Analisis Tegangan Sisa PDF
Analisis Tegangan Sisa PDF
ABSTRAK
Proses pengelasan sambungan pipa pada industri perkapalan adalah salah satu bagian yang sangat
penting. Pemanasan lokal pada pipa hingga temperatur lebur dan proses pendinginan yang cepat dapat
menghasilkan tegangan sisa akibat adanya distribusi panas yang tidak merata. Tegangan akibat panas lasan
ini dapat menyebabkan deformasi dan akan berpengaruh pada proses pengerjaan selanjutnya. Untuk itu perlu
untuk melakukan pemodelan dengan metode elemen hingga untuk mengetahui perilaku deformasi dan
tegangan sisa yang terjadi pada proses pengelasan pipa.
Pada penelitian ini dilakukan simulasi pengelasan sambungan pipa beda jenis dengan tipe
sambungan butt-joint. Pipa yang digunakan adalah Stainless Steel 304L dan Carbon Steel A36 dengan filler
metal 309L Filler Wire. Simulasi dilakukan dengan menggunakan software ANSYS 11 dengan
membandingkan variasi posisi pemasangan tanggem dan akan dipilih hasil yang paling baik.
Dari simulasi didapatkan hasil yang terbaik terdapat pada variasi pemasangan empat buah tanggem
dengan jarak antar tanggem 900 yang menghasilkan tegangan sisa maksimum pada stainless steel sebesar
210.84 MPa dan pada carbon steel sebesar 33.2 MPa. Sedangkan deformasi total maksimum yang terjadi
pada stainless steel sebesar 2.35 mm dan pada carbon steel sebesar 2.19 mm.
Kata Kunci : pipa beda jenis, stainless steel 304L, carbon steel A36, 309L filler metal, deformasi, tegangan
sisa, pemasangan tanggem.
Pada sistem perpipaan yang bekerja pada
1. PENDAHULUAN temperatur dan tekanan yang tinggi
Penggunaan teknik pengelasan sampai seringkali diperlukan penyambungan pipa-
saat ini memiliki peranan yang sangat pipa yang mempunyai perbedaan material
penting dalam bidang konstruksi. Salah satu propertis dan sifat fisiknya. Sebagai contoh
jenis pengelasan yang dipakai adalah pada kapal yang memiliki boiler, sistem
pengelasan antar pipa yang sering digunakan perpipaan pada boiler kapal tersebut
pada bidang perkapalan, offshore structure, seringkali merupakan penyambungan pipa
konstruksi jembatan, pressure vessel, boiler beda jenis. Perbedaan sifat dari pipa-pipa ini
serta berbagai macam pipa saluran dan sistem akan menyebabkan distribusi tegangan sisa
perpipaan lainnya. hasil pengelasan menjadi tidak merata untuk
Di antara elemen–elemen pipa serta setiap jenis material pipa yang dilas. Adanya
simpul-simpul penyambungan pipa hampir tegangan sisa yang tidak merata ini dapat
semuanya dilakukan dengan pengelasan, menyebabkan distorsi pada hasil lasan yang
maka sudah barang tentu salah satu masalah berpengaruh pada proses pengerjaan
yang sangat penting dan dapat menentukan selanjutnya.
sifat dan kekuatan sambungan las adalah Untuk itulah perlu dilakukan simulasi
adanya tegangan sisa yang terjadi baik elemen hingga (finite element) pada hasil
selama proses lasan ataupun sejak material proses pengelasan pipa beda jenis
diproses / akibat pengerjaan mesin pada menggunakan sambungan tumpul (but-joint)
material tersebut. atau tepatnya pengelasan melingkar/keliling
pipa. Selain itu juga dirasa perlu dilakukan
analisa untuk mengetahui distribusi
tegangan sisa dan distorsi. Simulasi yang halangan dalam yang terjadi karena
akan dilakukan adalah dengan pemanasan dan pendinginan setempat pada
membandingkan variasi posisi pemasangan bagian kontruksi yang bebas dan kedua
tanggem dan akan dipilih hasil yang paling adalah tegangan sisa oleh adanya halangan
baik. luar, yang terjadi karena perubahan bentuk
dan penyusutan dari konstruksi. Tegangan
2. TINJAUAN PUSTAKA sisa dan perubahan bentuk yang terjadi
sangat mempengaruhi sifat dan kekuatan dari
2.1 Termal Las sambungan, karena itu usaha untuk mengatur
Pada proses pengelasan perubahan dan mengurangi tegangan sisa dan perubahan
temperatur pada daerah yang mengalami bentuk harus mendapatkan perhatian utama.
kontak langsung dengan busur las
berlangsung dengan sangat cepat sehingga 2.3 Deformasi Pada Pengelasan
menciptakan perbedaan temperatur dengan Faktor-faktor yang mempengaruhi
daerah di dekatnya. Segera setelah perbedaan deformasi selama pengelasan dapat dibagi
temperatur terjadi panas mulai mengalir ke dua. Yang pertama sangat erat hubungannya
sekitar daerah pengelasan yang mempunyai dengan masukan panas pengelasan antara
temperatur lebih rendah sehingga terjadi lain tegangan listrik, arus listrik, kecepatan
distribusi panas ke daerah sekitar alur las. pengelasan, tebal material, ukuran dan jenis
Distribusi temperatur yang terjadi pada saat elektroda. Faktor yang kedua disebabkan
proses pemanasan maupun pendinginan tidak adanya penahan atau penghalang pada
merata pada seluruh material. Distribusi yang sambungan las antara lain bentuk, ukuran
tidak merata ini terjadi baik dalam hal serta susunan dari batang-batang penahan
tempatnya pada material maupun bila (stopper) dan welding sequence atau urutan
ditinjau dari segi waktu terjadinya. pengelasan.
