Isi
Isi
BAB I
PENDAHULUAN
Hand boring merupakan bagian yang utama pada setiap penyelidikan tanah. Ada
beberapa cara untuk mendapatkan lubang – lubang bor pada permukaan tanah, salah satunya
adalah dengan menggunakan bor tangan. Bor tangan menggunakan auger pada ujung bagian
bawah dari dari serangkaian stang bor. Bagian atas dari stang bor mempunyai tungkai yang
digunakan untuk mencabut alat bor tersebut. Pada prinsipnya boring adalah alat untuk
mengambil sampel sekaligus untuk mengetahui susunan dan struktur tanah yang akan diuji.
1. Untuk mendapatkan keterangan tentang struktur tanah secara visual, pada lapisan
tanah dibawah yang akan menjadi pondasi.
2. Pengambilan contoh tanah tidak terganggu (Undisturbed) dan terganggu (Disturbed)
untuk keperluan penyelidikan lebih lanjut di laboratorium.
Dari hasil pengeboran dapat diketahui penggolongan tanah secara visual, walaupun
penggolongan ini merupakan perkiraan yang kasar.
Dilihat dari sudut pandangan teknis, tanah – tanah tersebut dapat digolongkan dalam
beberapa macam yaitu :
Golongan batu kerikil dan pasir sering sekali sebagai kelas bahan – bahan yang
berbutir kasar atau bahan – bahan tidak kohesif, sedangkan golongan lanau dan lempung
sebagai kelas bahan – bahan yang berbutir halus atau bahan – bahan yang kohesif.
Golongan ini terdiri dari pecahan batu dengan berbagai ukuran dan bentuk. Butiran
batu kerikil biasanya terdiri dari pecahan batu, tetapi kadang – kadang dapat pula terdiri dari
satu macam zat mineral tertentu, misalnya flint atau kwartz. Sedangkan butiran pasir hamper
selalu terdiri dari satu macam zat mineral, terutama kwartz.
Lempung
Lempung terdiri dari butiran yang sangat kecil dan menunjukkan sifat – sifat
plastisitas dan kohesi. Kohesi menunjukkan kenyataan bahwa bagian – bagian bahan itu
melekat satu sama lain, sedangkan plastisitas adalah sifat yang memungkinkan bentuk bahan
itu dirubah – rubah tanpa perubahan isi atau tanpa kembali ke bentuk asalnya, dan tanpa
terjadi retakan – retakan atau terpecah – pecah.
Lanau adalah bahan yang merupakan peralihan antara lempung dan pasir halus.
Kurang plastis dan lebih mudah ditembus air dari pada lempung, serta memperlihatkan sifat
dilatasi yang tidak terdapat pada lempung.
Dilatasi ini menunjukkan gejala perubahan isi apabila lanau itu dirubah bentuknya.
Juga lanau akan menunjukkan gejala untuk menjadi “quick” (hidup) apabila diguncang atau
digetarkan.
Untuk melakukan klasifikasi dan menyatakan dengan tepat sesuatu tanah secara
visual, semata – mata dengan hanya melihat, mengerjakannya dan membentuknya kembali.
Langkah pertama untuk menyatakan suatu tanah adalah menentukan apakah bagian
tanah itu masuk kedalam kategori pasir dan kerikil atau kedalam kelompok lempung atau
lanau.
Dan bila kebanyakan dari tanah itu lebih halus dari pada ukuran batas pasir/lanau,
maka tanah itu termasuk kedalam kelompok lanau atau lempung ; penentuan apakah itu lanau
atau lempung tidak dilakukan atas dasar ukuran butirannya.
Cara yang paling baik dipakai untuk membedakan antara lanau dan lempung adalah
percobaan dilatasi.
PELAKSANAAN PERCOBAAN
III.2 Percobaan
1. Auger Iwan dipasang pada ujung sebuah batang bor dan pada ujung lainnya
dipasang stang pemutar
2. Auger Iwan diletakkan pada titik yang akan dibor
3. Batang bor diletakkan, kemudian stang pemutar pada batang pemutarnya searah
jarum jam. Dengan demikian auger iwan akan masuk kedalam tanah dan akan
terisi oleh tanah
𝐷02 − 𝐷12
𝑥 100 < 10%
𝐷12
Dimana :
D1 = Diameter dalam tabung
D2 = Diameter luar tabung
7. Tabung contoh dan batang bor dimasukkan kedalam lubang secara perlahan –
lahan usahakan masuk tegak lurus. Pada batang bor diberi tanda kedalaman
tabung yang akan dicapai sehingga kedalaman waktu pemukulan tidak melebihi
tinggi tabung ( dapat mengakibatkan compaction) atau kurang.
Tabung ditekan dengan jalan memukul bagian dari kepala pemukul, sampai batas
tanda yang telah di buat pada batang bor tadi. Ini berarti tabung telah penuh terisi
oleh tanah Undisturbed.
Tabung didiamkan beberapa saat agar terjadi lekatan tanah, setelah itu batang bor
diputar 180°.
8. Cabut batang bor perlahan – lahan, contoh tanah diambil kemudian kedua ujung
tabung contoh ditutup dengan lilin cair agar kadar air tanah tidak berubah.
Tempelkan label kedalaman dari contoh tanah.
9. Tabung diganti dengan Auger Iwan kembali dan pengeboran di lanjutkan. Contoh
tanah diambil dan diidentifikasikan.
IV.1 Perhitungan
Diketahui :
Ditanya :
Penyelesaian :
𝐷12 − 𝐷22
𝑥 100 < 10%
𝐷22
8.62 − 8.42
𝑥 100 < 10%
8.42
= 0.0481 x 100%
V.1 Kesimpulan
1. Ir. Riana H.L dan Ir. Rahmat Setiyadi. PEDOMAN PRAKTIKUM MEKANIKA
TANAH BAGIAN Pertama, Laboratorium Mekanika Tanah,ITI, 1988.
2. Wesley, LD. MEKANIKA TANAH,Badan Penerbit Pekerjaan umum, Jakarta.
BAB I
PENDAHULUAN
10 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
dalam waktu yang tidak bersamaan, yaitu dimulai dengan pemampatan primer dan
dilanjukan dengan pemampatan sekunder. Pemampatan primer adalah pemampatan
yang terjadi pada tanah akibat keluarnya air pori dari dalam pori tanah akibat
adanya penambahan beban di permukaan tanah. Jadi setelah pemampatan primer,
terjadi perubahan tegangan pori sedang pemampatan sekunder dapat didefinisikan
sebagai pemampatan yang terjadi setelah pemampatan primer selesai, tanpa adanya
perubahan air pori. Pemampatan sekunder ini merupakan penyesuaian bersifat plastis
susunan butiran tanah.
11 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
BAB II
TEORI
12 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
yaitu jurusan vertikal, karena lapisan yang kena tambahan beban itu tidak
dapat bergerak dalam satu jurusan horisontal (ditahan oleh tanah
disekelilingnya). Keadaan tersebut dapat dilihat pada Gambar 1 dibawah ini :
Tanggul
Gedung
Pasir
Lempung
Pasir
Lempung Pasir
Batu
Dalam keadaan seperti tergambar pengaliran air juga akan berjalan terutama
dalam jurusan vertikal saja. Ini disebut “one dimension consolidation”
(konsolidasi satu jurusan) dan perhitungan konsolidasi hampir selalu
berdasarkan teori “one dimensional consolidation” itu.
Pada waktu konsolidasi berlangsung, gedung atau bangunan diatas lapisan
tersebut akan menurun (settle). Dalam bidang teknik sipil ada 2 hal yang perlu
diketahui mengenai penurunan ini, yaitu:
a. Besarnya penurunan yang akan terjadi
b. Kecepatan penurunan
Bilamana tanah terdiri dari lempung maka penurunan akan agak besar
sedangkan kalau terdiri dari pasir, penurunan akan kecil.
Karena itu lempung dikatakan mempunyai “high compressibility” dan pasir
mempunyai “low compressibility”. Penurunan pada lempung biasanya makan
waktu lama, karena daya rembesan air sangat rendah. Sebaliknya penurunan
pada pasir sudah selesai maka penurunan pun sudah selesai. Karena ha-hal ini
maka dipakailah tanah lempung untuk percobaan konsolidasi.
13 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Pada konsolidasi satu dimensi, perubahan tinggi (H) per satuan dari tinggi
awal (H) adalah sama dengan perubahan volume (V) per satuan volume awal
(V), atau [(H/H) = (V/V)].
Bila volume padat Vs=1 dan volume pori awal adalah eo, maka kedudukan
akhir dari proses konsolidasi dapat dilihat pada gambar 2 dibawah ini. Volume
padat besarnya tetap, angka pori berkurang karena adanya e. Dari gambar 2,
dapat diperoleh persamaan sebagai berikut :
Ae
Rumus : H H
1 e
o
e
Rongga pori H
eo Rongga pori
Vs =1 Butiran padat H
Butriran Padat
(a) (b)
Dalam hal ini teori umum yamg berkaitan dengan konsolidasi adalah Terzaghi dengan
konsep penembangan tekanan pori dan tekanan efektif, dengan asumsi-asumsi sebagai
berikut :
1. Tanah adalah, dan tetap akan, jenuh (S = 100%). Penurunan konsolidasi dapat diperoleh
untuk tanah yang tidak jenuh, tetapi ramalan waktu terjadinya penurunan tidak bisa
dipercaya.
2. Air dan butiran tanah tidak dapat ditekan atau tidak terjadi perubahan isi pada air atau
butir tanah.
3. Terdapat hubungan linear antara tekanan yang bekerja dan perubahan volume
14 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
4. Koefisien permeabilitas k merupakan suatu konstanta. Dilapangan mungkin benar, tetapi
di laboratorium belum tentu benar karena cenderung melakukan kesalahan dalam
penentuan waktu terjadinya penurunan.
5. Hukum Darcy berlaku (v = k x i)
dimana :
v = kecepatan air
k = koefisien permeability
i = gradien hidrolik
6. Terdapat temperatur yang konstan.
7. Konsolidasi merupakan konsolidasi satu dimensi (vertikal).
8. Contoh tanah yang digunakan contoh tanah tidak terganggu.
9. Tegangan total dan tegangan air pori dibagi rata pada setiap bidang horisontal.
Skala ukur
Beban
m.a.t
Gambar 3. Konsolidometer
Sumber : Mekanika Tanah Jilid 1, karya : Braja M. Das, hal : 183, ERLANGGA
15 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Pada gambar 4 yang menunjukkan hubungan antara pemampatan dan waktu dapat dilihat
bahwa ada 3 tahapan yang berbeda yang dapat dijadikan sebagai berikut:
I. Pemampatan awal (initial compression), yang pada umumnya adalah disebabkan oleh
pembebanan awal (preloading).
II. Konsolidasi primer (primary consolidation), yaitu periode selama tekanan air pori secara
lambat laun dipindahkan ke dalam tegangan efektif, sebagai akibat dari keluarnya air dari
pori-pori tanah.
III. Konsolidasi sekunder (secondary consolidation), yang terjadi setelah tekanan air pori
hilang seluruhnya. Pemampatan yang terjadi disini adalah disebabkan oleh penyesuaian
yang bersifat plastis dari butir-butir tanah.
Pemampatan Tahap II :
Konsolidasi
primer
Kedua istilah ini dipakai untuk menggambarkan suatu sifat yang penting dari lapisan
lempung endapan (sedimentary clays). Lapisan semacam ini setelah pengendapannya akan
mengalami konsolidasi dan penurunan akibat tekanan dari lapisan-lapisan yang kemudian
mengendap diatasnya.
Lapisan-lapisan yang diatas ini lama kelamaan mungkin menjadi hilang lagi oleh
karena sebab-sebab geologi, misalnya erosi air (atau es). Ini berarti lapisan-lapisan bawah
16 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
pada suatu saat dalam sejarah geologinya pernah mengalami konsolidasi akibat tekanan yang
lebih tinggi daripada tekanan yang berlaku diatasnya pada masa sekarang.
Dalam hal ini terdapat 2 definisi dasar berdasarkan sejarah tegangan yaitu:
setiap titik pada setiap waktu dalam lapisan tersebut. Pada umumnya bukan besarnya U
(tegangan air pori) yang perlu diketahui untuk perhitungan penurunan. Yang ingin kita
ketahui adalah besarnya penurunan pada jangka waktu tertentu, atau yang disebut derajat
konsolidasi (degree of consolidation).
17 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Cv t
Biasanya disebut time factor dan diberi huruf T, yaitu
H2
Cv t
Rumus 4 : T
H2
U (%) 20 40 60 80 90
Jadi kalau kita ingin menghitung waktu yang diperlukaan sampai penurunan 90 %
selesai maka kita ambil harga T untuk U = 90 %, yaitu :
Rumus 5 :
Sedangkan untuk memperoleh harga t90 dipakai metode akar-waktu sebagai berikut:
1. Dari kurva pemampatan vs akar waktu pilihlah kurva yang mempunyai jari-jari
kelengkungan terkecil kemudian berilah tanda.
2. Setelah itu beri tanda ditengah-tengah tanda tadi untuk kurva tersebut. Dan tariklah garis
yang menyinggung tanda kurva lengkung tadi dari awal kurva dengan memotong garis
pemampatan dan akar waktu.
3. Setelah itu didapat jarak x1 bila diukur dari titik awal garis akar waktu (x1 = OB).
18 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
4. Hitung jarak X2 dengan rumus : X2 = X1 * 1.15, lalu tarik garis dari titik awal garis
singgung sampai ke titik x2 yang sudah direncanakan. (X2 = OC).
5. Lalu tarik garis vertikal ke bawah dari titik perpotongan kurva lengkung dengan garis dari
titik X2.
6. Maka didapatlah t90.
P
e
n
u
r
u
n t90
a Waktu (akar waktu)
n
Sumber : Mekanika Tanah Jilid 1, karya : Braja M. Das, hal : 211, ERLANGGA
Menghitung Cc dan Pc
Menentukan harga Pc (Tekanan Prakonsolidasi).
Dari hasil percobaan pembebanan dapat dilihat kurva konsolidasi antara perubahan
angka pori (e) dengan perubahan tegangan (P). Dari kurva ini, dapat ditentukan tegangan
kritis (Pc) dengan cara sebagai berikut :
1. Dengan melakukan pengamatan secara visual, tentukan titik (a) dimana grafik e vs log P
mempunyai jari-jari kelengkungan yang paling minimum.
2. Buatlah garis horisontal (c) melalui titik a.
3. Tarik garis (b) yang menyinggung kurva dititik (a).
4. Tarik garis (d) yang membagi sudut b-a-c sama besar.
5. Perpanjang bagian grafik e vs log P yang merupakan garis lurus sehingga memotong garis
(d) di titik (f).
19 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
6. Absis untuk titik (f) adalah besarnya tekanan prakonsolidasi.
a garis c
f ½
Angka pori, e
½ garis d
garis b
Sebelum menentukan harga Cc terlebih dahulu harus ditentukan sifat tanah, apakah
normally consolidated atau overconsolidated.
20 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
e1 - e 2
Cc = ….. Rumus 6
Log (P1/P2 )
Cc x H Pc
Rumus 7 :S= Log
1 eo Po
Cc x H Pc Cc x H Po P
Rumus 8 :S= Log Log
1 eo Po 1 eo Pc
eo 1 A
3 Y
Angka pori, e
d
0.42 * eo 2 Cc = tg
X
21 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Menentukan Cc jika normally consolidated
1. Dimana Po Pc, maka tidak ada garis (3) seperti pada OC.
2. Pada grafik e vs log P ,dimana didapat harga Pc. Buatlah garis horisontal (1)
dengan ordinat eo lapangan.
3. Tariklah garis horisontal (2) dengan ordinat sebesar 0.42 * eo lapangan.
4. Titik X adalah perpotongan antara garis (2) dan garis (e).
5. Dari perhitungan didapat harga Po, harga Po ini pada grafik adalah titik (A), Po
sama dengan Pc.
6. Garis (3) menghubungkan titik X dan Y.
7. Harga Cc didapat dari besar tangens sudut diantara garis (3) dan bidang horisontal
atau dengan perhitungan sebagai berikut :
e1 - e 2
Cc ….. Rumus 9
Log (P2 /P1 )
Dimana : Pc = Po
Wt x H
Po = x H = ….. Rumus 10
Vi
Besarnya penurunan dari suatu lapisan dapat dihitung dengan menggunakan rumus
:
Cc H Po P
8. S Log ….. Rumus 11
1 eo Po
22 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
1
eo
Y
Angka pori,
3
e
Cc = tg
2
0.42 * eo
X
Telah kita ketahui bahwa ketika sebuah material dibebani atau ditekan, material
tadi akan berdeformasi atau meregang. Terkadang, respons terhadap beban tadi adalah
seketika itu juga. Material lainnya seperti tanah membutuhkan waktu yang relatif lama
untuk menunjukkan deformasinya, hal ini khususnya terjadi pada tanah lempung.
Ketika tanah dibebani oleh timbunan atau struktur bangunan, maka deformasi
akan muncul. Total deformasi vertikal pada permukaan yang disebabkan oleh
beban disebut settlement. Pergerakan itu bisa ke bawah dengan penambahan beban atau
ke atas dengan berkurangnya beban (swelling). Total settlement, st, dari tanah yang
dibebani terdiri dari tiga komponen, yaitu:
S t = si + sc + ss
Dimana:
si = penurunan segera (immediate settlement)
sc = penurunan konsolidasi (consolidation settlement)
ss = pemampatan sekunder (secondary compression)
Dari ketiga komponen settlement tersebut, pada kesempatan ini dilakukan uji
konsolidasi. Penurunan konsolidasi adalah proses yang bergantung pada waktu yang
muncul pada tanah berbutir halus yang jenuh dan memiliki nilai kofisien permeabilitas
23 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
yang kecil. Sehingga tingkat dari settlementnya sangat bergantung pada tingkat drainase
air porinya.
