6. Pasak bulat. 7.Poros bintang. 8.Daya sementara pada suatu Pasak-Alur. 9.Gaya suatu Pasak-
Alur. 10. Pengaruh alur pasak. 11. Kopling Poros. 12. Jenis dari Kopling-poros. 13. Kopling
sleeve atau Muff. 14. Pengapit atau kopling penghimpit. 15. Kopeling-Flange. 16. Merancang
Kopling Flange. 17. Kopling bidang. 18. Pasak lelah kopling bidang. 19. Kopling Oldham. 20.
Kopling umum.
13.1. Pendahuluan
Pasak adalah sepotong baja lunak yang disisipkan antara poros dan bagian pusat atau
katrol atas untuk menyambungkannya bersama-sama agar dapat mencegah gerak relatif diantara
keduanya. Yang selalu disisipkan sejajar pada sumbu poros. Pasak-Pasak digunakan sebagai
penyambung sementara dan banyak digunakan pada kerusakan geser dan bidang. Alur pasak
adalah suatu slot atau ruang kecil di suatu poros dan bagian pusat dari katrol untuk
mengakomodasi suatu pasak.
13.3. Pasak-alur
Pada pasak-alur disediakan setengah dari poros di dalam alur pasak dan setengah dari
bagian pusat atau katrol atas di dalam alur pasak. Berikut jenis-jenis dari pasak-alur :
1. Pasak-alur segi-empat. Pasak-alur segi-empat ditunjukkan pada gambar 13.1.
Perbandingan normal dari pasak adalah :
Lebar pasak (w) = d/4 ; dan tebal pasak (f) = 2w/3 - d/6
Dimana d =Dimeter poros atau diameter pusat lubang.
Pasak mempunyai 1 dalam 100 lancip di bagian atas sisi saja.
Pasak
pemutar
itu bisa
disekerup pada poros seperti yang ditunjukkan pada gambar 13.3 (a) atau mungkin mempunyai
kepala derek ganda seperti yang ditunjukkan pada gambar 13-3 (b). Berbagai ukuran suatu
pasak pemutar adalah sama seperti pasak-alur segi-empat dan pasak kepala lengan derek.
Tabel berikut menunjukkan perbandingan sejajar yang standar, yang dilancipkan dan
pasak-pasak kepala lengan derek, menurut IS : 2292 dan 2293-1974 (Reaffirmed 1980).
6. Pasak setengah bundar. Pasak setengah bundar adalah pasak yang dengan mudah
dapat disetel. Merupakan suatu potongan dari suatu cakram silindris yang mempunyai
panampang-lintang terdiri beberapa bagian, dalam pandangan depan seperti yang ditunjukkan
pada gambar 13.4. Pasak setengah bundar mampu miring di dalam ruang kecil untuk diasah ke
luar dari dalam poros denagn pemotong yang mempunyai lengkungan yang sama seperti ketika
cakram dari kunci itu dibuat. Kunci besar ini digunakan di dalam konstruksi alat-alat bermesin
dan mobil.
____________________
* Biasanya bentuk pasak-alur segi-empat sangat mungkin seperti putaran akhir di dalam alur pasaknya
kecuali jika disetel dengan baik pada sisi-sisinya.
13.5. Pasak singgung
Pasak singgung disesuaikan menurut pasangannya pada sudut 90 derajat seperti yang
ditunjukkan pada gambar 13.6. Masing-masing pasak menahan torsi dalam satu arah saja. Busur
lingkaran ini yang digunakan pada batang-batang kuat yang besar.
Kadang-kadang titik yang diruncingkan, seperti yang ditunjukkan pada gambar 13.7 (b),
menahan bagian dari gesekan antara titik dan lubang-lubang yang diruncingkan dan dilebarkan.
Poros bintang digunakan ketika gaya yang ditransmisikan besar pada perbandingan ukuran poros
seperti pada transmisi mobil dan transmisi roda gigi geser. Dengan menggunakan poros bintang,
kita memperoleh gerakan sumbu seperti halnya arah positif yang diperoleh.
13.8. Gaya aksi pada Pasak-Alur
Saat pasak digunakan pada torsi yang mentransmisikan dari poros ke rotor atau bagian
pusat, berikut dua jenis gaya aksi pada pasak :
1. Gaya (F1) yang sesuai dari pasak, pada alur pasaknya, seperti pada pasak lurus sesuai
kerapatan atau dalam menjalankan pasak yang diruncingkan pada tempatnya. Gaya ini
menghasilkan kerusakan kompresi pada pasak yang sukar untuk menentukan ukuran
besarnya.
2. Gaya (F) yang sesuai dengan torsi yang ditransmisikan oleh poros itu. Gaya ini
menggeser dan mengompresi (atau membidangi) kerusakan pada poros.
Penyaluran gaya sepanjang panjang dari poros adalah tidak sama karena gaya dipusatkan
dekat akhir pemasukan torsi. Tidak samanya penyaluran dikarenakan oleh puntiran dari poros di
dalam bagian pusat.
Gaya aksi pada pasak untuk torsi searah jarum jam yang sedang ditransmisikan dari poros
ke bagian pusat ditunjukkan pada gambar 13.9.
Di dalam merancang suatu pasak, gaya yang sesuai dari pasak diabaikan dan diasumsikan
penyaluran dari gaya sepanjang panjang pasak adalah sama.
