PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kekerasan dengan menggunakan senjata api meningkat dalam dekade terakhir
ini. Dalam konteks kesehatan masyarakat, diperkirakan terdapat lebih dari 500.000
luka pertahunnya yang merupakan luka akibat senjata api. Menurut laporan dari
Organisasi Kesehatan Dunia pada tahun 2001, jumlah tersebut mewakili seperempat
dari total perkiraan 2,3 juta kematian akibat kekerasan. Dari jumlah 500.000 tersebut
42 % nya merupakan kasus bunuh diri, 38 % merupakan kasus pembunuhan, 26%
merupakan perang dan konflik persenjataan. 1,2
Luka tembak merupakan penyabab kematian akibat pembunuhan di Amerika
Serikat. Diperkirakan bahwa tiap tahun di Amerika Serikat terdapat ± 70.000 korban
luka tembak dengan 30.000 kematian. Pemeriksaan terhadap luka ini memerlukan
latihan khusus dan spesialis, baik oleh dokter gawat darurat terhadap korban luka
tembak hidup atau ahli patologi forensik pada orang yang meninggal. 3
Laporan darinegara lain seperti Inggris pada tahun 2001 angka kejadian luka
tembak adalah 0,4/100 ribu (bunuh diri 65%, homicide 7%, dan kecelakaan 28%),
dan angka kejadian di Kanada pada tahun 2002 adalah 2,6 per 100.000 (bunuh diri
80%, homicide 15%, dan kecelakaan 5%). 4
Sedangkan di Indonesia, menurut laporan hak asasi manusia triwulan kedua
tahun 1998 yang dikeluarakan oleh ELSAM (Lembaga Studi dan Advokasi
Masyarakat) pada triwulan ke II tercatat ada 102 warga negara yang menjadi korban
kekerasan akibat senjata api. Untuk menjelaskan dan fungsi sebagai pemeriksa, maka
dokter harus menjalankan berbagai hal, diantaranya: apakah luka tersebut memang
luka tembak, yang mana luka tembak masuk dan mana luka tembak keluar, jenis
senjata yang dipakai, jarak tembak, arah tembakan, perkiraan posisi korban sewaktu
ditembak, berapa kali korban ditembak dan luka tembak mana yang menyebabkan
kematian. Interpretasi yang benar mengenai luka tembak mengenai ahli patologi
tidak hanya memberikan informasi berharga yang dapat menunjang pelaksanaan
hukum selama investigasi, tetapi juga penting untuk penentuan akhir jenis kematian.5
Evaluasi mengenai luka tersebut memerlukan latihan khusus dan keahlian baik
oleh seorang dokter yang menangani kegawatdaruratan bagian luka tembak maupun
para ahli patologi dan forensik.6
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoritis
a. Bagi institusi, diharapkan laporan kasus ini dapat menambah bahan referensi
dan studi kepustakaan dalam bidang ilmu forensik.
b. Bagi penulis selanjutnya, diharapkan laporan kasus ini dapat dijadikan
landasan untuk penulisan laporan kasus selanjutnya.
3.1 Alloanamnesis
Korban dibawa ke Instalasi Forensik RS Bhayangkara Palembang pada pukul 10.30
WIB oleh penyidik menggunakan mobil polisi dengan penutup mayat yaitu berupa kasur
lipat berwarna merah. Korban memakai celana dalam berwarna hitam dengan pinggiran
berwarna biru bermerk Pierre Cardin. Dari pemeriksaan, korban dinyatakan telah
meninggal dunia.
Menurut penuturan penyidik, kira-kira pukul 08.30 WIB korban ditemukan di Desa
Sira Pulau Padang dengan kondisi tidak bernyawa, mengalami luka pada bagian dada
sebelah kiri dan meninggal di tengah perjalanan menuju Rumah Sakit.
3.2 Pemeriksaan
3.2.1 Identitas Jenazah
Nama : Tn. Sarkowi Als Kowi Bin Tasa
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : ± 38 tahun
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Desa Serdang Menang Kec. SP Padang Kab. OKI
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis kasus yang berpedoman pada temuan pemeriksaan
luar dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut:
1. Analisis luka menunjukkan
2. Lama kematian
3. Sebab kematian korban adalah karena luka
4. Cara kematian korban yaitu
5. Aspek medikolegal pada kasus ini yaitu dari aspek narkotika pada undang-
undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 pasal 111-125.