Pada umumnya konsolidasi ini berlangsung dalam satu arah saja atau disebut juga
one dimensional consolidation. Pergerakan dalam arah horizontal dapat diabaikan, karena
tertahan oleh lapisan tanah sekelilingnya. Selama peristiwa konsolidasi berlangsung, tanah
akan mengalami penurunan (settle).
Dua hal yang penting mengenai penurunan ialah:
Untuk menentukan nilai Cc, sebelumnya kita perlu menentukan terlebih dahulu
besarnya tekanan prakonsolidasi. Casagrande (1936) menyarankan suatu cara yang mudah
untuk menentukan besarnya tekanan prakonsolidasi, pc, dengan berdasarkan grafik angka
pori (e) terhadap log p yang digambar dari hasil percobaan konsolidasi di laboratorium.
Prosedurnya adalah sebagai berikut (lihat gambar di bawah).
1. Dengan melakukan pengamatan secara visual pada grafik, tentukan titik a di mana
grafik e versus log p memiliki jari-jari kelengkungan yang paling mnimum.
2 . Gambar garis datar ab.
3 . Gambar garis singgung ac pada titik a.
4 . Gambar garis ad yang merupakan garis bagi sudut bac.
5 . Perpanjang bagian grafik e versus log p yang merupakan garis lurus hingga me-
motong garis ad di titik f.
6 . Absis untuk titik f adalah besarnya tekanan prakonsolidasi (pc).
24 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Gambar 14.1 Penentuan Tekanan Prakonsolidasi
Dimana:
Cc : Indeks kompresi
e1, e2 : Void ratio pada ujung bagian linear kurva e versus log p setelah
tanah mengalami tekanan yang melampaui tekan-an prakonsolidasi
25 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Grafik pembacaan penurunan vs akar pangkat dua dari waktu untuk setiap
pembebanan dapat digunakan untuk mencari besarnya t90. Setelah didapat nilai t90 untuk
masing-masing pembebanan maka dapat dicari besar nilai Cv.
Harga koefisien konsolidasi ditentukan dengan metoda akar waktu (time square
root method) adalah sebagai berikut (lihat gambar di bawah):
1. Gambar suatu garis AB melalui bagian awal kurva (ambil kurva yang luas)
2. Gambar suatu garis AC sehingga OC = 1.15 OB. Absis titik D, yang merupakan
perpotongan antara garis AC dan kurva konsolidasi merupakan perpotongan an-tara
garis AC dan kurva konsolidasi, memberikan harga akar waktu untuk terca-painya
konsolidasi 90 %.
3. Hitung koefisien konsolidasi dengan menggunakan
rumus berikut:
Kecepatan penurunan
Berbicara mengenai kecepatan penurunan, kita selalu berhubungan dengan waktu
yang dibutuhkan untuk penurunan tersebut. Waktu penurunan dihitung
dengan rumus :
26 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
dengan:
t = waktu
T = faktor waktu, dapat dilihat dari table
Hdr = jarak lintas drainage (tergantung susunan lapisan
Cv = koefisien konsolidasi, dicari dari lengkung konsolidasi.
27 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
BAB III
PELAKSANAAN PERCOBAAN
28 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Siapkan ring dengan penahan kayu.
Setelah itu tanah masuk ke dalam ring dan kelebihan tanah ditahan oleh penahan
kayu.
Potonglah sampel tanah dengan gergaji kawat.
Ratakanlah permukaan tanah dalam ring dengan spatula.
Ring dan tanah basah ditimbang.
Contoh tanah diukur kadar airnya.
III.3.2 Jalan Percobaan
Konsolidometer disiapkan, jarum pengukur serta bebannya.
Siapkan contoh tanah, ring, bidang penekan berupa lempengan kuningan berbentuk
lingkaran, bola besi kecil sebagai pusat penekan dan batu berpori.
Susunlah seperti tergambar dibawah ini :
Gambar 9. Penyusunan ring + sampel tanah, batu berpori, bidang penekan dan bola besi
yang akan dimasukkan ke sel konsolidometer
Setelah disusun letakkan pada sel konsolidometer. Dan aturlah batang pemberian
beban agar tepat di pusat penekan pada sel konsolidometer.
Isilah dengan air sampai penuh pada sel konsolidometer.
Batang pada bacaan dial ditekan dahulu baru diletakkan diatas sel konsolidometer
sehingga arah jarum jam selalu berlawanan. Lalu diatur jarum penunjuk ke arah nol
dengan memutar alat dial tersebut.
Percobaan dapat dimulai dengan beban 0.830 kg.
Dicatat angka penurunan pada jarum penunjuk, pada interval waktu 0”, 6”, 15”, 30”,
1’, 2’, 4’, 8’, 15’, 30’, 60’ dan 24 jam.
29 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Percobaan dilanjutkan dengan pembebanan 1.660 kg, 3.320 kg, 6.640 kg, 13.280 kg
dan 26.560 kg dengan interval waktu masing-masing 24 jam. (Catatan : beban
ditambah bukan diganti).
Dicatat pula angka penurunan pada masing-masing beban dengan interval waktu yang
sama seperti di atas.
Cara membaca angka penurunan pada alat dial, yaitu :
Arah jarum jam berlawanan arah maka dibaca angka berwarna merah pada
lingkaran besar, tetapi bila arah jarum searah maka dibaca angka berwarna hitam.
Untuk lingkaran kecil dibaca hanya untuk penurunan yang besar, misalnya : 1
berarti ratusan, dan begitu seterusnya.
Penurunan beban, urutannya sama seperti point (9).
Langkah selanjutnya setelah pembebanan terakhir yaitu 26560 gram (setelah 24 jam)
selesai maka di baca angka penurunan pada masing-masing beban dengan interval
waktu yang sama seperti diatas, dimana maksudnya tiap beban diangkat satu-persatu
sampai habis dengan interval waktu 2 menit tiap pengangkatan beban.
Setelah selesai tanah basah dan ring ditimbang kembali dan dimasukkan ke dalam
oven kurang lebih 24 jam.
Ring dan tanah kering ditimbang.
Catatan : Selama percobaan sel konsolidometer harus selalu penuh terisi air.
30 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
BAB IV
HASIL PERCOBAAN
= 99.59 gr
= 17.08 gr
31 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
d
Kadar air awal = 100%
e
9,72
100%
17,08
= 56.91 %
= 0.5691
= 202.01 – 162.70
= 39.31 gr
= 162.70 – 90.71
= 71.99 gr
d
Kadar air akhir = 100%
e
39.31
100%
71,99
= 54.60 %
= 0.5460
32 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
4. Perhitungan berat tanah kering (Ws’) :
Ws’ = Wt / (1 + Wi)
= 99.59 / (1 + 0.5691)
= 63.47 gr
= 0.807 cm
= 1.97 – 0.807
= 1.163 cm
( 99,59 - 71.99)
= x 100 %
( 1.97 - 0.807 ) x 33.27
= 71.34 %
= 1.163 / 0.807
= 1.441
33 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Perubahan tinggi contoh = 0.1579 cm
= 1.163 – 0.1579
= 1.0051 cm
= 1.0051 / 0.807
= 1.245
= 65.54 cm3
= 0.1358
34 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
= 1.2222
= 1.8910 cm
7. Perhitungan Cv :
Cv = (0.848 x H2) / t90
= 1,8051 cm2/menit
8. Perhitungan Po:
= Wt / Vi
= 99.59 / 65.54
Po =xH
= 0.001519 x 100
= 0.1519 Kg / cm2
eo lapangan = Wo x Gs
= 56.91 % x 2,681
= 1.526
35 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Pc = 1,40 Kg / cm2
Po = 0,1519 Kg / cm2
P1 = 1.95 Kg / cm2
P2 = 2.2 Kg / cm2
P = 0.25 Kg / cm2
e1 = 1.3437 Kg / cm2
e2 = 1.3341 Kg / cm2
Δe = 0.1358 Kg / cm2
0.1358
=
Log ( 2.2 / 1.95)
= 2.5769
= 0.849 cm.
36 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Tabel data penurunan:
Beban
O,830 1,660 3,320 6,640 13,280 26,560
Penurunan
Kg Kg Kg Kg Kg Kg
(Menit)
37 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
38 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
39 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
BAB V
PENUTUP
V.1 KESIMPULAN
Jika diperhatikan grafik konsolidasi (form 025), ternyata dengan sedikit perubahan
struktural akibat bertambahnya tekanan, maka Pc telah dapat dicapai. Hal ini karena
tanah telah terbiasa dengan tekanan menyamai tekanan maximum yang telah dicapai
sebelumnya dan telah mencapai keseimbangan dalam tegangan tersebut.
Dari nilai praktikum untuk kedalaman 1 m,secara analitis harga Cc sebesar
2.5679.sedangkan secara grafis harga Cc sebesar 1.484
Tanah baru akan mengalami perubahan-perubahan penting, yang dapat dilihat dari
kemiringan yang lebih curam dari cabang akhir kurva, jika tekanan yang bekerja
sekarang melebihi kondisi keseimbangan yang ada.
Tanah ini mengalami over consolidated, karena tanah percobaan merupakan tanah
timbunan yang mungkin saja dipadatkan kembali.
V.2 SUMBER KESALAHAN
Praktikan ceroboh ketika akan menempatkan beban pada saat berjalannya praktikum.
Kekurang telitian pada waktu menimbang dan mengukur sampel dengan jangka
sorong.
Terganggunya alat konsolidometer selama waktu percobaan yang cukup lama.
Subyektifitas yang sangat berpengaruh pada saat mengolah kurva / grafik hasil
percobaan.
Kekurang telitian pada saat perhitungan dan pengolahan data.
40 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
DAFTAR PUSTAKA
3. Ir. Riana H.L dan Ir. Rahmat Setiyadi. PEDOMAN PRAKTIKUM MEKANIKA
TANAH BAGIAN Pertama, Laboratorium Mekanika Tanah,ITI, 1988.
4. Hardiyatmo,H.C. (2002), Mekanika Tanah 2, Gadjah Mada University Press,
Yogjakarta
5. Wesley, L.D. (1997), Mekanika Tanah, Cetakan VI, Pekerjaan Umum
41 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Dokumentasi:
42 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
MODUL PRAKTIKUM : Unconfined Compression
TANGGAL PRAKTIKUM :
BAB I
PENDAHULUAN
Maksud
Uji coba daya tahan kekuatan tanah terhadap gaya vertikal dimana sisi horisontalnya
tidak tertutup (dibiarkan bebas) untuk melihat keruntuhan pada tanahnya.
Tujuan
43 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Pengujian tanah yang biasa dipakai untuk mendapatkan parameter parameter kekuatan
tanah, antara lain adalah :
b. Uji Triaksial
Uji geser triaksial adalah uji yang paling dapat diandalkan untuk menentukan parameter
tegangan geser. Uji ini telah digunakan secara luas untuk keperluan pengujian biasa
maupun untuk keperluan riset. Pengertian dari triaksial untuk mencari koefisien
pemampatan atau Compression Index dari suatu jenis tanah akibat pertambahan beban.
Untuk menyebabkan terjadinya keruntuhan geser pada benda uji, tegangan aksial
(vertikal) diberikan melalui suatu piston vertikal. Dengan memberikan beban mati yang
berangsur-angsur ditambah (penambahan setiap saat atau waktu sama) sampai benda uji
runtuh (deformasi arah aksial akibat pembebanan ini diukur dengan sebuah arloji ukur
atau Dial Gauge).
44 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Minor Principal Stress) adalah nol dan tegangan total utama besar adalah 1 (lihat gambar
5.2). Lingkaran Mohr untuk uji ini diperlihatkan pada gambar dibawah ini :
Dalam percobaan ini sudut internal friction ( = 0), dan lateral support (3 = 0),
jadi hanya ada beban vertikal (1 0), dengan memberikan deformasi. Beban vertikal yang
menyebabkan contoh tanah menjadi retak dibagi dengan satuan luas yang dikoreksi (A’)
disebut Compressive Strength (qu). Dari diagram lingkaran Mohr dapat dihitung besarnya
kekuatan geser undrained tanah tersebut, yaitu :
Su = C = qu/2
Untuk mengetahui hubungan Stress dan Strain, dibuat grafik tegangan-regangan, yaitu
versus , untuk mendapatkan nilai tegangan tekan maksimum, yang merupakan qu untuk uji
tekan tak terkekang.
45 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Rumus - Rumus
Pada waktu contoh diberikan tegangan vertikal, maka luas contoh akan berubah, biasanya
akan menjadi lebih besar.
V’ = A’ x L’
Vo = Ao x Lo
V =0
V’ = Vo
Ao Lo Lo
A’ = :
Lo L Lo
A’ (Lo - L) = Ao x Lo - V
Ao L
A’ = , dimana =
L Lo
1
Lo
Ao
A’ =
1
46 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
A’ = Luas penampang setelah dikoreksi.
47 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Undisturbed Strength
Sensitivity =
Re molded Strength
Sebab bila L < 2D, sudut bidang runtuhnya akan mengalami overlap. Bila L > 3D, berlaku
sebagai kolom dan akan ada bahaya tekuk.
Compression Strength.
Consistency qu (kg/cm2)
1 Insensitive Clay
1 - 2 Low Sensitive Clay
2 - 4 Medium Sensitive Clay
48 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
4 - 8 Sensitive Clay
8 - 16 Extra Sensitive Clay
> 16 Quick Clay
a. Alat Unconfined Compression Test, lengkap dengan Load Dial dan Deformation
Dial Reading.
b. Extruder.
c. Cetakan tanah (silinder kecil).
d. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram.
e. Jangka sorong.
f. Stop watch.
g. Piringan penghancur tanah.
h. Can.
i. Oven.
j. Gergaji kawat.
k. Spatula.
l. Plastik.
m. Vaselin.
n. Alat pemadat.
Bahan yang dipakai :
49 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
maka kedua ujung tabung contoh ditutup dengan lilin cair agar kadar air tanah
tidak berubah.
Tanah Remolded
Tanah Remolded adalah tanah yang dibentuk kembali. Tanah Remolded didapat
dengan cara memasukan contoh tanah Undisturbed ke dalam plastik dan diremas
– remas dengaa jari hingga hancur untuk menghilangkan sifat geologis tanah
awal. Plastik disini berfungsi untuk mempertahankan kadar air tanah.
BAB II
PELAKSANAAN PERCOBAAN
a. Contoh tanah Undisturbed dikeluarkan dengan extruder dari tabung dan dicetak
dalam silinder kecil, kurang lebih 7 cm. Dalam percobaan ini dipakai contoh tanah
dari kedalaman 1 m dan 3 m.
b. Contoh tanah tersebut dikeluarkan dari cetakan, dan diperiksa apakah memenuhi syarat
: 2D L 3D.
a. Contoh tanah diletakkan pada alat Unconfined Compression Test dan diatur supaya
Load Dial dan Deformation Dial keadaan awal menunjukkan angka nol. Plat
50 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
pembeban diletakkan tepat menyentuh bagian atas contoh tanah dan sentris
terhadap sumbunya.
b. Percobaan dimulai dengan memutar engkol secara teratur, sehingga kecepatan
deformation 1% dari tinggi contoh tanah per menit (catatan : ada faktor
pembulatan, yaitu kecepatan deformation menjadi 1 mm/menit).
c. Pembacaan pada Load Dial dilakukan pada interval-interval waktu 15”, 30”, 45”,
1’ dan seterusnya sampai pembacaan Load Dial konstan atau menurun, dimana
contoh tanah dianggap telah runtuh.
d. Gambar bentuk keruntuhan tanah.
e. Setelah itu tanah di Remolded yaitu contoh tanah dimasukkan ke dalam plastik dan
diremas-remas dengan jari hingga hancur, kemudian semua tanah yang hancur
tersebut dimasukkan kembali ke tabung silinder cetakan, yang mana jumlah tanah
dan tingginya harus sama seperti contoh tanah Undisturbed, agar didapat kepadatan
dan kadar air yang sama.
f. Contoh tanah Remolded tersebut diberi pembebanan, seperti proses semula.
g. Gambar bentuk keruntuhan tanah.
h. Masukkan ke dalam oven selama 24 jam, lalu ditimbang untuk mengetahui kadar
air.
i. Percobaan diulang untuk contoh-contoh tanah yang lain , dari kedalaman yang lain.
j. Catat kalibrasi alat.
51 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
BAB III
HASIL PERCOBAAN
Data :
= 32,74 – 25,18
52 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
= 7,56 gram.
= 25,18 – 8,84
= 16,34 gram.
Berat air
Kadar air ( W ) = 100%
W Kering
3,87
= 100%
16,34
= 23,6 %
= . 1/4 . (3,52)2
= 9,726cm2
= 69,054 cm3.
berat basah
γ wet =
isi
115,89
=
69,054
= 1,678 gram/ cm
L = 0,00125
L
=
L
53 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
0,00125
=
7,1
= 0,00017
(1 - ) = 0,99983
A0
AI =
(1 )
9,726
=
0,99983
= 9,727 cm2
Data :
= 32,74 – 25,18
= 7,56 gram.
54 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
= 32,74 – 8,84
= 23,9 gram.
Berat air
Kadar air ( W ) = 100%
W Kering
3,87
= 100%
23,9
= 16,192 %
= . 1/4 . (3,52)2
= 9,726 cm2
= 69,054 cm3.
berat basah
γ wet =
isi
115,89
=
69,054
= 1,678 gram/ cm
L = 0,00125
L
=
L
0,00125
=
7,1
= 0,00017
55 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
(1 - ) = 0,99983
A0
AI =
(1 )
9,726
=
0,99983
= 9,727 cm2
Undisturbed Strength
Sensitivity =
Re molded Strength
0,013
=
0,0175
= 0,743
Maka menurut sensitivity tanah tersebut tidak termasuk daam klasifikasi, namun karena nilai
insentive clay.
Data :
Perhitungan :
= 32,74 – 25,18
56 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
= 7,56 gram.
= 25,18 – 8,84
= 16,34 gram.
Berat air
Kadar air ( W ) = 100%
Berat ker ing
5,27
= x 100 %
8,34
= 63,19 %.