Contoh 13.1. Suatu poros berdiameter 45 mm dari baja dengan ketahanan luluh 40
kgf/mm2. Pasak sejajar dengan ukuran lebar 14 mm dan tebal 9 mm terbuat dari baja dengan
ketahanan luluh 34 kgf/mm2 yang akan digunakan. Cari panjang yang diperlukan pasak, jika
poros itu terisi untuk mentransmisikan torsi maksimum yang diizinkan. Gunakan teori kerusakan
geser maksimum dan asumsi faktor keselamatan 2.
(A.M.I.E., 1988)
Solusi. Dik : d = 45 mm ; fyt untuk poros = 49 kgf/cm2 ; w =14 mm, t =9 mm ; fyt untuk
pasak =34 kgf/mm2 ; F.S. =2
Dimana l = panjang poros.
Menurut teori kerusakan geser maksimum (Lihat gambar 5.10), kerusakan geser
maksimum poros,
fs (max) = fyt = 40 = 10 Kgf/mm2
2xF.S. 2x2
dan kerusakan geser maksimum untuk poros,
fsk = = fyt = 34 = 8.5 Kgf/mm2
2xF.S. 2x2
Diketahui bahwa torsi maksimum yang ditransmisikan oleh poros dan pasak,
T = π x fs1 x d3 = π x 10 (45)3 = 178 950 N.mm
16 16
Pertama-tama marilah kita menghitung kegagalan pasak untuk geseran. Dikeathui bahwa
torsi maksimum yang ditransmisikan (T).
178 950 = l.w.fsk x d = l x 14 x 8.5 x 45 = 1340 l
2 2
l = 178 950 / 1340 = 133.5 mm
Sekarang menghitung kegagalan pasak untuk bidang. Dikeathui bahwa torsi maksimum
yang ditransmisikan oleh poros dan pasak (T),
178 950 = l x t/2x fck x d = l x 9/2 x 34/2 x 45/2
= 1720 l … (mengambil fck = fyt /F.S.)
l = 178 950/1720 = 104 mm
Mengambil nilai terbesar dari keduanya, maka diperoleh panjang pasak,
l = 133.5 say 135 mm Ans
Di dalam kasus alur pasak terlalu panjang dan tipe kunci adalah geser, lalu sudut putar
adalah ditingkatkan pada perbandingan kѲ seperti yang diperlihatkan oleh hubungan berikut :
Menurut teori tegangan geser maksimum (lihat ganbar 5.10), tegangan geser maksimum untuk
poros transmisi,
Kita mengetahui bahwa torsi maksimum yang dipindahkan oleh poros transmisi dan pasak
=178.950 N.mm
Pertama-tama marilah kita mempertimbangkan kegagalan dari pasak karena shearing. Kita
mengetahui bahwa torsi maksimum yang dipindahkan (T).
Sekarang pertimbangkan kegagalan dari pasak karena crushing. Kita mengetahui bahwa tenaga
putaran yang maksimum yang dipindahkan oleh poros transmisi dan pasak (T),
Ambil niali terbesar dari keduanya, kita mempunyai panjangnya dari pasak,
=133.5 mm
Suatu persamaan yang sederhana akan menunjukan bahwa potongan dari alur pasak pada poros
transmisi mengurangi kapasitas membawa beban poros transmisi. Ini adalah karena konsentrasi
tegangan dekat sudut alur pasak dan akan mengurangi cross sectio area poros transmisi. Dengan
kata lain, kekuatan momen puntir poros transmisi dapat dikurangi. Hubungan yang berikut
pengaruh keausan dari alur pasak itu didasarkan pada hasil-hasil yang bersifat percobaan oleh
HF. Moore.
E =Faktor kekuatan batang. Ini adalah rasio kekuatan batang dengan alur pasak pada kekuatan
batang yang sama tanpa alur pasak,
H =Kedalamanalur pasak =
Biasanya diperkirakan bahwa kekuatan poros transmisi yang disetem adalah 75% dari poros
transmisi yang padat, dimana sedikit banyak yang lebih baik dibanding nilai yang diperoleh oleh
hubungan tersebut.
Di dalam kasus alur pasak yang terlalu panjang dan begitu juga pasaknya adalah jenis sliding
type, maka sudut dari twist harus ditingkatkan di dalam perbandingan kθ seperti yang tunjukan
oleh hubungan yang berikut :
Contoh 13-2. Sebuah motor dengan15 kw, 960 r.p.m. Dari batang baja lunak dengan diameter 40
mm dan di perluas 75 mm. Shear atau tegangan geser yang diizinkan dan tekanan crushing untuk
pasak mild steel adalah 55 N/mm2 dan 112 N/mm2. Rancang alur pasak pada yang diperluasan
pada poros transmisi motor. Periksa kekuatan geser dari pasak n terhadap kekuatan normal poros
transmisi.
Solusi. Dengan : P =15 kw =15 x 103 W ;N =960 r.p.m. ; d =40 mm ;l =75 mm ; fs, =56 N/mm2 ;
fc =112 N/mm2
Hitung tekanan shearing pada pasak. Kita mengetahui bahwa torsi yang dipindahkan (T),
=1.8 mm
Lebar alur pasak ini terlalu kecil. Lebar dari alur pasak harus sedikitnya lebih besar dari d/4.
Karena f =2fs, oleh karena itu pasak persegi dengan diambil w =10 mm dan t =10 mm. Menurut
HF. Moore, faktor kekuatan batang.
