Anda di halaman 1dari 10

KATA PENGANTAR

Tiada kata yang dapat kami sampaikan kecuali rasa syukur kehadirat AllahSWT hingga saat ini
kami diberikan kesempatan untuk dapat menulis sebuah karyatulis, hanya karena rahmat yang
diberikan-Nya kami dapat merangkai karya tulis inihingga selesai. Apapun yang kami sajikan
semoga selalu bermanfaat bagi para pembacanya.

Pada tulisan ini, kami dapat sampaikan hasil aplikasi sebuah konsep teori,yang mampu
memberikan inspirasi bagi kami untuk mengkaji suatu hal yangmerupakan bagian kecil dari
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi(IPTEK) yang terjadi dalam kehidupan manusia
khususnya dalam bidang fisika, olehkarena itu karya tulis ini ka
mi beri judul “
Bel Listrik
”.

Kami sangat menyadari, karya tulis ini masih banyak kekurangan baik isimaupun teknik
penulisan. Oleh sebab itu kritik, saran dan pendapat dari pembacasangat kami harapkan.

Kami pun berterima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung danmembantu dalam
pembuatan karya tulis ini sehingga dapat diselesaikan.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bel listrik adalah suatu alat yang mampu menghasilkan suara dari adanya perubahan
energi listrik menjadi magnet (yang nantinya menimbulkan energi gerak yang berfungsi sebagai
sumber pelaku timbulnya suara). Bel listrik telah banyak dimanfaatkan manusia seperti yang
digunakan sebagai bel rumah, bel sekolah, sebagai alarm, sirene mobil, dan macam-camam
manfaat lainnya. Prinsip kerja bel listrik juga berkaitan dengan kemagnetan, dimana sifat
kemagnetan yang dihasilkan adalah sementara karena bergantung pada energi listrik yang
dihasilkan. Medan magnet mempunyai kekuatan untuk menarik atau menolak benda yang
mempunyai sifat kemagnetan. Sifat kemagnetan bahan sering diukur oleh mudah tidaknya suatu
bahan dipengaruhi oleh medan magnet. Medan magnet ini muncul pada suatu konduktor yang
dialiri arus. Arus yang berubah terhadap waktu akan menimbulkan medan magnet yang berubah
terhadap waktu dan menimbulkan medan listrik induksi. Jadi sifat kemagnetan dan kelistrikan
dan terjadi bolak balik sebagai penyebab dan akibat, dan sering dinamakan sebagai medan
elektromagnet.
Penerapan medan magnet dan medan elektromagnet sudah sangat banyak dalam berbagai
bidang, misalnya bidang kedokteran, permesinan, alat transportasi, komunikasi dan hardware
komputer. Bel listrik merupakan salah satu alat yang juga memanfaatkan sifat kemagnetan.
Dalam perkembangannya dari tahun ke tahun pembuatan bel listrik terus mengalami perubahan.
Pada awalnya bel listrik telah dibuat sejak tahun 1600, dimana alat dan bahan yang digunakan
masih sangat sederhana. Lewat pemikiran-pemikiran baru dari berbagai para ahli, maka
komponen bel listrik menjadi semakin kompleks dan menghasilkan bunyi-bunyi yang lebih
bervariasi.
Pada makalah ini, akan dibahas cara pembuatan dan kerja bellistrik yang memanfaatkan
sifat kemagnetan induksi dengan sumber energi adalah baterai.

1.2 Rumusan Masalah


Beberapa permasalahan yang diangkat dalam penulisan makalah ini adalah:
1. Bagaimanakah cara pembuatan bel listrik?
2. Bagaimanakah prinsip kerja bel listrik?