= . 1/4 . (3,52)2
= 9,726 cm2
= 73,0377 cm3
W basah = 115,78 gr
Berat Tanah Basah
wet =
Isi
115,78
=
73,0377
= 1,585 gr/cm3
wet
γdry =
1W
1,585
=
1 0,6319
57 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
= 0,971 gr/cm3
L = 0,001
= 0,00014
(1 - ) = 0.99986
A0
A’ =
1
10,287
=
0,99986
= 10,288 cm2
Data :
= 32,74 – 25,18
= 7,56 gram.
= 17,91 – 9,57
58 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
= 8,34 gram.
Berat air
Kadar air ( W ) = 100%
Berat ker ing
5,27
= x 100 %
8,34
= 63,19 %.
= . 1/4 . (3,62)2
= 10,287 cm2
= 73,0377 cm3
W basah = 115,78 gr
Berat Tanah Basah
wet =
Isi
115,78
=
73,0377
= 1,585 gr/cm3
wet
γdry =
1W
1,585
=
1 0,6319
= 0,971 gr/cm3
L = 0,0025
= 0,000352
59 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
(1 - ) = 0.999648
A0
A’ =
1
10,287
=
0,999648
= 10,291 cm2
1,049
=
2,245
Maka menurut sensitivity tanah tersebut tidak termasuk daam klasifikasi, namun karena nilai
sensitivitynya mendekati 1, maka diklasifikasikan sebagai tanah lempug yang bersifat
insentive clay.
60 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
BAB IV
PENUTUP
IV.1. Kesimpulan
I
1m 0,013 0,0175 0,743 I 0,8787 0,9747 0,
61 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
2. Contoh tanah Undisturbed dari kedalaman 1m dengan qu = 0,013 kg/cm2, termasuk jenis
tanah dengan consistency : very soft. Contoh tanah Remolded dari kedalaman yang sama
dengan qu = 0,0175 kg/cm2, termasuk jenis tanah dengan consistensy very soft.
3. Contoh tanah Undisturbed dari kedalaman 3m dengan qu = 1,049 kg/cm2, termasuk jenis
tanah dengan consistency : Stiff. Contoh tanah Remolded dari kedalaman yang sama
dengan qu = 2,245 kg/cm2, termasuk jenis tanah dengan consistensy Very Stiff.
4. Dengan perbandingan data-data qu Undisturbed dan qu Remolded yang diperoleh dari
percobaan terhadap data-data qu pada tabel tanah lempung berdasarkan Sensitivity, maka
dapat disimpulkan :
a. Contoh tanah dari kedalaman 1m dengan sensitivity = 0,743 tidak termasuk dalam
klasifikasi, namun karena nilainya mendekati 1, maka diklasifikasikan sebagai tanah
lempung yang bersifat insensitive clay.
b. Contoh tanah dari kedalaman 3m dengan sensitivity = 0,4673 tidak termasuk dalam
klasifikasi, namun karena nilainya mendekati 1, maka diklasifikasikan sebagai tanah
lempung yang bersifat insensitive clay.
5. Dari hasil percobaan terdapat nilai sensitivity yang lebih kecil dari 1, hal ini dikarenakan :
a. Contoh tanah yang di-remolded , yang sebelumnya diremas-remas dengan jari hingga
hancur didalam plastik agar sifat geologis tanah awalnya hilang, waktunya lebih dari
sepuluh menit sehingga hal ini dapat menyebabkan kadar air tanahnya berkurang
karena kemungkinan terjadinya penguapan.
b. Pemakaian vaseline yang berlebihan, sehingga vaselin menempel pada tanah dan
tercampur dengan tanah ketika di-remolded.
6. Dalam percobaan ini dimensi contoh tanah tidak memenuhi syarat 2 D < L < 3D.
1. Kurang telitinya dalam pembacaan Load Dial dan Deformation Dial, karena
pemutaran engkol yang tidak konstan.
2. Waktu me-remolded terlalu lama.
3. Jumlah tanah yang dimasukkan kembali ke dalam tabung silinder kecil, tidak sama
tepat atau sedikit akan hilang karena adanya butiran tanah yang masih menempel pada
62 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
plastik atau jatuh terbuang sehingga berat dan volume dari contoh tanah yang di-
Remolded berbeda dengan contoh tanah sebelumnya.
4. Penumbukkan terhadap contoh tanah yang di-Remolded tidak konstan, sehingga
kepadatan daripada contoh tanah tersebut tidak seragam atau tidak kompak benar, bila
dibanding dengan contoh tanah undisturbed.
5. Pemakaian vaseline yang berlebihan, sehingga vaseline menempel pada tanah dan
bercampur dengan tanah ketika di-Remolded.
6. Kurang telitinya dalam pembacaan pada saat pengukuran silinder kecil dan berat
benda uji.
7. Kerusakan pada alat di Laboratorium.
DAFTAR PUSTAKA
1. Bowles. E. Josheph : Sifat-sifat Fisis dan Geoteknis Tanah, Edisi ke-2, Mc Graw-Hill. Inc,
1984.
2. Das. M. Braja : Mekanika Tanah, Erlangga, Jakarta, 1986.
3. Wesley, L. D, Ir. Dr : Mekanika Tanah, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta, 1988.
4. Riana. H. Lumingkewas : Pedoman Praktikum Mekanika Tanah (bagian-I), Laboratorium
Mekanika Tanah, Institut Teknologi Indonesia, Serpong, 1986.
63 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
MODUL PRAKTIKUM : Specific Gravity
TANGGAL PRAKTIKUM :
BAB I
PENDAHULUAN
Maksud praktikum specific Gravity butiran tanah adalah perbandingan berat isi tanah dengan
berat isi air pada temperatur 4C.
64 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
1. Untuk menentukan Specific Gravity dari suatu bahan atau material tanah.
2. Tujuan akhir praktikum specifik gravity adalah yaitu menentukan jenis tanah pada setiap
kedalaman dari suatu bahan atau material tanah berdasarkan nilai specifik gravity.
3. Menentukan kandungan mineral yang terdapat pada tanah kedalaman.
2.67 – 2.70
PASIR KELANAUAN
LANAU TAK ORGANIK 2.62 – 2.68
HUMUS 1.37
65 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Adapun rumus – rumus yang digunakan :
s
Gs
w pada4 0 c
Ws Ww
s w
Vs Vw
Pada percobaan ini harga Vs = Vw maka berdasarkan hukum Archimedes bahwa volume
benda yang dimasukkan kedalam suatu zat cair maka akan sama dengan volume zat cair yang
dipindahkan benda itu, berarti volume tanah yang dimasukkan kedalam volumetrik flash
harus sama dengan volume air yang dipindahkan.
s Ws . Vs Ws
Gs
w Ww . Vw Ww
W yang digunakan untuk menentukan Gs adalah berat jenis air pada temperatur 4C,
maka untuk percobaan pada TC didapat harga :
T c
4 c
Berarti koreksi untuk Gs adalah :
Ws
Gs =
Ww
66 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Wbw = Berat volumetric flash + Air
TABEL ()
TemperaturC w
16 0,99897
1,0007
18 0,99862
1,0004
20 0,99823
1,0000
22 0,99780
0,9996
24 0,99732
0,9991
26 0,99682
0,9986
28 0,99568
0,9959
29 0,99598
0,99598
30 0.99568
0,99568
67 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Bentonit 2,13 – 2,18 Muskovit(mika) 2,80 – 2,90
Gipsum 2,30 Dolomit 2,87
Gibsip 2,30 – 2,40 Aragonit 2,94
Montmorilonit 2,40 Anhydrit 3,00
Felsfarortoklas 2,56 Biotit (mika) 3,00 – 3,10
Ilit 2,00 Hornblende 3,00 – 3,47
Kuarsa 2,60 Augit 3,20 – 3,40
Koalinit 2,60 – 2,63 Olivin 3,80
Klorit 2,60 – 3,00 Limonit 3,80
Felsfar Plagioklas 2,62 – 2,76 Siderit 3,83 – 3,88
Talkum 2,70 – 2,80 Hemanit 4,90 – 5,30
Kalsit 2,80 – 2,90 Magnetit 5,17 – 5,18
Gs . s
ZAV
1 W Gs
Dimana :
68 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Gs : Specific Grafity
W : Kadar air contoh tanah.
w : Berat jenis air ( = 1,0 ).
Zero Air Void Line ini digunakan sebagai petunjuk pada waktu digambar grafik hasil
pemadatan. Garis pemadatan tidak boleh memotong ZAV.
Alat – alat :
Untuk tiap contoh tanah dalam percobaan ini digunakan contoh tanah lolos saringan no.4
ASTM , disiapkan 2 x 100 gram tanah kering oven untuk kedalam 1 m dan 3 m.
69 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
BAB II
PELAKSANAAN PERCOBAAN
1. Untuk tiap contoh tanah disiapkan dua buah piknometer yang masing – masing telah diberi
nomor/tanda.
2. Piknometer harus dalam keadan bersih.
3. Contoh tanah dari masing – masing kedalaman harus kering oven, disiapkan.
4. Siapkan air suling.
II.2. Jalannya Percoban
1. Masukkan air suling kedalam piknometer sebanyak 500 ml, catat temperaturnya (TC)
dan keringkan bagian luar piknometer dengan tissue. Kemudian timbang piknometer
beserta air suling didalamnya (Wbw).
2. Timbang evaporadish (Wt of Evaporadish), lalu masukkan contoh tanah kedalam
evaporadish dan ditimbang (Wt of Evaporadish + dry soil) dan perkirakan selalu berat
dry soil 100 gram.
3. Keluarkan air dalam piknometer, kira – kira 2/3 bagian dan dengan bantuan corong masukkan
contoh tanah yang sudah ditimbang tadi kedalam piknometer. Usahakan jangan ada contoh tanah
yang tertinggal pada evaporadish atau menempel pada dinding leher piknometer.
70 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
4. Piknometer lalu diguncang – guncangkan, agar air dan tanah menjadi homogen dan usahakan
agar tidak ada yang melekat pada dinding bagian dalam piknometer dengan jalan
membersihkannya dengan air suling sedikit demi sedikit.
5. Catat kembali temperaturnya.
6. Didihkan piknometer dengan kompor listrik selama 15 menit supaya udara dalam tanah
keluar. Lakukan hal ini sambil menguncang – guncangkan piknometer agar tanah
tercampur dengan air.
7. Setelah mendidih benar, tambahkan lagi air suling sampai pada batas 500 ml, kemudian
dengan bantuan bak pendingin piknometer yang berisi air dan tanah didinginkan.
8. Lakukan pendinginan ini sampai kembali pada temperatur awal.
9. Sesudah sama kembali temperaturnya, keringkan bagian luar piknometer, kemudian
timbang (Wbws).
10. Percobaan selesai dan Gs dapat dihitung.
BAB III
HASIL PERCOBAAN
= 2.677
71 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Sampel 2 untuk kedalaman tanah 1 meter
Diketahui :
ws = 100 gram
wbws = 741 gram
wbw = 678,4 gram
ww = ws + wbw - wbws
= 100 + 678,4 – 741
= 37,4 gram
29C = 0,99598
Ws
Gs(1) =
Ww
100
Gs(2) = 0,99598
37,4
= 2.684
Berat jenis rata –rata butiran tanah (Gs) pada kedalaman 1 meter :
2,677 2,684
Gs
2
2.681
Gs = 2.681 (tanah lanau tak organik yang banyak mengandung mineral felsfar plagioklas)
2.681 - 2.684
% kesalahan 100 2 %
2.681
0,112 2%
72 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Ws
Gs =
Ww
100
Gs (3) = 0,99598
36.6
= 2.721
ws = 100 gram
wbws = 692,9 gram
wbw = 629,8 gram
ww = ws + wbw - wbws
= 100 + 629,8 – 692,9
= 36,9 gram
29C = 0,99568
Ws
Gs =
Ww
100
Gs (4) = 0,99568
36,9
= 2,698
Berat jenis rata –rata butiran tanah (Gs) pada kedalaman 3 meter :
Gs (3) Gs (4)
Gs
2
2,721 2,698
2
2,709
Gs = 2,709 (tanah lempung organik yang banyak mengandung mineral felsfar plagioklas).
2,709 - 2,698
% kesalahan 100 2%
2,709
0,406 2%
73 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
BAB IV
PENUTUP
IV.1. Kesimpulan
1. Dari hasil percobaan Specific Gravity dapat diketahui contoh tanah dari hasil pengeboran
dengan nilai Gs untuk setiap kedalaman :
Pada kedalaman 1 meter nilai Gs = 2.681 termasuk jenis tanah lanau tak organik
yang banyak mengandung mineral felsfar plagioklas.
Pada kedalaman 3 meter nilai Gs = 2,709 termasuk jenis tanah lempung organik yang
banyak mengandung mineral felsfar plagioklas.
2. Dari hasil perhitungan persentase kesalahan diperoleh persentase kesalahan pada
kedalaman 1 meter = 0.112 dan 3 meter = 0,406 tidak melebihi 2.
Hal ini berati bahwa praktikum yang dilakukan dapat berjalan sesuai persyaratan dari
persentase pada kedalaman 1 m dan 3 m tidak melebihi 2 , ini berarti bahwa praktikum
dilakukan berhasil dengan benar.
74 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
IV.2. Faktor Kesalahan
Ketelitian kerja sangat diperlukan untuk mendapatkan hasil yang memuaskan. Tetapi
praktikum yang dilakukan diatas tidak terlepas dari kesalahan – kesalahan yang bersumber
pada :
DAFTAR PUSTAKA
1. Bowles, J.E.; ”Sifat – Sifat Fisis dan Geoteknis Tanah”; Penerbit Erlangga; Jakarta; 1991.
2. Bowles, J.E.; ”Engineering Properties Of Soil and Their Measurrentment”; 2nd Ed.Mc
Graw – Hill Book Company; Penerbit Erlangga; Jakarta.
3. Das,Braja M.; “Mekanika Tanah (Prinsip – Prinsip Rekayasa Geoteknis)”; Jilid 1;
Penerbit Erlangga; Jakarta; 1995.
4. Herlina L, Riana.; ”Pedoman Praktikum Mekanika Tanah 1”; Laboratorium Mekanika
Tanah; Institut Teknologi Indonesia; Serpong; 1999.
5. H.C, “Mekanika Tanah I”, Gramedia, Jakarta.
75 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
MODUL PRAKTIKUM : ATTERBEG LIMIT
KELOMPOK/TAHUN : IV(Empat)/2015
LIQUID LIMIT
BAB I
PENDAHULUAN
76 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Liguid limit merupakan suatu keadaan kadar air dimana untuk nilai-nilai diatasnya
tanah akan berperilaku sebagai cairan kental (campuran tanah – air tanpa kuat geser yang
dapat diukur).
Definisi:
1. Liquid limit (batas cair) dalam teori adalah kadar air tanah, pada batas antara keadaan
cair dan keadaan plastis (yaitu: batas atas dari daerah plastis).
2. Liquid limit (batas cair) dalam praktek didapat dengan cara mencari kadar air pada
ketukan ke 25 dialat Casagranda dimana tanah yang digores dengan Groving tool
merapat sepanjang 0,5 inch (kurang lebih 1,25 cm).
1. Casagranda
2. Groving tool
3. Mangkuk porselin
77 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
4. Pisau pengaduk / Spatula
5. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram
6. Oven dengan suhu 105c – 110c
7. Air suling
8. Can
I.4. Contoh Yang Digunakan
Digunakan contoh tanah pada kedalaman 1m, disiapkan sebanyak 250 gram
yang lolos saringan No.40 ASTM kering udara.
1.5. Rumus yang di gunakan
Mencari berat tanah kering:
berat tanah kering = W3 – W1
78 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
BAB II
PELAKSANAAN PERCOBAAN
79 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
2. Setelah homogen contoh tanah dioleskan kemangkuk dari alat Casagranda setebal
kurang lebih ½ inch, kemudian diratakan dengan spatula , didalam meratakan
diusahakan tanpa tekanan dan dilakukan berlapis-lapis agar tidak terdapat
gelembung udara.
3. Dibuat celah dengan groving tool dalam arah tegak lurus mangkuk, dilakukan hati-
hati agar tidak terjadi longsoran.
4. Engkol Casagranda diputar dengan kecepatan 2 putaran setiap detik sambil dihitung
jumlah pukulan mangkuknya.
Catatan: langkah ke-4 ini adalah alat Casagranda manual, apabila alat Casagranda
adalah automatis maka langkah ke-4 tidak ada.
5. Lakukan hal tersebut diatas sampai celah tanah merapat selebar kurang lebih ½ inch
saat itu ketukan dihentikan, dan catat jumlah ketukannya. Jumlah ketukan yang
diminta mendekati 15, 20, 30, 40, 50 ketukan. Agar didapat nilai yang mewakili
beberapa keadaan.
6. Jika jumlah ketukan sudah didapat, ambil contoh tanah sedikit, masukkan kedalam
can dan ditimbang.
7. Setelah itu masukkan kedalam oven selama 24 jam, setelah kering oven tanah
ditimbang lagi untuk dicari kadar airnya.
16.22 13.00
=
13.00 8.5
= 71.56 %
80 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
PLASTIC LIMIT
BAB I
PENDAHULUAN
81 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Menurut definisinya batas plastis adalah kadar air pada batas bawah daerah plastis,
kadar ini ditentukan dengan menggiling tanah pada plat kaca hingga diameter batang yang
dibentuk mencapai 1/8 inch, bilamana tanah mulai menjadi pecah maka kadar air tanah itu
adalah batas plastis.
Selisih antara batas cair dengan batas plastis ialah daerah dimana tanah tersebut
adalah dalam keadaan plastis. Ini disebut Plasticity Index (PI = LL – Pl).
Index plastis suatu tanah dan batas cairnya memberikan satu titik pada suatu
diagram plastisitas, tanah berbutir halus dibagi lagi menjadi tanah-tanah dengan plastisitas
rendah, sedang dan tinggi seperti yang diperlihatkan yaitu:
Jika batas plastis dari suatu contoh tanah tidak dapat ditentukan atau jika batas
plastisnya sama atau lebih besar dari batas cairnya, maka tanah tersebut dilaporkan sebagai
non plastis, index plastis biasanya dipakai sebagai salah satu syarat untuk bahan yang akan
dipakai pada pembuatan jalan.