E=0.8125
Kekuatan poros transmisi dengan alur pasak,
Poros Kopeling digunakan di dalam permesinan untuk beberapa tujuan-tujuan, yang paling
umum adalah sebagai berikut :
3. Poros coupling perlu memegang rekor batang-batang di dalam kelurusan yang sempurna.
1. Kopling kaku. Itu digunakan untuk menyambungkan dua batang dengan sempurna
dibariskan. Mengikuti jenis-jenis dari kopling kaku bersifat penting dari segi pandang.
a. Sleeve or muff coupling
c. Flange coupling.
2. Kopeling kenyal. Itu digunakan untuk menyambungkan dua batang yang kedua-duanya
mempunyai ketaksebarisan bersudut dan cabang samping. Mengikuti jenis-jenis dari
kopeling kenyal bersifat penting dari segi pandangan :
c. Kopling Oldham.
Sekarang kita akan mendiskusikan jenis-jenis tersebut, secara detil, di dalam halaman-halaman
berikutnya.
Di dalam merancang suatu sleeve atau muff coupling, prosedur yang berikut bisa diadopsi.
1. Merancang sleeve coupling
Sleeve itu dirancang dengan dianggap sebagai sebuah poros bolong.
Didapat
Ftc = Tegangan geser yang diizinkan untuk material dari sleeve yaitu besi cor. Nilai yang aman
dari tegangan geser untuk besi cor bisanya diambil 14 N/mm2 (atau 140 kgf/cm2)
Kita mengetahui bahwa torsi yang dipindahkan oleh suatu bagian yang berongga,
Dari, ungkapan ini, tegangan geser yang diharuskan pada sleeve itu bisa dicek.
Pasak untuk koupling itu bisa dirancang dengan cara yang serupa seperti yang dibahas di Art.
13'9. Lebar dan ketebalan dari pasak koupling diperoleh dari ukuran.
Panjang pasak koupling tentu akan sepadan dengan panjang sleeve ( i '3'6 d). Pasak koupling
biasanya dibuat kedalam dua bagian sehingga panjang pasak di bagi pada masing-masing poros
transmisi,
Setelah perbaikan panjang pasak pada setiap poros transmisi, tekanan shearing dan tekanan
crushing yang ditimbulkan dapat di cek. Kita mengetahui bahwa torsi ynag ditimbulkan,
Catatan; Kedalaman kalur di setiap batang-batang untuk penghubung harus persis sama dan
diameternya juga sama. Jika semua kondisi-kondisi tidak terpenuhi,maka pasak itu akan
terpasang di poros transmisinya sementara dan pasak tersebut dapat juga terlepas. Untuk
mencegah hal ini, pasak dibuat dua bagian yang ujungnya sama pada masing-masing poros
transmisi atau mereka bisa dibentuk dengan saling berkebalikan.
Contoh 13-3. Rancang dan buat suatu sket dimensional yang rapi sebuah sleeve coupling yang
digunakan untuk menyambung dua poros transmisi baja yang memindahkan 40 kw pada 350
r.p.m. Material yang digunakan untuk poros transmisi dan pasak adalah baja karbon biasa di
mana besarnya tekanan shearing dan crusing yang diizinkan diambil 40N/mm2 dan 80N/mm2
berturut-turut. Untuk material besi cor di mana tegangan geser yang bisa diijinkan bisa
diasumsikan 15 N/mm2.
Kita mengetahui bahwa torsi yang ditpindahkan oleh poros transmisi, pasak dan muff,
Sekarang marilah kita periksa tegangan geser yang diharuskan pada muff. Ambil fsc adalah
tegangan geser yang diharuskan pada muff. Karena muff dianggap sebagai suatu poros bolong,
oleh karena itu torsi yang dipindahkan (T),
=1100
Karena tegangan geser yang diharuska pada muff kurang dari tegangan geser yang diizinkan 15
N/mm2, oleh karena itu perancangan muff aman.
Dari tabel 13.1, kita menemukan bahwa untuk suatu poros transmisi dengan diameter 5 mm,
Lebar dari pasak, w =18 mm.
Karena tekanan crusing pada material pasak adalah dua kali lebih besar dari tegangan-geser,
oleh karena pasak persegi bisa digunakan.
Mari kita sekarang pemeriksa besarnya tekanan shearing yang diharuskan dan tekanan crusing
pada pasak. Pertama-tama, marilah kita mempertimbangkan pencukuran pasak. Kita mengetahui
bahwa torsi yang dipindahkan (T),
Sekarang hitung crusing pada pasak. Kita mengetahui bahwa torsi yang dipindahkan (T),
Karena tekanan shearing dan tekanan crusing kurang dari tekanan yang diizinkan, maka
perancangan pasak aman.
Dan friksi antara muff dan poros transmisi. Di dalam merancang jenis coupling, prosedur yang
berikut bisa diadopsi.
Ambil p adalah tekanan pada poros transmsi dan permukaan muffyang diakibatkan oleh gaya
lalu untuk menistribusikan tekanan yang seragam pada permukaan,
Contoh 13-4. Disain suatu clamp kopling untuk memindahkan 50 kw pada 100 r.p.m. Tegangan
geser yang bisa diijinkan untuk poros transmis dan pasak adalah 40 N/mm2 dan banyaknya baut-
baut yang menghubungkan bolts adalah enam. Tegangan-tarik yang diizinkan untuk baut-baut itu
adalah 70 N/mm2 Koefisien gesek antara muff dan permukaanporos tansmisi bisa diambil 0-3.
