan awal.

DAFTAR PUSTAKA

1. Bowles, J.E.; ”Sifat – Sifat Fisis dan Geoteknis Tanah”; Penerbit Erlangga; Jakarta; 1991.
2. Bowles, J.E.; ”Engineering Properties Of Soil and Their Measurrentment”; 2nd Ed.Mc
Graw – Hill Book Company; Penerbit Erlangga; Jakarta.
3. Das,Braja M.; “Mekanika Tanah (Prinsip – Prinsip Rekayasa Geoteknis)”; Jilid 1;
Penerbit Erlangga; Jakarta; 1995.
4. Herlina L, Riana.; ”Pedoman Praktikum Mekanika Tanah 1”; Laboratorium Mekanika
Tanah; Institut Teknologi Indonesia; Serpong; 1999.
5. H.C, “Mekanika Tanah I”, Gramedia, Jakarta.

75 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
MODUL PRAKTIKUM : ATTERBEG LIMIT

TANGGAL PRAKTIKUM : 26 MEI 2015

KELOMPOK/TAHUN : IV(Empat)/2015

PENYUSUN MODUL : M. ILHAM PEBRIANSHAH

ASISTEN PENANGGUNG JAWAB : DWI B.M

LIQUID LIMIT

BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Liquid Limit

76 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Liguid limit merupakan suatu keadaan kadar air dimana untuk nilai-nilai diatasnya

tanah akan berperilaku sebagai cairan kental (campuran tanah – air tanpa kuat geser yang

dapat diukur).

Keadaan cair Keadaan plastis Keadaan semi plastis Keadaan padat

Batas cair Batas plastis Batas penggerutan

(Liquid limit) (Plastic limit) (Shringkage limit)

I.2. Maksud dan Tujuan


Untuk menentukan harga liquid limit / batas cair dari suatu jenis tanah.

Definisi:

1. Liquid limit (batas cair) dalam teori adalah kadar air tanah, pada batas antara keadaan
cair dan keadaan plastis (yaitu: batas atas dari daerah plastis).
2. Liquid limit (batas cair) dalam praktek didapat dengan cara mencari kadar air pada
ketukan ke 25 dialat Casagranda dimana tanah yang digores dengan Groving tool
merapat sepanjang 0,5 inch (kurang lebih 1,25 cm).

1.3. Alat – Alat Yang Digunakan

1. Casagranda
2. Groving tool
3. Mangkuk porselin

77 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
4. Pisau pengaduk / Spatula
5. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram
6. Oven dengan suhu 105c – 110c
7. Air suling
8. Can
I.4. Contoh Yang Digunakan
Digunakan contoh tanah pada kedalaman 1m, disiapkan sebanyak 250 gram
yang lolos saringan No.40 ASTM kering udara.
1.5. Rumus yang di gunakan
 Mencari berat tanah kering:
berat tanah kering = W3 – W1

 Mencari berat air:


berat air =W2 – W3

 Mencari kadar air:


W2  W3
kadar air = x 100 %
W3  W1

dimana: W1 = berat can

W2 = berat can + tanah basah

W3 = berat can + tanah kering

78 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
BAB II
PELAKSANAAN PERCOBAAN

II.1. Persiapan Percobaan


1. Menyiapkan tanah yang lolos saringan No.40 ASTM yang kering udara sebanyak
250 gram.
2. Siapkan dan bersihkan peralatan yang akan digunakan.
3. Alat Casagranda disetel sehingga tinggi jatuh mangkuk setinggi 1 cm.
4. Siapkan air suling secukupnya.

II.2. Jalannya Percobaan


1. Tanah diambil secukupnya, campur dengan air suling dan aduk sampai homogen
didalam mangkuk porselin.

79 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
2. Setelah homogen contoh tanah dioleskan kemangkuk dari alat Casagranda setebal
kurang lebih ½ inch, kemudian diratakan dengan spatula , didalam meratakan
diusahakan tanpa tekanan dan dilakukan berlapis-lapis agar tidak terdapat
gelembung udara.
3. Dibuat celah dengan groving tool dalam arah tegak lurus mangkuk, dilakukan hati-
hati agar tidak terjadi longsoran.
4. Engkol Casagranda diputar dengan kecepatan 2 putaran setiap detik sambil dihitung
jumlah pukulan mangkuknya.
Catatan: langkah ke-4 ini adalah alat Casagranda manual, apabila alat Casagranda
adalah automatis maka langkah ke-4 tidak ada.

5. Lakukan hal tersebut diatas sampai celah tanah merapat selebar kurang lebih ½ inch
saat itu ketukan dihentikan, dan catat jumlah ketukannya. Jumlah ketukan yang
diminta mendekati 15, 20, 30, 40, 50 ketukan. Agar didapat nilai yang mewakili
beberapa keadaan.
6. Jika jumlah ketukan sudah didapat, ambil contoh tanah sedikit, masukkan kedalam
can dan ditimbang.
7. Setelah itu masukkan kedalam oven selama 24 jam, setelah kering oven tanah
ditimbang lagi untuk dicari kadar airnya.

II.3. Hasil Percobaan


Contoh perhitungan (untuk kedalaman 1m dan pada ketukan 15) :
Diketahui:
 Berat can (W1) = 8,5 gram.
 Berat can + tanah basah (W2) = 16.22 gram.
 Berat can + tanah kering (W3) = 13.00 gram.
a. Mencari kadar air (w) :
W2  W3
kadar air = x 100 %
W3  W1

16.22  13.00
=
13.00  8.5

= 71.56 %

80 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
PLASTIC LIMIT
BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Plastic Limit


Plastic limit (batas plastis) dalam teori adalah kadar air pada batas bawah daerah
plastis. Plastisitas merupakan karakteristik yang penting dalam hal tanah berbutir halus.
Istilah plastisitas melukiskan kemampuan tanah untuk berdeformasi pada volume tetap tanpa
terjadi retakan atau remahan. Plastisitas terdapat pada tanah yang memiliki mineral lempung
atau bahan organik, umumnya tanah berbutir halus secara alamiah berada dalam kondisi
plastis.

81 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Menurut definisinya batas plastis adalah kadar air pada batas bawah daerah plastis,
kadar ini ditentukan dengan menggiling tanah pada plat kaca hingga diameter batang yang
dibentuk mencapai 1/8 inch, bilamana tanah mulai menjadi pecah maka kadar air tanah itu
adalah batas plastis.

Selisih antara batas cair dengan batas plastis ialah daerah dimana tanah tersebut
adalah dalam keadaan plastis. Ini disebut Plasticity Index (PI = LL – Pl).

Index plastis suatu tanah dan batas cairnya memberikan satu titik pada suatu
diagram plastisitas, tanah berbutir halus dibagi lagi menjadi tanah-tanah dengan plastisitas
rendah, sedang dan tinggi seperti yang diperlihatkan yaitu:

- Plastisitas rendah LL  35%

- Plastisitas sedang LL 35% - 50%

- Plastisitas tinggi LL  50%

Jika batas plastis dari suatu contoh tanah tidak dapat ditentukan atau jika batas
plastisnya sama atau lebih besar dari batas cairnya, maka tanah tersebut dilaporkan sebagai
non plastis, index plastis biasanya dipakai sebagai salah satu syarat untuk bahan yang akan
dipakai pada pembuatan jalan.

Pembagian antara lempung bukan organik dan lanau bukan organik dilakukan oleh
garis empiris (garis A pada diagaram) yang memiliki persamaan A = Ip 0,73 (LL – 20).
Lempung berada diatas garis dan lanau berada dibawah garis.
Gambar tersebut ditunjukkan dibawah ini.

60

50
Indeks plastisitas

CH garis A
Bagan plastisitas untuk klasifikasi
40 tanah berbutir halus dari tanah
berbutir kasar
30
Batas Atterberg yang digambarkan
dibawah yang diarsir merupakan
20 klasifikasi batas yang membutuhkan

82 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
MH &OH
10
7 CL - ML
4

ML & OL
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Batas cair
Daerah-daerah yang ada dalam grafik adalah sebagai berikut :
- OH = lempung organik dengan plastisitas sedang sampai tinggi.
- MH = lanau tak organik atau pasir halus diatome, lanau elastis.
- OH = lanau organik dan lempung berlanau organik dengan plastisitas rendah.
- ML = lanau tak organik dan pasir sangat halus, serbuk batuan atau pasir halus berlanau
atau berlempung.
- CH = lempung tak organik dengan plastisitas tinggi, lempung gemuk (fat clays).
- CL = lempung tak organik dengan plastisitas rendah sampai sedang, lempung berkerikil,
lempung berpasir, lempung berlanau, lempung kurus (clean clays).

Pengaruh Air
Fase air didalam tanah lempung tidaklah berupa air yang murni secara kimiawi, air
ini menentukan sifat plastisitas lempung. Pada percobaan dilaboratorium untuk batas
Atterberg, ASTM menentukan bahwa air suling harus ditambahkan seperlunya.

I.2. Maksud dan Tujuan


Untuk menentukan nilai plastic limit / batas plastis dari suatu jenis tanah.

Definisi:

1. Plastic limit (batas plastis) dalam teori adalah kadar air pada batas bawah daerah
plastis.
2. Plastic limit dalam praktek ditentukan dengan menggiling tanah diatas plat kaca
sehingga diameter dari batang tanah yang terbentuk karena penggilingan mencapai
diameter 1/8 inch bilamana tanah mulai menjadi retak pada saat diameternya
mencapai 1/8 inch, kadar air yang didapat adalah Plastis.
I.3. Alat Yang Digunakan
1. Mangkuk pengaduk porselin

83 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Fungsi : tempat untuk mengaduk contoh tanah dengan air.

2. Pisau pengaduk (Spatula)


Fungsi : alat untuk mengaduk contoh tanah dengan air dan juga alat untuk
memindahkan sample ke plat kaca.

3. Plat kaca ukuran 25 x 25 cm2


Fungsi : tempat untuk menggulung- gulung sample sampai berbentuk batang

batang tanah.

4. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram


Fungsi : untuk menimbang sample plastic limit dan container.

5. Botol air suling dengan isinya


Fungsi : untuk menyemprotkan sample dengan air suling.

6. Container
Fungsi : untuk menyimpan sample yang telah didapat diameter batang ½ inch.

7. Oven dengan suhu 105c – 110c


Fungsi : untuk mengeringkan sample agar didapat kadar airnya.

I.4. Contoh Tanah Yang Digunakan


Digunakan contoh tanah dari kedalaman 1m dan 3m sebanyak 250 gram lolos
saringan No.40 ASTM, kering udara.

I.5. Rumus Yang Digunakan


 Berat Container : W1
 Berat Container + Tanah Basah : W2
 Berat Container + Tanah Kering : W3
 Berat Air : W2 – W3
 Berat Tanah Kering : W3 – W1
W2  W3
 Kadar Air : x 100%
W3  W1

84 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
BAB II
PELAKSANAAN PERCOBAAN
II.1. Persiapan percobaan
1. Siapkan contoh tanah yang lolos saringan No.40 ASTM kering udara sebanyak 250
gram pada kedalaman 1 dan 3 meter.
2. Siapkan dan bersihkan alat yang akan digunakan.
3. Sediakan air suling secukupnya
II.2. Jalannya Percobaan
1. Contoh tanah dicampur dengan air suling sedikit demi sedikit dan diaduk dengan
spatula diatas mangkuk porselin sampai homogen.
2. Contoh tanah yang benar-benar sudah homogen dibuat bola-bola kecil dan
digulung-gulung diatas plat kaca sampai berbentuk batang-batang tanah dengan
diameter kurang lebih 1/8 inch ( 3 milimeter).

85 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
3. Pada saat dimeter contoh tanah mencapai 1/8 inch, pada contoh tanah mulai timbul
retak-retak halus, dan berarti conyoh tanah bersangkutan telah mencapai batas-batas
plastis.
4. Kemudian contoh tanah dipotong menjadi 3 bagian sama besar, dan masing-masing
bagian dimasukkan kedalam container yang berbeda container langsung ditutup agar
kadar air tanah tidak homogen.
5. Percobaan diatas dilakukan terus sampai jumlah contoh tanah dalam container
minimum 10 gram (satu container berisi kurang lebih 3,5 gr contoh tanah).
6. Setelah didapat jumlah tanah yang diinginkan, maka masing-masing container
ditimbang dan dimasukkan kedalam oven dalam keadaan terbuka selama kurang
lebih 24 jam.
7. Setelah 24 jam container dan contoh tanah ditimbang lagi untuk dicari kadar airnya.

II.3. Hasil percobaan


Contoh perhitungan (untuk kedalaman 3m pada tanah bagian atas) :

Diketahui:

 Berat container (W1) = 11,59 gram


 Berat container + tanah basah (W2) = 15,09 gram
 Berat container + tanah kering (W3) = 13,77 gram
a. Mencari kadar air (w) :
W2  W3
kadar air = x 100 %
W3  W1

15.09  13.77
= x 100%
13.77  11.59

= 60,55 %

86 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Untuk perhitungan contoh tanah selanjutnya sama seperti diatas

(Data dan hasil perhitungan terlampir)

b. Mencari Index Plastisitas (Ip) :


Pada kedalaman 3m diketahui:

Batas cair (LL) = 78,00 %

Batas plastis (PL) = 70,03 %

Maka index plastisitasnya adalah :

Ip = LL –PL

= 78,00 % – 70,03 %

= 7,97 %

Untuk perhitugan selanjutnya sama seperti diatas

(Data dan hasil perhitungan terlampir).

SHRINGKAGE LIMIT
BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Shringkage Limit


Suatu tanah akan menyusut apabila air yang dikandungnya secara perlahan-lahan
hilang dalam tanah. Dengan hilangnya air secara terus-menerus, tanah akan mencapai
suatu keseimbangan dimana penambahan kehilangan air tidak akan menyebabkan
perubahan volume. Kadar air dinyatakan dalam persen (%), dimana perubahan volume
suatu massa tanah berhenti didefinisikan sebagai batas susut (shringkage limit)
Pada sebagian tanah kohesif, pengeringan telah mengubah struktur tanah, sama
seperti apabila beban yang berat telah bekerja pada tanah tersebut dan kemudian
mengalami erosi.

87 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
1.2. Maksud dan Tujuan
Maksud dari shringkage limit.

Shringkage limit adalah batas antara keadaan semi plastis dan baku (solid).

Tujuan dari praktikum shringkage limit.

1. untuk mengetahui batas-batas penyusutan dari suatu jenis tanah, yaitu besarnya
kadar air batas pada tanah bila dikurangi kadar airnya, tanah tidak akan
mengalami perubahan volume.
2. agar praktikan dapat lebih mengerti mengenai pelaksaaan jalannya percobaan.
I.3 Alat – Alat Yang Digunakan
1. Alat Casagranda
2. Groving tool
3. Spatula
4. Mangkuk porselin
5. Air suling
6. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram
7. Oven dengan suhu 105c – 110c
8. Coated Dish
9. Air raksa
10. Plat kaca berkaki tiga dan shringkage dish
11. Vaselin
I.4. Contoh Yang Digunakan
Digunakan contoh tanah pada kedalaman 1m dan 3m, masing-masing disiapkan
sebanyak 250 gram lolos saringan No.40 ASTM, kering udara.

I.5. Rumus – Rumus Yang digunakan


a. kadar air (w) :
Berat air
w = x 100 %
Berat tana h kering

b. Shringkage Limit (SL) :


SL =w-L

88 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Vw - Vd' x w
X = x 100 %
Wd
dimana:
Vw = volume tanah basah
Vd = volume tanah kering
W = berat tanah kering
W = berat jenis air (w = 1,00)
c. Shringkage Ratio (Sr):
Wd
Sr =
Vd

BAB II
PELAKSANAAN PERCOBAAN

II.1. Persiapan Percobaan


1. Menyiapkan tanah yang lolos saringan No.40 ASTM yang kering udara sebanyak 250
gram
2. Siapkan dan bersihkan peralatan yang akan digunakan.
3. Alat Casagranda distel sehingga tinggi jatuhan mangkuk setinggi 1 cm.
4. Siapkan air suling secukupnya.

II.2. Jalannya Percobaan


1. Coated dish diberi / diolesi vaselin lalu ditimbang.
2. Contoh tanah dicampur dengan air suling pada mangkuk porselin dan aduk dengan
spatula hingga homogen.

89 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
3. Contoh tanah dibuat dalam keadaan jenuh air atau antara 5 sampai 10 ketukan pada
alat Casagranda (dalam percobaan ini diambil yang ketukannya 6, 7, 8, 9).
4. Oleskan contoh tanah yang sudah tercampur air pada mangkuk Casagranda setebal
kurang lebih 1 cm dan buatlah celah dengan alat Groving tool.
5. Alat Casagranda diputar dengan kecepatan 2 putaran / detik dengan konstan, sehingga
terjadi longsoran pada celah sepanjang 0,5 inch, dengan jumlah ketukan seperti
langkah 3.
Catatan: langkah ke-5 ini adalah alat Casagranda manual, apabila alat Casagranda
adalah automatis maka langkah ke-5 tidak ada.

6. Setelah didapat jumlah ketukan yang diinginkan, kemudian contoh tanah dimasukkan
kedalam coated dish, agar tidak terdapat gelembung-gelembung udara (agar padat)
coated dish tersebut diketuk-ketukkan dan masukkan contoh tanah selapis demi
selapis.
7. Coated dish yang telah berisi tanah tadi ditimbang dan dibiarkan kering udara selama
kurang lebih 18 jam, agar tanah tidak terjadi keretakan karena pemanasan tiba-tiba.
8. Setelah 18 jam, coated dish dimasukkan kedalam oven selama 24 jam.
9. Setelah kering dikeluarkan dari oven, coated dish + tanah kering ditimbang dan
kemudian dihitung volume tanah basah dan volume tanah kering.

