Anda di halaman 1dari 138

SKRIPSI

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN SCABIES TERHADAP


PENGETAHUAN DAN PERILAKU SANTRI DALAM
PENCEGAHAN SCABIES DI PONDOK
PESANTREN AS’AD
KOTA JAMBI

Penelitian Keperawatan Komunitas

Oleh :

ARIS PURWO PRIYANTO


2008 21 013

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAITURRAHIM
JAMBI
2012
SKRIPSI

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN SCABIES TERHADAP


PENGETAHUAN DAN PERILAKU SANTRI DALAM
PENCEGAHAN SCABIES DI PONDOK
PESANTREN AS’AD
KOTA JAMBI

Penelitian Keperawatan Komunitas

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan


Pada Program Studi Ilmu Keperawatan

Oleh :

ARIS PURWO PRIYANTO


2008 21 013

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAITURRAHIM
JAMBI
2012
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi Dengan Judul :

Pengaruh Pendidikan Kesehatan Scabies terhadap Pengetahuan


dan Perilaku Santri Dalam Pencegahan Scabies di Pondok
Pesantren As’ad Kota Jambi

Di susun oleh :

ARIS PURWO PRIYANTO


2008 21 013

Telah Dipertahankan dan diuji di depan Dewan Penguji Skripsi


Pada hari Jum’at, Tanggal 7 September 2012
Dan dinyatakan telah lulus dan memenuhi syarat

Menyetujui Menyetujui
Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Mila Triana Sari, S.Kep, M.kep Ns. Dwi Yunita R, S.Kep
NPP. 00895 NPP.13211

Mengetahui Mengetahui
Ketua STIKBA a.n Ka. Prodi Ilmu Keperawatan
Sekretaris

Ir. H. Zafrullah Zein, MS Ns. Rakhmalini, S.Kep


NPP : 007007 NPP. 13111
LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi Dengan Judul :

Pengaruh Pendidikan Kesehatan Scabies terhadap Pengetahuan


dan Perilaku Santri Dalam Pencegahan Scabies di Pondok
Pesantren As’ad Kota Jambi

Di susun oleh :

ARIS PURWO PRIYANTO


2008 21 013

Dipertahankan dan diuji di depan Dewan Penguji Skripsi


Pada hari Jum’at, Tanggal 7 September 2012
Dan dinyatakan telah lulus dan memenuhi syarat

Dewan Penguji

Ns. Mila Triana Sari, S.Kep, M.Kep Ketua Sidang


Ns. Dwi Yunita R, S.Kep Sekretaris
Ns. Netha Damayanti, S.Kep, M.Kep Penguji Utama
Ns. Fitriyani, S.Kep Anggota I
Ns. Alvi Hamdi, S.Kep Anggota II
KATA PERSEMBAHAN

Alhamdulillah Puji dan Syukur kita Panjatkan untuk Allah SWT yang Maha
Pengasih dan Maha Penyayang yang Memberikan Nafas Kehidupan dan
Selalu Menemaniku
dalam Setiap Langkah Hidupku.

“…Terkadang Lelah sering Memintaku untuk Menyerah, Tapi Hati Berkata


Kamu Takkan Kalah Karena Sesungguhnya Semua Masa Depan ada di
Hadapanmu Melangkahlah dan Jangan Terpuruk Oleh Kesulitan Syukurilah
Kesulitan, Karena Terkadang Kesulitan Menghantarkan Kita Pada Hasil
yang Lebih Baik dari apa yang Kita Bayangkan,…”

Ayah dan Ibu yang Tersayang,,,! Segala Amanah, Do’a, Harapan,


serta Kerja Kerasmu Kini Telah Membawaku pada Gerbang Keberhasilan,
Inilah Yang Mampu Anakmu Berikan dengan Semua Harapan dan Do’a (Ibu
dan Ayah) semua ini ku Persembahkan.
…Ayah dan Ibu mungkin Semua yang ku Berikan tak Mampu Membalas
jasa, kerja keras dan pengorbananmu, namun setiap amanah, nasehat
kalian selalu ku jadikan kekuatan dalam setiap langkahku tuk mencapai
cita-cita…
“…Terimakasih Ayah dan Ibu Semoga Allah SWT selalu memberikan
kesehatan kepada ayah dan ibu…”

Buat Sahabat Sahabat yang telah ada selama ini, kalian semua the best
dan akan selalu menjadi Sahabat yang tak terlupakan. Terimakasih untuk
Bantuan kalian selama ini, Buat anak-anak Jaringan Cowok-Cowok Keren
(JANCOK) smoga cita-cita kita semua akan terwujud walaupun berat dan
tak mudah, tapi jika bersama kita pasti bisa.
“…Jangan Terlalu Memikirkan Apa dan Bagaimana yang Terjadi di Masa
Depan, tak Peduli Bagaimana Kamu Merencanakannya, Rencana Tuhan
Lebih baik dari rencanamu…”