1.3 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui pembuatan bel listrik.
2. Untuk mengetahui prinsip kerja bel listrik.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Magnet
Magnet adalah suatu benda yang secara alami dapat menarik benda-benda lain yang
terbuat dari bahan logam. Tidak semua bahan dapat ditarik oleh magnet, dimana bahan tersebut
dapat digolongkan menjadi bahan paramagnetik, diamagnetik dan feromagnatik. Bahan-bahan
feromagnetik terutama besi dan unsur-unsur transisi lainnya, sangat memperbesar medan
magnet. Bahan-bahan yang lain hanya sedikit mempengaruhi medan magnet. Bahan
feromagnetik mengandung domain-domain, atau wilayah-wilayah dengan atom yang sejajar,
yang bekerja sebagai magnet-magnet batang yang kecil. Ketika domain-domain dalam sebuah
benda disejajarkan satu sama lain, benda tersebut menjadi sebuah magnet. Penjajaran domain-
domain dalam magnet permanen tidak mudah terganggu. Sebagian besar bahan hanya memiliki
sedikit pengaruh terhadap suatu medan magnet yang tetap. Untuk mengetahui fenomena ini lebih
lanjut, perhatikan sebuah solenoid yang sangat panjang atau toroida yang diletakkan dalam ruang
vakum. Dengan arus yang tetap dalam kumparan, medan magnet pada titik tertentu didalam
solenoida atau toroida adalah Bo, dimana subskrip o menunjukkan vakum. Jika inti solenoid diisi
dengan suatu bahan, medan pada titik tersebut akan berubah menjadi suatu nilai B baru. Magnet
dapat memiliki dua atau lebih kutub, meskipun magnet harus memiliki setidaknya satu kutub
utara dan satu kutup selatan. Kutub-kutub magnet dari jenis yang sama (utara atau selatan) tolak-
menolak satu sama lain, sementara kutub yang berbeda tarik-menarik satu sama lain. Daerah
disekitar magnet yang masih dipengaruhi oleh gaya magnet disebut medan magnet, dimana
daerah medan magnet tersebut dapat digambarkan dengan garis-garis yang sejajar dan tidak
saling berpotongan. Semakin jauh dari sumber magnet, maka garis-garis medan magnet akan
semakin jauh yang berarti kekuatan magnet juga semakin berkurang. Medan magnet pada suatu
titik dinyatakan sebagai suatu vektor yang dahulu disebut induksi magnetik, atau rapat fluks
magnetik, dan biasanya hanya dikenal sebagai medan magnet.

2.2 Sumber Magnet


Dua jenis magnet yaitu magnet permanen atau alami dan magnet buatan yang memiliki
sifat kemagnetan hanya sementara. Magnet alami dapat ditemukan di alam yaitu berupa batu
magnet dan juga magnet bumi yang merupakan magnet terbesar. Sedangkan magnet buatan
adalah magnet yang sengaja dibuat manusia untuk keperluan tertentu. Salah satu cara pembuatan
magnet yang biasa dilakukan adalah magnet induksi atau pembuatan magnet dengan
memanfaatkan arus listrik. Pada prinsipnya jika sebuah kumparan dialiri arus listrik, maka
daerah disekitar kumparan tersebut memiliki medan magnet. Medan magnet dihasilkan oleh
muatan yang bergerak, dan tentu saja itu termasuk arus listrik. Arah medan magnet dari suatu
kawat yang mengalirkan arus listrik dapat ditentukan dengan menggunakan aturan tangan kanan.
Yaitu dengan cara menggenggam kawat, dimana
ibu jari menyatakan arah arus, dan empat jari lain menyatakan arah medan magnet. Aturan yang
sama dapat digunakan untuk menentukan arah medan magnet untuk kawat melingkar ber
Gambar 1 Aturan tangan kanan untuk mencari arah medan magnet.

Pada sebuah kawat melingkar dengan jari-jari a dan N lilitan yang dialiri arus maka
besarnya induksi magnet pada pusat lingkaran adalah

Bp

dengan :
Bp = induksi magnet di titik P (wb/m2)
i = kuat arus listrik (A)
a = jarak titik P ke kawat (m)
μo = permiabilitas hampa (4π.10-7 wb/Am)