Pembagian antara lempung bukan organik dan lanau bukan organik dilakukan oleh
garis empiris (garis A pada diagaram) yang memiliki persamaan A = Ip 0,73 (LL – 20).
Lempung berada diatas garis dan lanau berada dibawah garis.
Gambar tersebut ditunjukkan dibawah ini.
60
50
Indeks plastisitas
CH garis A
Bagan plastisitas untuk klasifikasi
40 tanah berbutir halus dari tanah
berbutir kasar
30
Batas Atterberg yang digambarkan
dibawah yang diarsir merupakan
20 klasifikasi batas yang membutuhkan
82 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
MH &OH
10
7 CL - ML
4
ML & OL
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Batas cair
Daerah-daerah yang ada dalam grafik adalah sebagai berikut :
- OH = lempung organik dengan plastisitas sedang sampai tinggi.
- MH = lanau tak organik atau pasir halus diatome, lanau elastis.
- OH = lanau organik dan lempung berlanau organik dengan plastisitas rendah.
- ML = lanau tak organik dan pasir sangat halus, serbuk batuan atau pasir halus berlanau
atau berlempung.
- CH = lempung tak organik dengan plastisitas tinggi, lempung gemuk (fat clays).
- CL = lempung tak organik dengan plastisitas rendah sampai sedang, lempung berkerikil,
lempung berpasir, lempung berlanau, lempung kurus (clean clays).
Pengaruh Air
Fase air didalam tanah lempung tidaklah berupa air yang murni secara kimiawi, air
ini menentukan sifat plastisitas lempung. Pada percobaan dilaboratorium untuk batas
Atterberg, ASTM menentukan bahwa air suling harus ditambahkan seperlunya.
Definisi:
1. Plastic limit (batas plastis) dalam teori adalah kadar air pada batas bawah daerah
plastis.
2. Plastic limit dalam praktek ditentukan dengan menggiling tanah diatas plat kaca
sehingga diameter dari batang tanah yang terbentuk karena penggilingan mencapai
diameter 1/8 inch bilamana tanah mulai menjadi retak pada saat diameternya
mencapai 1/8 inch, kadar air yang didapat adalah Plastis.
I.3. Alat Yang Digunakan
1. Mangkuk pengaduk porselin
83 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Fungsi : tempat untuk mengaduk contoh tanah dengan air.
batang tanah.
6. Container
Fungsi : untuk menyimpan sample yang telah didapat diameter batang ½ inch.
84 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
BAB II
PELAKSANAAN PERCOBAAN
II.1. Persiapan percobaan
1. Siapkan contoh tanah yang lolos saringan No.40 ASTM kering udara sebanyak 250
gram pada kedalaman 1 dan 3 meter.
2. Siapkan dan bersihkan alat yang akan digunakan.
3. Sediakan air suling secukupnya
II.2. Jalannya Percobaan
1. Contoh tanah dicampur dengan air suling sedikit demi sedikit dan diaduk dengan
spatula diatas mangkuk porselin sampai homogen.
2. Contoh tanah yang benar-benar sudah homogen dibuat bola-bola kecil dan
digulung-gulung diatas plat kaca sampai berbentuk batang-batang tanah dengan
diameter kurang lebih 1/8 inch ( 3 milimeter).
85 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
3. Pada saat dimeter contoh tanah mencapai 1/8 inch, pada contoh tanah mulai timbul
retak-retak halus, dan berarti conyoh tanah bersangkutan telah mencapai batas-batas
plastis.
4. Kemudian contoh tanah dipotong menjadi 3 bagian sama besar, dan masing-masing
bagian dimasukkan kedalam container yang berbeda container langsung ditutup agar
kadar air tanah tidak homogen.
5. Percobaan diatas dilakukan terus sampai jumlah contoh tanah dalam container
minimum 10 gram (satu container berisi kurang lebih 3,5 gr contoh tanah).
6. Setelah didapat jumlah tanah yang diinginkan, maka masing-masing container
ditimbang dan dimasukkan kedalam oven dalam keadaan terbuka selama kurang
lebih 24 jam.
7. Setelah 24 jam container dan contoh tanah ditimbang lagi untuk dicari kadar airnya.
Diketahui:
15.09 13.77
= x 100%
13.77 11.59
= 60,55 %
86 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Untuk perhitungan contoh tanah selanjutnya sama seperti diatas
Ip = LL –PL
= 78,00 % – 70,03 %
= 7,97 %
SHRINGKAGE LIMIT
BAB I
PENDAHULUAN
87 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
1.2. Maksud dan Tujuan
Maksud dari shringkage limit.
Shringkage limit adalah batas antara keadaan semi plastis dan baku (solid).
1. untuk mengetahui batas-batas penyusutan dari suatu jenis tanah, yaitu besarnya
kadar air batas pada tanah bila dikurangi kadar airnya, tanah tidak akan
mengalami perubahan volume.
2. agar praktikan dapat lebih mengerti mengenai pelaksaaan jalannya percobaan.
I.3 Alat – Alat Yang Digunakan
1. Alat Casagranda
2. Groving tool
3. Spatula
4. Mangkuk porselin
5. Air suling
6. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram
7. Oven dengan suhu 105c – 110c
8. Coated Dish
9. Air raksa
10. Plat kaca berkaki tiga dan shringkage dish
11. Vaselin
I.4. Contoh Yang Digunakan
Digunakan contoh tanah pada kedalaman 1m dan 3m, masing-masing disiapkan
sebanyak 250 gram lolos saringan No.40 ASTM, kering udara.
88 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Vw - Vd' x w
X = x 100 %
Wd
dimana:
Vw = volume tanah basah
Vd = volume tanah kering
W = berat tanah kering
W = berat jenis air (w = 1,00)
c. Shringkage Ratio (Sr):
Wd
Sr =
Vd
BAB II
PELAKSANAAN PERCOBAAN
89 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
3. Contoh tanah dibuat dalam keadaan jenuh air atau antara 5 sampai 10 ketukan pada
alat Casagranda (dalam percobaan ini diambil yang ketukannya 6, 7, 8, 9).
4. Oleskan contoh tanah yang sudah tercampur air pada mangkuk Casagranda setebal
kurang lebih 1 cm dan buatlah celah dengan alat Groving tool.
5. Alat Casagranda diputar dengan kecepatan 2 putaran / detik dengan konstan, sehingga
terjadi longsoran pada celah sepanjang 0,5 inch, dengan jumlah ketukan seperti
langkah 3.
Catatan: langkah ke-5 ini adalah alat Casagranda manual, apabila alat Casagranda
adalah automatis maka langkah ke-5 tidak ada.
6. Setelah didapat jumlah ketukan yang diinginkan, kemudian contoh tanah dimasukkan
kedalam coated dish, agar tidak terdapat gelembung-gelembung udara (agar padat)
coated dish tersebut diketuk-ketukkan dan masukkan contoh tanah selapis demi
selapis.
7. Coated dish yang telah berisi tanah tadi ditimbang dan dibiarkan kering udara selama
kurang lebih 18 jam, agar tanah tidak terjadi keretakan karena pemanasan tiba-tiba.
8. Setelah 18 jam, coated dish dimasukkan kedalam oven selama 24 jam.
9. Setelah kering dikeluarkan dari oven, coated dish + tanah kering ditimbang dan
kemudian dihitung volume tanah basah dan volume tanah kering.
90 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
- zat cair yang tidak boleh terserap oleh gaya kapiler kedalam pori-pori tanah.
- zat cair tidak membasahi dinding gelas maupun porselin.
(Kedua syarat itu dipenuhi oleh air raksa)
Cara menghitung volume tanah kering:
- shringkage dish diisi air raksa, dan diratakan dengan plat kaca lalu ditimbang
(G1).
- kedalam shringkage dish yang berisi air raksa dimasukkan contoh-contoh tanah
kering dan ditekan dengan plat kaca berkaki tiga sehingga ada air raksa yang
tumpah.
- kemudian contoh tanah kering dikeluarakan dan shringkage dish ditimbang lagi
(G2).
* Berat air raksa yang tumpah = G1 – G2
- volume tanah kering = volume air raksa yang tumpah
G1 - G 2
=
BJ air raksa
91 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
berat air raksa = 244,22 gr
42.9 30.04
= x 100 %
30.04 15.68
= 89,55 %
92 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
BAB III
ANALISA BATAS BATAS ATTERBERG
Pada kedalaman 1M dengan hasil batas cair (LL) = 76,00 % dan batas plastis (Pl) = 59,74 %
maka Indeks Plastis (Ip) = LL – Pl = 16,26 %. Dan pada kedalaman 3 M denagn batas cair (Ll) = 78,00 %
dan batas plastis (Pl) = 70,03 didapat indeks plastis (Ip) = 7,79 , maka dengan melihat data Ll dan Pl
pada bagan plastisitas, kita temukan jenis tanah OH. Pada bagan Klasifikasi Tanah Sistem Unified
pada gambar 4-1, tanah dengan simbol kelompok OH merupakan tanah lempung organik dengan
plastisitas sedang sampai tinggi. Sedangkan untuk sistem klasifikasi AASHTO pada gambar 4-2, maka
tanah tersebut masuk dalam subkelompok A- 7- 5, tanah ini termasuk dalam tanah berlempung yang
mempunyai tingkatan umum sebagai tanah dasar adalah sedang sampai buruk.
70
60
ks plastisitas, Ip
93 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
50
CH 40
0 10 20 30 40 50CL 60 70 80 90 100 30
20
MH & OH
10
ML & OL 0
Batas cair, %
100
Indeks Plastisitas, Ip
0 10 20 30 40 50 60 70
90
80
SUBKELOMPOK Ket:
70 A-7-5 A - Line
Ip = wL - 30
Batas Cair, wL
60 A-7-6 SUBKELOMPOK
A-5
A-7
50
40
30 A-4
A-6
10
94 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
BAB IV
PENUTUP
IV.1. Kesimpulan
1. Dari hasil percobaan Liquid limit diperoleh rata-rata kadar air (W %) sebesar 76,00 % pada
kedalaman 1m dan 78,00 % pada kedalamam 3m.
2. Pada kedalaman 1m kadar air yang dikandung lebih kecil dibandingkan kedalaman 3m.
3. Dan nilai plastik limitnya sebesar 70,03% pada kedalam 1m dan 59,74% pada kedalam 3m.
4. Jenis tanah yang didapat termasuk tanah lanau berplastisitas tinggi baik itu pada kedalam
1m dan 3m.
5. Sedang batas–batas susut yang didapat pada praktikum adalah sebagai berikut ini:
Kedalaman 1 m = 75,05%
Kedalaman 3 m = 90,35%
95 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
6. Apabila batas susut semakin kecil tanah akan lebih mudah mengalami perubahan volume
dan semakin sedikit air yang dibutuhkan untuk dapat mengubah volume tanah.
7. Berdasarkan analisa batas–batas Atterberg maka tanah pada kedalaman 1 meter dan 3
meter , menurut ketentuan sistem klasifikasi Unified termasuk golongan OH dan MH dan
menurut sistem klasifikasi AASHTO maka tanah tersebut termasuk kedalam golongan
kelompok A – 7 – 5 yang berarti bahwa tanah termasuk jenis lempung organik dengan
plastisitas sedang sampai tinggi dan lanau tak organik .
- alat yang tidak dirawat atau sudah tua dapat mengakibatkan ketelitiannya berkurang.
- terlalu sensitifnya timbangan dengan ketelitian 0,01 gr sehingga sewaktu menimbang
contoh tanah angka digital timbangan tidak menunjukkan nol.
96 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
DAFTAR PUSTAKA
1. Ir. Riana H. Pranowo L dan Ir. Rahmat Setiadi ”Pedoman Praktikum Mekanika Tanah
(bagian 1)”, Laboratorium Mekanika Tanah FSP – ITI, Serpong 2000.
97 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
MODUL PRAKTIKUM : COMPACTION
KELOMPOK/TAHUN : IV(Empat)/2015
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Compaction
Dalam pengertian teknik secara umum, tanah didefinisikan sebagai material
yang terdiri dari agaregat (butiran) mineral-mineral padat yang tersementasi (terikat
secara kimia) satu sama lain dan dari bahan-bahan organik yang telah melapuk dan
98 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
disertai dengan zat dan gas yang mengisi ruang-ruang kosong diantara partikel-
partikel.
Tanah secara umum terdiri dari tiga bahan, yaitu butiran tanahnya sendiri, air
dan udara yang terdapat dalam ruangan antara butir-butir tersebut, ruang ini disebut
pori (voids) dan apabila tanah sudah benar-benar kering, maka tidak ada air sama
sekali dalam porinya. Keadaan ini semakin jarang ditemukan pada tanah dilapangan.
Sebaliknya sering ditemukan dalam keadaan dimana pori tanah tidak mengandung
udara sama sekali, jadi pori tersebut mengandung air. Dalam hal ini tanah dikatakan
jenuh ( fully saturated ). Tanah ini hampir selalu terdapat dibawah muka air.
Dengan mengetahui sifat-sifat tersebut diatas, maka dengan mudah kita dapat
mengatasi segala kemungkinan yang akan terjadi. Misalnya dalam pembuatan
timbunan tanah untuk jalan raya dan struktur teknik lainnya. Tanah yang lepas
(renggang) haruslah dipadatkan untuk meningkatakan kekuatan tanah, sehingga
dengan demikian meningkatkan daya dukung tanah terhadap pondasi diatasnya.
Pemadatan dapat dilakukan dengan cara mekanis. Cara mekanis yang
digunakan untuk memadatkan tanah bermacam-macam. Di lapangan biasanya dipakai
dengan cara menggilas sedangkan di laboraturium dipakai cara memukul
(menjatuhkan beban) cara percobaan Compaction ini ada dua macam:
1. Standart Compaction Test (SCT)
Dalam percobaan ini tanah dipadatkan didalam suatu cetakan (mold) yang
isinya 1/30 feet² ( 0,9434 cm ³ ), dengan memakai alat pemukul seberat
5,5 lbs ( 2,495 kg ) yang dijatuhkan 12 inchi ( 0,3048 m ). Cetakan diisi dengan
tiga lapisan dan setiap lapisan dipadatkan dengan 25 pukulan dari alat pemukul
tersebut.
Setelah diisi permukaan tanah dibuat rata dengan memakai pisau dan plat baja
lurus. Cetakan serta isinya kemudian ditimbang sehingga berat isi tanah
diketahui. Tanah segera dikeluarkan lagi dari cetakan dan diambil sebagai untuk
menentukan kadar airnya.
Percobaan ini diulang beberapa kali (enam sampai delapan) dengan kadar air
yang berbeda sehingga dapat dibuat grafik berat isi terhadap kadar air.
99 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Cara melakukan percobaan ini tidak banyak berbeda dengan cara melakukan
percobaan standart. Cetakan yang dipakai sama dan banyaknya pukulan pada
setiap lapisan juga sama. Tetapi disini berat alat pemukul lebih besar, yaitu 10
lbs( 4,536kg ) dan tinggi jatuhnya 18 inchi ( 0,4572 m ).
Pada percobaan ini tanah dipadatkan dalam lima lapisan, bukan tiga lapisan
seperti pada percobaan standart.
Bilamana suatu tanah dengan kadar air rendah, maka tanah tersebut akan sukar
dipadatkan. Bilamana tanah kadar air ditambah, maka itu akan berlaku sebagai pelumas
100 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
sehingga tanah itu akan mudah dipadatkan dan ruangan kosong antara butiran akan menjadi
lebih kecil. Pada kadar air yang lebih tinggi lagi, kepadatan akan turun lagi karena pori-pori
tanah menjadi penuh terisi air yang tidak dapat dikeluarkan dengan cara pemadatan.
Zero Air Voids Line (ZAV) atau garis derajat kejenuhan 100% adalah hubungan
teoritis atara berat isi kering dan kadar air bilaman derajat kejenuhan adalah 100%, yaitu bila
pori tanah sama sekali tidak mengandung udara.
Gs w
ZAV =
1 ( Kas Gs)
Dimana :
Gs : Spesific Gravity
Zero Air Voids Line ini berguna sebagai petunjuk pada waktu digambarkan grafik
hasil percobaan pemadatan. Garis pemadatan tidak boleh memotong Zero Air Voids Line ini
karena apabila berpotongan maka tanah yang akan dipadatkan sudah menjadi jenuh dan akan
sulit untuk dipadatkan berarti praktikum yang telah dilakukan salah. Pada harga kadar air
yang tinggi semestinya menjadi sejajar dengan garis tersebut
Tujuan dari praktikum Compaction ini adalah untuk menentukan kadar air optimum
dimana suatu tanah dengan suatu pemadatan tertentu memiliki berat jenis yang terbesar (dry).
Sedangkan tujuan umum dari Compaction adalah:
101 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
I. 3. Alat-alat dan bahan yang dipergunakan
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum adalah sebagai berikut:
Ww
Ka = 100%
Ws
Dimana :
Ka : Kadar air ( % )
Ww : Berat air ( gr )
102 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Dimana :
Kar Kaa
PA = 1,02 5000
1 Kaa
Dimana :
Wtm
wett =
Vw
Vmold =¼d²t
Dimana :
103 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
wett
dry =
1 Kas
Dimana :
BAB II
PELAKSANAAN PERCOBAAN
II. 1. Persiapan Percobaan
1. Siapkan 6 sampel @ 5000 gram lolos saringan No. 4 ASTM dan dicari kadar airnya
masing-masing sampel tanah sebagai kadar air awal.
2. Tambahakan air sesuai dengan perhitungan penambahan air pada masing-masing
sampel tanah sesuai dengan kadar air rencana/perkiraan kadar air yang diminta.
3. Tiap sampel tanah diaduk sampai rata dengan cara tanah ditaruh diatas talam
kemudian diaduk dengan tangan sambil dicampur dengan air sedikit demi sedikit
sehingga air meresap sampai kedalam tanah dengan merata.