10. Menghitung volume tanah basah.


- volume tanah basah sama dengan volume coated dish.
- masukkan air raksa sampai penuh kedalam coated dish.
- ratakan permukaan air raksa sampai plat kaca, diusahakan agar tidak ada
gelembung-gelembung udara.
- volume tanah basah = volume tanah kering
Berat air raksa
=
BJ air raksa
*) BJ air raksa: 13,53 gr/cm3
11. Menghitung volume tanah kering berdasarkan hukum Archimedes, yaitu volume
benda yang dimasukkan kedalam zat cair sama dengan volume zat cair yang
dipindahkan benda itu.
Syarat – syarat zat cair yang boleh digunakan:

90 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
- zat cair yang tidak boleh terserap oleh gaya kapiler kedalam pori-pori tanah.
- zat cair tidak membasahi dinding gelas maupun porselin.
(Kedua syarat itu dipenuhi oleh air raksa)
Cara menghitung volume tanah kering:
- shringkage dish diisi air raksa, dan diratakan dengan plat kaca lalu ditimbang
(G1).
- kedalam shringkage dish yang berisi air raksa dimasukkan contoh-contoh tanah
kering dan ditekan dengan plat kaca berkaki tiga sehingga ada air raksa yang
tumpah.
- kemudian contoh tanah kering dikeluarakan dan shringkage dish ditimbang lagi
(G2).
* Berat air raksa yang tumpah = G1 – G2
- volume tanah kering = volume air raksa yang tumpah
G1 - G 2
=
BJ air raksa

II.3. Hasil Percobaan


Contoh perhitungan (untuk kedalaman 1m dengan ketukan ke-6)

Diketahui : berat coated dish (W1) = 15,68 gr

berat coated dish + tanah basah (W2) = 42,9 gr

berat coated dish + tanah kering (W3) = 30,04 gr

berat air = 19,16 gr.

berat tanah basah (Ww) = 27,22 gr

berat tanah kering (Wd) = 14,36 gr

berat coated dish + air raksa = 259,9 gr

91 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
berat air raksa = 244,22 gr

isi tanah basah (Vw) = 18,05 gr

berat shringkage dish + air raksa = 411,4 gr

(setelah contoh tanah terendam air raksa)

berat air raksa yang tumpah = 144,7 gr

isi tanah kering (Vd) = 10,69 gr

a. Mencari kadar air (w) :


W2  W3
kadar air = x 100 %
W3  W1

42.9  30.04
= x 100 %
30.04  15.68

= 89,55 %

(Ww - Wd) (Vw - Vd)


batas susut =
5
12.86 x 7.46
=
5
= 19.19
Wd
rata-rata susut =
Vd
14.36
=
10.69
= 1.34
Untuk perhitungan selanjutnya sama seperti diatas
(data dan hasil perhitungan terlampir)

92 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
BAB III
ANALISA BATAS BATAS ATTERBERG

Pada kedalaman 1M dengan hasil batas cair (LL) = 76,00 % dan batas plastis (Pl) = 59,74 %
maka Indeks Plastis (Ip) = LL – Pl = 16,26 %. Dan pada kedalaman 3 M denagn batas cair (Ll) = 78,00 %
dan batas plastis (Pl) = 70,03 didapat indeks plastis (Ip) = 7,79 , maka dengan melihat data Ll dan Pl
pada bagan plastisitas, kita temukan jenis tanah OH. Pada bagan Klasifikasi Tanah Sistem Unified
pada gambar 4-1, tanah dengan simbol kelompok OH merupakan tanah lempung organik dengan
plastisitas sedang sampai tinggi. Sedangkan untuk sistem klasifikasi AASHTO pada gambar 4-2, maka
tanah tersebut masuk dalam subkelompok A- 7- 5, tanah ini termasuk dalam tanah berlempung yang
mempunyai tingkatan umum sebagai tanah dasar adalah sedang sampai buruk.

70
60
ks plastisitas, Ip

93 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
50
CH 40
0 10 20 30 40 50CL 60 70 80 90 100 30
20
MH & OH
10
ML & OL 0

Batas cair, %

100
Indeks Plastisitas, Ip
0 10 20 30 40 50 60 70
90

80
SUBKELOMPOK Ket:

70 A-7-5 A - Line
Ip = wL - 30
Batas Cair, wL

60 A-7-6 SUBKELOMPOK
A-5
A-7
50
40

30 A-4
A-6

10

94 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
BAB IV

PENUTUP

IV.1. Kesimpulan

1. Dari hasil percobaan Liquid limit diperoleh rata-rata kadar air (W %) sebesar 76,00 % pada
kedalaman 1m dan 78,00 % pada kedalamam 3m.
2. Pada kedalaman 1m kadar air yang dikandung lebih kecil dibandingkan kedalaman 3m.
3. Dan nilai plastik limitnya sebesar 70,03% pada kedalam 1m dan 59,74% pada kedalam 3m.
4. Jenis tanah yang didapat termasuk tanah lanau berplastisitas tinggi baik itu pada kedalam
1m dan 3m.
5. Sedang batas–batas susut yang didapat pada praktikum adalah sebagai berikut ini:
Kedalaman 1 m = 75,05%

Kedalaman 3 m = 90,35%

95 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
6. Apabila batas susut semakin kecil tanah akan lebih mudah mengalami perubahan volume
dan semakin sedikit air yang dibutuhkan untuk dapat mengubah volume tanah.
7. Berdasarkan analisa batas–batas Atterberg maka tanah pada kedalaman 1 meter dan 3
meter , menurut ketentuan sistem klasifikasi Unified termasuk golongan OH dan MH dan
menurut sistem klasifikasi AASHTO maka tanah tersebut termasuk kedalam golongan
kelompok A – 7 – 5 yang berarti bahwa tanah termasuk jenis lempung organik dengan
plastisitas sedang sampai tinggi dan lanau tak organik .

IV.2. Sumber – Sumber Kesalahan


Kesalahan-kesalahan yang dapat terjadi dalam percobaan ini dapat disebabkan oleh
beberapa faktor, yaitu:
1. Faktor kesalahan manusia.

- kurang teliti dalam menimbang contoh tanah.


- mengaduk contoh tanah dengan air tidak rata sehingga tanah tidak homogen.
- mangkuk Casagranda yang telah dipakai untuk contoh sebelumnya tidak benar-benar
dibersihkan, karena contoh tanah yang baru nantinya akan diletakkan dimangkuk
Casagaranda tersebut.
2. Faktor kesalahan alat

- alat yang tidak dirawat atau sudah tua dapat mengakibatkan ketelitiannya berkurang.
- terlalu sensitifnya timbangan dengan ketelitian 0,01 gr sehingga sewaktu menimbang
contoh tanah angka digital timbangan tidak menunjukkan nol.

96 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
DAFTAR PUSTAKA

1. Ir. Riana H. Pranowo L dan Ir. Rahmat Setiadi ”Pedoman Praktikum Mekanika Tanah
(bagian 1)”, Laboratorium Mekanika Tanah FSP – ITI, Serpong 2000.

97 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
MODUL PRAKTIKUM : COMPACTION

TANGGAL PRAKTIKUM : 26 MEI 2015

KELOMPOK/TAHUN : IV(Empat)/2015

PENYUSUN MODUL : M.ILHAM PEBRIANSHAH

ASISTEN PENANGGUNG JAWAB : DWI.B.M

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Compaction
Dalam pengertian teknik secara umum, tanah didefinisikan sebagai material
yang terdiri dari agaregat (butiran) mineral-mineral padat yang tersementasi (terikat
secara kimia) satu sama lain dan dari bahan-bahan organik yang telah melapuk dan

98 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
disertai dengan zat dan gas yang mengisi ruang-ruang kosong diantara partikel-
partikel.
Tanah secara umum terdiri dari tiga bahan, yaitu butiran tanahnya sendiri, air
dan udara yang terdapat dalam ruangan antara butir-butir tersebut, ruang ini disebut
pori (voids) dan apabila tanah sudah benar-benar kering, maka tidak ada air sama
sekali dalam porinya. Keadaan ini semakin jarang ditemukan pada tanah dilapangan.
Sebaliknya sering ditemukan dalam keadaan dimana pori tanah tidak mengandung
udara sama sekali, jadi pori tersebut mengandung air. Dalam hal ini tanah dikatakan
jenuh ( fully saturated ). Tanah ini hampir selalu terdapat dibawah muka air.
Dengan mengetahui sifat-sifat tersebut diatas, maka dengan mudah kita dapat
mengatasi segala kemungkinan yang akan terjadi. Misalnya dalam pembuatan
timbunan tanah untuk jalan raya dan struktur teknik lainnya. Tanah yang lepas
(renggang) haruslah dipadatkan untuk meningkatakan kekuatan tanah, sehingga
dengan demikian meningkatkan daya dukung tanah terhadap pondasi diatasnya.
Pemadatan dapat dilakukan dengan cara mekanis. Cara mekanis yang
digunakan untuk memadatkan tanah bermacam-macam. Di lapangan biasanya dipakai
dengan cara menggilas sedangkan di laboraturium dipakai cara memukul
(menjatuhkan beban) cara percobaan Compaction ini ada dua macam:
1. Standart Compaction Test (SCT)
Dalam percobaan ini tanah dipadatkan didalam suatu cetakan (mold) yang
isinya 1/30 feet² ( 0,9434 cm ³ ), dengan memakai alat pemukul seberat
5,5 lbs ( 2,495 kg ) yang dijatuhkan 12 inchi ( 0,3048 m ). Cetakan diisi dengan
tiga lapisan dan setiap lapisan dipadatkan dengan 25 pukulan dari alat pemukul
tersebut.

Setelah diisi permukaan tanah dibuat rata dengan memakai pisau dan plat baja
lurus. Cetakan serta isinya kemudian ditimbang sehingga berat isi tanah
diketahui. Tanah segera dikeluarkan lagi dari cetakan dan diambil sebagai untuk
menentukan kadar airnya.

Percobaan ini diulang beberapa kali (enam sampai delapan) dengan kadar air
yang berbeda sehingga dapat dibuat grafik berat isi terhadap kadar air.

2. Modified Compaction Test (MCT)

99 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Cara melakukan percobaan ini tidak banyak berbeda dengan cara melakukan
percobaan standart. Cetakan yang dipakai sama dan banyaknya pukulan pada
setiap lapisan juga sama. Tetapi disini berat alat pemukul lebih besar, yaitu 10
lbs( 4,536kg ) dan tinggi jatuhnya 18 inchi ( 0,4572 m ).
Pada percobaan ini tanah dipadatkan dalam lima lapisan, bukan tiga lapisan
seperti pada percobaan standart.

Dalam percobaan ini digunakan Modified Compaction Test (MCT) dengan


mold berdiameter 6 inchi ( 0,1524 m ).

Tabel I. 1. Perbedaan metode percobaan Compaction antara SCT dan MCT.

KETERANGAN SCT MCT

Berat 5,5 lbs/2,494 kg 10 lbs/4,536 kg

Tinggi jatuhan 12 inchi/ 0,3048 m 18 inchi/0,4572 m

Jumlah lapisan 3 lapisan 5 lapisan

Diameter Mold 4 inchi (25 pukulan) 4 inchi (25 pukulan)

6 inchi (56 pukulan) 6 inchi (56 pukulan)

Bilamana suatu tanah dengan kadar air rendah, maka tanah tersebut akan sukar
dipadatkan. Bilamana tanah kadar air ditambah, maka itu akan berlaku sebagai pelumas

100 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
sehingga tanah itu akan mudah dipadatkan dan ruangan kosong antara butiran akan menjadi
lebih kecil. Pada kadar air yang lebih tinggi lagi, kepadatan akan turun lagi karena pori-pori
tanah menjadi penuh terisi air yang tidak dapat dikeluarkan dengan cara pemadatan.

Zero Air Voids Line (ZAV) atau garis derajat kejenuhan 100% adalah hubungan
teoritis atara berat isi kering dan kadar air bilaman derajat kejenuhan adalah 100%, yaitu bila
pori tanah sama sekali tidak mengandung udara.

Gs  w
ZAV =
1  ( Kas  Gs)

Dimana :

Gs : Spesific Gravity

Kas : Kadar air sebenarnya ( % )

w : Berat isi air ( 1,0 gr/cm³ )

Zero Air Voids Line ini berguna sebagai petunjuk pada waktu digambarkan grafik
hasil percobaan pemadatan. Garis pemadatan tidak boleh memotong Zero Air Voids Line ini
karena apabila berpotongan maka tanah yang akan dipadatkan sudah menjadi jenuh dan akan
sulit untuk dipadatkan berarti praktikum yang telah dilakukan salah. Pada harga kadar air
yang tinggi semestinya menjadi sejajar dengan garis tersebut

I.2. Maksud dan Tujuan


Maksud dari Compaction adalah suatu proses dimana udara pada pori-pori tanah
dikeluarkan dengan cara mekanis/pemadatan.

Tujuan dari praktikum Compaction ini adalah untuk menentukan kadar air optimum
dimana suatu tanah dengan suatu pemadatan tertentu memiliki berat jenis yang terbesar (dry).
Sedangkan tujuan umum dari Compaction adalah:

1. Mempertinggi kekuatan tanah.


2. Memperkecil Compressibility
3. Memperkecil pemeability
4. Memperkecil Shringkage

101 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
I. 3. Alat-alat dan bahan yang dipergunakan
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum adalah sebagai berikut:

1. Mold, sebagai tempat pemadatan tanah, diameter 6 inchi.


2. Hammer dengan berat 10 lbs, sebagai alat pemadat.
3. Timbangan dengan keetelitian 0,01 gram, untuk menimbang contoh tanah dalam
menentukan kadar air.
4. Extruder, untuk mengeluarkan tanah dalam mold.
5. Jangka sorong, untuk mengukur diameter dan tinggi mold dalam menentukan volume
mold.
6. Plat baja dengan sebelah sisi tajam, untuk meratakan tanah yang telah di padatkan.
7. Gelas ukur, untuk mengukur kebutuhan air.
8. Talam-talam, untuk tempat mencampur tanah dengan air.
9. Can, untuk menimbang sampel tanah.

I. 4. Contoh tanah yang digunakan


6 (enam) sampel tanah permukaan masing-masing 5000 gram lolos saringan no. 4
ASTM dengan ketentuan kadar air 27,5%; 30%; 32,5%; 35%; 37,5%; dan 40%.

1.5. Rumus-rumus yang digunakan

 Menentukan kadar air awal

Ww
Ka =  100%
Ws

Dimana :

Ka : Kadar air ( % )

Ww : Berat air ( gr )

Ws : Berat tanah kering ( gr )

 Menentukan berat air

Ww = Wtanah basah – Wtanah kering

102 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Dimana :

Wtanah basah = Wtanah basah + Wcan - Wcan

W tanah kering = Wtanah kering + Wcan - Wcan

 Menentukan banyaknya penambahan air

Kar  Kaa
PA =  1,02  5000
1  Kaa

Dimana :

PA : Penambahan air yang diperlukan ( ml atau gr )

Kar : Kadar air rencana/perkiraan kadar air ( % )

Kaa : Kadar air awal ( % )

1,02 : Ketetapan untuk faktor koreksi penguapan air

5000 : Berat sampel tanah ( gr )

 Menentukan berat isi basah ( wett )

Wtm
wett =
Vw

Wtm = Wtanah + mold - Wmold

Vmold =¼d²t

Dimana :

wett : Berat isi basah ( gr/cm³ )

Wtm : Berat tanah dalam mold ( gr )

Vm : Volume mold ( cm³ )

 Menentukan berat isi kering ( dry )

103 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
wett
dry =
1  Kas

Dimana :

dry : Berat isi kering ( gr/cm³ )

wett : Berat isi basah ( gr/cm³ )

Kas : Kadar air sebenarnya ( % )

BAB II
PELAKSANAAN PERCOBAAN
II. 1. Persiapan Percobaan
1. Siapkan 6 sampel @ 5000 gram lolos saringan No. 4 ASTM dan dicari kadar airnya
masing-masing sampel tanah sebagai kadar air awal.
2. Tambahakan air sesuai dengan perhitungan penambahan air pada masing-masing
sampel tanah sesuai dengan kadar air rencana/perkiraan kadar air yang diminta.
3. Tiap sampel tanah diaduk sampai rata dengan cara tanah ditaruh diatas talam
kemudian diaduk dengan tangan sambil dicampur dengan air sedikit demi sedikit
sehingga air meresap sampai kedalam tanah dengan merata.
4. Sampel tanah yang sudah diaduk merata dihitung kembali kadar airnya sebagai
pemeriksaan kadar air rencana yang diminta.
5. Sampel tanah diperam dalam plastik selama ± 24 jam agar kadar air benar-benar.
II. 2. Jalannya Percobaan
1. Timbang berat mold.
2. Ukur diameter dan tinggi mold untuk mendapatkan volume mold.
3. Siapkan peralatan mold dan beri oli agar tanah tidak melekat dan mudah dikeluarkan.

104 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
4. Tuangkan tanah ke dalam mold dan ditumbuk 56 kali secara merata ke seluruh
permukaan mold sehingga mendapatkan tinggi lapisan pada 1/5 tinggi mold pada saat
padat.
5. Lakukan sampai lima kali dimana untuk lapisan terakhir dibantu dengan memasang
kolar.
6. Jika tanah sudah sampai pada lapisan kelima, kolar dibuka kembali dan tanah tidak
boleh kurang dari tinggi mold agar didapat volume tanah sama dengan volume mold.
Jika tinggi tanah melebihi tinggi mold, tanah diratakan dengan plat baja.
7. Setelah tanah rata dengan mold, dikeluarkan dengan Extruder.
8. Contoh tanah diambil pada bagian atas, tengan dan bawah untuk dicari kadar air rata-
ratanya, sebagai kadar air sebenarnya.
9. Percobaan ini dilakukan sebanayak 6 sampel tanah sesuai dengan kadar air yang
sudah ditentukan yaitu: 27,5%; 30%; 32,5%; 35%; 37,5%; dan 40%. Maksud dari
percobaan sebanyak 6 sampel ini adalah untuk mendapatkan 6 buah titik yang dapat
menggambarkan kurva hubungan antara dry dengan kadar air sebenarnya tersebut.