Solusi. Dengan : P =30 kw =30 x 102 W ;N =100 r.p.m.; fs, =40 N/mm2 ; n = 6 ; ft =70 N/mm2 ;
µ=0-3 1
Kita mengetahui bahwa torsi yang dihantarkan atau dipindahkan oleh poros transmisi,
Kita juga mengetahui bahwa torsi yang dhantarkan oleh poros transmisi(T),
Lebar dan ketebalan dari pasak untuk diameter poros transmisi 75mm (dari Table 13-1) adalah
sebagai berikut :
Dari tabel 11-1 kita dapat menemukan bahwa diameter teras yang standar dari baut untuk yang
kasar 23.32 mm dan diameter nominal dari baut itu adalah 27 mm (M 27).
15. Kopeling-Flenge
Sebuah kopeling-flenge biasanya digunakan bagi coupling yang mempunyai dua besi cor yang
terpisah. Masing-masing flange menjulang di akhir batang dan menyetem padanya. Muka-muka
itu diputar tegak-lurus kepada poros dari poros transmisi. Salah satu dari flenge,sudah
diproyeksikan dan .flenge pinggiran roda lain mempunyai suatu ruang kecil yang sesuai. Hal ini
membantu ke arah membawa batang-batang ke dalam garis dan memelihara kelurusan. Kedua
flenge,pinggiran roda digabungkan bersama-sama atas pertolongan baut-baut dan nuts, sebuah
kopeling-flenge diadopsi kepada muatan berat dan karenanya itu digunakan di perporosan yang
besar. Penggabungan-penggabungan berasal dari tiga jenis sebagai berikut :
1. Jenis kopeling-flenge yang tak dilindungi. Dalam satu kopeling-flenge jenis yang tak
dilindungi, seperti dalam. 13.12, masing-masing poros transmisi dikaitkan dengan bos suatu
flenge,dengan pasak counter sunk dengan flenge itu digabungkan bersama-sama oleh baut-baut.
Secara umum, tiga, empat atau enam baut yang digunakan pasak-pasak itu bersifat tegak-lurus,
sig-sag sepanjang circumterence dari poros-poros transmisi untuk membagi pengaruh
perlemahan yang disebabkan oleh alur pasak.
Diameter dari hub,
D =2 d
Tebal-flenge,
=0.5 d
3. Jenis kopeling-flenge angkatan laut Di suatu kopeling-flenge jenis angkatan laut, flenge
itu yang integral yang ditempa dengan batang-batang seperti yang ditunjukkan di Fig.
13'14. Flenge dikunci bersamadimaksudkan untuk membantu kepala yang tidak di tirus
dengan memasang empat sampai dua belas dependigg pada diameter poros transmisi.
Banyaknya baut-baut dapat ditentukan dari tabel berikut.
Tabel 13-2. Nomor dari baut-baut untuk angkatan laut mengetik kopeling-flensa.
Ukuran yang lain untuk kopeling-flenge jenis angkatan laut diambil sebagai berikut :
Tebal-flensa = d/3 ; tirus dari baut =1 dalam 20 sampai 1 dalam 40
Jarak antar diameter masing-masing baut, D1=1.6 d ;Diameter dari flens,pinggiran roda, D2
=2.2 d
Pertimbangkan suatu kopeling-flensa sebagai menunjukkan di Fig. 13-12 dan Fig. 13-13.
fs1, fsb, dan fsk =Tegangan geser yang bisa diijinkan untuk batang, material baut dan
pasak
Berturut-turut,
fsc =Tegangan geser yang bisa diijinkan untuk material flens,pinggiran roda yaitu. Besi
cor, dan
fcb, dan fck =Tekanan crusing yang diijinkan untuk material baut dan kunci berturut-
turut.
Hub itu dirancang dengan dianggap sebagai suatu poros bolong, memindahan torsi yang sama
(T) dengan sebuah poros pejal.
Diameter luar dari hub biasanya diambil dua kali lebih dari diameter poros transmisi. Oleh
karena itu dari hubungan itu, tegangan-geser yang diizinkan di dalam hub itu bisa dicek. Panjang
hub ambil antara 1-6d.
Pasak itu dirancang dengan ukuran umum dan lalu dicek dengan tekanan shearing dan tekanan
crusingnya. Material dari pasak biasanya sama halnya dengan batang. Panjang pasak diambil
sepadan dengan panjang hub.
3. Merancang untuk flange
Flenge di simpangan hub itu di bawah tekanan shearing ketika memindahkan torsi. Oleh karena
itu, torsi yang dipindahkan,
T =keliling dari hub X tebal dari flange x Tegangan geser dari flange x Radius dari hub
Tebal pinggiran roda biasanya diambil setengah diameter poros. Oleh karena itu dari
hubungan di atas, tegangan geser bisa diperiksa pada pinggiran rodanya..
4. Desain untuk baut-baut
Baut-baut itu diberikan tegangan geser untuk torsi yang ditransmisikan. Bilangan baut-
baut (n) tergantung pada diameter dari poros dan jarak diameter lingkaran dari baut-baut (D1)
diambil 3 d. Diketahui bahwa
Jadi beban total semua baut = ( )² xn
=( )
Torsi, T = ( )
Dari peersamaan ini, tegangan bidang pada baut-baut bisa diperiksa..