2.3 Aplikasi Gaya Magnet pada Bel Listrik


Bel listrik adalah suatu alat yang mampu menghasilkan suara dari adanya perubahan
energi listrik menjadi magnet (yang nantinya menimbulkan energi gerak yang berfungsi sebagai
sumber pelaku timbulnya suara). Bel listrik yang dibuat dalam percobaan ini, memiliki dua
bagian utama yaitu: sebuah besi yang dililiti kumparan, dan sebuah sumber bunyi (digunakan
bel/lonceng sepeda). Ketika arus listrik dialirkan pada kumparan, maka besi akan bersifat magnet
sehingga dapat menarik sebuah besi lain (pemukul), dan pemukul tersebut akan memukul bel
sehingga terjadilah bunyi.
Magnet induksi yang dihasilkan sangat bergantung pada kuat arus (i), dan juga jumlah
lilitan (N). Beberapa faktor yang juga mempengaruhi kuat medan magnet yang dihasilkan adalah
jenis kawat yang digunakan sebagai solenoida dan bahan logam yang dililitkan kumparan.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil
Pembuatan Bel Listrik Gambar di bawah merupakan bel listrik sederhana dengan sumber
energi listrik dari baterai kering atau dapat juga dengan menggunakan adaptor.
Bahan-bahan yang digunakan untuk mengkonstruksi bel ini
pun berasal dari barang-barang bekas yang mudah ditemui
di sekitar kita. Besarnya energi listrik yang diperlukan
adalah berkisar dari 9 sampai dengan 18 volt. Jika energi
listrik yang diberikan terlalu kecil maka bel listrik tersebut
tidak dapat bekerja secara optimal atau bahkan tidak
bekerja sama sekali. Namun jika energi listrik yang dialiri
terlalu besar maka akan sangat berbahaya dan yang jelas bel
listrik tersebut akan terbakar karena timbul energi panas
yang berlebih. Untuk hal ini sangat tidak dianjurkan.
Untuk membuat bel listrik, beberapa komponen
yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:
1. Satu lembar papan kayu (ukuran 30x25 cm dengan
ketebalan sekitar 1cm).
2. kawat tembaga 1 utas/tanpa penyambungan
(berdiameter 1 mm, panjang 11 m).
3. 1 buah saklar/peyambung dan pemutus arus .
4. Satu buah baterai 9 volt atau adaptor yang memiliki rentang tegangan 9-18 volt.
5. Satu batang paku besi 9 inci.
6. 10-15 sekrup kecil atau paku kecil (paku triplek). Jumlah dapat disesuaikan dengan kebutuhan
atau desain yang telah dibuat.
7. Lembaran aluminium dari bekas kemasan minuman kaleng. Ambil dari kemasan kaleng kira-kira
2 buah.
8. batang kayu berukuran batang spidol besar (atau sekitar berdiameter1-1,5 cm).
9. Pelat besi yang dibuat menyiku 90 dejarat. Tebal pelat sekitar 1 mm.
10. Satu sekrup 1 inci beserta bautnya.
11. Satu sekrup berukuran 1,5 inci.
12. Satu buah bel atau lonceng.
13. Satu pelat besi tipis ukuran 1x15 cm (bisa didapatkan dari kaleng yang non-aluminium)
14. Satu pelat baja tipis ukuran 1x7 cm (bisa dari cutter bekas yang sudah ditumpulkan bagian mata
pisaunya).
15. Dua buah sekrup kecil yang biasa digunakan pada alat-alat elektronik.
Sedangkan alat yang dibutuhkan dalam pembuatan bel yaitu:
1. Tang (bisa tang lancip atau tumpul).
2. Palu
3. Obeng minus dan plus ukuran kecil.
4. pisau kecil/pisau lipat.
5. gunting tumpul (gunting bekas).
6. solder beserta kawat timahnya.
7. mistar dan pensil.

Untuk petunjuk pembuatan, hanya dalam bentuk skema/gambar sederhana yang


menerangkan setiap bagian pada komponen bel listrik.