4. Sampel tanah yang sudah diaduk merata dihitung kembali kadar airnya sebagai
pemeriksaan kadar air rencana yang diminta.
5. Sampel tanah diperam dalam plastik selama ± 24 jam agar kadar air benar-benar.
II. 2. Jalannya Percobaan
1. Timbang berat mold.
2. Ukur diameter dan tinggi mold untuk mendapatkan volume mold.
3. Siapkan peralatan mold dan beri oli agar tanah tidak melekat dan mudah dikeluarkan.
104 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
4. Tuangkan tanah ke dalam mold dan ditumbuk 56 kali secara merata ke seluruh
permukaan mold sehingga mendapatkan tinggi lapisan pada 1/5 tinggi mold pada saat
padat.
5. Lakukan sampai lima kali dimana untuk lapisan terakhir dibantu dengan memasang
kolar.
6. Jika tanah sudah sampai pada lapisan kelima, kolar dibuka kembali dan tanah tidak
boleh kurang dari tinggi mold agar didapat volume tanah sama dengan volume mold.
Jika tinggi tanah melebihi tinggi mold, tanah diratakan dengan plat baja.
7. Setelah tanah rata dengan mold, dikeluarkan dengan Extruder.
8. Contoh tanah diambil pada bagian atas, tengan dan bawah untuk dicari kadar air rata-
ratanya, sebagai kadar air sebenarnya.
9. Percobaan ini dilakukan sebanayak 6 sampel tanah sesuai dengan kadar air yang
sudah ditentukan yaitu: 27,5%; 30%; 32,5%; 35%; 37,5%; dan 40%. Maksud dari
percobaan sebanyak 6 sampel ini adalah untuk mendapatkan 6 buah titik yang dapat
menggambarkan kurva hubungan antara dry dengan kadar air sebenarnya tersebut.
BAB III
HASIL PERCOBAAN
NO. Wcan (gr) WTanah basah + Wcan (gr) W Tanah kering + Wcan (gr)
105 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
III. 1. 2. Data Hasil Percobaan
MOLD I (Ganjil)
: 15,28 cm (Mold)
Tinggi : 20,21 cm
MOLD II (Genap)
: 15,26 cm (Mold)
Tinggi : 22 cm
NO. Wcan (gr) WTanah basah + Wcan (gr) W Tanah kerin,g + Wcan (gr)
B1 10 51,54 39,76
106 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
III. 2. Contoh Perhitungan
= 40,40 – 9,75
= 30,65 gram
= 34,30 – 9,75
= 24,55 gram
= 30,65 – 24,55
= 6,1 gram
Ww
Kaa A = 100%
Ws
6,1
= 100% = 24,85 %
24,55
= 39,54 – 8.0
= 31,54 gram
107 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Wtanah kering = Wtanah kering + Wcan - Wcan
= 33,31 – 8,0
= 25,31 gram
= 31,54 – 25,31
= 6,23 gram
Ww
Kaa B = 100%
Ws
6,23
= 100% = 24,62 %
25,31
C = 20,36 % ; D = 21,75 %
Kar Kaa
PAB = 1,02 5000
1 Kaa
0,275 0,2036
= 1,02 5000
1 0,2036
= 302,54 cc ~ 303 cc
108 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Kadar air awal ( Kaa ) = 21.75 %
Kar Kaa
PAC = 1,02 5000
1 Kaa
0,30 0,2175
= 1,02 5000
1 0,2175
= 345,6 cc ~ 346 cc
Kar Kaa
PAD = 1,02 5000
1 Kaa
0,325 0,2233
= 1,02 5000
1 0,2233
= 423,99 cc ~ 424 cc
Kar Kaa
PAE = 1,02 5000
1 Kaa
0,35 0,2412
= 1,02 5000
1 0,2412
= 477,1 cc ~ 477 cc
109 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Wtanah basah = Wtanah basah + Wcan - Wcan
= 16,78 – 10,18
= 6,6 gram
= 15,35 – 10,18
= 5,17 gram
= 6,6 – 5,17
= 1,43 gram
Ww
Kaa A1 = 100%
Ws
1,43
= 100%
5,17
= 27,66 %
= 17,11 – 8,83
= 8,28 gram
= 15,33 – 8,83
= 6,5 gram
110 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
= 8,28 – 6,5
= 1,78 gram
Ww
Kaa A2 = 100%
Ws
1,78
= 100%
6,5
= 27,38 %
= 27,52 %
III. 2. 4. Menentukan berat isi basah ( wett ) dan berat isi kering ( dry )
Vm =¼d²t
= ¼ ( 15,28 ) ² ( 20,21 )
= 3704,1 cm³
Wmold = 3380 gr
111 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Wtm
wett =
Vm
4566
= = 1,233 gr/cm³
3704,1
wett
dry =
1 Kas
1,233
= = 0,967 gr/cm³
1 0,2752
Vm =¼d²t
= ¼ ( 15,28 ) ² ( 22 )
= 4032,2 cm³
Wmold = 3576 gr
Wtm
wett =
Vm
4833
= = 1,199 gr/cm³
4032,2
wett
dry =
1 Kas
1,199
= = 0,922 gr/cm³
1 0,3008
112 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Contoh tanah C ( mold I )
Vm =¼d²t
= ¼ ( 15,28 ) ² ( 20,21 )
= 3704,1 cm³
Wmold = 3380 gr
Wtm
wett =
Vm
5031
= = 1,358 gr/cm³
3704,1
wett
dry =
1 Kas
1,358
= = 1,024 gr/cm³
1 0,3256
Vm =¼d²t
= ¼ ( 15,28 ) ² ( 22 )
= 4032,2 cm³
113 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Wmold = 3576 gr
= 8432 – 3576
= 4856 gr
Wtm
wett =
Vm
4856
= = 1,204 gr/cm³
4032,2
wett
dry =
1 Kas
1,204
= = 0,894 gr/cm
1 0,3473
Gs w
ZAV =
1 ( Kas Gs)
Diketahui:
= 2,66
Penyelesaian:
114 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
2,66 1,0
ZAV tanah A = = 1,536
1 (0,2752 2,66)
2,66 1,0
ZAV tanah B = = 1,478
1 (0,3008 2,66)
2,66 1,0
ZAV tanah C = = 1,425
1 (0,3256 2,66)
2,66 1,0
ZAV tanah D = = 1,383
1 (0,3473 2,66)
BAB IV
PENUTUP
IV. Kesimpulan
1. Dari grafik hasil percobaan Compaction didapat kadar air optimum (OMC) 32,56 %
dan berat isi kering ( dry ) maksimum 1,024 gr/cm³.
2. Dari pelaksanaan percobaan didapat berat isi basah maksimum (wett ) 1,366 gr/cm³.
3. Untuk membuat grafik diperlukan lebih dari 6 sampel dengan kadar air yang berbeda
agar hasil dari grafik tersebut lebih baik.
4. Dari grafik percobaan Compaction didapat bahwa garis Zero Air Voids Line (ZAV)
tidak memotong garis pada grafik hubungan antara kadar air optimum (OMC) dengan
berat isi kering ( dry ).
115 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
DAFTAR PUSTAKA
116 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Penanggung Jawab Modul : Mokhamad Fahri
BAB I
PENDAHULUAN
117 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Dengan alat geser langsung, kekuatan geser dapat diukur secara langsung. Sample
tanah dipakai pada unit Direct Shear kemudian dibelikan tegangan vertical (yaitu tegangan
normal ) yang konstan. kemudian contoh diberikan tegangan geser samapi tercapai nilai
maksimum. Tegangan geser ini diberikan dengan mengatur kecepatan bergerak (Strain rate)
yang konstan dan perlahan sehingga tegangan air pori selalu tetap nol. Untuk mendapatkan c
atau ϕ perlu dilakukan beberapa percobaan dengan memberikan nilai tegangan normal yang
berbeda.
Dimana :
σn : Tegangan Normal
Pn : Beban Normal
angka kalibrasi proving ring dan kemudian dihitung tegangan geser maksimumnya.
𝒇
τ =
𝑭
Dimana :
τ : Tegangan geser
118 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
f : Gaya geser
119 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
BAB II
PERCOBAAN
1. Sediakan pasir secukupnya dan bersihkan dari kotoran yang ada (tidak dicuci).
2. Ukur diameter shear box tiga kali, untuk mendapatkan luas bidang shear box.
3. Penutup shear box dan bola logam penahan beban ditimbang.
1. Pasir yang telah dibersihkan, dimasukkan kedalam shear box (terlebih dahulu
shear box dikunci agar tidak dapat bergerak).
2. Permukaan pair diratakan, kemudian ditutup dengan batu pori. Arah serat
penutup harus tegak lurus dengan gaya geser yang diberikan agar pasir tidak
120 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
tergelincir, sebab hal ini akan mmpengaruhi besarnya tegangan yang akan
terjadi.
3. Extensiometer dan force dial dipersiapkan (yaitu jarum penunjuk dinol kan)
4. Beban 5 kg diletakkan pada alat penggantung, kunci shear box dibuka,
kemudian percobaan dapat dimulai.
Beban tersebut akan memberikan tegangan normal (σ n) sedangkan kecepatan
gaya geser harus konstan. Kecepatan gaya geser = 1mm/menit
5. Pada detik-detik 15, 30, 45, 50,… dan seterusnya, dilakukan pembacaan load
dial dan dicatat.
6. Bila saat pembacaan load dial menjadi konstan lalu menurun, percobaan ini
dapat dihentikkan. Pasir dianggap telah mengalami keruntuhan.
7. Pasir yang ada dalam shear box dikeluarkan. Timban beratnya kemudian di
masukkan kedalam oven selama 24 jam, untuk mengetahui kadar airnya.
8. Percobaan dilanjutkan dengan mengubah besi pembebanan normal dengan 10
kg, 15 kg, 20 kg, 25 kg, 30 kg. Untuk mendapatkan titik-titik lain pada grafik
setara tegangan normal (σ n) dengan tegangan geser (τ).
9. Catat Kalibrasi alat.
BAB III
HASIL PERCOBAAN
III.1 Data Percobaan
III.2 Perhitungan
121 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
0 0 0
15
30
45
60 (1 menit) 6 14
75
90
105
120 (2 menit) 8 16
135
150
165
180 (3 menit) 9 17
195
210
225
240 (4 menit) 9.5 20
255 9.5
270 9
285 9
300 (5 menit) 21
6 menit 20
7 menit 20
8 menit
9 menit
10 menit
11 menit
12 menit
13 menit
122 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Beban 5 kg
Berat beban = 5 kg
F = ¼ .π.(d )2
= ¼ .π.(6,478)2
= 32,94 cm2
5,53
n =
32,94
= 0,168 kg /cm2
Beban 10 kg
Berat beban = 10 kg
123 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
d = 6,478 6,478 6,478 = 6,478 cm
3
Luas shear box ( F ) :
F = ¼ .π.(d )2
= ¼ .π.(6,478)2
= 32,94 cm2
10,53
n =
32,94
= 0,320 kg /cm2
Maksimum gaya geser (f ) didapat dari tabel kalibrasi alat dengan metode
interpolasi sebagai berikut :
Beban 5 kg
37
0 f
0 9,5 20
37 0 9,5 - 0
20 0 f -0
37 9,5
20 f
9,5 x 20
f
37
f 5,13 kgf
Catatan :
1kgf = 2.2046 lb
1 lb = 4.448 N
124 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Maka :
5,13. 2,2046 . 4,448
f
9.81
5,13 kg
Maksimum tegangan geser ( ) :
f
F
5,13
32,94
0.156 kg/cm 2
beban 10 kg
37
0
0 21 20
37 0 12 - 0
20 0 f - 0
37 21
20 f
21 x 20
f
37
f 11,35 kgf
Catatan :
1kgf = 2.2046 lb
1 lb = 4.448 N
125 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Maka :
11,35. 2,2046 . 4,448
f
9.81
11,34 kg
Maksimum tegangan geser ( ) :
f
F
11,34
32,94
0.344 kg/cm 2
Can I :
(1) - (2)
K =
(2) - (3)
47,03 46,10
=
36,13
126 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
= 0,025 %
Menghitung sudut :
Beban 5kg
Y = A + Bx
n (xy) - x y
B =
n (x 2 ) (x) 2
A =
Y B X
n
Y = Tegangan geser
A = Kohesi
B = tan
Untuk menghitung nilai A dan B disusun tabel harga x dan y sebagai berikut :
X Y X2 XY
127 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
n (xy) - x y
B =
n (x 2 ) (x) 2
5(7.135128) (5.628)(5.226)
=
5(7.683984) (5.628) 2
35.67564 29.411928
=
38.41992 31.674384
= 0.93%
= 42 8’ 55.22”
Y B X
A = n
5.226 (0.93)(5.628)
=
5
= - 0.0016
Y = A + B X = -0.0016 + 0.93 X
X Y
0.1 0.0914
0.2 0.1844
0.3 0.2774
0.4 0.3704
0.5 0.4634
0.6 0.5564
0.7 0.6494
0.8 0.7424
0.9 0.8354
1 0.9284
1.1 1.0214
1.2 1.1144
128 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
GRAFIK
1.2
y = 0.93x - 0.0016
1 R² = 1
0.8
0.6
τ
0.4
0.2
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4
σn
BAB IV
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
1. Dari hasil pengolahan data didapatkan angka kohesi tanah (c) = -0.0016 kg/cm2
129 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
DAFTAR PUSTAKA
1. Ir. Riana H. Pranowo L dan Ir. Rahmat Setiadi ”Pedoman Praktikum Mekanika
Tanah (bagian 1)”, Laboratorium Mekanika Tanah FSP – ITI, Serpong 2000.
2. Wesley, LD. “MEKANIKA TANAH”,Badan Penerbit Pekerjaan umum: Jakarta.
130 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Lampiran
131 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Penanggung Jawab Modul : Mokhamad Fahri
BAB I
PENDAHULUAN
132 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
I.2 Dasar Teori
CBR Laboratorium ialah perbandingan antara beban penetrasi suatu bahan terhadap
bahan standard dengan kedalaman dan kecepatn penetrasi yang sama.
Beban standard diperoleh dari percobaan terhadap batu pecah klas A yang dianggap
mempunyai CBR 100%.
𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛
𝐶𝐵𝑅 𝐿𝑎𝑏𝑜𝑟𝑎𝑡𝑜𝑟𝑖𝑢𝑚 = 𝑥 100%
𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟𝑑
Dimana :
Beban didapat dari pembacaan load dial pada suatu penetrasi yang kemudian
dikalibrasikan dengan grafik kalibrasi proving ring, atau dapat juga digunakan rumus :
Pada umumnya nilai CBR Laboratorium diambil pada penetrasi 0,1 inci.
133 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
I.3 Contoh Tanah yang Digunakan
5 (lima) sample tanah permukaan masing-masing 5000 gram lolos saringan No. 4
dengan ketentuan :
1 (satu) sample dengan kadar air optimum; 2 (dua) sample dengan kadar air massing –
masing 2,5% dan 5,0% diatas optimum; 2 (dua) sample dengan kadar air masing – masing
2,5% dan 5,0% di bawah optimum.
134 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
a. Stop watch
b. Beban permukaan untuk Penetrasi dan beban permukaan untuk perendaman
c. Piring logam yang berlubang – lubang kecil (perforated plate)
d. Alat pengukur pengembangan (swelling)
e. Mesin CBR yang dilengkapi dengan alat – alat dial ring, proving ring dan piston
penetrasi
BAB II
PERCOBAAN
II.I Persiapan Percobaan
1. Siapkan contoh tanah yang lolos saringan ASTM No. 4 sebanyak 5x5 kg dan
masing – masing sample dicari kadar airnya.
2. Tambahkan air sesuai perhitungan pada masing – masing sample sesuai dengan
kadar air yang diminta.
3. Contoh tanah diaduk sampai merata sehingga air meresap ke dalam tanah dengan
merata.
4. Contoh tanah diperam dalam plastic selama kurang lebih 24 jam agar kadar
airnnya merata.
5. Sebelum pemadatan dilakukan, mould dibersihkan dan diberi oli.
6. Timbang berat mould, ukur diameter dan tinggi mould.
7. Siapkan kertas berbentuk bulat yang berfungsi sebagai penyekat alas (filter)
8. Timbang berat keeping pemberat.
135 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
II.2 Jalannya Percobaan
A. Pemadatan / Compaction
a. Pasang cetakan pada keeping alas dan timbang. Masukkan piringan pemisah
(spacer disc) diatas keeping alas dan pasang kertas saring diatasnya.
b. Masukkan sejumlah contoh tanah kedalam mould dan ditumbuk selama 56
kali sehingga didapatkan tinggi lapisan padat 1/5 tinggi mould.
c. Lakukan sampai menapai 5 lapisan dimana untuk lapisan terakhir dibantu
dengan memasang collar (leher sambung)
d. Leher sambung (collar) dilepaskan. Permukaan tanah diratakan dengan
menggunaka plat baja sehingga tepat sampai pada bibir mould.
e. Setelah rata mould beserta isinya ditimbang.
f. Kemudian dilakukan penetrsi / penekanan.
B. Penetrasi
a. Letakkan keeping pemberat diatas permukaan contoh tanah seberat 4,5 kg atau
10 lb. sebelumnya berat plat yang sebenarnya harus ditimbang dahulu.
b. Kemudian atur piston penetrasi pada permukaan benda uji sehingga tepat
mengenai permukaan tanah.
c. Periksa dan atur loading dial dan penetrasi dial agar sebelum penetrasi dimulai
menunjukkan angka nol.
d. Berikan pembebanan degan teratur sehingga kecepatan penetrasi mendekati
kecepatan tetap sebesar 1,27 mm/menit atau 0,05 inci/menit.
e. Lakukan pembacaan beban pada penetrasi:
0,0125 inci 0,1750 inci
0,0250 inci 0,2000 inci
0,0500 inci 0,2500 inci
0,0750 inci 0,3000 inci
0,1000 inci 0,4000 inci
0,1250 inci 0,5000 inci
0,1500 inci
f. Catat beban maksimum dan penetrasinya bila pembebanan maksimum terjadi
sebelum penetrasi 0,5000 inci.
g. Setelah penetrasi unsoaked selesai, pasang keeping pengembangan diatas
permukaan benda uji dan kemudian pasang keeping pemberat 10 lbs.