Contoh 13-5. Kopeling pinggiran roda jenis besi cor bersifat di disain untuk melindungi
untuk menghubungkan dua poros untuk mentransmisikan 15 h.p. pada 500 r.p.m. Tegangan izin
yang digunakan sebagai berikut :
Tegangan geser untuk poros, baut dan material pasak = 400
Menghancurkan tekanan untuk baut dan poros = 800
Tegangan geser untuk besi cor = 80
Membuat sketsa pengambungan (A. W. I. E., Winter 1983)
Solusi. Dengan : P = 15 hp. ; N = 500 r.p.m. ; = = = 400 ; = = 800
; =80
Jenis Kopeling pinggiran roda yang dirancang melindungi seperti yang dibahas di bawah
:
1 .Desain untuk poros
Pertama-tama, cari diameter poros (d). Diketahui bahwa torsi yang ditransmisikan oleh
poros,
2150 = =
= 2150/63 = 34.13
Karena tegangan geser untuk material poros (yaitu besi cor) adalah kurang dari nilai
), oleh karena itu pasak persegi bisa digunakan. Dari tabel 13.1, ditemukan bahwa
untuk diameter poros 3.5 cm,
Lebar pasak, w = 12 mm = 1.2 cm Jawaban
dan ketebalan dari pasak, t = w =12 mm =1.2 cm. Jawaban
Panjang pasak (l) diambil sama dengan panjang poros
l = L = 5.25 cm Jawaban
Sekarang kita periksa tekanan pasak dengan menghitung tegangan geser dan bidang.
Menghitung pasak pada geser. Diketahui bahwa torsi yang ditransmisikan (T),
Menghitung pasak pada bidang. Diketahui bahwa torsi yang ditransmisikan (T),
Karena tegangan geser dan bidang pada pasak yang diinduksikan kurang dari tegangan
yang diizinkan, oleh karena itu desain untuk pasak aman.
3. Desain untuk pinggiran roda
2150 = x = x = 135
Karena tegangan geser yang diinduksikan pada pinggiran roda adalah kurang dari 80
2150 = ( )² x = ( )² x
= 4950 ( )²
( )² = 2150/4950 = 0.434 atau = 0.66 cm
Diasumsikan ikatan benang, ukuran-ukuran standar yang paling dekat dari baut yaitu M
8. Jawaban
Ukuran lain, pinggiran roda itu diambil sebagai berikut :
Diameter luar pinggiran roda,
= 4d = 4 x 3.5 = 14 cm
Tebal dari pelindung keliling lingkaran pinggiran roda,
Contoh 13.6. Desain dan gambar jenis dari kopeling pinggiran roda besi cor yang
bersifat melindungi untuk mentransmisikan poros baja 15 kW pada 200 r.p.m. dan mempunyai
satu tegangan geser yang diijinkan sebesar 40 N/mm². Tegangan kerja di dalam baut-baut
mestinya tidak melebihi 30 N/mm². Berasumsi bahwa material yang sama digunakan untuk
poros dan pasak dan tegangan bidang adalah dua kali lebih nilai dari tegangan gesernya. Torsi
maksimumnya adalah 25% lebih besar dibanding torsi beban penuh. Tegangan geser untuk besi
cor adalah 14 N/mm². (Madras University, 1987)
Solusi. dengan : P = 15 kW = 15 x 10³ W ; N = 200 r.p.m., ; = 40 N/mm²; = 30
895 000 = =
895 000/ atau d = 48.4 jadi 50 mm Jawaban
Diketahui bahwa diameter luar poros,
D = 2 d =2 x 50 =100 mm Jawaban
dan panjangnya dari poros, L = 1.5 d = 1.5 x 50 =75 mm Jawaban
Sekarang kita periksa tegangan geser untuk material poros besi cor, dengan
menghitungnya sebagai suatu poros lubang. Diketahui bahwa torsi maksimum yang
ditransmisikan ( ),
895 000 = =
= 895 000/ N/mm
Karena tegangan geser di dalam poros itu adalah kurang dari nilai yang diizinkan yaitu 4
N/mm², oleh karena itu desain untuk poros aman.
2. Desain untuk pasak
Karena tegangan bidang untuk material pasak adalah dua kali tegangan gesernya, oleh
karena itu pasak segi empat bisa digunakan.
Dari tabel 13.1, diketahui bahwa untuk poros diameter 50 mm
Lebar pasak, w = 16 mm Jawaban
dan tebal dari pasak, t = w = 16 mm Jawaban
Panjang pasak (l) diambil sama dengan panjang poros.
l = L = 75 mm
Sekarang kita periksa tegangan yang diinduksikan pada pasak dengan menghitungnya di
dalam geser dan bidang. Menghitung pasak pada bidang. Diketahui bahwa torsi maksimum yang
ditransmisikan ( )
Menghitung pasak pada bidang. Diketahui bahwa torsi maksimum yang ditransmisikan
(Tmax),
Karena tegangan geser dan bidang pada pasak kurang dari tegangan yang diizinkan, oleh
karena itu desain untuk pasak aman.
895 000 = =
= 895 000/
Karena tegangan geser yang diinduksikan pada pinggiran roda adalah kurang dari nilai
yang diizinkan yaitu 14 N/mm², oleh karena itu desain untuk pinggiran roda adalah aman.
4. Desain untuk baut-baut
Dimana =Diameter nominal dari baut-baut.