BAB III

HASIL PERCOBAAN

III. 1. 1. Data untuk mencari kadar air awal

NO. Wcan (gr) WTanah basah + Wcan (gr) W Tanah kering + Wcan (gr)

A 9,75 40,40 34,30

B 8,00 39,54 33,31

C 9,99 19,86 18,19

D 10,20 38,64 33,56

105 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
III. 1. 2. Data Hasil Percobaan

 MOLD I (Ganjil)

Berat : 3380 gram

Diameter : 15,25 cm (Kolar)

: 15,28 cm (Mold)

Tinggi : 20,21 cm

 MOLD II (Genap)

Berat : 3576 gram

Diameter : 15,28 cm (Kolar)

: 15,26 cm (Mold)

Tinggi : 22 cm

NO. Wcan (gr) WTanah basah + Wcan (gr) W Tanah kerin,g + Wcan (gr)

A1 8,35 29,93 19,21

A2 8,76 28,10 17,41

B1 10 51,54 39,76

B2 9,42 39,26 28,10

C1 9,91 37,82 26,71

C2 9,97 37,24 26,19

D1 8,72 37,14 36,01

D2 9,62 46,43 34,82

106 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
III. 2. Contoh Perhitungan

III. 2. 1. Menentukan kadar air awal ( Kaa )

 No. contoh tanah A/No. can : A

Wtanah basah = Wtanah basah + Wcan - Wcan

= 40,40 – 9,75

= 30,65 gram

Wtanah kering = Wtanah kering + Wcan - Wcan

= 34,30 – 9,75

= 24,55 gram

Ww = Wtanah basah – Wtanah kering

= 30,65 – 24,55

= 6,1 gram

Ww
Kaa A =  100%
Ws

6,1
=  100% = 24,85 %
24,55

 No. contoh tanah A/No. can : B

Wtanah basah = Wtanah basah + Wcan - Wcan

= 39,54 – 8.0

= 31,54 gram

107 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Wtanah kering = Wtanah kering + Wcan - Wcan

= 33,31 – 8,0

= 25,31 gram

Ww = Wtanah basah – Wtanah kering

= 31,54 – 25,31

= 6,23 gram

Ww
Kaa B =  100%
Ws

6,23
=  100% = 24,62 %
25,31

Perhitungan selanjutnya sama dengan diatas, didapat sampel :

C = 20,36 % ; D = 21,75 %

III. 2. 2. Menentukan Penambahan air ( PA )

 No. contoh tanah : A

Kadar air rencana ( Kar ) = 27,5 %

Kadar air awal ( Kaa ) = 20,36 %

Kar  Kaa
PAB =  1,02  5000
1  Kaa

0,275  0,2036
=  1,02  5000
1  0,2036

= 302,54 cc ~ 303 cc

 No. contoh tanah : B

Kadar air rencana ( Kar ) = 30 %

108 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Kadar air awal ( Kaa ) = 21.75 %

Kar  Kaa
PAC =  1,02  5000
1  Kaa

0,30  0,2175
=  1,02  5000
1  0,2175

= 345,6 cc ~ 346 cc

 No. contoh tanah : C

Kadar air rencana ( Kar ) = 32,5 %

Kadar air awal ( Kaa ) = 22,33 %

Kar  Kaa
PAD =  1,02  5000
1  Kaa

0,325  0,2233
=  1,02  5000
1  0,2233

= 423,99 cc ~ 424 cc

 No. contoh tanah : D

Kadar air rencana ( Kar ) = 35 %

Kadar air awal ( Kaa ) = 24,12 %

Kar  Kaa
PAE =  1,02  5000
1  Kaa

0,35  0,2412
=  1,02  5000
1  0,2412

= 477,1 cc ~ 477 cc

III. 2. 3. Menentukan kadar air sebenarnya ( Kas )

 No. contoh tanah A/No. can : A1

109 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Wtanah basah = Wtanah basah + Wcan - Wcan

= 16,78 – 10,18

= 6,6 gram

Wtanah kering = Wtanah kering + Wcan - Wcan

= 15,35 – 10,18

= 5,17 gram

Ww = Wtanah basah – Wtanah kering

= 6,6 – 5,17

= 1,43 gram

Ww
Kaa A1 =  100%
Ws

1,43
=  100%
5,17

= 27,66 %

 No. contoh tanah A/No. can : A2

Wtanah basah = Wtanah basah + Wcan - Wcan

= 17,11 – 8,83

= 8,28 gram

Wtanah kering = Wtanah kering + Wcan - Wcan

= 15,33 – 8,83

= 6,5 gram

Ww = Wtanah basah – Wtanah kering

110 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
= 8,28 – 6,5

= 1,78 gram

Ww
Kaa A2 =  100%
Ws

1,78
=  100%
6,5

= 27,38 %

27,66%  27,38%  27,51%


Jadi Kaa rata-rata A =
3

= 27,52 %

Perhitungan selanjutnya sama dengan diatas, didapat sampel :

B = 30,08 %; C = 32,56 %; D = 34,73 %.

III. 2. 4. Menentukan berat isi basah ( wett ) dan berat isi kering ( dry )

 Contoh tanah A ( mold I )

Vm =¼d²t

= ¼  ( 15,28 ) ² ( 20,21 )

= 3704,1 cm³

Wtanah + mold = 7946 gr

Wmold = 3380 gr

Wtm = Wtanah + mold - Wmold

= 7946 – 3380 = 4566 gr

111 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Wtm
wett =
Vm

4566
= = 1,233 gr/cm³
3704,1

wett
dry =
1  Kas

1,233
= = 0,967 gr/cm³
1  0,2752

 Contoh tanah B ( mold II )

Vm =¼d²t

= ¼  ( 15,28 ) ² ( 22 )

= 4032,2 cm³

Wtanah + mold = 8409 gr

Wmold = 3576 gr

Wtm = Wtanah + mold - Wmold

= 8409 – 3576 = 4833 gr

Wtm
wett =
Vm

4833
= = 1,199 gr/cm³
4032,2

wett
dry =
1  Kas

1,199
= = 0,922 gr/cm³
1  0,3008

112 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
 Contoh tanah C ( mold I )

Vm =¼d²t

= ¼  ( 15,28 ) ² ( 20,21 )

= 3704,1 cm³

Wtanah + mold = 8411 gr

Wmold = 3380 gr

Wtm = Wtanah + mold - Wmold

= 8411 – 3380 = 5031 gr

Wtm
wett =
Vm

5031
= = 1,358 gr/cm³
3704,1

wett
dry =
1  Kas

1,358
= = 1,024 gr/cm³
1  0,3256

 Contoh tanah D ( mold II )

Vm =¼d²t

= ¼  ( 15,28 ) ² ( 22 )

= 4032,2 cm³

Wtanah + mold = 8436 gr

113 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Wmold = 3576 gr

Wtm = Wtanah + mold - Wmold

= 8432 – 3576

= 4856 gr

Wtm
wett =
Vm

4856
= = 1,204 gr/cm³
4032,2

wett
dry =
1  Kas

1,204
= = 0,894 gr/cm
1  0,3473

III. 2. 5. Menghitung Zero Air Voids Line

Gs  w
ZAV =
1  ( Kas  Gs)

Diketahui:

Spesific gravity (GS), kedalaman 1 m = 2,62

Spesific gravity (GS), kedalaman 3 m = 2,70 +

Jadi Gs rata-rata = 5,32/2

= 2,66

Berat jenis air ( w ) = 1,0 gr/cm³

Penyelesaian:

114 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
2,66  1,0
ZAV tanah A = = 1,536
1  (0,2752  2,66)

2,66  1,0
ZAV tanah B = = 1,478
1  (0,3008  2,66)

2,66  1,0
ZAV tanah C = = 1,425
1  (0,3256  2,66)

2,66  1,0
ZAV tanah D = = 1,383
1  (0,3473  2,66)

BAB IV
PENUTUP
IV. Kesimpulan
1. Dari grafik hasil percobaan Compaction didapat kadar air optimum (OMC) 32,56 %
dan berat isi kering ( dry ) maksimum 1,024 gr/cm³.
2. Dari pelaksanaan percobaan didapat berat isi basah maksimum (wett ) 1,366 gr/cm³.
3. Untuk membuat grafik diperlukan lebih dari 6 sampel dengan kadar air yang berbeda
agar hasil dari grafik tersebut lebih baik.
4. Dari grafik percobaan Compaction didapat bahwa garis Zero Air Voids Line (ZAV)
tidak memotong garis pada grafik hubungan antara kadar air optimum (OMC) dengan
berat isi kering ( dry ).

115 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
DAFTAR PUSTAKA

Herlina, Riana. Ir ; “ Pedoman Praktikum Mekanika Tanah (bagian I )” ; Laboraturium


Mekanika Tanah ; Institut Teknologi Indonesia, Serpong, 2000.

116 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Penanggung Jawab Modul : Mokhamad Fahri

Judul Praktikum : Direct Shear

Kelompok / Tahun : IV/2015

Tanggal Praktikum : 25 Mei 2015

Asisten : Dwi B.M

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Maksud dan Tujuan


Maksud dari praktikum ini adalah menghitung kohesi tanah (c) dan sudut tegangan
tanah maksimum (ϕ) berdasarkan hokum Coulomb.

I.2 Dasar Teori

117 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Dengan alat geser langsung, kekuatan geser dapat diukur secara langsung. Sample
tanah dipakai pada unit Direct Shear kemudian dibelikan tegangan vertical (yaitu tegangan
normal ) yang konstan. kemudian contoh diberikan tegangan geser samapi tercapai nilai
maksimum. Tegangan geser ini diberikan dengan mengatur kecepatan bergerak (Strain rate)
yang konstan dan perlahan sehingga tegangan air pori selalu tetap nol. Untuk mendapatkan c
atau ϕ perlu dilakukan beberapa percobaan dengan memberikan nilai tegangan normal yang
berbeda.

I.3 Rumus yang digunakan


Menghitung Tegangan normal
𝑷𝒏
σn = 𝑭

Dimana :

σn : Tegangan Normal

Pn : Beban Normal

: Berat Bola + Penutup + Beban

F : Luas contoh tanah

Menghitung gaya geser f dengan jalan mengalikan pembacaan extensiometer dengan

angka kalibrasi proving ring dan kemudian dihitung tegangan geser maksimumnya.
𝒇
τ =
𝑭

Dimana :

τ : Tegangan geser

118 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
f : Gaya geser

: Pembacaan dari dial x ke kalibrasi

F : Luas contoh tanah.

I.4 Alat – alat yang Dipakai


1. Satu unit alat Direct Shear yang terdiri dari :
A. Stang penekan dan pemberi beban.
B. Penggeser untuk tanah dengan proving ring no. 13704 dan extensiometer.
C. Cincin percobaan yang terbagi 2 (dua) dan penguncinya.
D. Plat pembeban.
2. Beban dari besi.
3. Stop Watch.
4. Timbangan dengan ketelitian 0.1 gram.
5. Jangka sorong
6. Alat pengaduk (Spatula)
7. Can

119 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
BAB II
PERCOBAAN

II.1 Persiapan Percobaan

1. Sediakan pasir secukupnya dan bersihkan dari kotoran yang ada (tidak dicuci).
2. Ukur diameter shear box tiga kali, untuk mendapatkan luas bidang shear box.
3. Penutup shear box dan bola logam penahan beban ditimbang.

II.2 Jalannya Percobaan

1. Pasir yang telah dibersihkan, dimasukkan kedalam shear box (terlebih dahulu
shear box dikunci agar tidak dapat bergerak).
2. Permukaan pair diratakan, kemudian ditutup dengan batu pori. Arah serat
penutup harus tegak lurus dengan gaya geser yang diberikan agar pasir tidak

120 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
tergelincir, sebab hal ini akan mmpengaruhi besarnya tegangan yang akan
terjadi.
3. Extensiometer dan force dial dipersiapkan (yaitu jarum penunjuk dinol kan)
4. Beban 5 kg diletakkan pada alat penggantung, kunci shear box dibuka,
kemudian percobaan dapat dimulai.
Beban tersebut akan memberikan tegangan normal (σ n) sedangkan kecepatan
gaya geser harus konstan. Kecepatan gaya geser = 1mm/menit
5. Pada detik-detik 15, 30, 45, 50,… dan seterusnya, dilakukan pembacaan load
dial dan dicatat.
6. Bila saat pembacaan load dial menjadi konstan lalu menurun, percobaan ini
dapat dihentikkan. Pasir dianggap telah mengalami keruntuhan.
7. Pasir yang ada dalam shear box dikeluarkan. Timban beratnya kemudian di
masukkan kedalam oven selama 24 jam, untuk mengetahui kadar airnya.
8. Percobaan dilanjutkan dengan mengubah besi pembebanan normal dengan 10
kg, 15 kg, 20 kg, 25 kg, 30 kg. Untuk mendapatkan titik-titik lain pada grafik
setara tegangan normal (σ n) dengan tegangan geser (τ).
9. Catat Kalibrasi alat.

BAB III
HASIL PERCOBAAN
III.1 Data Percobaan

D shear box cm 6.478


Berat pentup kg 0.53

III.2 Perhitungan

A. Data pembacaan load dial

Waktu Beban (kg)


(detik) 5 10

121 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
0 0 0
15
30
45
60 (1 menit) 6 14
75
90
105
120 (2 menit) 8 16
135
150
165
180 (3 menit) 9 17
195
210
225
240 (4 menit) 9.5 20
255 9.5
270 9
285 9
300 (5 menit) 21
6 menit 20
7 menit 20
8 menit
9 menit
10 menit
11 menit
12 menit
13 menit

III.3 Pengolahan Data

Mencari tegangan normal (σn) dan tegangan geser () maksimum

122 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Beban 5 kg

 Berat beban = 5 kg

 Berat penutup = 0,53 kg

 Total beban = 5,53 kg

 Diameter shear box (d) =

d = 6,478  6,478  6,478 = 6,478 cm


3
 Luas shear box ( F ) :

F = ¼ .π.(d )2

= ¼ .π.(6,478)2

= 32,94 cm2

 Tegangan Normal (n) :

5,53
n =
32,94

= 0,168 kg /cm2

 Maks horizontal dial reading = 9,5

Beban 10 kg

 Berat beban = 10 kg

 Berat penutup = 0,53 kg

 Total beban = 10,53 kg

 Diameter shear box (d) =

123 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
d = 6,478  6,478  6,478 = 6,478 cm
3
 Luas shear box ( F ) :

F = ¼ .π.(d )2

= ¼ .π.(6,478)2

= 32,94 cm2

 Tegangan Normal (n) :

10,53
n =
32,94

= 0,320 kg /cm2

 Maks horizontal dial reading = 21

 Maksimum gaya geser (f ) didapat dari tabel kalibrasi alat dengan metode
interpolasi sebagai berikut :
Beban 5 kg
37

0 f

0 9,5 20
37  0 9,5 - 0

20  0 f -0
37 9,5

20 f
9,5 x 20
f 
37
f  5,13 kgf
Catatan :
1kgf = 2.2046 lb
1 lb = 4.448 N

124 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Maka :
5,13. 2,2046 . 4,448
f
9.81
 5,13 kg
Maksimum tegangan geser ( ) :
f

F
5,13

32,94
 0.156 kg/cm 2

beban 10 kg
37

0
0 21 20

37  0 12 - 0

20  0 f - 0
37 21

20 f
21 x 20
f 
37
f  11,35 kgf
Catatan :
1kgf = 2.2046 lb
1 lb = 4.448 N

125 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Maka :
11,35. 2,2046 . 4,448
f
9.81
 11,34 kg
Maksimum tegangan geser ( ) :
f

F
11,34

32,94
 0.344 kg/cm 2

Mencari kadar air

Can I :

 Berat pasir basah + can (1) : 47,03 gram


 Berat pasir kering + can (2) : 46,10 gram
 Berat can (3) : 9,97 gram

Kadar air (K) :

(1) - (2)
K =
(2) - (3)

47,03  46,10
=
36,13

126 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
= 0,025 %

Menghitung sudut  :

Beban 5kg

Digunakan rumus Least Square sebagai berikut :

Y = A + Bx

n  (xy) -  x  y
B =
n  (x 2 )   (x) 2

A =
 Y  B X
n

Dimana : X = Tegangan normal

Y = Tegangan geser

A = Kohesi

B = tan 

Untuk menghitung nilai A dan B disusun tabel harga x dan y sebagai berikut :

X Y X2 XY

0.168 0.156 0.028224 0.026208

1.008 0.936 1.016064 0.943488

1.344 1.248 1.806336 1.677312

1.512 1.404 2.286144 2.122848

1.596 1.482 2.547216 2.365272

5.628 5.226 7.683984 7.135128

127 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
n  (xy) -  x  y
B =
n  (x 2 )   (x) 2

5(7.135128)  (5.628)(5.226)
=
5(7.683984)  (5.628) 2

35.67564  29.411928
=
38.41992  31.674384

= 0.93%

 = 42 8’ 55.22”

 Y  B X
A = n
5.226  (0.93)(5.628)
=
5

= - 0.0016

Persamaan Garis Lurus :

Y = A + B X = -0.0016 + 0.93 X

X Y
0.1 0.0914
0.2 0.1844
0.3 0.2774
0.4 0.3704
0.5 0.4634
0.6 0.5564
0.7 0.6494
0.8 0.7424
0.9 0.8354
1 0.9284
1.1 1.0214
1.2 1.1144

128 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
GRAFIK

1.2
y = 0.93x - 0.0016
1 R² = 1

0.8

0.6
τ

0.4

0.2

0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4
σn

Grafik. Tegangan normal (kg/cm2) vs Tahanan Geser (kg/cm2)

BAB IV
PENUTUP

IV.1 Kesimpulan
1. Dari hasil pengolahan data didapatkan angka kohesi tanah (c) = -0.0016 kg/cm2

2. Sudut geser () yang terjadi sebesar 42 8’ 55.22”

IV.2 Sumber Kesalahan


1. Kurang terampilnya praktikum dalam menggunakan alat.
2. Tidak tepat dalam menimbang menggunakan timbangan manual.
3. Tidak fokusnya saat menghitung waktu menggunakan stopwatch

129 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
DAFTAR PUSTAKA

1. Ir. Riana H. Pranowo L dan Ir. Rahmat Setiadi ”Pedoman Praktikum Mekanika
Tanah (bagian 1)”, Laboratorium Mekanika Tanah FSP – ITI, Serpong 2000.
2. Wesley, LD. “MEKANIKA TANAH”,Badan Penerbit Pekerjaan umum: Jakarta.

130 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Lampiran

131 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Penanggung Jawab Modul : Mokhamad Fahri

Judul Praktikum : CBR Laboratorium

Kelompok / Tahun : IV/2015

Tanggal Praktikum : 25 Mei 2015

Asisten : Dwi B.M

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Maksud dan Tujuan


Untuk menentukan nilai CBR (California Bearing Ratio) tanah atau campuran tanah
agregat yang dipadatkan di laboratorium dengan kadar air tertentu pada kondisi unsoaked
(tidak terendam) dan kondisi soaked (terendam).

132 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
I.2 Dasar Teori
CBR Laboratorium ialah perbandingan antara beban penetrasi suatu bahan terhadap
bahan standard dengan kedalaman dan kecepatn penetrasi yang sama.

Beban standard diperoleh dari percobaan terhadap batu pecah klas A yang dianggap
mempunyai CBR 100%.

Dalam percobaan CBR Labortorium kekuatn batu pecah diekivalenkan dengan


standard load yang dinyatakan dalam hubungan antara penurunan dan besarnya tekanan pada
contoh tanah tersebut.

𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛
𝐶𝐵𝑅 𝐿𝑎𝑏𝑜𝑟𝑎𝑡𝑜𝑟𝑖𝑢𝑚 = 𝑥 100%
𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟𝑑

Dimana :

- Beban standard untuk penetrasi 0,1 inchi = 1000 psi


- Beban standard untuk penetrasi 0,2 inchi = 1500 psi
- Beban standard untuk penetrasi 0,3 inchi = 1900 psi
- Beban standard untuk penetrasi 0,4 inchi = 2500 psi
- Beban standard untuk penetrasi 0,5 inchi = 2600 psi

Beban didapat dari pembacaan load dial pada suatu penetrasi yang kemudian
dikalibrasikan dengan grafik kalibrasi proving ring, atau dapat juga digunakan rumus :

1) Untuk penetrasi 0,1 inci


CBR Laboratorium = tegangan (psi) / 1000 (psi) x 100%
2) Untuk penetrasi 0,2 inci
CBR Laboratorium = tegangan (psi) / 1500 (psi) x 100%

Pada umumnya nilai CBR Laboratorium diambil pada penetrasi 0,1 inci.

133 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
I.3 Contoh Tanah yang Digunakan

5 (lima) sample tanah permukaan masing-masing 5000 gram lolos saringan No. 4
dengan ketentuan :

1 (satu) sample dengan kadar air optimum; 2 (dua) sample dengan kadar air massing –
masing 2,5% dan 5,0% diatas optimum; 2 (dua) sample dengan kadar air masing – masing
2,5% dan 5,0% di bawah optimum.

Kadar air optimum didapat dari hasil percobaan Commpaction Test.