Untuk Semua Sahabat angkatan 2008 yang sedang berjuang tetap


semangat dan jangan patah semangat Semoga Keberhasilan Menyertai
kita Semua ….amin ya robbalalamin.
SURAT PERNYATAAN

Yang bartanda tangan di bawah ini :

Nama : ARIS PURWO PRIYANTO


NPM : 2008 21 013
Program Studi : Ilmu Keperawatan

Menyatakan bahwa skripsi dengan judul :


“ Pengaruh Pendidikan Kesehatan Scabies Terhadap Pengetahuan dan
Perilaku Santri dalam Pencegahan Scabies di Pondok Pesantren As’ad Kota
Jambi Tahun 2012”

Adalah hasil karya saya sendiri dan saya susun tanpa tindakan plagiarism sesuai
dengan peraturan yang berlaku di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Baiturrahim
Jambi.

Demikianlah pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila dikemudian


hari ternyata apa yang saya nyatakan tidak benar maka saya siap menerima sangsi
akademik yang di jatuhkan oleh Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Baiturrahim
Jambi kepada saya berupa pembatalan kelulusan, pencabutan ijazah beserta gelar
yang melekat.

Jambi, 7 September 2012

(ARIS PURWO PRIYANTO)

i
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAITURRAHIM JAMBI
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
TAHUN 2012

ABSTRAKS

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN SCABIES TERHADAP


PENGETAHUAN DAN PERILAKU SANTRI DALAM
PENCEGAHAN SCABIES DI PONDOK
PESANTREN AS’AD
KOTA JAMBI

ARIS PURWO PRIYANTO, dibawah bimbingan


Ns. Mila Triana Sari, S.Kep, M.kep*) dan Ns. Dwi Yunita Rahmadhani, S.Kep**)

Scabies (gudik) adalah penyakit kulit menular yang disebabkan oleh


Sarcoptes scabiei. Dibeberapa negara yang sedang berkembang, prevalensi
skabies sekitar 6 % - 27 % dari populasi umum dan cenderung tinggi pada anak-
anak serta remaja. Penyakit scabies merupakan penyakit kulit kedua tersering di
provinsi Jambi.
Penelitian ini di lakukan untuk mengetahui “Pengaruh Pendidikan
Kesehatan Scabies Terhadap pengetahuan dan Perilaku santri dalam pencegahan
scabies di pondok pesantren As’ad Kota Jambi”. Penelitian ini menggunakan
rancangan pra-eksperiment one group pretest-posttest, dengan memberikan
intervensi berupa pendidikan kesehatan scabies kepada santri di pondok pesantren
As’ad Kota Jambi, dengan teknik pemilihan sampel adalah purposive sampling.
Dari penelitian didaptkan bahwa adanya pengaruh yang signifikan antara
pendidikan kesehatan scabies terhadap pengetahuan santri dalam pencegahan
scabies di pondok pesantren As’ad Tahun 2012 dengan p value = 0,000 dan
adanya pengaruh yang signifikan antara pendidikan kesehatan scabies terhadap
perilaku santri dalam pencegahan scabies di pondok pesantren As’ad Tahun 2012
dengan p value = 0,000.
Dinas kesehatan hendaknya dapat menentukan kebijakan dalam upaya
meningatkan pengetahuan dan perilaku santri terhadap pencegahan scabies di
pondok pesantren melalui berbagai penyuluhan. Pondok Pesantren As’ad
sebaiknya meningkatkan informasi tentang pencegahan scabies khususnya santri
pondok pesantren As’ad.

Kata kunci : Pengetahuan, Perilaku dan Pendidikan Kesehatan Scabies


Daftar pustaka : 37 (2000-2011)

* ) Pembimbing I
* ) Pembimbing II

ii
SCIENCE OF HEALTH STIKBA JAMBI
NURSING SCIENCE PROGRAM
YEAR 2012

ABSTRACT

EFFECT OF HEALTH EDUCATION SCABIES TO KNOWLEDGE AND


BEHAVIOR STUDENTS IN PREVENTION OF SCABIES
AT AS'AD BOARDING SCHOOL JAMBI CITY

ARIS PURWO PRIYANTO, Supervisor


Ns. Mila Triana Sari, S.Kep, M.kep*) and Ns. Dwi Yunita Rahmadhani, S.Kep**)