Karena diameter poros adalah 50 mm, oleh karena itu sekarang kita ambil nilai dari baut-
baut,
n=4
dan jarak diameter lingkaran dari baut-baut,
=3 d = 3 x 50 =150 mm
Baut-baut itu diberikan tegangan geser untuk torsi yang ditransmisikan. Diketahui bahwa
torsi maksimum yang ditransmisikan (Tmax),
895 000 = =
= 895 000/
Diasumsikankan ikatan benang, diameter standar yang paling dekat dari baut adalah 12
mm (M 12), Jawaban
Jawaban
Contoh 13.9. Dua poros berukuran 3.5 cm dihubungkan oleh kopeling pinggiran roda.
Pinggiran roda disetel dengan 6 baut pada 12.5 cm lingkaran baut. Poros mentransmisikan torsi
sebesar 8000 kgf.cm pada 350 r.p.m. Untuk tegangan aman yang dicantumkan di bawah,
menghitung 1. diameter baut, 2. tebal pinggiran roda, 3. Dimensi pasak, 4. panjang poros, 5.
Tenaga yang ditransmisikan.
Tegangan geser aman unuk material poros = 630 kgf/cm2
Tegangan aman untuk material baut = 560 kgf/cm2
Tegangan aman untuk kopeling besi cor = 100 kgf/cm2
Tegangan aman untuk material pasak = 460 kgf/cm2
(A.M.I.E.,Summer 1985)
Contoh 13.10. Poros dan pinggiran roda dari mesin kapal dirancang untuk kopling
pinggiran roda, di mana pinggiran roda itu ditempa pada poros. Berikut seluk beluk yang
dihitung di dalam perancangan.
Daya Mesin = 3 MW
Kecepatan mesin = 100 r.p.m.
Tegangan geser yang diizinkan pada baut dan poros
= 60 N/mm2
Nilai baut yang digunakan =8
Diameter lingkaran baut = 1.6 x Diameter poros
Cari : 1. diameter poros. 2. diameter baut, 3. tebal pinggiran roda, dan 4. diameter
pinggiran roda. (Rajasthan University, 1986)
Solusi. dengan : P = 3 MW = 3 x 10 6 W ; N = 100 r.p.m. ; fab = fa = 60 N/mm2 ; n = 8 ;
D1 = 1.6 d
1. Diameter dari poros
Dibiarkan d = Diameter dari poros.
Diketahui bahwa torsi yang ditransmisikan oleh poros,
Diketahui juga bahwa torsi yang ditransmisikan oleh poros (T),
T = F x 60 = 286 x 103 N.m = 286 x 106 N.mm
2π N
286 x 106 = x fs x d3= x 60 x d3 = 11.78 d3
16 16
d3 = 286 x 106/11.78 = 24.3 x 106
atau d = 2.89 x 106 = 289 dibulatkan 300 mm Jawaban
2. Diameter dari baut
Dimana d1 = Diameter nominal baut
Baut-baut itu diberikan untuk tegangan geser untuki torsi yang ditransmisikan. Diketahui
bahwa torsi yang ditransmisikan (T),
1.6 x300
286 x 106 = (d1)2fs x n x D1/2 = (d1)2 60 x 80 x
4 4 2
= 90 490 ( d1)2 ...( D1 = 1.6 d)
(d1)2 =286 x 102/90 490 = 3160 atau d1 =56.2 mm
Diasumsikan ulir kasar, diameter standar dari baut adalah 60 mm (M 60). Kerucut pada
baut bisa diambil dari 1 sampai 20 hingga 1 sampai 40. Jawaban
3. . Tebal-pinggiran roda
Tebal pinggiran rodaa (tf) diambil d/3.
tf = d/3 = 300/3 = 100 mm Jawaban
Sekarang kita periksa tegangan geser yang diinduksikan pada pinggiran roda dengan
menghitung pinggiran roda di persimpangan dari poros di dalam geser. Diketahui bahwa torsi
yang ditransmisikan (T),
2
(300)
2
286 x 106 = d x fs x tf = x fs x 100 = 14.14 x 106 fs
2 2
fs =286 x 106/l 4.14 x l06 = 20.2 N/mm
Karena tegangan geser yang diizinkan pada *pinggiran roda adalah kurang dari tegangan
geser yang diizinkan yaitu 60 N/mm, oleh karena itu tebal pinggiran roda (tf = 100 mm) aman.
4. Diameter dari karah
Diameter pinggiran roda (D2) diambil 2.2 d.
D2 =2.2 d =2.2 x 300 = 660 mm
Dimana :
l = Panjang lelah di dalam pinggiran roda,
d2 = Diameter lelah,
pb = Tekanan bantalan di dalam lelah atau jarum,
n = Angka jarum, dan
D1 = Diameter dari lingkaran jarak dari jarum.
Diketahui bahwa beban bantalan sementara pada masing-masing jarum,
W = pb.d2.l
Total beban bantalan pada lelah atau jarum
= W.n = pb.d2.l.n
dan torsi yang ditransmisikan oleh kopeling,
D D
T = W.n ( 1 ) = pb.d2.l.n 1
2 2
Bagian ulir dari jarum pada pinggiran roda tangan kanan harus cocok untuk pengetapan
di dalam lubang kopeling untuk menghindari tegangan bengkok.
Panjangnya ulir dari jarum harus sekecil mungkin sehingga tegangan geser langsung
dapat diambil oleh leher tidak ulir.