I.4 Alat-Alat yang Dipakai

a) Untuk pemadatan benda uji

a. Mould lengkap dengan peralatannya


b. Hammer dengan berat 10 lb
c. Plat baja, dengan sebelah sisi tajam, untuk meratakn tanah yang telah dipadatkan
d. Sendok pengaduk tanah
e. Gelas ukur
f. Ekstruder untuk mengeluarkan contoh tanah dari mold
g. Tempat untuk mencampur tanah dengan air
h. Jangka sorong
i. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram dan 0,1 gram
j. Can
k. Oven
l. Kertas filter untuk alas tanah

b) Untuk percobaan CBR laboratorium

134 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
a. Stop watch
b. Beban permukaan untuk Penetrasi dan beban permukaan untuk perendaman
c. Piring logam yang berlubang – lubang kecil (perforated plate)
d. Alat pengukur pengembangan (swelling)
e. Mesin CBR yang dilengkapi dengan alat – alat dial ring, proving ring dan piston
penetrasi

BAB II
PERCOBAAN
II.I Persiapan Percobaan
1. Siapkan contoh tanah yang lolos saringan ASTM No. 4 sebanyak 5x5 kg dan
masing – masing sample dicari kadar airnya.
2. Tambahkan air sesuai perhitungan pada masing – masing sample sesuai dengan
kadar air yang diminta.
3. Contoh tanah diaduk sampai merata sehingga air meresap ke dalam tanah dengan
merata.
4. Contoh tanah diperam dalam plastic selama kurang lebih 24 jam agar kadar
airnnya merata.
5. Sebelum pemadatan dilakukan, mould dibersihkan dan diberi oli.
6. Timbang berat mould, ukur diameter dan tinggi mould.
7. Siapkan kertas berbentuk bulat yang berfungsi sebagai penyekat alas (filter)
8. Timbang berat keeping pemberat.

135 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
II.2 Jalannya Percobaan

A. Pemadatan / Compaction
a. Pasang cetakan pada keeping alas dan timbang. Masukkan piringan pemisah
(spacer disc) diatas keeping alas dan pasang kertas saring diatasnya.
b. Masukkan sejumlah contoh tanah kedalam mould dan ditumbuk selama 56
kali sehingga didapatkan tinggi lapisan padat 1/5 tinggi mould.
c. Lakukan sampai menapai 5 lapisan dimana untuk lapisan terakhir dibantu
dengan memasang collar (leher sambung)
d. Leher sambung (collar) dilepaskan. Permukaan tanah diratakan dengan
menggunaka plat baja sehingga tepat sampai pada bibir mould.
e. Setelah rata mould beserta isinya ditimbang.
f. Kemudian dilakukan penetrsi / penekanan.
B. Penetrasi
a. Letakkan keeping pemberat diatas permukaan contoh tanah seberat 4,5 kg atau
10 lb. sebelumnya berat plat yang sebenarnya harus ditimbang dahulu.
b. Kemudian atur piston penetrasi pada permukaan benda uji sehingga tepat
mengenai permukaan tanah.
c. Periksa dan atur loading dial dan penetrasi dial agar sebelum penetrasi dimulai
menunjukkan angka nol.
d. Berikan pembebanan degan teratur sehingga kecepatan penetrasi mendekati
kecepatan tetap sebesar 1,27 mm/menit atau 0,05 inci/menit.
e. Lakukan pembacaan beban pada penetrasi:
0,0125 inci 0,1750 inci
0,0250 inci 0,2000 inci
0,0500 inci 0,2500 inci
0,0750 inci 0,3000 inci
0,1000 inci 0,4000 inci
0,1250 inci 0,5000 inci
0,1500 inci
f. Catat beban maksimum dan penetrasinya bila pembebanan maksimum terjadi
sebelum penetrasi 0,5000 inci.
g. Setelah penetrasi unsoaked selesai, pasang keeping pengembangan diatas
permukaan benda uji dan kemudian pasang keeping pemberat 10 lbs.

136 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Cetakan beserta beban direndam dalam air sehingga air dapat meresap dari
atas maupun dari bawah.
Permukaan air selama perendamn harus tetap kurang lebih 2,5 cm di atas
permukaan benda uji.
h. Pasang tripod beserta dial pengukuran pengembangan. Swelling dicatat tiap
waktu : 0 jam, 1 jam, 2 jam, 4 jam, 24 jam, 48 jam, 72 jam, 96 jam.
i. Setelah 96 jam cetakan dikeluarkan dari bak air dan miringkan selama kurang
lebih 15 menit sehingga air bebas mengalir habis.
Harus dijaga agar selama pengeluaran air tersebut permukaan benda uji tidak
terganggu.
j. Ambil beban dari cetakan, kemudian cetakan beserta isinnya ditimbang.
k. Benda uji CBR yang direndam (soaked) telah siap dilakukan pengujian
kembali seperti penetrasi unsoaked.

BAB III
HASIL PERCOBAAN

III.1 Perhitungan
𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛
 CBR Laboratorium = 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟𝑑 𝑥 100%

Cara menghitung penurunan:

𝑃𝑒𝑚𝑏𝑎𝑐𝑎𝑎𝑛 𝐴𝑟𝑙𝑜𝑗𝑖 𝑥 𝐿𝑅𝐶


 0,1 inci = 𝑥 100%
3 𝑥 1000
𝑃𝑒𝑚𝑏𝑎𝑐𝑎𝑎𝑛 𝐴𝑟𝑙𝑜𝑗𝑖 𝑥 𝐿𝑅𝐶
 0,2 inci = 𝑥 100%
3 𝑥 1500

 LRC = 7,3
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐴𝑖𝑟
 Kadar Air = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑇𝑎𝑛𝑎ℎ 𝐾𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑥 100%

137 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
III.2 Hasil Perhitungan

1. CBR Test

PEMBACAAN BEBAN

Pembacaan
Penurunan Beban (Psi)
Arloji
(in)
Atas Bawah Atas Bawah

0 0 0 0 0

0.025 34 28 248.2 204.4

0.050 68 34 496.4 248.2

0.075 102 38 744.6 277.4

0.100 108 46 788.4 335.8

0.125 143 65 1043.9 474.5

138 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
0.150 147 68 1073.1 496.4

0.175 165 76 1204.5 554.8

0.200 208 81 1518.4 591.3

0.300 242 89 1766.6 649.7

0.400 268 93 1956.4 678.9

0.500 292 97 2131.6 708.1

*pengisian beban (psi) = Pembacaan arloji x LRC

KADAR AIR
Sebelum direndam
can no 1
can + tnh basah 18.6
can + tnh kering 15.98
berat can 8.04
berat air 2.62
berat tanah kering 7.94
kadar air (%) 33.00

KADAR AIR
Sesudah direndam
can no 1
can + tnh basah 28.02
can + tnh kering 22.7
berat can 8.04
berat air 5.32
berat tanah kering 14.66

139 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
kadar air (%) 36.29

HARGA CBR (%)


Penurunan 0.1" 0.2"
sbl. Direndam 26.28 33.74
sdh. direndam 11.19 13.14

108 𝑥 7,3
 Harga CBR sebelum di rendam (0,1 inci) = 𝑥 100% = 26,28
3 𝑥 1000
46 𝑥 7,3
 Harga CBR sesudah di rendam (0,1 inci) = 𝑥 100% = 11,19
3 𝑥 1000
208 𝑥 7,3
 Harga CBR sebelum di rendam (0,2 inci) = 𝑥 100% = 33,74
3 𝑥 1500
81 𝑥 7,3
 Harga CBR sesudah di rendam (0,2 inci) = 𝑥 100% = 13,14
3 𝑥 1500

2500
GRAFIK CBR LABORATORIUM
2000
Beban (Psi)

1500

Beban (Psi) Atas


1000
Beban (Psi) Bawah

500

0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6
Penurunan (in)

Gambar Grafik CBR Praktikum

2. Bearing Ratio Test

140 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
A. Swell Data
Mold no. 1
Elapsed Time 𝑆
𝑥 100%
Dial Reading 0.001 𝐻

0 hr 0 0.00
1 hr 12 150.00
2 hr 18 100.00
4 hr 34 52.94
8 hr 45 40.00
16 hr 54 33.33
24 hr 76 23.68
48 hr 87 20.69

S = 18 cm (Tinggi Mold)

B. After Soaking

Mold no. 1
Surcharge. Lb
Initial wt. wet soil+mold+base plate 6872
Final wt. wet soil+mold+base plate 7014
Wt. of mold+base plate 3368
Initial wt. of wet soil 3504
Wt. of water absorbed 142
% water absorbed 4.05

141 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
BAB IV
PENUTUP

IV.1 Kesimpulan

HARGA CBR (%)


Penurunan 0.1" 0.2"
sbl. direndam 26.28 33.74
sdh. direndam 11.19 13.14

 Nilai CBR yang tertinggi didapat pada penurunan 0,2 inci yaitu seebesar 33,74.
 Semakin baik dalam memadatkan tanah, semakin besar pula nilai CBR yang akan
diperoleh.

IV.2 Sumber Kesalahan

142 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
1. Tidak ratanya permukaan tanah sehingga mempengaruhi kedudukan piston
penetrasi.
2. Kecepatan penetrasi yang dilakukan kurang konstan
3. Kesalah pada pembacaan beban pada dial penetrasi

DAFTAR PUSTAKA

3. Ir. Riana H. Pranowo L dan Ir. Rahmat Setiadi ”Pedoman Praktikum Mekanika
Tanah (bagian 2)”, Laboratorium Mekanika Tanah FSP – ITI, Serpong 2000.
4. Wesley, LD. “MEKANIKA TANAH”,Badan Penerbit Pekerjaan umum: Jakarta.

143 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Lampiran

144 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Penanggung Jawab Modul : Mokhamad Fahri

Judul Praktikum : Permeability

Kelompok / Tahun : IV/2015

Tanggal Praktikum : 25 Mei 2015

Asisten : Dwi B.M

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Maksud dan Tujuan

145 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Untuk menentukan koefisien permeability (K), yaitu suatu konstanta pembanding
untuk perhitungan debit suatu cairan jika menembus medium berpori (air dan tanah).

I.2 Dasar Teori

Antara butiran tanah terdapat rongga udara (pori) yang saling berhubungan. Apabila
tanah dialiri air, maka air tersebut akan mengisi pori-pori tersebut. Besar kecilnya pori ini
mempengaruhi jumlah air dan kecepatan air mengalir.

Untuk mendapatkan kecepatan air yang merembes melalui pori-pori tanah dilakukan
percobaan permeability untuk mendapatkan koefisien permeability (K).

1. Viskositas air yang berarti tergntung pada temperatur


2. Angka pori dari tanah yang bersangkutan
3. Ukuran butiran tanah

Dalam menentukan koefisien permeability tanah dapat dilakukan di lapangan


(pumping test dan bore hole test) dan di laboratorium (Constant head, falling head,
menentukan dari data consolidation test, menentukan dari distribusi besar butiran,
menentukan dari horizontal capillary test).

Dalam percobaan laboratorim kali ini dilakukan untuk falling head dan constant head.

A. Falling Head

Dipakai untuk tanah yang permeabilitasnya diperkirakan kecil.

 kh A
dq  dt
L
kh A
a dh  dt
dh L
dh k A
 dt
h aL
kA
h2 t

h dh  a L dt 0 dt
1

h1
h1 kA
ln  t
h h2 aL
h2
aL h1
k  ln
146 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h At h2
Dimana : L = tinggi contoh tanah

A = luas contoh tanah

a = luas pipa ukuran

h1 = tinggi air mula-mula

h2 = tinggi air akhir

B. Constant Head

Dipakai untuk tanah yang permeabilitynya diperkirakan besar.

Gelas Ukur

Mold Permeability
147 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
h
Q = k . i. A . t i =
L

k . h .A . t
Q =
L

Q. L
K =
h . A.t

Dimana : K = Koefisien Permeability


h = Tinggi konstan
Q = Jumlah air yang keluar
L = Tinggi contoh tanah
t = Waktu

Sebagai standard koefisien permeability pada temperatur 20°C. Sehingga perlu


koreksi terhadap suhu untuk temperature yang lain, yaitu :

k1  t
k 20 
 20

Dimana : K20 = Koefisien Permeabilty pada t =20 C

Kt = Koefisien Permebility pada t = t C

148 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
t = Viskositas pada temperatur t C

20 = Viskositas pada temperatur 20 C

JENIS TANAH K (mm/s)

Pasir yang mengandung lempung/lanau 0.02 – 0..005

Pasir halus 0.05 – 0.005

Pasir kelanauan 0.005 – 0.0005

Lanau 0.0005 – 0.00005

Lempung 0.000005 – 0.000000005

I.3 Alat – Alat yang Dipakai

1. Alat permeability ; Falling Head dan Constatnt Head.


2. Mold untuk pengetesan.
3. Extruder, untuk memindahkan tanah dari mold cetakan ke mold alat
permeability.
4. Pisau unntuk meratakan tanah.
5. Gelas ukur.
6. Timbangan dengan ketelitian 0.1 gram.
7. Saringan ASTM no.4
8. Penggaris.
9. Jangka sorong.
10. Stopwatch.
11. Thermometer.

149 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
BAB II
PERCOBAAN

II.1 Persiapan Percobaan


1. Tanah permukaan yang lolos saringan no. 4 sebanyak 5 kilogram, disisipkan dan
dicek kadar airnya.
2. Kadar air contoh tanah dirubah menjadi 1% diatas kadar air optimal (OMC) hasil
dari percobaan compaction test.
3. Timbang berat mold dan ukur diameter serta tingginya.
4. Masukkan tanah ke dalam mold secara berlapis-lapis sampai 3 (tiga) lapis, tiap
lapisan ditumbuk sebanyak 25 kali
5. Setelah lapisan terakhir collar dibuka dan tanah diratakan.
6. Siapkan mold permeability, ukuran tinggi dan diameternya.

150 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
7. Pindahkan tanah dari mold percetakan ke mold permeability dengan
menggunakan extruder. Kemudian hitung tinggi tanahnya.
8. Tanah serta mold permeability direndam selama minimal 24 jam agar tanah
menjadi jenur air.

II.2 Jalannya Percobaan


A. Falling Head Test
1. Tentukan tinggi jenuh h1 dan h2 pada pipa tegak / stand pipe.
2. Buang udara dalam alat permeability supaya tidak menghambat masuknya air
kedalam alat tersebut.
3. Masukkan air kedalam pipa tegak yang lebih tinggi dari h1 dan kedua kran
ditutup.
4. Kran untuk falling head test dibuka, maka air akan turun pada saat ketinggian
h1, stopwatch dihidupkan.
5. Matikan stopwatch bila ketinggian air mencapai h2 dan catat waktunya.
6. Ulangi percobaan tersebut hingga didapat waktu yang sama.

B. Constant Head Test


1. Keluarkan udara dalam alat permeability.
2. Kran yang menghubungkan stand pipe ditutup
3. Air dalam reservoir dibuat stabil tingginya dan tidak bergolak akibat
penambahan air.
4. Tinggi air di reservoir terhadap air didalam alat (h) diukur.
5. Perhatikan air yang menetes, apabila sudah konstan letakkan gelas ukur
dibawahnya.
6. Ukur dan catat waktu yang diperlukan untuk mencapai volume tertentu.
7. Ulangi percobaan sampai 3 (tiga) kali.

151 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
BAB III
HASIL PERCOBAAN

A. Falling Head

Diameter Pipa
h1 h2 Waktu (det) Suhu (°C)
(mm)

1.5 120 60 12,13 29

3.0 120 60 14,25 29

4.5 120 60 17,08 29

152 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
A = 81,04 cm2

L = 11,71

 Diameter 1.5 mm = 0.15 cm ; a =0.018 m2


a xL 120
k  ln
A xt 60
0,018 x 11,71 120
 ln
81,04 x 12,13 60
120
 0.000214 ln
60
 0.000149 cm / det

 Diameter 3 mm = 0.3 cm ; a = 0.071 m2

a xL 120
k  ln
Axt 60
0,071 x 11,71 120
 ln
81,04 x 14,25 60
120
 0.00072 ln
60
 0.000499 cm / det

 Diameter 4.5 mm = 0.45 cm ; a = 0.016 m2

a xL 120
k  ln
Axt 60
0,016 x 11,71 120
 ln
81,04 x 17.08 60
120
 0.000135 ln
60
 0.0000936 cm / det

 k rata-rata

K1  k 2  k 3
Kr 
3
0.000149  0.000499  0.0000936

3
 0.000247 cm / det

153 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
 Standard Koefisien Permeability t = 20°C

krt
k20 
 20
0.000247 x 0.000796
k20 
0.001
k20  0.000196612

B. Constant Head

h = 90 cm

Q = 300 ml

d = 7.48 cm

A = 0.25 x 3.14 x (7.48)2

= 43.92 cm2

L = 20 cm

 t = 159.90 det

154 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Q xL
k 
hx Axt

300 x 20

90 x 43.92 x 159.90
 0.009493 cm / s

 t = 157.39 det

QxL
k 
hx Axt

300 x 20

90 x 43.92 x 157.39
 0.009644 cm / s

 t = 158.03 det

QxL
k 
hx Axt

300 x 20

90 x 43.92 x 158.03
 0.009605 cm / s

 k rata-rata

K1  k 2  k 3
Kr 
3
0.009493  0.009644  0.009605

3
 0.009618 cm / det

 Standard Koefisien Permeability t = 20°C

155 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
kr t
k 20 
 20
0.009618 x 0.000796
k 20 
0.001
k 20  0.007655928

BAB IV
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
Dari hasil perhitungan di atas, maka dapat di tarik kesimpulan bahwa :

1. Pada percobaan Falling Head Test , koefisien Permeability pada t =20° adalah
0.000196612 dan termasuk tanah jenis pasir kelanauan.

156 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
2. Pada percobaan Constant head, koefisien Permeability pada t =20° adalah
0.007655928 dan termasuk tanah jenis pasir kelanauan.

IV.2 Sumber Kesalahan

1. Selang – selang yang digunakan untuk mengalirkan air


2. Alat Penjepit selang yang sudah tidak berpungsi
3. Batu pori yang terhambat tanah, dari praktikum–praktikum sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA

5. Ir. Riana H. Pranowo L dan Ir. Rahmat Setiadi ”Pedoman Praktikum Mekanika
Tanah (bagian 2)”, Laboratorium Mekanika Tanah FSP – ITI, Serpong 2000.
6. Wesley, LD. “MEKANIKA TANAH”,Badan Penerbit Pekerjaan umum: Jakarta.

157 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Penanggung Jawab Modul : Muhammad Ridwan

Judul Praktikum : Sand Density Cone Test

Grup / Tahun : 4/2015

Tanggal Praktikum :

Asisten :

158 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pengujian Kerucut Pasir merupakan salah satu jenis pengujian yang dilakukan
dilapangan guna menentukan berat isi kering (kepadatan) tanah asli ataupun hasil suatu
pekerjaan pemadatan dan dapat dilakukan pada tanah kohesif maupun non-kohesif.
Cara lain yang dapatdilakukanuntuktujuan yang samayaitu:
 MetodaSilinder (Drive Silinder method), khususuntuktanahkohesif
 MetodeBalonKaret (Rubber Ballon method), untuksemuajenistanah
 MetodaNuklir (Nuclear method), untuksemuajenistanah.
Nilai berat isi tanah kering yang diperoleh melalui pengujian ini, biasanya digunakan
untuk mengevaluasi hasil pekerjaan pemadatan dilapangan yang dinyatakan dalam derajat
pemadatan (degree of compaction), yaitu perbandingan antara gd (kerucut pasir)
dengan gdmaks hasil pengujian pemadatan dilaboratorium dalam [%].