Scabies is a contagious skin disease caused by Sarcoptes scabiei. In some


developing countries, prevalence of scabies about 6% - 27% of the general
population and tends to be high in children and adolescents. Scabies disease is the
second most common skin diseases in Jambi province.
This research was conducted to determine “Effect of Health Education
Scabies to Knowledge and Behavior Students in Prevention of Scabies at As'ad
Boarding School Jambi City” This research is kind of pra-eksperiment one group
pretest-posttest by providing health education interventions in the form of scabies
to students in As'ad Boarding School Jambi City, with sample selection techniques
is purposive sampling.
From the study found that the presence of a significant effect between
scabies health education to the students knowledge in the prevention of scabies in
As'ad Boarding School in 2012. By p value = 0,000 and a significant effect of
health education scabies the behavior of students in the prevention of scabies in
As'ad Boarding School in 2012. By p value = 0,00.
Health department should be able to set policy in an effort to improve
knowledge and behavior of students in Prevention of Scabies at Boarding School
through various outreach. As'ad Boarding School should improve the information
about the prevention of scabies particularly on students in As'ad Boarding School.

Key words: Knowledge, Behavior and Health Education Scabies


Referension :37 (2002-2011)

* ) Supervisor I
* ) Supervisor II

iii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, peneliti ucapkan sebagai rasa syukur kehadirat Allah SWT,

yang telah memberikan kekuatan dan kesempatan kepada peneliti sehingga dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan judul : “Pengaruh Pendidikan Kesehatan

Scabies terhadap Pengetahuan dan Perilaku Santri Dalam Pencegahan

Scabies di Pondok Pesantren As’ad Kota Jambi”.

Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah Muhammad

SAW, yang telah mengajar dan membimbing umatnya dari segala bentuk kejahilan

dan kebodohan menuju umat yang berbudi luhur dan bermoral serta menjadikan

umatnya agar senantiasa bertaqwa kepada Allah SWT.

Skripsi ini sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan Pendidikan

Sarjana Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Baiturrahim Jambi.

Dalam pembuatan skripsi ini peneliti mengucapkan terima kasih terutama kepada

Pembimbing I Ibu Ns. Mila Triana Sari, S.Kep, M.Kep dan Pembimbing II Ibu

Ns. Dwi Yunita Rahmadhani, S.Kep yang telah banyak meluangkan waktu dan

pikirannya untuk memberikan bimbingan dan arahan sampai selesainya penulisan

Skripsi ini. Selanjutnya melalui tulisan, peneliti ingin menyampaikan ucapan

terima kasih kepada :

1. Bapak dr. H. Fadlan Ma’alip, S.KM, selaku Pembina Perkumpulan

Baiturrahim Jambi.
2. Bapak Ir. Zafrullah Zein, MS, selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Baiturrahim Jambi.

iv
3. Ibu Ns. Mila Triana Sari, S.Kep, M.Kep, selaku Pembantu Ketua I Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan Baiturrahim Jambi.


4. Ibu Ns. Miko Eka Putri, S.Kep, selaku Ketua Program Studi Ilmu

Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Baiturrahim Jambi.


5. Ibu Ns. Dwi Yunita Rahmadhani, S.Kep, selaku Pembimbing II.
6. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Administrasi Program Studi Ilmu

Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Baiturrahim Jambi.


7. Ustad dan Ustazah yang ada di Pondok Pesantren As’ad Kota Jambi.
8. Orang Tua-ku yang ku sayangi, yang memberikan dukungan moril maupun

materil serta doa selama proses penyusunan Skripsi ini.


9. Teman-teman seperjuangan yang telah membantu dalam penyelesaian Skripsi

ini yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu.

Meskipun peneliti telah berusaha semaksimal mungkin dalam penulisan

Skripsi ini namun kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT, karena itu peneliti

menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan peneliti mengharapkan kritik dan

saran yang bersifat membangun.

Semoga Allah SWT, selalu melimpahkan rahmat dan hidayah-nya kepada

kita semua. Amin.

Jambi, 28 Agustus 2012

Peneliti

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN......................................................................... i
SURAT PERNYATAAN............................................................................... ii

v
ABSTRAK.................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR.................................................................................... iv
DAFTAR ISI................................................................................................. vi
DAFTAR TABEL.......................................................................................... ix
DAFTAR BAGAN........................................................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. xi