Tegangan geser langsung karena puntir yang murni di dalam kopeling membelah dua,
fs = W
2
Karena jarum dan karet ( )
4 D1
atau kulit lelah tidak dengan tepat menahan pada
pinggiran roda tangan kiri, oleh karena itu beban
tangensial (W) di bagian yang diperbesar akan mengerjakan
aksi lenturan pada jarum seperti yang ditunjukkan pada
gambar 13.16. Bagian jarum bertindak sebagai balok
kantilever dari panjangnya l. Diasumsikan penyaluran
beban W sepanjang lelah, momen lentur maksimum pada
jarum,
1
M = W 5mm
2
Diketahui bahwa tegangan lentur,
1
M W 5mm
f= = 2
Z
32
D1
3
Karena jarum diberikan tegangan geser dan lentur, oleh karena itu rancangan harus
diperiksa juga tegangan utama maksimum atau tegangan geser maksimum oleh hubungan-
hubungan yang berikut :
Tegangan utama maksimum
= 2 f f 4 f g
1 2
2
= 2 f 4 f g
1 2
2
Nilai dari tegangan utama maksimum bervariasi dari 28 sampai 42 N/mm (atau 280
sampai 420 kgf/cm2).
Contoh 13-11. Disain suatu kopling fleksibel tipe jarum lelah untuk menghubungkan
poros motor ke poros pompa untuk kondisi-kondisi layanan yang berikut :
Daya yang akan ditransmisikan = 40 kW ; kecepatan poros motor = 1000 r.p.m. ;
diameter poros motor = 50 mm ; diameter poros pompa = 45 mm
Tekanan bantalan di dalam lelah karet dan tegangan izin pada jarum adalah untuk
dibatasi berturut-turut sampai 0.45 N/mm dan 25 N/mm2 . (Bhopal University, 1987)
Solusi. Dengan : P = 40 kW = 40 x 10 3 W ; N = 1000 r.p.m ; d = 50 mm; dp = 45 mm ; pb
= 0.45 N/mm2 ; fs = 25 N/mm2
Diketahui bahwa torsi yang ditransmisikan,
Px60 40 x10 3 x 60
T= = 4= 382 N.m = 382 x lO3 N.mm
2N 2x1000
Kita telah membahas tipe kaku dari kopling pinggiran roda bahwa nilai dari baut untuk
diameter poros 50 mm adalah 4. Di dalam kopling fleksibel, kita akan menggunakan nilai dari
jarum (n) seperti 6.
0.5d 0.5 x50
Diameter dari jarum, d1= = = 10.2 mm
n 6
Untuk menghitung tegangan lentur yang diinduksikan karena untuk pengompresian lelah
karet, diameter jarum (d) bisa diambil 20 mm. Jawaban
Panjang jarum dari diameter terkecil yaitu d1 = 20 mm adalah ulir dan diamankan di
dalam setengah kopeling tangan kanan oleh mur dan cincin penutup yang standar. Bagian yang
diperbesar dari jarum yang di dalamnya setengah kopeling tangan kiri dibuat dari diameter 24
mm. Di bagian yang diperbesar, lelah kuningan dengan ketebalan 2 mm ditekan. Lelah kuningan
membawa lelah karet. Diasumsikan tebal dari lelah karet seperti adalah 6 mm.
Diameter keseluruhan dari lelah karet,
d2 = 24 + 2x2 + 2x6 = 40 mm. Jawaban
dan diameter dari jarak lingkaran bagi dari jarum,
D1 = 2d+d2+2x6 = 2x50 + 40 + 12 =152mm Jawaban
Dimana l = Panjang dari lelah pada pinggiran rodaa.
Diketahui bahwa beban bantalan sementara pada masing-masing jarum,
W = pb x d2 x l = 0.45 x 40 x l= 18 l N
dan torsi yang ditransmisikan oleh kopeling (T),
382xl03 = W x n x D1 = 18 l x 6 x
152
= 8208 l
2
2
l = 382 X 103/8208 = 46.5 mm
dan W = 18 l = 18 x 46.5 = 837 N
Tegangan langsung karena untuk puntiran yang murni pada setengah kopeling,
W 837
fs = = 2
2 20 2 = 267 N/mm .
4 d1 4
Karena jarum dan lelah karet tidak menahan kaku pada pinggiran roda tangan kiri, oleh
karena itu beban tangensial (W) di bagian yang diperbesar akan menggunakan aksi lenturan di
jarum. Diasumsikan penyaluran sama dari beban (W) sepanjang lelah, momen lentur maksimum
pada jarum,
1 46.5
M = W 5 = 837 5 = 23645 N.mm
2 2
Karena tegangan utama dan tegangan geser maksimum tidak melewati batas, oleh karena
itu desain dinyatakan aman.
Pada perncangan kopling universal, diameter poros dan diameter jarum diperoleh seperti
yang dibahas di bawah. Dimensi-dimensi lain dari kopeling ditetapkan oleh ukuran seperti yang
ditunjukkan pada gambar 13.18.
Dimana d = Diameter poros,
dp = Diameter jarum, dan
fsdan fs1 = Tegangan geser yang diijinkan untuk bahan dari poros dan jarum
berturut-turut.
Diketahui bahwa torsi yang ditransmisikan oleh poros, T = xf s xd 3
16
Dari hubungan ini, diameter poros bisa ditentukan.