1.2 Rumusan Masalah

Pada laporan ini rumusan masalahnya terdiri dari :

1. Berapa nilai dari kepadatan di tempat lapisan tanah?

1.3 Tujuan Percobaan

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan kepadatan ditempat dari lapisan tanah atau
perkerasan yang telah dipadatkan.

BAB II
KAJIAN TEORI
1.4Landasan Teori
Tes sand cone pada tanah dilakukan untuk menentukan kepadatan di tempat dari
lapisan tanah atau perkerasan yang telah dipadatkan. Alat yang diuraikan disini hanya
terbatas untuk tanah yang mengandung butiran kasar tidak lebih dari 5 cm. Kepadatan
lapangan ialah berat kering persatuan isi.

Isi botol = berat air = (W2 – W1) cm3

159 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
𝑊1
Berat isi pasir = 𝛾𝑝 = (𝑊2−𝑊1)
𝑔𝑟𝑎𝑚

Berat pasir dalam corong = (W4-W5) gram

Berat pasir dalam lubang = (W6-W7)-(W4-W5) = W10 gram

𝑊10
Isi lubang = = 𝑉𝑒 𝑐𝑚3
𝛾𝑝

Berat tanah = (W8-W9) gram

𝑊8−𝑊9
Berat isi tanah = 𝛾 = 𝑔𝑟𝑎𝑚⁄𝑐𝑚3
𝑉𝑒

𝛾
Berat isi tanah kering = 𝛾𝑑 𝑙𝑎𝑝 = 𝑥100% 𝑔𝑟𝑎𝑚⁄𝑐𝑚3
100+𝑊

𝛾𝑑𝑙𝑎𝑝
Derajat kepadatan di lapangan = D = 𝛾𝑑𝑙𝑎𝑏 𝑥100%

Dimana:

W1 = berat botol+corong
W2 = berat air penuh di botol+corong
W3 = berat pasir penuh di botol+coron
W4 = berat pasir secukupnya di botol+corong
W5 = berat sisa pasir di botol+corong
W8 = berat tanah+tempat
W9 = berat tempat

BAB III

PELAKSANAAN PERCOBAAN
3.1 Alat-Alat yang dipakai

1. Botol transparan untuk tempat pasir dengan isi kurang lebih 4 (empat) liter.
2. Corong kalibrasi pasir diameter 16,51 cm
3. Pelat untuk corong pasir.
4. Pasir bersih yang tidak mengandung bahan pengikat dan dapat mengalir bebas,
bergradasi lewat saringan no. 10 dan tertahan pada saringan no. 200.

160 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
5. Timbangan kapasitas 10 kg dengan ketelitian 1 gram dan kapasitas 500 gram dengan
ketelitian 0,1 gram.
6. Oven pengering.
7. Palu, sendok, kuas, pahat.
8. Can

161 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
3.1 Jalannya Percobaan

1. Menentukan Isi Botol Pasir


a. Timbanglah alat (botol+corong) = W1 gram
b. Letakkan alat dengan botol dibawah, bukalah keran dan isi dengan air jernih
sampai penuh diatas keran.
c. Tutup keran dan bersihkan kelebihan air.
d. Timbanglah alat yang terisi air = W2 gram.
Berat air = isi botol pasir
e. Isi botol = berat air = (W2-W1) cm3

2. Menentukan Berat Pasir


a. Letakkan alat dengan botol dibawah pada dasar yang rata, tutup keran da nisi
corong pelan – pelan dengan pasir.
b. Bukalah keran, isi botol sampai penuh dan dijaga agar selama pengisian corong
selalu terisi paling sedikit setengahnya.
c. Tutup keran, bersihkan kelebihan pasir di atas keran dan timbanglah = W3 gram
(𝑊3−𝑊1)
d. Berat isi pasir = 𝛾𝑝 = (𝑊2−𝑊1) 𝑔𝑟𝑎𝑚

3. Menentukan Berat Pasir dala Corong


a. Isi botol pelan-pelan dengan pasir secukupnya dan timbang = W4 gram

162 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
b. Letakkan alat dengan corong di bawah pada pelat corong, pada dasar yang rata
dan bersih.
c. Buka keran pelan-pelan sampai pasir berhenti mengalir.
d. Tutup keran, dan timbanglah alat berisi sisa pasir = W5 gram
e. Berat pasir dalam corong = (W4-W5) gram

4. Menentukan Berat Isi Tanah


a. Isi botol dengan pasir secukupnya.
b. Ratakan permukaan tanah yang akan diperiksa. Letakkan plat corong pada
permukaan yang telah rata tersebut dan kokohkan dengan palu dikeempat sisinya.
c. Galilah lubang sedalam minimal 10 cm (tidak melampaui tebal satu lapisan
pemadatan)
d. Seluruh tanah hasil galian dimasukkan kedalam can yang telah diketahui beratnya
= W9 gram, dan imbang can dan tanah= W8 gram
e. Timbang alat dengan pasir didalamnya = W6 gram
f. Letakkan alat pada tempat (b), corong kebawah di atas pelat corong dan buka
keran pelan-pelan sehingga pasir masuk kedalam lubang. Setelah pasir berhenti
mengalir, tutup keran kembali dn timbang alat dengan sisa asir = W7 gram
g. Ambil tanah sedikit dari can untuk penentuan kadar air (W%)

BAB IV

HASIL PERCOBAAN
4.1 Perhitungan

Isi botol = berat air = (W2 – W1) cm3

𝑊1
Berat isi pasir = 𝛾𝑝 = (𝑊2−𝑊1)
𝑔𝑟𝑎𝑚

Berat pasir dalam corong = (W4-W5) gram

Berat pasir dalam lubang = (W6-W7)-(W4-W5) = W10 gram

163 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
𝑊10
Isi lubang = = 𝑉𝑒 𝑐𝑚3
𝛾𝑝

Berat tanah = (W8-W9) gram

𝑊8−𝑊9
Berat isi tanah = 𝛾 = 𝑔𝑟𝑎𝑚⁄𝑐𝑚3
𝑉𝑒

𝛾
Berat isi tanah kering = 𝛾𝑑 𝑙𝑎𝑝 = 𝑥100% 𝑔𝑟𝑎𝑚⁄𝑐𝑚3
100+𝑊

𝛾𝑑𝑙𝑎𝑝
Derajat kepadatan di lapangan = D = 𝛾𝑑𝑙𝑎𝑏 𝑥100%

Dimana:

W1 = berat botol+corong
W2 = berat air penuh di botol+corong
W3 = berat pasir penuh di botol+coron
W4 = berat pasir secukupnya di botol+corong
W5 = berat sisa pasir di botol+corong
W8 = berat tanah+tempat
W9 = berat tempat

4.2 Hasil Perhitungan

No Titik Hasil
BERAT PASIR + GELAS +CORONG (W6) 8660
BERAT SISA PASIR + GELAS + CORONG
5119
(W7)
BERAT PASIR DI DALAM CORONG +
3541
LUBANG (W6-W7)
BERAT PASIR DI DALAM CORONG (W4-
1634
W5)
BERAT PASIR DI DALAM LUBANG
1907
W10 = (W6-W7) – (W4-W5)

164 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
γ PASIR (BERAT ISI PASIR)
(𝑊3 − 𝑊1) 0,217
𝛾𝑝 =
(𝑊2 − 𝑊1)
VOL TANAH/PASIR DI DALAM LUBANG
𝑊10 8788,018
𝑉=
𝛾𝑝
BERAT TANAH BASAH (W8-W9) 2640
γ BERAT ISI TANAH BASAH
(𝑊8 − 𝑊9) 0,300
𝛾=
𝑉
KADAR AIR (W%) 6,69
γd (BERAT ISI KERING)
𝛾 0,281
𝛾𝑑 = 𝑥 100%
100 + 𝑊
DERAJAT KEPADATAN DILAPANGAN
𝛾𝑑 𝐿𝐴𝑃 12,77 %
𝐷= 𝑥 100%
𝛾𝑑 𝐿𝐴𝐵

BAB V

PENUTUP
5.1 Kesimpulan

1. Syarat derajat kepadatan ( D ) yang baik adalah antara 90 % - 100 %


2. Derajat kepadatan ( D ) yang didapat adalah 12,77 %, berarti tidak memenuhi criteria
sebab dalam perencanaan derajat kepadatan yang baik adalah antara 90 % hingga 100
%, maka untuk memperoleh kepadatan tanah setara dengan D lab maka tanah tersebut
perlu untuk dipadatkat kembali
3. Hasil akhir dari percobaan Sand Density Cone Test adalah untuk mendapatkan
kepadatan tanah relatif.

165 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
5.2 Sumber Kesalahan
1. Kekurang telitian dalam pengerjaan pemindahan tanah hasil galian, penimbangan,

maupun pembacaan skala timbangan pada saat penimbangan.

MODUL PRAKTIKUM : SIEVE ANALYSIS

TANGGAL PRAKTIKUM : 9 JUNI 2015

KELOMPOK/TAHUN : IV(Empat)/2015

PENYUSUN MODUL : M.ILHAM PEBRIANSHAH

ASISTEN PENANGGUNG JAWAB : DWI.B.M

SIEVE ANALYSIS

BAB I
166 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
PENDAHULUAN
.

I.1. Sieve Analysis

Apabila kita menguji segenggam tanah dengan mata telanjang, terlihat bahwa tanah
tersebut terdiri dari beberapa komposisi partikel padat. Partikel-partikel tersebut tidak terikat
erat seperti halnya pada beton, tetapi dapat bergerak satu sama lain karena adanya rongga-
rongga udara diantaranya. Tetapi partikel-partikel tersebut tidak sebebas partikel-partikel
cairan karena masing-masing saling menahan secara timbal balik.
Dan perlu kita ketahui bahwa penentuan sifat-sifat tanah banyak dijumpai dalam masalah
teknis yang berhubungan dengan tanah. Dalam masalah teknis pengelompokan tanah
menunjukan sifat atau kelakuan yang sama. Pemilihan ini disebut sebagai klasifikasi.

Dari beberapa sistem klasifikasi yang ada, hanya ada dua sistem yang kita ketahui dan
kita tinjau:
1. Sistem Klasifikasi Tanah Unified [Unified Soil Classification (USC)] – sistem yang
paling banyak dipakai (dan secara internasional) untuk pekerjaan teknik pondasi seperti
untuk bendungan,bangunan, dan konstruksi yang sejenis. Sistem ini biasa digunakan
untuk desain lapangan udara dan (di luar Amerika Serikat) untuk spesifikasi pekerjaan
tanah untuk jalan. Sistem ini mendefisikan tanah sebagai:
 Berbutir-kasar apabila lebih dari 50% tertahan pada saringan No.200.

 Berbutir-halus apabila lebih dari 50% dapat lolos saringan No.200.

2. American Association of State and Transportation Officials (AASHTO), dipakai hampir


secara eksklusif oleh beberapa departemen transportasi negara bagian di Amerika Serikat
dan oleh Federal Highway Administration (Administrasi Jalan Raya Federal) dalam
spesifikasi pekerjaan tanah untuk lintas transportasi. Sistem ini mengklasifikasikan tanah
ke dalam delapan kelompok, A-1 sampai A-8 yang pada dasarnya membutuhkan data
analisa saringan.
Secara umum, sistem ini menilai tanah sebagai :

 Lebih buruk untuk dipakai dalam pembangunan jalan apabila kelompoknya berada
lebih dikanan, tanah A-6 lebih tidak memuaskan jika dibandingkan dengan tanah A-5.

167 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
 Lebih untuk dipakai dalam pembangunan jalan apabila indeks kelompoknya bertambah
untuk subkelompok tertentu, misalnya tanah A-6(3) lebih tidak memuaskan
dibandingkan tanah A-6(1).

Pemakaian sistem klasifikasi tanah tidak menghilangkan keperluan untuk studi yang
lebih terinci mengenai tanah tadi atau meniadakan kebutuhan akan pengujian untuk
menentukan sifat teknis tanah. Sebagai contoh, berat isi, karakteristik pemadatan, unjuk-kerja
(performance) dalam keadaan jenuh, daya tahan terhadap aksi pembekuan, kekuatan, dan
lain-lainnya, tidak termasuk secara langsung dalam sistem klasifikasi tanah yang manapun.
Disamping itu pula tanah terdiri dari campuran butir-butir padat yang diantaranya ada
rongga-rongganya. Rongga-rongga tersebut biasanya merupakan campuran antara air, udara,
mineral, dan organik, tetapi dalam hal-hal tertentu rongga-rongga tersebut hanya terdiri dari
udara dan air saja, misalnya bila tanah dalam keadaan jenuh maka kemungkinan besar
rongga-rongga tanah terisi air.
Besar ukuran butiran tanah menentukan sifat-sifat tanah tersebut. Besarnya butiran
tanah digambarkan pada grafik lengkung pembagian butiran.
Tanah dapat digolongkan berdasarkan jumlah ukuran butiran, yaitu :
1. Tanah bergradasi baik (Well Graded) yang mempunyai butiran terbagi rata antara
yang besar sampai yang kecil.
2. Tanah bergradasi buruk (Poorly Graded) jika terdapat kekurangan atau kelebihan
salah satu ukuran butiran tanah tertentu.
3. Tanah bergradasi seragam (Uniformly Graded) bilamana besar butirannya semua
hampir sama.
Dan pada dasarnya analisa ukuran butiran terdiri dari :
1. Mendapatkan tanah yanh representatif dan menguranginya menjadi partikel-partikel
elemental dengan melumatnya menjadi adukan mortar dan mencucinya pada saringan
No.200.
2. Menyaring contoh melalui susunan saringan empat sampai enam buah dan
menimbang jumlah yang tertahan pada setiap saringan.
3. Menghitung persentase yang lolos saringan (atau lebih halus) untuk masing-masing
saringan berdasarkan berat kumulatif yang tertahan pada setiap saringan dan berat
total contoh.
4. Menggambarkan presentase yang lolos saringan berdasarkan ukuran saringannya.
168 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Maka berdasarkan penentuan ukuran butiran tanah (analisa ukuran butiran tanah)
diatas sangat berguna, karena dapat membantu mengidentifikasi sifat-sifat tanah, misalnya:
1. Apakah suatu tanah tertentu dapat dikeringkan dengan mudah.
2. Apakah tanah tersebut cocok dipakai dalam proyek-proyek konstruksiseperti
bendungan, tanggul, dan jalan.
3. Kemungkinan penyerbukan akibat pembekuan (Frost Heave).
4. Perkiraan tinggi kenaikan kapiler.
5. Apakah tanah tersebut dapat dipakai sebagai campuran aspal atau beton (kata “tanah”
disini meliputi pasir dankerikil yang digunakan dalam pembuatan beton).
6. Desain filter, untuk mencegah bahan-bahan berbutir halus “tersapu” (Washed Out)
dari massa tanah yang hilang.
Sifat-sifat suatu tanah dapat tergantung pada ukuran butirannya. Ukuran butiran tanah
tergantung pada diameter partikel tanah yang membentuk massa tanah itu. Penentuan ukuran
butiran tanah tersebut dilakukan dengan cara :
 Sieve Analysis / Dry Analysis, untuk butiran yang kasar dengan menggunakan cara
penyaringan.
 Wet Analysis / Hidrometer, untuk butiran yang lebih kecil (halus) dengan menggunakan
cara pengendapan.
Cara yang digunakan dalam praktikum ini adalah Sieve Analysis, yakni dengan metode
penyaringan.

I.2. Maksud dan Tujuan

Maksud
Maksud dari Sieve Analysis adalah suatu proses analisa kering atau analisa
distribusi butiran dengan menggunakan beberapa ukuran saringan ASTM (analisa
saringan).

Tujuan
Tujuan dari praktikum Sieve Analysis adalah untuk menentukan distribusi
buutiran tanah yang mempunyai ukuran lebih besar dari 0,075 mm atau tertahan
saringan ASTM – 200 dan untuk menentukan klasifikasi jenis tanah

169 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
I.3. Peralatan yang Digunakan

a. Satu set sieve standard ASTM no. 4, 10, 18, 40, 60, 100, 200, dilengkapi dengan
penutup dan pan.
b. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram.
c. Mesin pengguncang saringan (sieve shaker).
d. Saringan ASTM no. 200 (untuk pencucian sampel tanah).
e. Piring kaleng dan can.
f. Sikat halus (untuk pembersih sieve).
g. Oven dengan suhu 105C - 110C.
h. Sendok tanah.
i. Talam.

I.4. Contoh Tanah yang Digunakan

Contoh tanah disturbed dari kedalaman 1,00 m dan 3,00 m, masing-masing


sebanyak 500 gram tanah kering oven.

I.4. Rumus

Koefisien derajat keseragaman (Cu) memiliki batasan untuk menentukan gradasi tanah,
yaitu :

Cu < 5 = Tanah bergradasi seragam.

5 < Cu < 15 = Tanah bergradasi sedang.

Cu > 15 = Tanah bergradasi baik.

170 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
( D30 ) 2
Cc  .
D10 x D60

Dimana :

Cc = Gradasi tanah.

D10 = Diameter partikel pada kehalusan 10

D30 = Diameter partikel pada kehalusan 30 %.

D60 = Diameter partikel pada kehalusan 60 %.

Nilai D10 ini didefinisikan sebagai 10% dari berat butiran total yang mempunyai
diameter butiran lebih kecil dari ukuran butiran tertentu. D10 = 0,45 % mm, artinya 10 % dari
berat butiran total berdiameter kurang dari 0,45mm. Ukuran D10 disebut juga sebagai ukuran
efektif (effective size).

Tanah bergradasi baik mempunyai batasan : 1 < Cc < 3. Nilai Cc di luar batasan ini
dinyatakan sebagai tanah bergradasi buruk.

Weight Re tained
% Re tained  x 100%
Weight Sampel

Dimana :
% Retained = Persen tertahan saringan (%).
Weight Retained = Berat tertahan saringan (gr).
Weight Sampel = Berat contoh tanah (gr).
% Passing = 100 % -  % Retained
Dimana :
% Passing = Persen lolos saringan (%).
171 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
% Retained = Persen tertahan saringan (%).

BAB II
PELAKSANAAN PERCOBAAN

II.1 Persiapan Percobaan

a. Ambil contoh tanah dari tiap kedalaman yang lolos saringan ASTM no. 4 kering
oven, masing-masing sebanyak 500 gram.
b. Cuci tanah tersebut dengan menggunakan air kran di atas saringan ASTM no. 200
agar bersih dari clay. Usahakan agar jangan sampai ada butir-butir tanah yang
terlempar keluar dari saringan.
c. Taruh sisa butiran yang sudah bersih di atas piring/can yang telah ditimbang, lalu
masukkan ke dalam oven selama minimal 18 jam.