Barangkali beberapa bagian yang perlu diberi keterangan lebih lanjut yaitu:
1. Mengenai kumparan yang nantinya berfungsi sebagai sumber medan magnet. Kumparan dibuat
dengan cara melilitkan kawat tembaga pada paku ukuran 9 inci. Banyaknya lilitan tergantung
kebutuhan. Jika ingin menghasilkan medan magnet yang kuat namun membutuhkan energi listrik
yang sedikit lebih, makan lilitan dibuat lebih banyak.
Ringkasnya, jumlah lilitan minimal untuk sumber tegangan 9-18 volt dengan bahan kawat
tembaga berdiameter 1 mm pada paku 9 inci adalah 200-300 lilitan.
2. Pada bagian lempengan baja (pegas) dan lempengan besi sebagai lengan pemukul, disatukan
menggunakan sekrup kecil. Sebaiknya skrup yang digunakan berjumlah 2 buah agar lebih kokoh.
Pada bagian ini kemudian dilakukan penyolderan antara kawat tembaga yang berasal dari
kumparan dengan lempengan baja yang terhubung ke interuptor (sekrup berukuran 1,5 inci).
3. Pada bagian kumparan, ujung paku 9 inci diberi penahan supaya kumparan tidak bergeser ketika
didorong oleh lempengan besi. Penahan berupa lembaran aluminium yang dipasang vertikal
dengan pemakuan untuk melekatkan pada papan.
4. Mengenai bagian dudukkan lempengan baja dan besi, tahap pemasangan diawali dengan
melekatkan lempengan pada dudukkan kemudian dilanjutkan pemasangan ke bidang papan.
Keterangan dudukkan ini silahkan lihat pada gambar di bawah.
3.2 Pembahasan Prinsip kerja Bel Listrik
Ketika saklar ditekan (dalam keadaan on)
hingga menutup rangkaian yang sebelumnya telah
dihubungkan ke sumber arus listrik (baterai atau
adaptor), arus listrik mengalir dari sumber arus
listrik menuju interuptor (sekrup pada batang
kayu) melalui kawat tembaga. Kemudian arus
dilanjutkan menuju kelempengan baja dan
selanjutnya menuju ke kumparan (paku yang
dililitkan kawat tembaga).
Adanya arus listrik yang mengalir melalui
kumparan mengakibatkan paku berubah menjadi
magnet dan menarik lempengan logam/besi tipis
yang dilekatkan pada lempengan baja. Pada
lempengan logam/besi ini kemudian dilekatkan
dengan kawat yang berfungsi sebagai pemukul
bel. Tertariknya lempengan logam beserta
lempengan baja mengakibatkan kawat pemukul bergetar dan memukul bel/lonceng hingga
berbunyi. Pada saat yang sama hubungan lempengan baja dengan interuptor terputus sehingga
arus listrik berhenti mengalir. Berhentinya arus listrik itu menyebabkan paku kumparan
kehilangan sifat magnetnya. Akibatnya lempengan baja kembali ke posisi semula. Lempengan
baja kembali terhubung dengan interuptor dan arus listrik kembali mengalir, sifat magnet pada
kumparan muncul kembali. Begitu seterusnya hingga saklar dimatikan (dalam keadaan off).
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari penulisan makalah ini adalah:
1. Proses pembuatan bel listrik dapat digunakan alat dan bahan sederhana yang dapat ditemukan di
lingkungan seitar kita. Beberapa komponen penting yang perlu disiapkan adalah baterai, kawat
kumparan dan bel atau lonceng.
2. Prinsip kerja bel listrik adalah ketika saklar ditekan, arus listrik mengalir dari sumber arus listrik
menuju kumparan (paku yang dililitkan kawat tembaga). Adanya arus listrik yang mengalir
melalui kumparan mengakibatkan paku berubah menjadi magnet dan menarik lempengan
logam/besi tipis. Pada lempengan logam/besi ini kemudian dilekatkan dengan kawat yang
berfungsi sebagai pemukul bel. Tertariknya lempengan logam beserta lempengan baja
mengakibatkan kawat pemukul bergetar dan memukul bel/lonceng hingga berbunyi

4.2 Saran
1. Dalam proses pembelajaran di sekolah, sebaiknya guru melakukan praktikum untuk merangcang
bel listrik sederhana.
2. Ketika bel bekerja, akan terjadi percikan bunga api kecil pada bagian bertemunya interuptor
dengan lempengan baja. Untuk hal ini tidak terlalu membahayakan sebatas energi listrik yang
diberikan tidak terlalu besar. Untuk pencegahan terjadinya kebakaran, kiranya segera jauhkan
dari bahan-bahan yang mudah terbakar, seperti bensin, alkohol, dsb.
DAFTAR PUSTAKA

Agustyanto, Frans Rizal. 2012. Modul pembuatan dan penggunaan alat peraga sederhana fisika SMP
listrik-magnet.
Kanginan, M. 2003. Fisika SLTP 3A. Jakarta: Erlangga
-----------------. 2003. Fisika SLTP 2B. Jakarta: Erlangga
Vancleave, Jenice. 2004. Proyek-Proyek Fisika. Terjemahan Firman Alamsyah: Bandung. Pakar Karya
Pustaka

Anda mungkin juga menyukai