Karena jarum pada geser ganda, oleh karena itu torsi ditransmisikan,
T=2x d p 2 f s1 xd
4
Dari hubungan ini, diameter jarum bisa ditentukan.
Catatan : Ketika suatu kopeling Hooke tunggal digunakan, rasio mengemudi dan kecepatan pergerakan
poros diberikan oleh
N 1 cos 2 sin 2
N1 cos
N . cos
N1
1 cos 2 sin 2
di mana:
N = Kecepatan poros pergerakan pada r.p.m.,
N1 = Kecepatan poros penggerak pada r.p.m.,
α = Sudut inklinasi poros, dan
Ǿ= Sudut poros penggerak dari posisi di mana jarum dari pergerakan
simpang poros di dalam bidang dari kedua porosnya.
Diketahui bahwa kecepatan maksimum dari poros penggerak.
N
N1= (max) =
cos
dan kecepatan minimum poros penggerak,
N1(min) = N cos α
Dari atas kita lihat bahwa untuk kopeling Hooke, kecepatan dari poros penggerak itu
tidak konstan tetapi bervariasi dari maksimum ke minimum. Untuk mempunyai rasio kecepatan
konstan dari poros pergerakan dan penggerak, antara poros dengan kopeling Hooke pada
masing-masing akhir digunakan (yang dikenal sebagai kopeling Hooke ganda).
Contoh 13.12. Kopling universal digunakan untuk menghubungkan dua poros baja lunak
yang mentrasmisikan torsi 5000 N.m. Mengasumsikan bahwa poros itu diberikan hanya kepada
puntir saja, cari diameter dari poros dan jarum. Tegangan geser yang diijinkan untuk poros dan
jarum diambil berturut-turut 60 N/mm2 dan 28 N/mm2.
Solusi. Dengan : T =5000 N-m = 5 x 106 N .mm; fs = 60 N/mm2 ; fs1 = 28 N/mm2
Diameter poros
Dimana d = Diameter poros.
Diketahui bahwa torsi yang ditransmisikan (T),
5x106= x fs x d3= x 60 x d3 = 11.8 d3
16 16
d3 = 5x106/11.8 = 0.424 x 106 atau d =75 mm Jawaban
Diameter jarum
Dibiarkan dp =Diameter jarum.
Diketahui bahwa torsi yang dipancarkan (T),
5 x 106 = 2x (dp)2 x fs x d3 =2 x (dp)2 28 X 75 = 3300 ( dp)2
4 4
(dp)2 = 5x106/3300 =1515 atau dp =39 dibulatkan 40 mm. Jawaban
LATIHAN
1. Poros berdiameter 80 mm mentransmisikan daya pada tegangan geser maksimum dari
630 kgf/cm2. Cari panjang pasak dengan lebar 20 mm yang diperlukan untuk menaiki puli pada
pasak sehingga tegangan di dalam pasak tidak melebihi 420 kgf/cm2. [Jawaban 15.2 cm]
2. Poros berdiameter 30 mm mentransmisikan daya pada tegangan geser maksimum
sebesar 80 N/mm2. Jika puli dihubungkan ke poros dengan cara pasak, cari dimensi-dimensi
pasak sehingga tegangan pada pasak itu tidak melebihi 50 N/mm2 dan panjang dari pasak itu
adalah 4 kali lebarnya. [Jawaban l=128 mm]
3. Disain kopeling sarung atau menyia-nyiakan untuk mentransmisikan poros 70 h.p.
pada 140 r.p.m. Tegangan geser yang aman untuk poros baja lunak adalah 560 kgf/cm 2 dan
karena sarung besi cor adalah 140 kgf/cm2. Tegangan geser dan bidang yang aman untuk pasak
baja lunak berturut-turut adalah 420 kgf/cm 2dan 840 kgf/cm2. ( Allahabad University)
[Jawaban d = 7 cm : w = t =17.5 mm ; l =14 cm ; D =,11.5 cm]
4. Disain kopeling kompresi poros untuk mentransmisikan 1300 N.m. Tegangan geser
yang diijinkan untuk poros dan pasak adalah 40 N/mm 2 dan banyaknya baut yang
menghubungkan separuh dua adalah 4. Tegangan tarik yang diizinkan untuk bahan baut adalah
70 N/mm2. Koefisien gesek antara menyia-nyiakan dan permukaan poros bisa diambil 0.3.
(Indore University)
[Jawaban d = 55 mm, D = 125 mm, L = 192.5 mm, db = 24 mm]
5. Disain kopling pinggiran roda besi cor bersifat melindungi untuk menghubungkan dua
poros untuk mentransmisikan 7.5 kW pada 720 r.p.m. Berikut tegangan yang diizinkan yang bisa
digunakan.
Tegangan geser yang diizinkan untuk poros, bahan baut dan pasak
= 33 N/mm2
Tegangan bidang yang diizinkan untuk bahan baut dan pasak
= 60 N/mm2
4. Suatu pasak membuat dari &piring silindris mempunyai potongan terdiri beberapa bagian,
dikenal sebagai
(a) pasak benam (b) kepala gib menyetem (c) pasak setengah bunder
(d) pasak pelana datar(kempes (e) pasak pelana berongga (/) pasak singgung
5. Sarung atau menyia-nyiakan gandengan dirancang sebagai suatu
(a) silinder tipis (b) silinder tebal
(c) poros pejal (d) poros geronggang
JAWAB