172 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
II.2 Jalannya Percobaan

a. Keluarkan contoh tanah dari dalam oven, lalu timbang.


b. Bersihkan sieve terlebih dahulu. Tuangkan contoh tanah di atas susunan sieve yang
telah disusun dengan urutan ASTM no. 4, 10, 18, 40, 60, 100, 200, pan dari atas ke
bawah dan yang paling atas diberi penutup.
c. Pasang susunan saringan pada mesin pengguncang saringan (sieve shaker), lalu ayak
selama 15 menit.
d. Tuang butir-butir tanah yang tertahan di atas tiap-tiap saringan ke dalam can secara
terpisah.
e. Timbang can yang berisi butir-butir tanah serta catat sesuai dengan nomor
saringannya.

BAB III

HASIL PERCOBAAN

III. Perhitungan

Mencari % Retained (Tertahan)

Kedalaman 1m

 Kedalaman 1,00 m pada saringan ASTM no. 4


Diketahui : Wt. retained = 0 gr

Wt. sample = 50 gr

Wt . retained
% retained  x 100%
Wt. sampel

173 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
0
= X 100%
50

=0%

 Kedalaman 1,00 m pada saringan ASTM no. 10


Diketahui : Wt. retained = 0 gr

Wt. sample = 50 gr

Wt . retained
% retained  x 100%
Wt. sampel

0
= X 100%
50

=0%

 Kedalaman 1,00 m pada saringan ASTM no. 18


Diketahui : Wt. retained = 0,29 gr

Wt. sample = 50 gr

Wt . retained
% retained  x 100%
Wt. sampel

0.29
= X 100%
50

= 0.58 %

 Kedalaman 1,00 m pada saringan ASTM no. 40


Diketahui : Wt. retained = 0,11 gr

Wt. sample = 50 gr

Wt . retained
% retained  x 100%
Wt. sampel

0.11
= X 100%
50

174 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
= 0.22 %

 Kedalaman 1,00 m pada saringan ASTM no. 60


Diketahui : Wt. retained = 0,006 gr

Wt. sample = 50 gr

Wt . retained
% retained  x 100%
Wt. sampel

0.006
= X 100%
50

= 0.012 %

 Kedalaman 1,00 m pada saringan ASTM no. 100


Diketahui : Wt. retained = 0,005 gr

Wt. sample = 50 gr

Wt . retained
% retained  x 100%
Wt. sampel

0.005
= X 100%
50

= 0.01 %

 Kedalaman 1,00 m pada saringan ASTM no. 200


Diketahui : Wt. retained = 0.009 gr

Wt. sample = 50 gr

Wt . retained
% retained  x 100%
Wt. sampel

0.009
= X 100%
50

= 0.018 %

 Kedalaman 1,00 m pada saringan ASTM pan

175 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Diketahui : Wt. retained = 0 gr

Wt. sample = 50 gr

Wt . retained
% retained  x 100%
Wt. sampel

0
= X 100%
50

=0%

Mencari % Passing (Lolos)

Kedalaman 1m

 Kedalaman 1,00 m pada saringan ASTM no. 4


Diketahui : % retained =0%

% passing = 100 % - % retained

= 100 % - 0 %

= 100 %

 Kedalaman 1,00 m pada saringan ASTM no. 10


Diketahui : % retained =0%

% passing = 100 % - % retained

= 100 % - 0 %

= 100 %

 Kedalaman 1,00 m pada saringan ASTM no. 18


Diketahui : % retained = 0,58 %

% passing = 100 % - % retained

= 100 % - 0.58 %

176 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
= 99.42 %

 Kedalaman 1,00 m pada saringan ASTM no. 40


Diketahui : % retained = 0.22 %

% passing = 99.42 % - % retained

= 99.42 % - 0.22 %

= 99.2 %

 Kedalaman 1,00 m pada saringan ASTM no. 60


Diketahui : % retained = 0.012 %

% passing = 99.42 % - % retained

= 99.42 % - 0.012 %

= 99.188 %

 Kedalaman 1,00 m pada saringan ASTM no. 100


Diketahui : % retained = 0,01 %

% passing = 99.188 % - % retained

= 99.188 % - 0.01 %

= 99.178 %

 Kedalaman 1,00 m pada saringan ASTM no. 200


Diketahui : % retained = 0.018 %

% passing = 99.178 % - % retained

= 99.178 % - 0.018 %

= 99.16%

 Kedalaman 1,00 m pada saringan ASTM Pan


Diketahui : % retained =0%

177 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
% passing = 99,16 % - % retained

= 99.16 % - 0 %

= 99.16 %

Mencari Derajat Keseragaman (Cu)

 Kedalaman 1,00 m
Diketahui : D10 = 0,00003

D60 = 0,0003

(Data diambil dari grafik distribusi ukuran butiran)

D60
Cu =
D10

0.005
=
0.0006

= 8.33

Mencari Gradasi Tanah (Cc)

 Kedalaman 1,00 m
Diketahui : D10 = 0,005

D30 = 0,0002

D60 = 0,0005

(Data diambil dari grafik distribusi ukuran butiran)

( D30 ) 2
Cc =
D10 xD60

(0.005) 2
=
0.0002 x0.0005

= 0.023

178 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
BAB IV
PENUTUP

IV.1 Kesimpulan

Gradasi Jenis
Kedalaman Cu Cc
Cu Cc Tanah

1 8.3 0.023 Sedang Baik Lanau

179 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
a. Percobaan sieve analysis adalah untuk menentukan distribusi dari butiran tanah yang
mempunyai ukuran > 0,075 mm (tertahan saringan ASTM-200). Jika butiran tanah <
0,075 mm, maka sieve analysis tidak dapat digunakan.
b. Jenis tanah yang didapat dari kurva sieve analysis adalah silt (lanau).

IV.2 Sumber Kesalahan


a. Kurang teliti dan kurang cermatnya praktikan pada saat menimbang dan membaca
berat tanah sampel.
b. Kurang hati-hatinya praktikan pada saat mencuci tanah maupun memindahkan butiran
tanah dari saringan ke can atau sebaliknya karena mungkin ada butiran tanah yang
terlempar ke luar atau hilang.
c. Masih banyaknya sisa butiran tanah yang tertinggal dalam saringan, sehingga dapat
menambah berat butiran tanah.

DAFTAR PUSTAKA

 Riana Herlina H.Pranowo L, Ir ; Rahmat Setiyadi, Ir ; “ Pedoman Praktikum


Mekanika Tanah ( Bagian 2 ) “ ; Laboratorium Mekanika Tanah Fakultas Teknik
Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Indonesia ; Serpong ; 1988.
 Bowles ; “ Sifat-sifat Fisis dan Geoteknis Tanah “ .
 Braja M, Das ; “ Mekanika Tanah Jilid 1 “ , Dan “ Meakanika Tanah Jilid 2 “

180 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Penanggung Jawab Modul : Muhammad Ridwan

Judul Praktikum : Hydrometer

Grup / Tahun : 4/2015

Tanggal Praktikum :

Asisten :

BAB I

181 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

I.1.1 Maksud
Maksud dari Hydrometer adalah analisa basah atau analisa yang didasarkan
pada prinsip sedimentasi (pengendapan) butir butir tanah dalam air.

I.1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum Hydrometer adalah untuk menentukan
distribusi dari butiran tanah yang memiliki ukuran lewat saringan ASTM no.200
(0,075 mm).

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Landasan Teori

Sifat-sifat tanah sangat tergantung pada ukuran butirannya. Besar butiran dijadikan
dasar untuk pemberian nama dan klasifikasi tanah. Oleh karena itu, analisa butiran
merupakan pengujian yang sangat sering dilakukan. Analisa ukuran butiran tanah adalah
penentuan prosentase berat butiran pada satu unit saringan, dengan ukuran diameter lubang
tertentu.

182 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Tanah umumnya disebut sebagai kerikil (Gravel), pasir (Sand), lanau (Silt), atau
lempung (Clay), tergantung pada ukuran partikel yang paling dominan pada tanah tersebut.
Untuk menerangkan tentang tanah berdasarkan ukuran ukuran partikelnya, beberapa
organisasi telah mengembangkan batasan batasan ukuran golongan jenis tanah (Soil –
Separate-Size – Limits) seperti :

- MIT ( Massachusetts Institute of Technology ).


- USDA ( U.S. Departement of Agriculture ).
- AASHTO (American Association of State Highway and Transportation
Official ).
- USCS ( Unated Soil Classification System).
Tabel 2.1 : Batasan - Batasan Ukuran Golongan Tanah

Kerikil (mm) Pasir (mm) Lanau (mm) Lempung (mm)


MIT >2 2-0,06 0,06- 0,002 <0,02
USDA >2 2- 0,05 0,05-0,002 <0,02
AASHTO Halus (lanaudan lempung (mm)
76,2-2 2- 0,075 0,075- 0,002
USCS < 0,0075

Sumber : Braja M. Das, Mekanika Tanah 1

Penentuan distribusi ukuran tanah atau grain size analysis (GSA) terdapat dua cara
umum yang digunakan yaitu :

1 Sieve Analysis / dry analysis

Yaitu analisa ukuran partikel – partikel tanah yang dianggap kasar (berdiameter >0,075),
dengan cara penyaringan.
2. Hydrometer / wet analysis

Yaitu analisa ukuran partikel – partikel tanah yang dianggap halus (berdiameter <0,075).
Dengan cara pengendapan.

Sistem klasifikasi tanah Unified mendefinisikan tanah sebagai :

- Berbutir kasar apabila lebih dari 50% tertahan pada saringan No 200.
- Berbutir halus apabila lebih dari 50% dari saringan No 200.
Tanah berbutir kasar dapat berupa salah satu dari bawah ini :
- Kerikil apabila lebih dari setengah fraksi kasar tertahan pada saringan No.4

183 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
- Pasir apabila lebih dari setengah fraksi kasar berada diantara ukuran saringan No 4
dan No 200

Tanah dapat digolongkan berdasarkan jumlah ukuran butiran, yaitu :

1. Tanah bergradasi baik (well graded)

Adalah tanah yang mempunyai butiran terbagi rata antara yang besar sampai
yang kecil.

2. Tanah bergradasi buruk ( poorly graded ).

Adalah tanah yang didalamnya terdapat kekurangan atau kelebihan pada salah satu
ukuran butiran tanah tertentu. Hal ini dapat membuat susunan tanah menjadi kurang
padat, namun dapat dijadikan susunan padat dengan cara dipadatkan, yaitu dengan cara
menekannya sehingga jarak antara bulatan - bulatan tessebut menjadi lebih rapat dengan
bantuan vibrasi / pemadatan.

3. Tanah bergradasi seragam ( uniformly graded )

Adalah tanah yang memiliki ukuran butiran yang semuanya hampir sama

Tabel 2.2 : klasifikasi Teknis Tanah


Type Pekiraan Ukuran Butiran Tanah (mm)
Kerikil ( cobes) 60 - 200
kKerikil kasar 20 - 60
Kerikil sedang 6 - 20
Kerikil halus 2- 6
Pasir kasar 0,6 - 2
Pasir sedang 0,2 - 0,6
Pasir halus 0,06 - 0,02
Lanau kasar 0,02 - 0,06
Lanau sedang 0,06 - 0,02
Lanau halus 0,002 - 0,006
Lempung < 0,002

Sumber : Mekanika Tanah Jilid II : Braja

Distribusi ukuran butiran dari tanah berbutir halus atau bagian berbutir halus dari
tanah berbutir kasar dapat ditentukan dengan cara sedimentasi. Metode ini berdasarkan
Hukum Stokes yang berkenaan dengan kecepatan butiran mengendap pada larutan suspensi.

184 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Butiran yang lebih besar akan mengendap lebih cepat dan juga sebaliknya butiran
yang lebih halus akan lebih lama mengendap didalam larutan suspensinya. Ketentuan-
ketentuan yang digunakan dalam hukum Stokes adalah ;

Berlaku untuk butiran berukuran 0,0002 mm - 0,2 mm. Karena ukurannya terlalu kecil maka
butiran - butiran tersebut cenderung melakukan gerakan-gerakan yang tidak menentu.
Supaya tidak terjadi gerakan antara butiran tanah maka jumlah tanah yang dipakai 5 % (
untuk 1000 cc cairan jangan lebih dari 60 gram tanah ).
Butiran tanah dianggap bundar.
Butiran tanah harus lepas satu dengan lainnya, diurai dengan bantuan bahan kimia, yaitu ;
- Sodium Hexameta Phospat ( Na2 PO3) untuk tanah bersifat basa.
- Sodium Silikat ( Na2 Si O3 ) atau water glass untuk tanah bersifat asam.
Pengujian laboratorium dilakukan dengan menggunakan gelas ukuran dengan kapasitas
1000 cc yang diisi dengan bahan pendispersi dan tanah yang akan diuji.

Hydrometer Jar

Tabung Gelas Ukur

Larutan tanah

Endapan

Gambar 1 : Alat uji Hydrometer.

185 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Untuk menentukan butiran yang kasar ( > 0,075 mm ) dilakukan percobaan sieve analysis.
Dalam menentukan golongan tanah digunakan koefisien – koefisien bilangan yang didapat dari grafik
hasil perhitungan.

Koefisien derajat keseragaman ( Cu ) memiliki batasan untuk menentukan gradasi tanah, yaitu
:

Cu < 5 = Tanah bergradasi seragam.

5 < Cu < 15 = Tanah bergradasi sedang.

Cu > 15 = Tanah bergradasi baik.

L1

L
L 2/2

L2
L 2/2

186 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Gambar : Hydrometer

Sumber : Riana Herliana .Ir ; Rahmat Setyadi, Ir : Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah bagian
II, ITI, Serpong.

L 1 Vb

V = ; L = L1 + L2 - ……… Rumus V.3.

t 2 A

dimana ; L = jarak jatuh partikel tanah ( cm )

t = interval waktu ( detik )

Vb = volume bulb hydrometer

A = luas penampang hydrometer jar

Besar harga L dapat dilihat dari tabel 6-5 Bowles halaman 56, sehingga diperlukan koreksi:

Rc = R actual - Zero Corection + Ct

Ct = Koreksi temperatur dilihat dari tabel 6-3 Bowles hal. 55

Sehingga diperoleh % finer ;

Rc

% finer = x 100 % ………………….. Rumus V.4.

Ws

Bila Gs tanah 2,65, maka ;

187 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Rc x a

% finer = x 100 %

Ws

Gs ( 1,65 )

a = ………………….. Rumus V.5.

( Gs - 1 ) 2,65

Nilai a dapat dilihat dari tabel 6-2 Bowles halaman 55

Jika L dalam cm

t dalam detik

D dalam mm

Maka ;

D = 180 L .

60 ( s - w) .t ………………….. Rumus V.6.

dengan harga gravitasi = 980 cm/det2

1 dyne = 1gram x gravitasi ( satuan cgs )

Menggunakan Gs sebagai ganti s, maka didapat ;

D = 30 L (mm) ………………….. Rumus V.7.

980 ( Gs - w) t

188 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Disederhanakan ;

D =Kx L ………………….. Rumus V.8.

Dimana ;

k = fungsi dari , Gs dan t (dapat dilihat dari tabel 6-4 Bowles hal. 55)

Setelah pengujian Hydrometer kemudian dilakukan pengujian SieveAnalysis, Dimana rumus


yang digunakan :

D60
Cu =
D10

Dimana :

Cu = Koefisien derajat keseragaman.

D 10 = Diameter partikel pada kehalusan 10 %

D 60 = Diameterpartikel pada kehalusan 60 %

( D30 ) 2
Cc =
( D10 XD60 )

Dimana : Cc = Gradasi tanah.

D 30 = Diameter partikel pada kehalusan 30 %

189 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
 Weight Re tained 
% Retained =   x100%
 WeightSample 

dimana :

% retained = Persen tertahan saringan ( % )

Weight Retained = Berat tertahan saringan ( gr )

Weight Sample = Berat contoh tanah

% passing = 100% -  % Reained

dimana :

%passing = Persen lolos saringan %.

BAB III

PELAKSANAAN PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

a. Hydrometer type 152 H.


b. Tabung gelas ukuran 1000 cc dengan diameter 6,5 cm.
c. Saringan ASTM no.200.

190 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
d. Thermometer dengan ketelitian 0,1 C.
e. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram.
f. Oven dengan suhu 105 - 110 C.
g. Stop Watch.
h. Pengaduk mekanis dengan mangkuk dispersi.
i. Gelas ukur 50 ml dan 100 ml.
j. Batang pengaduk.
k. Mangkuk/gelas untuk sampel.
l. Karet penutup gelas ukuran 1000 cc.
m. Peralatan Sieve analysis.

3.1.2 Bahan

a. Bahan pembantu penguraian ( bahan dispersi ) yaitu water glass dengan kadar 4 %.
b. Contoh tanah dari masing-masing kedalaman 1 m dan 3 m, masing-masing sebanyak 50
gram tanah kering oven.

3.2 Persiapan Percobaan.

Siapkan contoh tanah yang lolos saringan ASTM no.4 kering oven ( minimal 18 jam ) sebanyak 50
gram untuk setiap kedalaman.
Siapkan larutan water glass ( Na2 Si O2 ) dengan kadar 4 % sebagai bahan dspersi dengan cara
ditimbang 40 gram water glass, lalu masukkan ke dalam tabung ukuran dan dicampur dengan air
suling sambil diaduk-aduk sampai mencapai 1000 cc, diaduk terus hingga homogen.
Campurkan satu contoh tanah tersebut dengan bahan dispersi sebanyak 125 cc lalu diaduk denga
batang kaca dan ditutup plastik sehingga tidak terganggu, kemudian didiamkan selama 16 jam.
Siapkan 2 tabung silinder 1000 cc untuk hydrometer jar dan satu tabung untuk thermometer sebagai
hydro jar control.
3.3 Jalannya Percobaan.

1. Campurkan contoh tanah yang telah didiamkan selama 16 jam dimasukkan ke dalam
Mal mixer cup, ditambah air suling sampai mencapai 2/3 tinggi cup.
2. Diaduk selama 10 menit dengan mixer tersebut, kemudian semua campuran tersebut
dimasukkan kedalam hydrometer jar, dan ditambahkan air suling sampai mencapai 1000
cc.

191 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
3. Siapkan pula hydrometer jar dengan campuran 125 cc bahan dispersi kadar 4 %,
ditambahkan air suling sampai 1000 cc.
4. Masukkan alat hydrometer type 152 H kedalam hydrometer jar kontrol, catat koreksi nol
dan koreksi miniscus.