136 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Cetakan beserta beban direndam dalam air sehingga air dapat meresap dari
atas maupun dari bawah.
Permukaan air selama perendamn harus tetap kurang lebih 2,5 cm di atas
permukaan benda uji.
h. Pasang tripod beserta dial pengukuran pengembangan. Swelling dicatat tiap
waktu : 0 jam, 1 jam, 2 jam, 4 jam, 24 jam, 48 jam, 72 jam, 96 jam.
i. Setelah 96 jam cetakan dikeluarkan dari bak air dan miringkan selama kurang
lebih 15 menit sehingga air bebas mengalir habis.
Harus dijaga agar selama pengeluaran air tersebut permukaan benda uji tidak
terganggu.
j. Ambil beban dari cetakan, kemudian cetakan beserta isinnya ditimbang.
k. Benda uji CBR yang direndam (soaked) telah siap dilakukan pengujian
kembali seperti penetrasi unsoaked.
BAB III
HASIL PERCOBAAN
III.1 Perhitungan
𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛
CBR Laboratorium = 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟𝑑 𝑥 100%
LRC = 7,3
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐴𝑖𝑟
Kadar Air = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑇𝑎𝑛𝑎ℎ 𝐾𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑥 100%
137 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
III.2 Hasil Perhitungan
1. CBR Test
PEMBACAAN BEBAN
Pembacaan
Penurunan Beban (Psi)
Arloji
(in)
Atas Bawah Atas Bawah
0 0 0 0 0
138 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
0.150 147 68 1073.1 496.4
KADAR AIR
Sebelum direndam
can no 1
can + tnh basah 18.6
can + tnh kering 15.98
berat can 8.04
berat air 2.62
berat tanah kering 7.94
kadar air (%) 33.00
KADAR AIR
Sesudah direndam
can no 1
can + tnh basah 28.02
can + tnh kering 22.7
berat can 8.04
berat air 5.32
berat tanah kering 14.66
139 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
kadar air (%) 36.29
108 𝑥 7,3
Harga CBR sebelum di rendam (0,1 inci) = 𝑥 100% = 26,28
3 𝑥 1000
46 𝑥 7,3
Harga CBR sesudah di rendam (0,1 inci) = 𝑥 100% = 11,19
3 𝑥 1000
208 𝑥 7,3
Harga CBR sebelum di rendam (0,2 inci) = 𝑥 100% = 33,74
3 𝑥 1500
81 𝑥 7,3
Harga CBR sesudah di rendam (0,2 inci) = 𝑥 100% = 13,14
3 𝑥 1500
2500
GRAFIK CBR LABORATORIUM
2000
Beban (Psi)
1500
500
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6
Penurunan (in)
140 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
A. Swell Data
Mold no. 1
Elapsed Time 𝑆
𝑥 100%
Dial Reading 0.001 𝐻
0 hr 0 0.00
1 hr 12 150.00
2 hr 18 100.00
4 hr 34 52.94
8 hr 45 40.00
16 hr 54 33.33
24 hr 76 23.68
48 hr 87 20.69
S = 18 cm (Tinggi Mold)
B. After Soaking
Mold no. 1
Surcharge. Lb
Initial wt. wet soil+mold+base plate 6872
Final wt. wet soil+mold+base plate 7014
Wt. of mold+base plate 3368
Initial wt. of wet soil 3504
Wt. of water absorbed 142
% water absorbed 4.05
141 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
BAB IV
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
Nilai CBR yang tertinggi didapat pada penurunan 0,2 inci yaitu seebesar 33,74.
Semakin baik dalam memadatkan tanah, semakin besar pula nilai CBR yang akan
diperoleh.
142 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
1. Tidak ratanya permukaan tanah sehingga mempengaruhi kedudukan piston
penetrasi.
2. Kecepatan penetrasi yang dilakukan kurang konstan
3. Kesalah pada pembacaan beban pada dial penetrasi
DAFTAR PUSTAKA
3. Ir. Riana H. Pranowo L dan Ir. Rahmat Setiadi ”Pedoman Praktikum Mekanika
Tanah (bagian 2)”, Laboratorium Mekanika Tanah FSP – ITI, Serpong 2000.
4. Wesley, LD. “MEKANIKA TANAH”,Badan Penerbit Pekerjaan umum: Jakarta.
143 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Lampiran
144 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Penanggung Jawab Modul : Mokhamad Fahri
BAB I
PENDAHULUAN
145 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Untuk menentukan koefisien permeability (K), yaitu suatu konstanta pembanding
untuk perhitungan debit suatu cairan jika menembus medium berpori (air dan tanah).
Antara butiran tanah terdapat rongga udara (pori) yang saling berhubungan. Apabila
tanah dialiri air, maka air tersebut akan mengisi pori-pori tersebut. Besar kecilnya pori ini
mempengaruhi jumlah air dan kecepatan air mengalir.
Untuk mendapatkan kecepatan air yang merembes melalui pori-pori tanah dilakukan
percobaan permeability untuk mendapatkan koefisien permeability (K).
Dalam percobaan laboratorim kali ini dilakukan untuk falling head dan constant head.
A. Falling Head
kh A
dq dt
L
kh A
a dh dt
dh L
dh k A
dt
h aL
kA
h2 t
h dh a L dt 0 dt
1
h1
h1 kA
ln t
h h2 aL
h2
aL h1
k ln
146 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h At h2
Dimana : L = tinggi contoh tanah
B. Constant Head
Gelas Ukur
Mold Permeability
147 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
h
Q = k . i. A . t i =
L
k . h .A . t
Q =
L
Q. L
K =
h . A.t
k1 t
k 20
20
148 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
t = Viskositas pada temperatur t C
149 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
BAB II
PERCOBAAN
150 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
7. Pindahkan tanah dari mold percetakan ke mold permeability dengan
menggunakan extruder. Kemudian hitung tinggi tanahnya.
8. Tanah serta mold permeability direndam selama minimal 24 jam agar tanah
menjadi jenur air.
151 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
BAB III
HASIL PERCOBAAN
A. Falling Head
Diameter Pipa
h1 h2 Waktu (det) Suhu (°C)
(mm)
152 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
A = 81,04 cm2
L = 11,71
a xL 120
k ln
Axt 60
0,071 x 11,71 120
ln
81,04 x 14,25 60
120
0.00072 ln
60
0.000499 cm / det
a xL 120
k ln
Axt 60
0,016 x 11,71 120
ln
81,04 x 17.08 60
120
0.000135 ln
60
0.0000936 cm / det
k rata-rata
K1 k 2 k 3
Kr
3
0.000149 0.000499 0.0000936
3
0.000247 cm / det
153 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Standard Koefisien Permeability t = 20°C
krt
k20
20
0.000247 x 0.000796
k20
0.001
k20 0.000196612
B. Constant Head
h = 90 cm
Q = 300 ml
d = 7.48 cm
= 43.92 cm2
L = 20 cm
t = 159.90 det
154 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Q xL
k
hx Axt
300 x 20
90 x 43.92 x 159.90
0.009493 cm / s
t = 157.39 det
QxL
k
hx Axt
300 x 20
90 x 43.92 x 157.39
0.009644 cm / s
t = 158.03 det
QxL
k
hx Axt
300 x 20
90 x 43.92 x 158.03
0.009605 cm / s
k rata-rata
K1 k 2 k 3
Kr
3
0.009493 0.009644 0.009605
3
0.009618 cm / det
155 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
kr t
k 20
20
0.009618 x 0.000796
k 20
0.001
k 20 0.007655928
BAB IV
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
Dari hasil perhitungan di atas, maka dapat di tarik kesimpulan bahwa :
1. Pada percobaan Falling Head Test , koefisien Permeability pada t =20° adalah
0.000196612 dan termasuk tanah jenis pasir kelanauan.
156 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
2. Pada percobaan Constant head, koefisien Permeability pada t =20° adalah
0.007655928 dan termasuk tanah jenis pasir kelanauan.
DAFTAR PUSTAKA
5. Ir. Riana H. Pranowo L dan Ir. Rahmat Setiadi ”Pedoman Praktikum Mekanika
Tanah (bagian 2)”, Laboratorium Mekanika Tanah FSP – ITI, Serpong 2000.
6. Wesley, LD. “MEKANIKA TANAH”,Badan Penerbit Pekerjaan umum: Jakarta.
157 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Penanggung Jawab Modul : Muhammad Ridwan
Tanggal Praktikum :
Asisten :
158 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengujian Kerucut Pasir merupakan salah satu jenis pengujian yang dilakukan
dilapangan guna menentukan berat isi kering (kepadatan) tanah asli ataupun hasil suatu
pekerjaan pemadatan dan dapat dilakukan pada tanah kohesif maupun non-kohesif.
Cara lain yang dapatdilakukanuntuktujuan yang samayaitu:
MetodaSilinder (Drive Silinder method), khususuntuktanahkohesif
MetodeBalonKaret (Rubber Ballon method), untuksemuajenistanah
MetodaNuklir (Nuclear method), untuksemuajenistanah.
Nilai berat isi tanah kering yang diperoleh melalui pengujian ini, biasanya digunakan
untuk mengevaluasi hasil pekerjaan pemadatan dilapangan yang dinyatakan dalam derajat
pemadatan (degree of compaction), yaitu perbandingan antara gd (kerucut pasir)
dengan gdmaks hasil pengujian pemadatan dilaboratorium dalam [%].
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan kepadatan ditempat dari lapisan tanah atau
perkerasan yang telah dipadatkan.
BAB II
KAJIAN TEORI
1.4Landasan Teori
Tes sand cone pada tanah dilakukan untuk menentukan kepadatan di tempat dari
lapisan tanah atau perkerasan yang telah dipadatkan. Alat yang diuraikan disini hanya
terbatas untuk tanah yang mengandung butiran kasar tidak lebih dari 5 cm. Kepadatan
lapangan ialah berat kering persatuan isi.
159 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
𝑊1
Berat isi pasir = 𝛾𝑝 = (𝑊2−𝑊1)
𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑊10
Isi lubang = = 𝑉𝑒 𝑐𝑚3
𝛾𝑝
𝑊8−𝑊9
Berat isi tanah = 𝛾 = 𝑔𝑟𝑎𝑚⁄𝑐𝑚3
𝑉𝑒
𝛾
Berat isi tanah kering = 𝛾𝑑 𝑙𝑎𝑝 = 𝑥100% 𝑔𝑟𝑎𝑚⁄𝑐𝑚3
100+𝑊
𝛾𝑑𝑙𝑎𝑝
Derajat kepadatan di lapangan = D = 𝛾𝑑𝑙𝑎𝑏 𝑥100%
Dimana:
W1 = berat botol+corong
W2 = berat air penuh di botol+corong
W3 = berat pasir penuh di botol+coron
W4 = berat pasir secukupnya di botol+corong
W5 = berat sisa pasir di botol+corong
W8 = berat tanah+tempat
W9 = berat tempat
BAB III
PELAKSANAAN PERCOBAAN
3.1 Alat-Alat yang dipakai
1. Botol transparan untuk tempat pasir dengan isi kurang lebih 4 (empat) liter.
2. Corong kalibrasi pasir diameter 16,51 cm
3. Pelat untuk corong pasir.
4. Pasir bersih yang tidak mengandung bahan pengikat dan dapat mengalir bebas,
bergradasi lewat saringan no. 10 dan tertahan pada saringan no. 200.
160 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
5. Timbangan kapasitas 10 kg dengan ketelitian 1 gram dan kapasitas 500 gram dengan
ketelitian 0,1 gram.
6. Oven pengering.
7. Palu, sendok, kuas, pahat.
8. Can
161 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
3.1 Jalannya Percobaan
162 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
b. Letakkan alat dengan corong di bawah pada pelat corong, pada dasar yang rata
dan bersih.
c. Buka keran pelan-pelan sampai pasir berhenti mengalir.
d. Tutup keran, dan timbanglah alat berisi sisa pasir = W5 gram
e. Berat pasir dalam corong = (W4-W5) gram
BAB IV
HASIL PERCOBAAN
4.1 Perhitungan
𝑊1
Berat isi pasir = 𝛾𝑝 = (𝑊2−𝑊1)
𝑔𝑟𝑎𝑚
163 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
𝑊10
Isi lubang = = 𝑉𝑒 𝑐𝑚3
𝛾𝑝
𝑊8−𝑊9
Berat isi tanah = 𝛾 = 𝑔𝑟𝑎𝑚⁄𝑐𝑚3
𝑉𝑒
𝛾
Berat isi tanah kering = 𝛾𝑑 𝑙𝑎𝑝 = 𝑥100% 𝑔𝑟𝑎𝑚⁄𝑐𝑚3
100+𝑊
𝛾𝑑𝑙𝑎𝑝
Derajat kepadatan di lapangan = D = 𝛾𝑑𝑙𝑎𝑏 𝑥100%
Dimana:
W1 = berat botol+corong
W2 = berat air penuh di botol+corong
W3 = berat pasir penuh di botol+coron
W4 = berat pasir secukupnya di botol+corong
W5 = berat sisa pasir di botol+corong
W8 = berat tanah+tempat
W9 = berat tempat
No Titik Hasil
BERAT PASIR + GELAS +CORONG (W6) 8660
BERAT SISA PASIR + GELAS + CORONG
5119
(W7)
BERAT PASIR DI DALAM CORONG +
3541
LUBANG (W6-W7)
BERAT PASIR DI DALAM CORONG (W4-
1634
W5)
BERAT PASIR DI DALAM LUBANG
1907
W10 = (W6-W7) – (W4-W5)
164 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
γ PASIR (BERAT ISI PASIR)
(𝑊3 − 𝑊1) 0,217
𝛾𝑝 =
(𝑊2 − 𝑊1)
VOL TANAH/PASIR DI DALAM LUBANG
𝑊10 8788,018
𝑉=
𝛾𝑝
BERAT TANAH BASAH (W8-W9) 2640
γ BERAT ISI TANAH BASAH
(𝑊8 − 𝑊9) 0,300
𝛾=
𝑉
KADAR AIR (W%) 6,69
γd (BERAT ISI KERING)
𝛾 0,281
𝛾𝑑 = 𝑥 100%
100 + 𝑊
DERAJAT KEPADATAN DILAPANGAN
𝛾𝑑 𝐿𝐴𝑃 12,77 %
𝐷= 𝑥 100%
𝛾𝑑 𝐿𝐴𝐵
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
165 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
5.2 Sumber Kesalahan
1. Kekurang telitian dalam pengerjaan pemindahan tanah hasil galian, penimbangan,
KELOMPOK/TAHUN : IV(Empat)/2015
SIEVE ANALYSIS
BAB I
166 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
PENDAHULUAN
.
Apabila kita menguji segenggam tanah dengan mata telanjang, terlihat bahwa tanah
tersebut terdiri dari beberapa komposisi partikel padat. Partikel-partikel tersebut tidak terikat
erat seperti halnya pada beton, tetapi dapat bergerak satu sama lain karena adanya rongga-
rongga udara diantaranya. Tetapi partikel-partikel tersebut tidak sebebas partikel-partikel
cairan karena masing-masing saling menahan secara timbal balik.
Dan perlu kita ketahui bahwa penentuan sifat-sifat tanah banyak dijumpai dalam masalah
teknis yang berhubungan dengan tanah. Dalam masalah teknis pengelompokan tanah
menunjukan sifat atau kelakuan yang sama. Pemilihan ini disebut sebagai klasifikasi.
Dari beberapa sistem klasifikasi yang ada, hanya ada dua sistem yang kita ketahui dan
kita tinjau:
1. Sistem Klasifikasi Tanah Unified [Unified Soil Classification (USC)] – sistem yang
paling banyak dipakai (dan secara internasional) untuk pekerjaan teknik pondasi seperti
untuk bendungan,bangunan, dan konstruksi yang sejenis. Sistem ini biasa digunakan
untuk desain lapangan udara dan (di luar Amerika Serikat) untuk spesifikasi pekerjaan
tanah untuk jalan. Sistem ini mendefisikan tanah sebagai:
Berbutir-kasar apabila lebih dari 50% tertahan pada saringan No.200.
Lebih buruk untuk dipakai dalam pembangunan jalan apabila kelompoknya berada
lebih dikanan, tanah A-6 lebih tidak memuaskan jika dibandingkan dengan tanah A-5.
167 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Lebih untuk dipakai dalam pembangunan jalan apabila indeks kelompoknya bertambah
untuk subkelompok tertentu, misalnya tanah A-6(3) lebih tidak memuaskan
dibandingkan tanah A-6(1).
Pemakaian sistem klasifikasi tanah tidak menghilangkan keperluan untuk studi yang
lebih terinci mengenai tanah tadi atau meniadakan kebutuhan akan pengujian untuk
menentukan sifat teknis tanah. Sebagai contoh, berat isi, karakteristik pemadatan, unjuk-kerja
(performance) dalam keadaan jenuh, daya tahan terhadap aksi pembekuan, kekuatan, dan
lain-lainnya, tidak termasuk secara langsung dalam sistem klasifikasi tanah yang manapun.
Disamping itu pula tanah terdiri dari campuran butir-butir padat yang diantaranya ada
rongga-rongganya. Rongga-rongga tersebut biasanya merupakan campuran antara air, udara,
mineral, dan organik, tetapi dalam hal-hal tertentu rongga-rongga tersebut hanya terdiri dari
udara dan air saja, misalnya bila tanah dalam keadaan jenuh maka kemungkinan besar
rongga-rongga tanah terisi air.
Besar ukuran butiran tanah menentukan sifat-sifat tanah tersebut. Besarnya butiran
tanah digambarkan pada grafik lengkung pembagian butiran.
Tanah dapat digolongkan berdasarkan jumlah ukuran butiran, yaitu :
1. Tanah bergradasi baik (Well Graded) yang mempunyai butiran terbagi rata antara
yang besar sampai yang kecil.