Ketidakmerataan distribusi temperatur inilah
yang menjadi penyebab timbulnya deformasi 2.4 Metode Elemen Hingga
pada struktur las. Sehingga untuk dapat
Metode elemen hingga merupakan
menyelesaikan berbagai persoalan dari
metode numerik yang digunakan untuk
tegangan dan deformasi hasil pengelasan
menyelesaikan permasalahan dalam bidang
harus diketahui dahulu bagaimana distribusi
rekayasa seperti geometri, pembebanan dan
dari temperatur yang dihasilkan terhadap
sifat-sifat dari material yang sangat rumit.
material las.
Hal ini sulit diselesaikan dengan solusi
analisa matematis. Pendekatan metode
2.2 Tegangan Sisa
element hingga adalah menggunakan
Tegangan yang muncul pada material
informasi-informasi pada titik simpul (node).
selama proses pengerjaan biasa disebut
Dalam proses penentuan titik simpul yang di
tegangan dalam, tegangan sisa atau tegangan
sebut dengan pendeskritan (discretization),
yang terjebak dalam material, proses
suatu sistem di bagi menjadi bagian-bagian
pengerjaan ini bisa berupa proses
yang lebih kecil, kemudian penyelesaian
pemotongan, bending maupun pengelasan.
masalah dilakukan pada bagian-bagian
Tegangan dalam atau tegangan sisa adalah
tersebut dan selanjutnya digabung kembali
tegangan yang bekerja pada material
sehingga diperoleh solusi secara menyeluruh.
meskipun tidak ada gaya luar yang bekerja
pada benda tersebut dan tegangan ini bersifat
3. METODOLOGI PENELITIAN
tetap selama tidak ada proses stress relieving.
Tegangan sisa yang terjadi karena pengelasan 3.1 Data Ukuran Material
ini dibagi dalam 2 kelompok, yaitu : Pertama
adalah tegangan sisa oleh karena adanya
Dimensi pipa yang digunakan untuk • Panjang pipa (LOA) = 350 mm
pemodelan pengelasan pada penelitian ini • Tebal pipa = 8.8 mm
adalah sebagai berikut :
• Diameter luar pipa = 203 mm
A1
• q1 = q e
Af
dimana,
Q = heat input bersih
ή = efisiensi pengelasan
U = voltase
I = kuat arus
Af = luas area pembebanan
b = lebar kampuh
v = kecepatan pengelasan
t = waktu pengelasan per elemen
Gambar 1. Dimensi model pipa Ae = luas penampang elektroda
D = diameter elektroda
3.2 Data Parameter Pengelasan A1 = luas satu elemen
Jenis pengelasan yang digunakan pada p = panjang satu elemen
penelitian ini adalah SMAW (Shielded Metal l = lebar satu elemen
Arc Welding). Data parameter pengelasan q1 = heat flux
yang lebih spesifik adalah sebagai berikut :
dari hasil perhitungan diperoleh besarnya
• Kecepatan pengelasan = 5 mm/detik
heat flux untuk masing-masing layer adalah
• Kuat arus = 180 A
• Layer 1 = 1,59 x 108 Watt/ m2
• Voltage = 24 V
• Layer 2 = 1,51 x 108 Watt/ m2
• Efisiensi pengelasan = 85%
• Layer 3 = 2,03 x 108 Watt/ m2
• Diameter elektroda = 2.6 mm
4.2 Validasi Model
3.3 Simulasi Pengelasan
Pemodelan pada penelitian ini akan
Pada program ANSYS 11.0 simulasi
divalidasi dengan hasil penelitian S. Nadimi.
pengelasan dilakukan dengan dua tahap.
Tujuan dari validasi ini adalah untuk melihat
Tahap pertama adalah pemodelan termal
apakah model dalam penelitian ini sudah
dimana input yang digunakan berhubungan
benar (valid) atau belum, model dikatakan
dengan suhu pengelasan seperti thermal
sudah valid bila hasilnya mendekati hasil dari
properties material dan heat flux. Sedangkan
penelitian S. Nadimi. Ada dua hal yang
tahap kedua adalah pemodelan struktural
digunakan sebagai validasi yaitu kurva hoop
dimana input yang digunakan berhubungan
stress dan kurva axial stress.
dengan mechanical properties material
seperti modulus elastisitas dan poisson’s 200
ratio. 150
100
4. PEMODELAN ANSYS
50
S tress (M P a)
-150
• Q =ήUI
•
-200
Af = b x v x t Jarak dari Weld Center (m)
1 2
• Ae = πD Gambar 2. Kurva Hoop Stress
4
• A1 = p x l
Q
• qe =
Ae
300
• Variasi 1 (pemasangan tanggem 180º)
200
100
Stress (MPa)
0
-0.03 -0.02 -0.01 0 0.01 0.02 0.03 ANSYS Tugas Akhir
Penelitian S. Nadimi
-100
-200
-300
-400
Jarak dari Weld Center (m)