Gambar ;

a b

a = koreksi nol.

b = koreksi miniscus

5. Kemudian tukar alat hydrometer tersebut dengan thermometer dan baca perubahan suhu
yang terjadi.
6. Tutup rapat-rapat hydrometer jar yang telah berisi contoh tanah. Kemudian dikocok
secara horizontal selama satu menit hingga campuran menjadi homogen.
7. Letakkan hydrometer jar tersebut si tempat yang stabil dan masukkan segera alat
hydrometer dengan waktu maksimal 10 detik, percobaan langsung dimulai.
8. Baca alat hydrometer dengan interval waktu 1', 2', 3', 4', sehingga didapat harga Ra 1, Ra2,
Ra3, dan Ra4.
9. Kemudian hydrometer jar ditutup dan dikocok kembali, kemudian diletakkan, dan
masukkan alat hydrometer, dan baca lagi untuk interval waktu 1', 2', 3', dan 4'.
10. Demikian seterusnya langkah-langkah point 6-9 dilaksanakan hingga didapat harga-harga
Ra1, Ra2, Ra3, dan Ra4. Jika tidak terjadi banyak perubahan, maka pembacaan diteruskan
pada menit ke-8.

192 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
11. Pembacaan hydrometer dan termometer dilakukan pada menit-menit ke ; 1, 2, 3, 4, 8, 15,
30, 60, 120, 240, 480, 960, 1440.
12. Setelah selesai seluruh pembacaan, tuangkan larutan tersebut diatas saringan ASTM 200
sehingga didapat ukuran tanah lebih besar dari 0,075 mm.
13. Kemudian tanah dikeringkan di oven 18 jam.
14. Contoh tanah dikeluarkan dari oven kemudian ditimbang, dan selidiki distribusi
butirannya dengan metode Sieve Analysis.

BAB IV

HASIL PERCOBAAN

4.1 Data percobaan


- Pada tanah kedalaman 1 meter :

Diketahui :

Berat tanah kering (Ws) = 50 gram


Berat jenis tanah (Gs) = 2,50
Interval waktu (t) =1 menit = 60 detik
Zero Corection = 0,5
Meniscus CorectioN =1

193 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Temperatur (t) = 290 C
Koreksi temperatur (Ct) = 3,05 (tabel 6-3)
R actual (dari pembacaan) = 32
Dari kombinasi nilai temperatur = 290 C, nilai Gs = 2,50.
(tabel 6-4) Maka K =0,0129

Pada (tabel 6-2) Gs = 2,50. Didapat a = 1,04

Mencari harga Rc :

Rc = R actual - Zero Corection + Ct

= 32 – 0,5 + 3,05

= 34.55

Kehalusan partikel tanah :

( Rc xa)
% Finer = x100 %
Ws

(34.55 x1,04)
% Finer = x100 %
50

= 71.864 %

R = R c - miniscus corection

= 34.55 – 1

= 33.55

R = 33.55 (tabel 6-5) Maka harga L = 10,8

Maka diameter ukuran partikel tanah :

L
D=K
t

10,8
= 0,0129
60

= 0,00547 mm

194 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
BAB V

PENUTUP

5. 1 Kesimpulan

Sampel tanah pada kedalaman 1 meter dan 3 meter mempunyai ukuran butiran lebih kecil dari
0,075 mm, jadi tanah tersebut termasuk tanah jenis lanau (silt) atau lempung (clay).

5. 2 Saran

1. Pastikan peralatan dalam keadaan baik.


2. Dalam pengujian hydrometer usahakan tabung hydrometer tidak bergerak gerak karena
dapat mempengaruhi pembacaan Ra.
3. Usahakan dalam pembacaan harus teliti.

195 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
4. Sebaiknya praktikum hydrometer dan sieve analysis dilaksanakan secara berurutan.
Karena kedua modul saling berkaitan.

5.3 Sumber kesalahan


1. Kurangnya ketelitian pratikan dalam pembacaan.
2. Karena perbedaan tinggi muka air yang sangat kecil, menyebabkan pembacaan koreksi
nol dan koreksi miniscus tidak didapat ketepatan untuk pembacaan koreksi 0 o C.

Penanggung Jawab Modul : Muhammad Ridwan

Judul Praktikum : Sondir

Grup / Tahun : 6/2015

Tanggal Praktikum :

Asisten :

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pondasi merupakan bagian bangunan yang menyalurkan beban langsung ke dalam


lapisan tanah. Jika kondisi tanah di bawah struktur cukup kuat dan mampu mendukung beban

196 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
yang ada berarti pondasi plat setempat dapat digunakan untuk menyalurkan beban. Dilain
pihak, seandainya kondisi tanah permukaan adalah lunak berarti tiang ataupier dapat
digunakan untuk menyalurkan beban lebih dalam pada kondisi tanah yang paling sesuai. Pada
tulisan ini pembahasan dibatasi hanya pada pondasi dangkal. Dalam dunia konstruksi yang
menentukan daya dukung ijin pondasi dangkal biasanya adalah insinyur geoteknik.
Berdasarkan pengalaman dan didukung oleh teori-teori, insinyur geoteknik
menginterprestasikan informasi hasil soil investigation untuk mendapatkan prediksi
performansi pondasi. Penyelidikan tanah untuk pondasi dangkal di Indonesia umumnya
menggunakan metode Conus Penetration Test (CPT) atau sounding/sondir. Dan hasil
prediksi tersebut berakhir pada laporan rekomendasi yang dibuat oleh insinyur geoteknik.
Ada berbagai cara untuk menentukan daya dukung tanah, salah satu diantaranya adalah
melakukan pengetesan dengan alat sondir. Alat ini mempunyai standar luas penampang
sebesar 10 cm2, sudut puncak 60°, dan luas selimut 150 cm2 (di Indonesia 100 cm2).
Kecepatan penetrasi 2 cm/detik (standar ASTM D411-75T).

Tes sondir tanah dilaksanakan untuk mengetahui perlawanan penetrasi konus dan
hambatan lekat tanah. Perlawanan penetrasi konus adalah perlawanan tanah terhadap ujung
konus yang dinyatakan dalam gaya persatuan luas. Hambatan lekat adalah perlawanan geser
tanah terhadap selubung bikonus dalam gaya persatuan luas.

1.2 Rumusan Masalah

Dalam laporan ini menekankan beberapa nilai dari pengujian sondir :

1. Berapa besar tekanan konus dan total konus dari setiap penurunan 20 cm?
2. Berapa jumlah hambatan pelekat tiap ke dalaman 20 cm?
3. Berapa jumlah tiang pancang yang dibutuhkan dari data yang diketahui?

1.3 Tujuan Percobaan

Menentukan tekanan ujung konus, hambatan pelekat antara tanah dan bahan serta
daya dukung tanah tehadap tiang-tiang pancang.

197 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 LandasanTeori

Penyondiran adalah proses pemasukan suatu batang tusuk kedalam tanah, dengan
bantuan manometer yang terdapat pada alat sondi tersebut kita dapat membaca atau
mengetahui kekuatan suatu tanah pada kedalaman tertentu. Sehingga, dapat diketahui bahwa
dari berbagai lapisan tanah memiliki kekuatan yang berbeda.

Penyelidikan dengan penyondiran disebut penetrasi, dan alat sondir yang biasa
digunakan adalah Dutch Cone Penetrometer, yaitu suatu alat yang pemakaiannya ditekan
secara langsung kedalam tanah. Ujung yang berbentuk konus( kerucit ) dihubungkan pada

198 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
suatu rangkaian stang dalam casing luar dengan bantuan suatu rangka dari besi dan dongkrak
yang dijangkarkan ke dalam tanah.

Ada dua macam ujung penetrometer, yaitu :

a. Standard Type ( mantel conus )


Pada jenis ini yang diukur adalah perlawanan pada ujung ( konus ), hal ini
dilakukan hanya dengan menekan stang dalam yang segera menekan konus
tersebut ke bawah sedangkan seluruh casing luar tetap di luar. Gaya yang
dibutuhkan untuk menekan konus tersebut ke bawah diukur dengan suatu alat
pengukur. Alat pengukur yang akan diletakkan pada kekuatan rangka didongkrak.
Setelah dilakukan pengukuran,konus,stang dalam,dan casing luar dimajukan
sampai pada kedalaman berikutnya dimana pengukuran selanjutnya dilakukan
hanya dengan menekan stang dalamnya saja.

b. Friction Sleeve ( Adhesion Jacket Type / Bikonus


Pada jenis ini dapat diukur secara sekaligus nilai konus dan hambatan lekatnya.
Hal ini dilakukan dengan penekanan stang dalam seperti biasa. Pembacaan nilai
konus dan hambatan lekat dilakukan setiap 20 cm. Dengan alat sondir yang
mungkin hanya mencapai pada kedalaman 30 cm atau lebih, bila tanah yang
diselidiki adalah lunak. Alat ini sangat cocok di Indonesia, karena disini banyak
dijumpai lapisan lempung yang dalam dengan kekuatan rendah sehingga tidak
sulit menembusnya. Dan perlu diketahui bahwa nilai konus yang diperoleh tidak
boleh disamakan dengan daya dukung tanah tersebut.

Sondir dilakukan untuk mendapatkan kekuatan tanah pada kedalaman tertentu. Pada
sondir ini digunakan penetrometer dengan ujung biconus. Yang diukr disini adalah nilai
conus dan hambatan pelekat. Nilai conus digambar dalam kg/cm2 dan hambatan pelekat
digambar sebagai jumlah untuk kedalaman yang tertentu per cm keliling yaitu kg/cm.

Rumus yang dipakai : (Qc x Fc) + (F x Fm) = (Qt X Ft)

Dimana : Fc = Luas permukaan dari ujung comus (10 cm2)

Fm = Luas seimut silinder (150 cm2)

Ft = Luas total permukaan bikonus yang bergeser dengan tanah (10 cm2)

199 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Qc = Tekanan conus (kg/cm2)

Qt = Tekanan total conus (kg/cm2)

F = Hambatan lekat (kg/cm)

𝑄𝑡 𝑥 𝐹𝑡 − 𝑄𝑐 𝑥 𝐹𝑐
𝐹=
𝐹𝑚

Dengan memasukkan harga-harga pada rumus tersebutt maka didapat:

𝑄𝑡 − 𝑄𝑐
𝐹= (𝑘𝑔⁄𝑐𝑚2 )
15

Hambatan pelekat / HP = (l x F) kg

Dimana, l = panjang lekatan ( 20 cm)

Jumlah hambatan pelekat / JHP = (Fx20) + JHP sebelumnya

Daya dukung ijin pertiang pancang = p

𝑄𝑐 𝑥 𝐹𝑡𝑝 𝐽𝐻𝑃 𝑥 𝐹𝑡𝑝


𝑝= ±
𝑆𝐹𝑖 𝑆𝐹𝑖𝑖

Dimana, : Ftp = luas tiang pancang

Fktp = luas keliling tiang pancang

SFi = angka keamanan I ( 2-3 )

SFii = angka keamanan II ( 3-5 )

𝑝
Jumlah tiang pancang (n) = 𝑝

200 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
BAB III

PELAKSANAAN PERCOBAAN

3.1 Alat-Alat yang dipakai

1. Peralatan sondir lengkap.


2. Manometer kapasitas 0-50 kg/cm2 dan 0-250 kg/cm2
3. Seperangkat pipa sondir lengkap dengan batang dalam dengan masing-masing
panjang 1 meter.
4. Biconus, dengan luas konus 10 cm2 dan luas mantel 150 cm2
5. Angkur 4 buah lengkap dengn besi pemutar.

201 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
6. Kunci-kunci pipa
7. Minyak hidrolik
8. Cangkul,kuas,meteran,alat-alat pembersih.

202 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
3.2 Persiapan Percobaan
1. Tentukan lokasi sondir, alat-alat dibersihkan dan diberi oli.
2. Pasang ke 4 angkur pada sudut-sudut dari titik lokasi dengan bantuan stang
pemutar
3. Alat sondir diletakkan persis ditengah-tengah ke empat angkur dan harus berdiri
tegak vertical ke segala arah.
4. Isi oli pada mesin sondir, jangan sampai udara pada saluran manometer.
5. Pasang manometer pada alat sondir, sebelumnya periksa apakah manometer
berjalan dengan baik atau tidak.
6. Periksa apakah biconus dan batang-batang sondir masih dalam keadaan baik atau
tidak.

203 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
3.3 Jalannya Percobaan

1. Biconus ditancapkan tegak lurus pada titik lokasi


2. Biconus disambung dengan batang sondir, pembacaan manometer sudah siap
dimulai.
3. Kran manometer dengan kapasitas 0-50 kg/cm2 dibuka, sedangkan kran
manometer dengan kapasitas 0-250 kg/cm2 ditutup.
4. Conus ditekan secara perlahan-lahan dengan memutar engkol, dan lakukan
pembacaan setiap penurunan 20 cm.
5. Stang dalam dari batang sondir ditekan, baca harga perlawanan ujung Qc pada
manometer
6. Setelah batang dalam turun 4 cm, dengan sendirinya akan menjepit mantel
biconus dan jarum manometer akan melonjak yang merupakan harga Qt.
7. Kemudian penekanan stang dalam dihentikan
8. Tekan pipa luar / casing saja, sampai kedalaman berikutnya
9. Demikian selanjutnya dilakukan pembacaan setiap penambahan kedalaman 20
cm.
10. Pengamatan terus dilakukan sampai tekanan conus Qc mencapai lebih besar dri
150 kg/cm2 atau sampai kedalaman 20 meter.

204 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
BAB IV

HASIL PERCOBAAN

4.1 Perhitungan

Rumus yang dipakai :(Qc x Fc) + (F x Fm) = (Qt X Ft)

Dimana : Fc = Luas permukaan dari ujung comus (10 cm2)

Fm = Luas seimut silinder (150 cm2)

Ft = Luas total permukaan bikonus yang bergeser dengan tanah (10 cm2)

Qc = Tekanan conus (kg/cm2)

Qt = Tekanan total conus (kg/cm2)

F = Hambatan lekat (kg/cm)

𝑄𝑡 𝑥 𝐹𝑡 − 𝑄𝑐 𝑥 𝐹𝑐
𝐹=
𝐹𝑚

Dengan memasukkan harga-harga pada rumus tersebutt maka didapat:

𝑄𝑡 − 𝑄𝑐
𝐹= (𝑘𝑔⁄𝑐𝑚2 )
15

Hambatan pelekat / HP = (l x F) kg

Dimana, l = panjang lekatan ( 20 cm)

Jumlah hambatan pelekat / JHP = (Fx20) + JHP sebelumnya

Daya dukung ijin pertiang pancang = p

𝑄𝑐 𝑥 𝐹𝑡𝑝 𝐽𝐻𝑃 𝑥 𝐹𝑡𝑝


𝑝= ±
𝑆𝐹𝑖 𝑆𝐹𝑖𝑖

Dimana : Ftp = luas tiang pancang

Fktp = luas keliling tiang pancang

SFi = angka keamanan I ( 2-3 )

205 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
SFii = angka keamanan II ( 3-5 )

𝑝
Jumlah tiang pancang (n) = 𝑝

206 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
4.2 Hasil Perhitungan

1. Hasil Pembacaan Konus dan Konus Total

Pembacaan
Kedalaman
Konus Total
0 0 0
0.2 5 10
0.4 10 17
0.6 13 18
0.8 29 32
1 50 55
1.2 14 62
1.4 16 52
1.6 23 43
1.8 47 52
2 70 75
2.2 52 60
2.4 27 47
2.6 42 48
2.8 52 57
3 60 65
3.2 37 42
3.4 16 32
3.6 9 13
3.8 52 67
4 73 77
4.2 37 42
4.4 87 102
4.6 92 104
4.8 102 111
5 125 130
5.2 145 152
5.4 200 220

207 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
2. Hasi Perhitungan F, HP, JHP

Kedalaman Qc Qt F HP JHP
0 0 0 0 0.000 0.000
0.2 5 10 0.333 6.667 6.667
0.4 10 17 0.467 9.333 9.333
0.6 13 18 0.333 6.667 6.667
0.8 29 32 0.200 4.000 4.000
1 50 55 0.333 6.667 6.667
1.2 14 62 3.200 64.000 64.000
1.4 16 52 2.400 48.000 48.000
1.6 23 43 1.333 26.667 26.667
1.8 47 52 0.333 6.667 6.667
2 70 75 0.333 6.667 6.667
2.2 52 60 0.533 10.667 10.667
2.4 27 47 1.333 26.667 26.667
2.6 42 48 0.400 8.000 8.000
2.8 52 57 0.333 6.667 6.667
3 60 65 0.333 6.667 6.667
3.2 37 42 0.333 6.667 6.667
3.4 16 32 1.067 21.333 21.333
3.6 9 13 0.267 5.333 5.333
3.8 52 67 1.000 20.000 20.000
4 73 77 0.267 5.333 5.333
4.2 37 42 0.333 6.667 6.667
4.4 87 102 1.000 20.000 20.000
4.6 92 104 0.800 16.000 16.000
4.8 102 111 0.600 12.000 12.000
5 125 130 0.333 6.667 6.667
5.2 145 152 0.467 9.333 9.333
5.4 200 220 1.333 26.667 26.667

3. Grafik

208 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
4. Jumlah tiang pancang yang dibutuhkan dari kasus permisalan

Cara menghitung tiang pancang yang dibutuhkan:

Diketahui : Qc = 175 kg/cm2

Qt = 200 kg/cm2

SF = 3

JHP sebelumnya = 1111

Kedalaman = 7,5 m

Pondasi berbentuk segitiga samasisi dengan sisinya 14 cm

Daya dukung izin( p )= 35 ton

Ditanya : Hitung berapa tiang pancang yang dibutuhkan

Penyelesaian:

14 cm 14 cm

14 cm

209 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
1
Ftp =luastiangpancang = 2 𝑥 14 𝑥 12,12 = 84,84

𝑄𝑡−𝑄𝑐 200−175
F= 15
= 15
= 1,67

JHP = ( F x 20 ) + JHP sebelummnya = (1,67 x 20) + 1111 = 1144,4

Fktp = 14 x 3 = 42

𝑄𝑐 𝑥 𝐹𝑡𝑝 𝐽𝐻𝑃 𝑥 𝐹𝑘𝑡𝑝 175 𝑥 84,84 1144,4 𝑥 42


p= 𝑆𝐹𝐼
+ 𝑆𝐹 𝐼𝐼
= 3
+ 3
= 4949 + 16021,6 = 20970,6

𝑝 35000
Jumlahtiangpancang (n) = 𝑝 = 20970,6 = 1,669 = 2 𝑏𝑢𝑎ℎ

210 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
BAB V

PENUTUP
5.1 Kesimpulan

1. Pengujian dengan menggunakan alat sondir dapat mempunyai beberapa keuntungan


sebagai berikut :
a. Tidak diperlukan pemboran tanah untuk melakukan penyelidikan tanah.
b. Dengan melihat grafik, dimana hasil alat sondir memberikan gambaran yang
baik mengenai kondisi tanah.
c. Alat sondir ini sangat cocok untuk keadaan di Indonesia karena terdapat
banyak lapisan lempung yang dalam dengan kekuatan yang rendah sehingga
tidak sulit untuk ditembus oleh alat ini.
d. Lapisan pasir dapat dipakai sebagai petunjuk mengenai kepadatan relatif
(relatif density) pasir tersebut.
e. Selain dapat mengetahui nilai tekanan conus atau perlawanan ujung (secara
empiris), alat sondir tersebut dapat mengetahui hambatan pelekat antara
mantel dengan tanah sehingga dapat diaplikasikan pada pondasi tiang terapung
(floating pile).
f. Biaya yang dikeluarkan relatif lebih murah.
g. Tidak menimbulkan pencemaran lingkungan.
2. Sedangkan pengujian dengan menggunakan alat sondir mempunyai kerugian sebagai
berikut :
a. Tidak memberikan keterangan kepada kita mengenai terdiri dari apa sajakah
tanah tersebut.
b. Tidak seperti pada uji penetrasi baku (standard penetration test), dimana
contoh tanah tidak dapat diperoleh untuk penyelidikan langsung (observasi
mata) atau untuk uji laboratorium.
c. Pengerjaannya tidak praktis dan masih menggunakan tenaga manusia sebagai
penggeraknya.