2. Tanah bergradasi buruk (Poorly Graded) jika terdapat kekurangan atau kelebihan
salah satu ukuran butiran tanah tertentu.
3. Tanah bergradasi seragam (Uniformly Graded) bilamana besar butirannya semua
hampir sama.
Dan pada dasarnya analisa ukuran butiran terdiri dari :
1. Mendapatkan tanah yanh representatif dan menguranginya menjadi partikel-partikel
elemental dengan melumatnya menjadi adukan mortar dan mencucinya pada saringan
No.200.
2. Menyaring contoh melalui susunan saringan empat sampai enam buah dan
menimbang jumlah yang tertahan pada setiap saringan.
3. Menghitung persentase yang lolos saringan (atau lebih halus) untuk masing-masing
saringan berdasarkan berat kumulatif yang tertahan pada setiap saringan dan berat
total contoh.
4. Menggambarkan presentase yang lolos saringan berdasarkan ukuran saringannya.
168 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Maka berdasarkan penentuan ukuran butiran tanah (analisa ukuran butiran tanah)
diatas sangat berguna, karena dapat membantu mengidentifikasi sifat-sifat tanah, misalnya:
1. Apakah suatu tanah tertentu dapat dikeringkan dengan mudah.
2. Apakah tanah tersebut cocok dipakai dalam proyek-proyek konstruksiseperti
bendungan, tanggul, dan jalan.
3. Kemungkinan penyerbukan akibat pembekuan (Frost Heave).
4. Perkiraan tinggi kenaikan kapiler.
5. Apakah tanah tersebut dapat dipakai sebagai campuran aspal atau beton (kata “tanah”
disini meliputi pasir dankerikil yang digunakan dalam pembuatan beton).
6. Desain filter, untuk mencegah bahan-bahan berbutir halus “tersapu” (Washed Out)
dari massa tanah yang hilang.
Sifat-sifat suatu tanah dapat tergantung pada ukuran butirannya. Ukuran butiran tanah
tergantung pada diameter partikel tanah yang membentuk massa tanah itu. Penentuan ukuran
butiran tanah tersebut dilakukan dengan cara :
Sieve Analysis / Dry Analysis, untuk butiran yang kasar dengan menggunakan cara
penyaringan.
Wet Analysis / Hidrometer, untuk butiran yang lebih kecil (halus) dengan menggunakan
cara pengendapan.
Cara yang digunakan dalam praktikum ini adalah Sieve Analysis, yakni dengan metode
penyaringan.
Maksud
Maksud dari Sieve Analysis adalah suatu proses analisa kering atau analisa
distribusi butiran dengan menggunakan beberapa ukuran saringan ASTM (analisa
saringan).
Tujuan
Tujuan dari praktikum Sieve Analysis adalah untuk menentukan distribusi
buutiran tanah yang mempunyai ukuran lebih besar dari 0,075 mm atau tertahan
saringan ASTM – 200 dan untuk menentukan klasifikasi jenis tanah
169 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
I.3. Peralatan yang Digunakan
a. Satu set sieve standard ASTM no. 4, 10, 18, 40, 60, 100, 200, dilengkapi dengan
penutup dan pan.
b. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram.
c. Mesin pengguncang saringan (sieve shaker).
d. Saringan ASTM no. 200 (untuk pencucian sampel tanah).
e. Piring kaleng dan can.
f. Sikat halus (untuk pembersih sieve).
g. Oven dengan suhu 105C - 110C.
h. Sendok tanah.
i. Talam.
I.4. Rumus
Koefisien derajat keseragaman (Cu) memiliki batasan untuk menentukan gradasi tanah,
yaitu :
170 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
( D30 ) 2
Cc .
D10 x D60
Dimana :
Cc = Gradasi tanah.
Nilai D10 ini didefinisikan sebagai 10% dari berat butiran total yang mempunyai
diameter butiran lebih kecil dari ukuran butiran tertentu. D10 = 0,45 % mm, artinya 10 % dari
berat butiran total berdiameter kurang dari 0,45mm. Ukuran D10 disebut juga sebagai ukuran
efektif (effective size).
Tanah bergradasi baik mempunyai batasan : 1 < Cc < 3. Nilai Cc di luar batasan ini
dinyatakan sebagai tanah bergradasi buruk.
Weight Re tained
% Re tained x 100%
Weight Sampel
Dimana :
% Retained = Persen tertahan saringan (%).
Weight Retained = Berat tertahan saringan (gr).
Weight Sampel = Berat contoh tanah (gr).
% Passing = 100 % - % Retained
Dimana :
% Passing = Persen lolos saringan (%).
171 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
% Retained = Persen tertahan saringan (%).
BAB II
PELAKSANAAN PERCOBAAN
a. Ambil contoh tanah dari tiap kedalaman yang lolos saringan ASTM no. 4 kering
oven, masing-masing sebanyak 500 gram.
b. Cuci tanah tersebut dengan menggunakan air kran di atas saringan ASTM no. 200
agar bersih dari clay. Usahakan agar jangan sampai ada butir-butir tanah yang
terlempar keluar dari saringan.
c. Taruh sisa butiran yang sudah bersih di atas piring/can yang telah ditimbang, lalu
masukkan ke dalam oven selama minimal 18 jam.
172 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
II.2 Jalannya Percobaan
BAB III
HASIL PERCOBAAN
III. Perhitungan
Kedalaman 1m
Wt. sample = 50 gr
Wt . retained
% retained x 100%
Wt. sampel
173 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
0
= X 100%
50
=0%
Wt. sample = 50 gr
Wt . retained
% retained x 100%
Wt. sampel
0
= X 100%
50
=0%
Wt. sample = 50 gr
Wt . retained
% retained x 100%
Wt. sampel
0.29
= X 100%
50
= 0.58 %
Wt. sample = 50 gr
Wt . retained
% retained x 100%
Wt. sampel
0.11
= X 100%
50
174 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
= 0.22 %
Wt. sample = 50 gr
Wt . retained
% retained x 100%
Wt. sampel
0.006
= X 100%
50
= 0.012 %
Wt. sample = 50 gr
Wt . retained
% retained x 100%
Wt. sampel
0.005
= X 100%
50
= 0.01 %
Wt. sample = 50 gr
Wt . retained
% retained x 100%
Wt. sampel
0.009
= X 100%
50
= 0.018 %
175 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Diketahui : Wt. retained = 0 gr
Wt. sample = 50 gr
Wt . retained
% retained x 100%
Wt. sampel
0
= X 100%
50
=0%
Kedalaman 1m
= 100 % - 0 %
= 100 %
= 100 % - 0 %
= 100 %
= 100 % - 0.58 %
176 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
= 99.42 %
= 99.42 % - 0.22 %
= 99.2 %
= 99.42 % - 0.012 %
= 99.188 %
= 99.188 % - 0.01 %
= 99.178 %
= 99.178 % - 0.018 %
= 99.16%
177 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
% passing = 99,16 % - % retained
= 99.16 % - 0 %
= 99.16 %
Kedalaman 1,00 m
Diketahui : D10 = 0,00003
D60 = 0,0003
D60
Cu =
D10
0.005
=
0.0006
= 8.33
Kedalaman 1,00 m
Diketahui : D10 = 0,005
D30 = 0,0002
D60 = 0,0005
( D30 ) 2
Cc =
D10 xD60
(0.005) 2
=
0.0002 x0.0005
= 0.023
178 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
BAB IV
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
Gradasi Jenis
Kedalaman Cu Cc
Cu Cc Tanah
179 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
a. Percobaan sieve analysis adalah untuk menentukan distribusi dari butiran tanah yang
mempunyai ukuran > 0,075 mm (tertahan saringan ASTM-200). Jika butiran tanah <
0,075 mm, maka sieve analysis tidak dapat digunakan.
b. Jenis tanah yang didapat dari kurva sieve analysis adalah silt (lanau).
DAFTAR PUSTAKA
180 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Penanggung Jawab Modul : Muhammad Ridwan
Tanggal Praktikum :
Asisten :
BAB I
181 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
PENDAHULUAN
I.1.1 Maksud
Maksud dari Hydrometer adalah analisa basah atau analisa yang didasarkan
pada prinsip sedimentasi (pengendapan) butir butir tanah dalam air.
I.1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum Hydrometer adalah untuk menentukan
distribusi dari butiran tanah yang memiliki ukuran lewat saringan ASTM no.200
(0,075 mm).
BAB II
KAJIAN TEORI
Sifat-sifat tanah sangat tergantung pada ukuran butirannya. Besar butiran dijadikan
dasar untuk pemberian nama dan klasifikasi tanah. Oleh karena itu, analisa butiran
merupakan pengujian yang sangat sering dilakukan. Analisa ukuran butiran tanah adalah
penentuan prosentase berat butiran pada satu unit saringan, dengan ukuran diameter lubang
tertentu.
182 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Tanah umumnya disebut sebagai kerikil (Gravel), pasir (Sand), lanau (Silt), atau
lempung (Clay), tergantung pada ukuran partikel yang paling dominan pada tanah tersebut.
Untuk menerangkan tentang tanah berdasarkan ukuran ukuran partikelnya, beberapa
organisasi telah mengembangkan batasan batasan ukuran golongan jenis tanah (Soil –
Separate-Size – Limits) seperti :
Penentuan distribusi ukuran tanah atau grain size analysis (GSA) terdapat dua cara
umum yang digunakan yaitu :
Yaitu analisa ukuran partikel – partikel tanah yang dianggap kasar (berdiameter >0,075),
dengan cara penyaringan.
2. Hydrometer / wet analysis
Yaitu analisa ukuran partikel – partikel tanah yang dianggap halus (berdiameter <0,075).
Dengan cara pengendapan.
- Berbutir kasar apabila lebih dari 50% tertahan pada saringan No 200.
- Berbutir halus apabila lebih dari 50% dari saringan No 200.
Tanah berbutir kasar dapat berupa salah satu dari bawah ini :
- Kerikil apabila lebih dari setengah fraksi kasar tertahan pada saringan No.4
183 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
- Pasir apabila lebih dari setengah fraksi kasar berada diantara ukuran saringan No 4
dan No 200
Adalah tanah yang mempunyai butiran terbagi rata antara yang besar sampai
yang kecil.
Adalah tanah yang didalamnya terdapat kekurangan atau kelebihan pada salah satu
ukuran butiran tanah tertentu. Hal ini dapat membuat susunan tanah menjadi kurang
padat, namun dapat dijadikan susunan padat dengan cara dipadatkan, yaitu dengan cara
menekannya sehingga jarak antara bulatan - bulatan tessebut menjadi lebih rapat dengan
bantuan vibrasi / pemadatan.
Adalah tanah yang memiliki ukuran butiran yang semuanya hampir sama
Distribusi ukuran butiran dari tanah berbutir halus atau bagian berbutir halus dari
tanah berbutir kasar dapat ditentukan dengan cara sedimentasi. Metode ini berdasarkan
Hukum Stokes yang berkenaan dengan kecepatan butiran mengendap pada larutan suspensi.
184 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Butiran yang lebih besar akan mengendap lebih cepat dan juga sebaliknya butiran
yang lebih halus akan lebih lama mengendap didalam larutan suspensinya. Ketentuan-
ketentuan yang digunakan dalam hukum Stokes adalah ;
Berlaku untuk butiran berukuran 0,0002 mm - 0,2 mm. Karena ukurannya terlalu kecil maka
butiran - butiran tersebut cenderung melakukan gerakan-gerakan yang tidak menentu.
Supaya tidak terjadi gerakan antara butiran tanah maka jumlah tanah yang dipakai 5 % (
untuk 1000 cc cairan jangan lebih dari 60 gram tanah ).
Butiran tanah dianggap bundar.
Butiran tanah harus lepas satu dengan lainnya, diurai dengan bantuan bahan kimia, yaitu ;
- Sodium Hexameta Phospat ( Na2 PO3) untuk tanah bersifat basa.
- Sodium Silikat ( Na2 Si O3 ) atau water glass untuk tanah bersifat asam.
Pengujian laboratorium dilakukan dengan menggunakan gelas ukuran dengan kapasitas
1000 cc yang diisi dengan bahan pendispersi dan tanah yang akan diuji.
Hydrometer Jar
Larutan tanah
Endapan
185 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Untuk menentukan butiran yang kasar ( > 0,075 mm ) dilakukan percobaan sieve analysis.
Dalam menentukan golongan tanah digunakan koefisien – koefisien bilangan yang didapat dari grafik
hasil perhitungan.
Koefisien derajat keseragaman ( Cu ) memiliki batasan untuk menentukan gradasi tanah, yaitu
:
L1
L
L 2/2
L2
L 2/2
186 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Gambar : Hydrometer
Sumber : Riana Herliana .Ir ; Rahmat Setyadi, Ir : Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah bagian
II, ITI, Serpong.
L 1 Vb
t 2 A
Besar harga L dapat dilihat dari tabel 6-5 Bowles halaman 56, sehingga diperlukan koreksi:
Rc
Ws
187 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Rc x a
% finer = x 100 %
Ws
Gs ( 1,65 )
( Gs - 1 ) 2,65
Jika L dalam cm
t dalam detik
D dalam mm
Maka ;
D = 180 L .
980 ( Gs - w) t
188 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Disederhanakan ;
Dimana ;
k = fungsi dari , Gs dan t (dapat dilihat dari tabel 6-4 Bowles hal. 55)
D60
Cu =
D10
Dimana :
( D30 ) 2
Cc =
( D10 XD60 )
189 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Weight Re tained
% Retained = x100%
WeightSample
dimana :
dimana :
BAB III
PELAKSANAAN PERCOBAAN
3.1.1 Alat
190 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
d. Thermometer dengan ketelitian 0,1 C.
e. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram.
f. Oven dengan suhu 105 - 110 C.
g. Stop Watch.
h. Pengaduk mekanis dengan mangkuk dispersi.
i. Gelas ukur 50 ml dan 100 ml.
j. Batang pengaduk.
k. Mangkuk/gelas untuk sampel.
l. Karet penutup gelas ukuran 1000 cc.
m. Peralatan Sieve analysis.
3.1.2 Bahan
a. Bahan pembantu penguraian ( bahan dispersi ) yaitu water glass dengan kadar 4 %.
b. Contoh tanah dari masing-masing kedalaman 1 m dan 3 m, masing-masing sebanyak 50
gram tanah kering oven.
Siapkan contoh tanah yang lolos saringan ASTM no.4 kering oven ( minimal 18 jam ) sebanyak 50
gram untuk setiap kedalaman.
Siapkan larutan water glass ( Na2 Si O2 ) dengan kadar 4 % sebagai bahan dspersi dengan cara
ditimbang 40 gram water glass, lalu masukkan ke dalam tabung ukuran dan dicampur dengan air
suling sambil diaduk-aduk sampai mencapai 1000 cc, diaduk terus hingga homogen.
Campurkan satu contoh tanah tersebut dengan bahan dispersi sebanyak 125 cc lalu diaduk denga
batang kaca dan ditutup plastik sehingga tidak terganggu, kemudian didiamkan selama 16 jam.
Siapkan 2 tabung silinder 1000 cc untuk hydrometer jar dan satu tabung untuk thermometer sebagai
hydro jar control.
3.3 Jalannya Percobaan.
1. Campurkan contoh tanah yang telah didiamkan selama 16 jam dimasukkan ke dalam
Mal mixer cup, ditambah air suling sampai mencapai 2/3 tinggi cup.
2. Diaduk selama 10 menit dengan mixer tersebut, kemudian semua campuran tersebut
dimasukkan kedalam hydrometer jar, dan ditambahkan air suling sampai mencapai 1000
cc.
191 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
3. Siapkan pula hydrometer jar dengan campuran 125 cc bahan dispersi kadar 4 %,
ditambahkan air suling sampai 1000 cc.
4. Masukkan alat hydrometer type 152 H kedalam hydrometer jar kontrol, catat koreksi nol
dan koreksi miniscus.
Gambar ;
a b
a = koreksi nol.
b = koreksi miniscus
5. Kemudian tukar alat hydrometer tersebut dengan thermometer dan baca perubahan suhu
yang terjadi.
6. Tutup rapat-rapat hydrometer jar yang telah berisi contoh tanah. Kemudian dikocok
secara horizontal selama satu menit hingga campuran menjadi homogen.
7. Letakkan hydrometer jar tersebut si tempat yang stabil dan masukkan segera alat
hydrometer dengan waktu maksimal 10 detik, percobaan langsung dimulai.
8. Baca alat hydrometer dengan interval waktu 1', 2', 3', 4', sehingga didapat harga Ra 1, Ra2,
Ra3, dan Ra4.
9. Kemudian hydrometer jar ditutup dan dikocok kembali, kemudian diletakkan, dan
masukkan alat hydrometer, dan baca lagi untuk interval waktu 1', 2', 3', dan 4'.
10. Demikian seterusnya langkah-langkah point 6-9 dilaksanakan hingga didapat harga-harga
Ra1, Ra2, Ra3, dan Ra4. Jika tidak terjadi banyak perubahan, maka pembacaan diteruskan
pada menit ke-8.
192 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
11. Pembacaan hydrometer dan termometer dilakukan pada menit-menit ke ; 1, 2, 3, 4, 8, 15,
30, 60, 120, 240, 480, 960, 1440.
12. Setelah selesai seluruh pembacaan, tuangkan larutan tersebut diatas saringan ASTM 200
sehingga didapat ukuran tanah lebih besar dari 0,075 mm.
13. Kemudian tanah dikeringkan di oven 18 jam.
14. Contoh tanah dikeluarkan dari oven kemudian ditimbang, dan selidiki distribusi
butirannya dengan metode Sieve Analysis.
BAB IV
HASIL PERCOBAAN
Diketahui :
193 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Temperatur (t) = 290 C
Koreksi temperatur (Ct) = 3,05 (tabel 6-3)
R actual (dari pembacaan) = 32
Dari kombinasi nilai temperatur = 290 C, nilai Gs = 2,50.