5.2 Sumber Kesalahan

1. Kurang konstannya praktikan pada saat memutar engkol.

2. Kurang teliti dan kurang cermatnya praktikan pada saat membaca manometer.

211 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Penanggung Jawab Modul : Muhammad Ridwan

Judul Praktikum : TRIAXIAL

Grup / Tahun : 4/2015

Tanggal Praktikum :

Asisten :

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.1.1 Maksud
Pengujian triaxial adalah salah satu pengujian kekuatan geser tanah yang dilakukan di
laboratorium dengan menggunakan seperangkat alat triaxial.

1.1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah :

1. Untuk mengukur Unconsolidated Undrained Strengh tanah dalam keadaan


undisturbed.
2. Untuk mengetahui parameter sudut geser () dan nilai kohesi tanah (c).
3. Untuk mengetahui tegangan horizontal (3) dan tegangan vertikal (1).

212 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
BAB II

KAJIAN TEORI
2.1 Landasan Teori
Pengetahuan tentang kekuatan geser diperlukan untuk menyelesaikan masalah-

masalah yang berhubungan dengan stabilitas tanah. Kekuatan geser tanah merupakan

perlawanan internal tanah persatuan luas terhadap keruntuhan atau pergseran sepanjang

bidang geser dalam tanah. Parameter-parameter kekuatan geser untuk suatu tanah tertentu

dapat ditentukan dari hasil-hasil pengujian laboratorium pada contoh-contoh tanah tanah

lapangan yang mewakili untuk menganalisis masalah stabilitas tanah seperti daya dukung

pondasi bangunan, stabilitas talud (lereng), dan tekanan tanah ke samping pada turap maupun

dinding penahan tanah.

Pengujian parameter kekuatan geser tanah dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu :

1. Pengujian geser langsung (direct shear)

Percobaan geser langsung dengan seperangkat alat direct shear, kekuatan geser dapat

diukur secara langsung. Uji geser langsung adalah pengujian tertua dan paling sederhana

untuk suatu pengujian kekuatan geser tanah.

2. Uji tekan bebas (Unconfined Compression Test)

Unconfined compression Test adalah pengujian ketahanan tanah terhadap gaya

vertikal dimana sisi-sisi horizontalnya dibiarkan bebas agar kita dapat melihat

keruntuhan tanahnya secar visual. Pengujian ini adalah bentuk khusus dari

Unconsolidated Undrained Test (UU Test) yang umumnya dilakukan terhadap sampel

tanah lempung.

213 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
3. Uji Triaxial

Pengujian ini merupakan pengujian kekuatan geser tanah yang paling dapat

diandalkan dan cocok untuk segala jenis tanah. Keuntungan dari pengujian ini adalah

bahwa kondisi pengaliran dapat dikontrol, tekanan air pori dapat diukur dan bila

diperlukan tanah jenuh dengan permeabilitas rendah dapat dibuat terkonsolidasi.

Pengujian ini menggunakan sebuah contoh tanah yang berbentuk silinder

dengan perbandingan antara panjang dan diameternya memenuhi persyaratan

dimensinya yaitu 2D ≤ L ≤ 3D. Sebab bila L < 2D, sudut bidang runtuhnya akan

mengalami overlap. Dan bila L > 3D sampel akan berlaku seperti kolom, akan

mempunyai bahaya tekuk. Sehingga panjang contoh tanah yang ideal yaitu apabila

perbandingan panjang dan diameternya yaitu 1 : 2.

Contoh tersebut dibebani secara simetri aksial seperti terlihat pada gambar :

Tegangan aksial

Tegangan sel yang sama

Gambar I.1 : Sistem tegangan pada uji Triaxial

214 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Pengujian ini menggunakan seperangkat alat Triaxial seperti gambar berikut ini :

Gambar I..2. Alat triaxial

Dasar alat yang berbentuk lingkaran memiliki sebuah alas untuk meletakan contoh

tanah. Alas tersebut memiliki lubang masuk yang digunakan untuk pengaliran air atau untuk

pengukuran tekanan air pori. Ada juga alas yang memiliki dua buah lubang masuk, sebuah

untuk pengaliran air dan yang lainnya untuk pengukuran tekanan air pori. Yang merupakan

badan dari inti alat tersebut adalah sebuah silinder tembus pandang (perspex cylinder) yang

ditutup oleh sebuah cincin dan penutup lingkaran atas. Penutup lingkaran atas tersebut

memiliki lubang ditengah-tengahnya sebagai jalan masuk untuk batang pembeban (loading

ram). Silinder dan penutupnya dijepit ke dasar alat yang ditutup dengan cincin berbentuk ).

Ada berbagai macam kemungkinan prosedur pengujian dengan alat triaxial, tetapi

hanya ada tiga jenis pengujian yang pokok yaitu :

1. Tak terkonsolidasi tak terdrainasi (Unconsolidated Undrained)

Contoh tanah mengalami tekanan sel tertentu, kemudian digunakan selisih

tegangan utama secara tiba-tiba tanpa pengaliran pada setiap tahap pengujian.

2. Terkonsolidasi tak terdrainasi (Consolidated Undrained)

215 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Pengaliran pada contoh tanah diperbolehkan dibawah tekanan sel tertentu sampai

konsolidasi selesai. Kemudian digunakan selesih tegangan utama tanpa pengaliran.

Pengukuran tegangan air pori dilakukan selama keadaan tanpa pengaliran.

3. Terdrainasi (Drained)

Pengaliran pada contoh tanah diperbolehkan dibawah tekanan tertentu sampai

konsolidasi selesai. Kemudian dengan pengaliran yang masih diperbolehkan, digunakan

selisih tegangan utama dengan kecepatan sedang untuk membuat kelebihan tekanan air

pori tetap nol.

Pada pengujian triaxial, konsolidasi terjadi di bawah kenaikan tegangan total yang

sama, yang tegak lurus dengan permukaan atas dan permukaan keliling contoh tanah. Pada

keadaan ini tegangan lateral pada contoh tanah tidak sama dengan nol akibat pengaliran

melalui piringan berpori pada bagian atas dan bawah contoh, terjadi penghilangan kelebihan

tekanan air pori.

Kriteria Keruntuhan Menurut Mohr-Coloumb

Menurut Mohr, keruntuhan pada suatu material terjadi akibat kombinasi kritis antara

tegangan normal dan geser dan bukan karena salah satu tegangan saja. Dan oleh Coloumb

keruntuhan itu dinyatakan sebagai sebuah garis lurus yang menunjukan hubungan linear

antara tegangan normal dan tegangan geser.

Maka dapat dikatakan bahwa bila sejumlah tegangan diketahui, dimana masing-

masing tegangan itu menyebabkan keruntuhan geser pada tanah, sebuah garis singgung dapat

dibuat pada lingkaran Mohr. Garis singgung tersebut dinamakan selubung keruntuhan

(failure envelope) tanah.. Tekanan sel yang terjadi disebut tegangan utama kecil, sedangkan

jumlah tekanan sel dan tegangan aksial yang digunakan disebut tegangan utama besar.

216 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Kondisi-kondisi tegangan tersebut dapat disajikan dalam bentuk lingkaran Mohr seperti di

bawah ini :
Tegangan geser

c θ 2
3 Tegangan normal
A
1

1

θ 3

Gambar I.3 : Gambar Lingkaran Mohr dan garis keruntuhan. (Sumber : Das, Braja M, 1995)

Rumus yang Dipakai

Rumus yang Dipakai untuk Perhitungan Data


1. Mencari tegangan vertikal yang diberikan :
K *M
 d 
A'

σ1   d   3

dimana :

217 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
1 = Tegangan vertikal yang diberikan (kg/cm2).

3 = Tegangan horizontal yang konstan (kg/cm2).

M = Dial deformasi.

K = Kalibrasi dari proving ring.

A’ = Luas penampang sampel tanah yang telah dikoreksi (cm2).


2. Mencari luas penampang sampel tanah yang digunakan :

Ao  1  D2
4

L

Lo

Ao
A' 
1- 

dimana :

Ao = Luas penampang sampel tanah yang diujikan (cm2).

ε = Unit strain.

ΔL = Perubahan panjang contoh tanah.

Lo = Tinggi atau panjang contoh tanah mula-mula (cm).

D = Diameter sampel tanah yang digunakan (cm).

H = kedalaman contoh tanah yang diambil (m).

3. Mencari kadar air :


Wsat  Wdry
Ka  x 100 %
Wdry

dimana :

Ka = Kadar air.

Wsat = Berat tanah basah.

Wdry = Berat tanah kering Oven.

218 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
4. Mencari berat isi tanah :
Wdry
 dry 
Vdry

Wsat
 sat 
Vsat

dimana :

γdry = Berat isi kering.

Vdry = Volume tanah kering.

γsat = Berat isi basah.

Vsat = Volume tanah basah.

Rumus yang Digunakan untuk Perhitungan Kriteria Keruntuhan Mohr-Coloumb

1. Mencari tegangan geser :


  c   tan 

1 -  3
 sin 2 
2


  45 
2

dimana :

 = Sudut geser internal.

 = Sudut antara bidang utama dengan bidang runtuh.

1 = Tegangan vertikal yang diberikan (kg/cm2).

3 = Tegangan horizontal yang konstan (kg/cm2).

c = nilai kohesi tanah (kg/cm2).

2. Mencari tegangan normal :


1   3 1   3
n   cos 2 
2 2

219 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
dimana :

n = Tegangan normal (kg/cm2).

 = Sudut geser internal.

1 = Tegangan vertikal yang diberikan (kg/cm2).

3 = Tegangan horizontal yang konstan (kg/cm2).

220 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
BAB III

PELAKSANAAN PERCOBAAN

3.1 Alat-alat dan Bahan yang Digunakan


3.1.1 Alat-alat yang digunakan
1. Satu set alat triaxial

2. Pompa penghisap udara

3. Extruder untuk mengeluarkan contoh tanah

4. Mold dengan diameter ± 3.5 cm.

5. Jangka sorong

6. Oven dengan suhu 105° C - 110° C.

7. Timbangan dengan ketelitian 0.01 gr.

8. Gergaji kawat

9. Spatula

10. Kompresor listrik

3.1.2. Bahan yang digunakan


Percobaan ini menggunakan Tiga sampel tanah undisturbed untuk masing-masing

kedalaman 1 meter dan 3 meter.

3.2 Persiapan Percobaan


1. Ukur diameter ring yang akan digunakan untuk mencetak tanah undisturbed kemudian
permukaan bagian dalam ring dilumuri dengan vaseline. Contoh tanah undisturbed
dikeluarkan dengan alat extruder dan langsung dicetak dengan ring pencetak.
2. Keluarkan tanah yang telah dicetak dari ring.
3. Ukur tinggi contoh tanah untuk menghitung volumenya, kemudian timbang berat
contoh tanah tersebut.
4. Contoh tanah kemudian dimasukan dalam membran karet dengan bantuan membran
stretcher dan penghisap, usahakan agar contoh tanah tidak rusak dan tidak terdapat
gelembong udara yang tersekap dalam membran karet.

221 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
5. Contoh tanah yang telah diselubungi membran karet kemudian masukan ke dalam
tabung sel triaxial.
6. Bagian atas diletakan plat penerus gaya yang dilengkapi dengan selang sebagai
saluran keluarnya air tanah.
7. Setelah contoh tanah selesai dipasang dan berdiri tegak dengan baik, kemudian tabung
sel ditutup rapat-rapat.

3.3 Jalannya Percobaan


1. Sel triaxial diisi dengan air sampai penuh, diusahakan agar jangan ada gelembung
udara yang terperangkap dalam sel triaxial.
2. Karena pengisian air ini, pada sel tersebut mengalami tekanan yang diberikan oleh
kompresor, kemudian menekan contoh tanah radi segala arah yang besarnya dapat
dilihat di manometer. Fungsi tekanan ini adalah sebagai pengganti tegangan lateral
(σ3).
3. Tentukan besarnya σ3 dengan memutar kran dan memberi tekanan udara dengan
kompresor; misalnya :
- Untuk kedalaman 1 meter σ3 = 0.25 kg/cm2; 0.5 kg/cm2; 0.75 kg/cm2.
- Untuk kedalaman 3 meter σ3 = 0.5 kg/cm2; 1 kg/cm2; 1.5 kg/cm2.
4. Jalankan alat penekan arah vertikal dengan kecepatan penurunan 2 % permenit dari
tinggi contoh alat.
5. Pembacaan load dial dilakukan setiap deformasi atau penuruan bertambah 0.5 mm.
6. Pembebanan diteruskan hingga contoh tanah mengalami keretakan atau sampai
pembacaan load dial turun kembali atau bila ditemukan tiga kali pembacaan load dial
yang sama.
7. Kemudian air dalam sel triaxial dikeluarkan dengan cara memberi tekanan adri
kompresor, dan udara yang masih ada dalam tabung dikeluarkan.
8. Tabung sel dikeluarkan dari unit triaxial lalu membran karet dilepas dan tanah
dikeluarkan dari sel triaxial.
9. Gambar bentuk dan garis-garis keretakannya.
10. Contoh tanah ditimbang dan dimasukan ke dalam oven selama 18 – 24 jam.
Kemudian ditimbang lagi dan hitung kadar airnya.
11. Percobaan ini dilakukan lagi untuk contoh tanah yang lainnya dengan σ3 yang berbeda

222 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
BAB IV

HASIL PERCOBAAN
4.1 Data-data

Tanah Kedalaman 1 meter


Sampel 1 :
1. Berat tanah basah + can = 13.51 gram.
2. Berat tanah kering + can = 12.20 gram.
3. Berat can = 9.38 gram.
4. Diameter sampel = 3.81 cm.
5. Tinggi sampel = 8.05 cm.
6. Tekanan lateral terbesar = 286.5 kg/cm2
Sampel 2 :

1. Berat tanah basah + can = 18.57 gram.


2. Berat tanah kering + can = 15.22 gram.
3. Berat can = 8.15 gram.
4. Diameter sampel = 3.80 cm.
5. Tinggi sampel = 8.05 cm.
6. Tekanan lateral terbesar = 363 kg/cm2
Sampel 3 :

1. Berat tanah basah + can = 23.39 gram.


2. Berat tanah kering + can = 18.94 gram.
3. Berat can = 9.42 gram.
4. Diameter sampel = 3.80 cm.
5. Tinggi sampel = 8.15 cm.
6. Tekanan lateral terbesar = 519 kg/cm2

223 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
4.2 Analisa Data
1. Mencari kadar air :
- Sampel 1 :
23.04  18.51
Ka1  x 100 %
18.51 - 9.74
 46.45 %

- Sampel 2 :
18.57  15.22
Ka2  x 100 %
15.22 - 8.15
 47.38 %

- Sampel 3 :
23.39  18.94
Ka3  x 100 %
18.94 - 9.42
 46.74 %

Kadar air rata-rata : 46.86 %

2. Mencari Berat isi tanah :


- Mencari Luas permuakaan sampel tanah :

Ao1  1  D 2
4
  3.812
1
4
 11.4 cm 2

Ao 2  1  D 2
4
 1  3.802
4
 11.34 cm 2

Ao 3  1  D 2
4
 1  3.802
4
 11.34 cm 2

- Mencari volume sampel tanah :

224 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
V1  Ao1 x L
 11.4 x 8.05
 91.77 cm 3

V2  Ao2 x L
 11.34 x 8.05
 91.287 cm3

V3  Ao3 x L
 11.34 x 8.15
 92.421 cm3

- Mencari berat isi tanah :


Berat isi basah :

4.13
 sat1 
91.71
 0.045 gr/cm 3

10.42
 sat 2 
91.287
 0.114 gr/cm 3

13.97
 sat 3 
92.421
 0.151 gr/cm 3

Berat isi basah rata-rata : 0.103 gr/cm3

Berat isi kering :

2.82
 dry 
1
91.77
 0.031 gr/cm 3

7.07
 dry2 
91.287
 0.077 gr/cm 3

9.52
 dry3 
92.421
 0.103 gr/cm 3

Berat isi kering rata-rata : 0.07 gr/cm3

225 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
- Mencari faktor koreksi luas :
0.50
1 
8.05
 0.062

0.28
2 
8.05
 0.035

0.26
3 
8.15
 0.032

- Mencari luas yang sudah terkoreksi :


11.4
A1 ' 
1 - 0.062
 12.15 cm 2

11.34
A2 ' 
1 - 0.035
 11.75 cm 2

11.34
A3 ' 
1 - 0.032
 11.71 cm 2

3. Mencari tegangan deviator :


0.144 * 286.5
 d1 
12.15
 3.4

0.144 * 363
 d2 
11.75
 4.45

0.144 * 406.6
 d3 
11.71
5

4. Mencari tegangan vertikal :


- Sampel 1 :

226 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
 1  0.25  3.4
 3.65

- Sampel 2 :
 1  0.5  4.45
 4.95

- Sampel 3 :
 1  0.75  5
 5.75

5. Mencari sudut geser internal tanah :


Dari gambar lingkaran Mohr didapat sudut geser internal tanah adalah :

- Kedalaman 1 meter = 44 
- Kedalaman 3 meter = 22.5 
6. Menentukan nilai kohesi tanah :
Dari gambar lingkaran Mohr didapat nilai kohesi tanah sebagai berikut :

- Kedalaman 1 meter = 0.625 kg/cm2


- Kedalaman 3 meter = 0.94 kg/cm2

BAB V

227 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Percobaan uji geser triaxial dilakukan untuk menentukan parameer kekuatan geser
tanah yaitu nilai kohesi tanah dan sudut geser keruntuhan tanah.
2. Dari hasil perhitungan dan pengolahan data didapat :
Kedalaman Sampel 3  1  C
(m)
(Kg/cm2) (Kg/cm2) (Kg/cm2) () (Kg/cm2)

1 1 0.25 3.4 3.65

2 0.5 4.45 4.95 44 0.625

3 0.75 5 5.75

3 1 0.5 3.124 3.124

2 1.0 1.4 2.4 22.5 0.94

3 1.5 4.54 6.04

5.2 Saran
1. Pelaksanaan praktikum harus mengikuti prosedur pelaksanaan praktikum agar tidak
terjadi kesalahan yang akan mempengaruhi hasil pengujian.
2. Pada saat pemasangan membran karet untuk melapisi sampel tanah harus dilakukan
dengan hati-hati sehingga membran tersebut tidak rusak.

228 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h

Anda mungkin juga menyukai