(tabel 6-4) Maka K =0,0129
Mencari harga Rc :
= 32 – 0,5 + 3,05
= 34.55
( Rc xa)
% Finer = x100 %
Ws
(34.55 x1,04)
% Finer = x100 %
50
= 71.864 %
R = R c - miniscus corection
= 34.55 – 1
= 33.55
L
D=K
t
10,8
= 0,0129
60
= 0,00547 mm
194 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
BAB V
PENUTUP
5. 1 Kesimpulan
Sampel tanah pada kedalaman 1 meter dan 3 meter mempunyai ukuran butiran lebih kecil dari
0,075 mm, jadi tanah tersebut termasuk tanah jenis lanau (silt) atau lempung (clay).
5. 2 Saran
195 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
4. Sebaiknya praktikum hydrometer dan sieve analysis dilaksanakan secara berurutan.
Karena kedua modul saling berkaitan.
Tanggal Praktikum :
Asisten :
BAB I
PENDAHULUAN
196 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
yang ada berarti pondasi plat setempat dapat digunakan untuk menyalurkan beban. Dilain
pihak, seandainya kondisi tanah permukaan adalah lunak berarti tiang ataupier dapat
digunakan untuk menyalurkan beban lebih dalam pada kondisi tanah yang paling sesuai. Pada
tulisan ini pembahasan dibatasi hanya pada pondasi dangkal. Dalam dunia konstruksi yang
menentukan daya dukung ijin pondasi dangkal biasanya adalah insinyur geoteknik.
Berdasarkan pengalaman dan didukung oleh teori-teori, insinyur geoteknik
menginterprestasikan informasi hasil soil investigation untuk mendapatkan prediksi
performansi pondasi. Penyelidikan tanah untuk pondasi dangkal di Indonesia umumnya
menggunakan metode Conus Penetration Test (CPT) atau sounding/sondir. Dan hasil
prediksi tersebut berakhir pada laporan rekomendasi yang dibuat oleh insinyur geoteknik.
Ada berbagai cara untuk menentukan daya dukung tanah, salah satu diantaranya adalah
melakukan pengetesan dengan alat sondir. Alat ini mempunyai standar luas penampang
sebesar 10 cm2, sudut puncak 60°, dan luas selimut 150 cm2 (di Indonesia 100 cm2).
Kecepatan penetrasi 2 cm/detik (standar ASTM D411-75T).
Tes sondir tanah dilaksanakan untuk mengetahui perlawanan penetrasi konus dan
hambatan lekat tanah. Perlawanan penetrasi konus adalah perlawanan tanah terhadap ujung
konus yang dinyatakan dalam gaya persatuan luas. Hambatan lekat adalah perlawanan geser
tanah terhadap selubung bikonus dalam gaya persatuan luas.
1. Berapa besar tekanan konus dan total konus dari setiap penurunan 20 cm?
2. Berapa jumlah hambatan pelekat tiap ke dalaman 20 cm?
3. Berapa jumlah tiang pancang yang dibutuhkan dari data yang diketahui?
Menentukan tekanan ujung konus, hambatan pelekat antara tanah dan bahan serta
daya dukung tanah tehadap tiang-tiang pancang.
197 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 LandasanTeori
Penyondiran adalah proses pemasukan suatu batang tusuk kedalam tanah, dengan
bantuan manometer yang terdapat pada alat sondi tersebut kita dapat membaca atau
mengetahui kekuatan suatu tanah pada kedalaman tertentu. Sehingga, dapat diketahui bahwa
dari berbagai lapisan tanah memiliki kekuatan yang berbeda.
Penyelidikan dengan penyondiran disebut penetrasi, dan alat sondir yang biasa
digunakan adalah Dutch Cone Penetrometer, yaitu suatu alat yang pemakaiannya ditekan
secara langsung kedalam tanah. Ujung yang berbentuk konus( kerucit ) dihubungkan pada
198 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
suatu rangkaian stang dalam casing luar dengan bantuan suatu rangka dari besi dan dongkrak
yang dijangkarkan ke dalam tanah.
Sondir dilakukan untuk mendapatkan kekuatan tanah pada kedalaman tertentu. Pada
sondir ini digunakan penetrometer dengan ujung biconus. Yang diukr disini adalah nilai
conus dan hambatan pelekat. Nilai conus digambar dalam kg/cm2 dan hambatan pelekat
digambar sebagai jumlah untuk kedalaman yang tertentu per cm keliling yaitu kg/cm.
Ft = Luas total permukaan bikonus yang bergeser dengan tanah (10 cm2)
199 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Qc = Tekanan conus (kg/cm2)
𝑄𝑡 𝑥 𝐹𝑡 − 𝑄𝑐 𝑥 𝐹𝑐
𝐹=
𝐹𝑚
𝑄𝑡 − 𝑄𝑐
𝐹= (𝑘𝑔⁄𝑐𝑚2 )
15
Hambatan pelekat / HP = (l x F) kg
𝑝
Jumlah tiang pancang (n) = 𝑝
200 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
BAB III
PELAKSANAAN PERCOBAAN
201 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
6. Kunci-kunci pipa
7. Minyak hidrolik
8. Cangkul,kuas,meteran,alat-alat pembersih.
202 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
3.2 Persiapan Percobaan
1. Tentukan lokasi sondir, alat-alat dibersihkan dan diberi oli.
2. Pasang ke 4 angkur pada sudut-sudut dari titik lokasi dengan bantuan stang
pemutar
3. Alat sondir diletakkan persis ditengah-tengah ke empat angkur dan harus berdiri
tegak vertical ke segala arah.
4. Isi oli pada mesin sondir, jangan sampai udara pada saluran manometer.
5. Pasang manometer pada alat sondir, sebelumnya periksa apakah manometer
berjalan dengan baik atau tidak.
6. Periksa apakah biconus dan batang-batang sondir masih dalam keadaan baik atau
tidak.
203 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
3.3 Jalannya Percobaan
204 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
BAB IV
HASIL PERCOBAAN
4.1 Perhitungan
Ft = Luas total permukaan bikonus yang bergeser dengan tanah (10 cm2)
𝑄𝑡 𝑥 𝐹𝑡 − 𝑄𝑐 𝑥 𝐹𝑐
𝐹=
𝐹𝑚
𝑄𝑡 − 𝑄𝑐
𝐹= (𝑘𝑔⁄𝑐𝑚2 )
15
Hambatan pelekat / HP = (l x F) kg
205 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
SFii = angka keamanan II ( 3-5 )
𝑝
Jumlah tiang pancang (n) = 𝑝
206 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
4.2 Hasil Perhitungan
Pembacaan
Kedalaman
Konus Total
0 0 0
0.2 5 10
0.4 10 17
0.6 13 18
0.8 29 32
1 50 55
1.2 14 62
1.4 16 52
1.6 23 43
1.8 47 52
2 70 75
2.2 52 60
2.4 27 47
2.6 42 48
2.8 52 57
3 60 65
3.2 37 42
3.4 16 32
3.6 9 13
3.8 52 67
4 73 77
4.2 37 42
4.4 87 102
4.6 92 104
4.8 102 111
5 125 130
5.2 145 152
5.4 200 220
207 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
2. Hasi Perhitungan F, HP, JHP
Kedalaman Qc Qt F HP JHP
0 0 0 0 0.000 0.000
0.2 5 10 0.333 6.667 6.667
0.4 10 17 0.467 9.333 9.333
0.6 13 18 0.333 6.667 6.667
0.8 29 32 0.200 4.000 4.000
1 50 55 0.333 6.667 6.667
1.2 14 62 3.200 64.000 64.000
1.4 16 52 2.400 48.000 48.000
1.6 23 43 1.333 26.667 26.667
1.8 47 52 0.333 6.667 6.667
2 70 75 0.333 6.667 6.667
2.2 52 60 0.533 10.667 10.667
2.4 27 47 1.333 26.667 26.667
2.6 42 48 0.400 8.000 8.000
2.8 52 57 0.333 6.667 6.667
3 60 65 0.333 6.667 6.667
3.2 37 42 0.333 6.667 6.667
3.4 16 32 1.067 21.333 21.333
3.6 9 13 0.267 5.333 5.333
3.8 52 67 1.000 20.000 20.000
4 73 77 0.267 5.333 5.333
4.2 37 42 0.333 6.667 6.667
4.4 87 102 1.000 20.000 20.000
4.6 92 104 0.800 16.000 16.000
4.8 102 111 0.600 12.000 12.000
5 125 130 0.333 6.667 6.667
5.2 145 152 0.467 9.333 9.333
5.4 200 220 1.333 26.667 26.667
3. Grafik
208 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
4. Jumlah tiang pancang yang dibutuhkan dari kasus permisalan
Qt = 200 kg/cm2
SF = 3
Kedalaman = 7,5 m
Penyelesaian:
14 cm 14 cm
14 cm
209 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
1
Ftp =luastiangpancang = 2 𝑥 14 𝑥 12,12 = 84,84
𝑄𝑡−𝑄𝑐 200−175
F= 15
= 15
= 1,67
Fktp = 14 x 3 = 42
𝑝 35000
Jumlahtiangpancang (n) = 𝑝 = 20970,6 = 1,669 = 2 𝑏𝑢𝑎ℎ
210 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
2. Kurang teliti dan kurang cermatnya praktikan pada saat membaca manometer.
211 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Penanggung Jawab Modul : Muhammad Ridwan
Tanggal Praktikum :
Asisten :
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.1 Maksud
Pengujian triaxial adalah salah satu pengujian kekuatan geser tanah yang dilakukan di
laboratorium dengan menggunakan seperangkat alat triaxial.
1.1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah :
212 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Landasan Teori
Pengetahuan tentang kekuatan geser diperlukan untuk menyelesaikan masalah-
masalah yang berhubungan dengan stabilitas tanah. Kekuatan geser tanah merupakan
perlawanan internal tanah persatuan luas terhadap keruntuhan atau pergseran sepanjang
bidang geser dalam tanah. Parameter-parameter kekuatan geser untuk suatu tanah tertentu
dapat ditentukan dari hasil-hasil pengujian laboratorium pada contoh-contoh tanah tanah
lapangan yang mewakili untuk menganalisis masalah stabilitas tanah seperti daya dukung
pondasi bangunan, stabilitas talud (lereng), dan tekanan tanah ke samping pada turap maupun
Pengujian parameter kekuatan geser tanah dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu :
Percobaan geser langsung dengan seperangkat alat direct shear, kekuatan geser dapat
diukur secara langsung. Uji geser langsung adalah pengujian tertua dan paling sederhana
vertikal dimana sisi-sisi horizontalnya dibiarkan bebas agar kita dapat melihat
keruntuhan tanahnya secar visual. Pengujian ini adalah bentuk khusus dari
Unconsolidated Undrained Test (UU Test) yang umumnya dilakukan terhadap sampel
tanah lempung.
213 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
3. Uji Triaxial
Pengujian ini merupakan pengujian kekuatan geser tanah yang paling dapat
diandalkan dan cocok untuk segala jenis tanah. Keuntungan dari pengujian ini adalah
bahwa kondisi pengaliran dapat dikontrol, tekanan air pori dapat diukur dan bila
dimensinya yaitu 2D ≤ L ≤ 3D. Sebab bila L < 2D, sudut bidang runtuhnya akan
mengalami overlap. Dan bila L > 3D sampel akan berlaku seperti kolom, akan
mempunyai bahaya tekuk. Sehingga panjang contoh tanah yang ideal yaitu apabila
Contoh tersebut dibebani secara simetri aksial seperti terlihat pada gambar :
Tegangan aksial
214 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Pengujian ini menggunakan seperangkat alat Triaxial seperti gambar berikut ini :
Dasar alat yang berbentuk lingkaran memiliki sebuah alas untuk meletakan contoh
tanah. Alas tersebut memiliki lubang masuk yang digunakan untuk pengaliran air atau untuk
pengukuran tekanan air pori. Ada juga alas yang memiliki dua buah lubang masuk, sebuah
untuk pengaliran air dan yang lainnya untuk pengukuran tekanan air pori. Yang merupakan
badan dari inti alat tersebut adalah sebuah silinder tembus pandang (perspex cylinder) yang
ditutup oleh sebuah cincin dan penutup lingkaran atas. Penutup lingkaran atas tersebut
memiliki lubang ditengah-tengahnya sebagai jalan masuk untuk batang pembeban (loading
ram). Silinder dan penutupnya dijepit ke dasar alat yang ditutup dengan cincin berbentuk ).
Ada berbagai macam kemungkinan prosedur pengujian dengan alat triaxial, tetapi
tegangan utama secara tiba-tiba tanpa pengaliran pada setiap tahap pengujian.
215 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Pengaliran pada contoh tanah diperbolehkan dibawah tekanan sel tertentu sampai
3. Terdrainasi (Drained)
selisih tegangan utama dengan kecepatan sedang untuk membuat kelebihan tekanan air
Pada pengujian triaxial, konsolidasi terjadi di bawah kenaikan tegangan total yang
sama, yang tegak lurus dengan permukaan atas dan permukaan keliling contoh tanah. Pada
keadaan ini tegangan lateral pada contoh tanah tidak sama dengan nol akibat pengaliran
melalui piringan berpori pada bagian atas dan bawah contoh, terjadi penghilangan kelebihan
Menurut Mohr, keruntuhan pada suatu material terjadi akibat kombinasi kritis antara
tegangan normal dan geser dan bukan karena salah satu tegangan saja. Dan oleh Coloumb
keruntuhan itu dinyatakan sebagai sebuah garis lurus yang menunjukan hubungan linear
Maka dapat dikatakan bahwa bila sejumlah tegangan diketahui, dimana masing-
masing tegangan itu menyebabkan keruntuhan geser pada tanah, sebuah garis singgung dapat
dibuat pada lingkaran Mohr. Garis singgung tersebut dinamakan selubung keruntuhan
(failure envelope) tanah.. Tekanan sel yang terjadi disebut tegangan utama kecil, sedangkan
jumlah tekanan sel dan tegangan aksial yang digunakan disebut tegangan utama besar.
216 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
Kondisi-kondisi tegangan tersebut dapat disajikan dalam bentuk lingkaran Mohr seperti di
bawah ini :
Tegangan geser
c θ 2
3 Tegangan normal
A
1
1
θ 3
Gambar I.3 : Gambar Lingkaran Mohr dan garis keruntuhan. (Sumber : Das, Braja M, 1995)
σ1 d 3
dimana :
217 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
1 = Tegangan vertikal yang diberikan (kg/cm2).
M = Dial deformasi.
Ao 1 D2
4
L
Lo
Ao
A'
1-
dimana :
ε = Unit strain.
dimana :
Ka = Kadar air.
218 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
4. Mencari berat isi tanah :
Wdry
dry
Vdry
Wsat
sat
Vsat
dimana :
1 - 3
sin 2
2
45
2
dimana :
219 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
dimana :
220 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
BAB III
PELAKSANAAN PERCOBAAN
5. Jangka sorong
8. Gergaji kawat
9. Spatula
221 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
5. Contoh tanah yang telah diselubungi membran karet kemudian masukan ke dalam
tabung sel triaxial.
6. Bagian atas diletakan plat penerus gaya yang dilengkapi dengan selang sebagai
saluran keluarnya air tanah.
7. Setelah contoh tanah selesai dipasang dan berdiri tegak dengan baik, kemudian tabung
sel ditutup rapat-rapat.
222 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
BAB IV
HASIL PERCOBAAN
4.1 Data-data
223 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
4.2 Analisa Data
1. Mencari kadar air :
- Sampel 1 :
23.04 18.51
Ka1 x 100 %
18.51 - 9.74
46.45 %
- Sampel 2 :
18.57 15.22
Ka2 x 100 %
15.22 - 8.15
47.38 %
- Sampel 3 :
23.39 18.94
Ka3 x 100 %
18.94 - 9.42
46.74 %
Ao1 1 D 2
4
3.812
1
4
11.4 cm 2
Ao 2 1 D 2
4
1 3.802
4
11.34 cm 2
Ao 3 1 D 2
4
1 3.802
4
11.34 cm 2
224 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
V1 Ao1 x L
11.4 x 8.05
91.77 cm 3
V2 Ao2 x L
11.34 x 8.05
91.287 cm3
V3 Ao3 x L
11.34 x 8.15
92.421 cm3
4.13
sat1
91.71
0.045 gr/cm 3
10.42
sat 2
91.287
0.114 gr/cm 3
13.97
sat 3
92.421
0.151 gr/cm 3
2.82
dry
1
91.77
0.031 gr/cm 3
7.07
dry2
91.287
0.077 gr/cm 3
9.52
dry3
92.421
0.103 gr/cm 3
225 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
- Mencari faktor koreksi luas :
0.50
1
8.05
0.062
0.28
2
8.05
0.035
0.26
3
8.15
0.032
11.34
A2 '
1 - 0.035
11.75 cm 2
11.34
A3 '
1 - 0.032
11.71 cm 2
0.144 * 363
d2
11.75
4.45
0.144 * 406.6
d3
11.71
5
226 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
1 0.25 3.4
3.65
- Sampel 2 :
1 0.5 4.45
4.95
- Sampel 3 :
1 0.75 5
5.75
- Kedalaman 1 meter = 44
- Kedalaman 3 meter = 22.5
6. Menentukan nilai kohesi tanah :
Dari gambar lingkaran Mohr didapat nilai kohesi tanah sebagai berikut :
BAB V
227 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Percobaan uji geser triaxial dilakukan untuk menentukan parameer kekuatan geser
tanah yaitu nilai kohesi tanah dan sudut geser keruntuhan tanah.
2. Dari hasil perhitungan dan pengolahan data didapat :
Kedalaman Sampel 3 1 C
(m)
(Kg/cm2) (Kg/cm2) (Kg/cm2) () (Kg/cm2)
3 0.75 5 5.75
5.2 Saran
1. Pelaksanaan praktikum harus mengikuti prosedur pelaksanaan praktikum agar tidak
terjadi kesalahan yang akan mempengaruhi hasil pengujian.
2. Pada saat pemasangan membran karet untuk melapisi sampel tanah harus dilakukan
dengan hati-hati sehingga membran tersebut tidak rusak.
228 | L a p o r a n P r a k t i k u m M e k a n i k a T a n a h