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah................................................................... 9
C. Tujuan Penelitian..................................................................... 9
D. Mamfaat Penelitian................................................................. 10
E. Ruang Lingkup Penelitian....................................................... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Scabies ........................................12
1. Pengertian Scabies ..........................................................12
2. Etiologi ..........................................................12
3. Epidemiologi ..........................................................13
4. Gambaran Klinis ..........................................................14
5. Klasifikasi ..........................................................14
6. Komplikasi Scabies ..........................................................16
7. Pengobatan ..........................................................16
B. Pencegahan (Preventif) ........................................17
1. Konsep Pencegahan........................................................... 17
2. Pencegahan Scabies........................................................... 18
C. Pendidikan Kesehatan............................................................. 22
1. Definisi ..........................................................................22
2. Hakekat Pendidikan Kesehatan......................................... 23
3. Unsur-unsur Pendidikan Kesehatan................................... 24
4. Tujuan Pendidikan Kesehatan........................................... 24

vi
5. Dimensi Pendidikan Kesehatan......................................... 24
6. Metode Pendidikan Kesehatan.......................................... 25
7. Aplikasi Pendidikan Kesehatan Dalam Komunitas........... 27
D. Pengetahuan ..............................................................33
1. Pengertian ...............................................33
2. Tingkat Pengetahuan ...............................................34
3. Cara Memperoleh Pengetahuan......................................... 36
4. Proses Perilaku “tahu” ...............................................37
E. Perilaku Kesehatan.................................................................. 40
1. Perilaku Pemeliharaan Kesehatan (healt maintenance)...... 40
2. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas
pelayanan kesehatan, atau sering disebut perilaku
pencarian pengobatan (health seeking behavior)
............................................................................................
............................................................................................
41
3. Perilaku kesehatan lingkungan ......................................... 41
F. Kerangka Teori ........................................................................ 45

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


a. Kerangka Konsep.................................................................... 46
b. Defenisi Operasional............................................................... 47
c. Hipotesis.................................................................................. 48
d. Tempat dan Waktu Penelitian.................................................. 48
e. Desain Penelitian..................................................................... 48
f. Populasi dan Sampel............................................................... 49
g. Instrument Penelitian.............................................................. 50
h. Teknik Pengumpulan Data...................................................... 51
i. Tahap penelitian atau Prosedur Penelitian.............................. 52
j. Teknik Pengolahan Data......................................................... 53
k. Analisa Data............................................................................ 54
l. Etika Penelitian ...................................................................... 56

vii
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Pondok Pesantren As’ad Kota Jambi......... 57
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan............................................ 58
1. Analisis Univariat .............................................................. 58
a. Pengetahuan................................................................... 58
b. Perilaku.......................................................................... 62
2. Analisis Bivariat.................................................................. 66
a. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Scabies terhadap
Pengetahuan santri sebelum (pre test)dan setelah (post
test) Diberikan Pendidikan Kesehatan
.......................................................................................
.......................................................................................
66
b. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Scabies terhadap
Perilaku santri sebelum (pre test)dan setelah (post
test) Diberikan Pendidikan Kesehatan
.......................................................................................
.......................................................................................
68

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan............................................................................... 71
B. Saran ......................................................................................... 72

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

viii
Tabel 1.1 Jumlah Kasus Scabies di Kota Jambi Tahun 2009-2011........... 3
Tabel 1.2 Jumlah Kasus Scabies di pondok pesantren As’ad Kota Jambi
Tahun 2009 s/d 2011
...................................................................................................
...................................................................................................
5
Tabel 3.2 Defenisi Operasional.................................................................. 47
Tabel 4.1 Skor Pengetahuan Pada Santri Sebelum Dan Setelah di
Berikan Pendidikan Kesehatan di Pondok Pesantren As’ad
Kota Jambi...
...................................................................................................
...................................................................................................
58
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Santri sebelum dan setelah
diberikan Pendidikan Kesehatan Scabies di Pondok
Pesantren As’ad Kota Jambi Tahun 2012
...................................................................................................
...................................................................................................
60
Tabel 4.3 Skor Perilaku Santri Sebelum Dan Setelah di Berikan
Pendidikan Kesehatan di Pondok Pesantren As’ad Kota
Jambi...
...................................................................................................
...................................................................................................
62
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Perilaku Santri sebelum dan setelah
diberikan Pendidikan Kesehatan Scabies di Pondok
Pesantren As’ad Kota Jambi Tahun 2012
...................................................................................................
...................................................................................................
64
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Santri Tentang Pencegahan
Scabies Sebelum dan Sesudah diberikan Pendidikan

ix
Kesehatan di Pondok Pesantren As’ad Kota Jambi..
...................................................................................................
...................................................................................................
66
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Perilaku Santri Tentang Pencegahan
Scabies Sebelum dan Sesudah diberikan Pendidikan
Kesehatan di Pondok Pesantren As’ad Kota Jambi..
...................................................................................................
...................................................................................................
68

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Langkah-langkah perencanaan……………………………….. 31


Bagan 2.2 Kerangka Teori……………………………………………….. 45
Bagan 3.1 Kerangka Konsep…………………………………………….. 46

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Jadwal Kegiatan Penyusunan Skripsi


Lampiran 2 : Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 3 : Informed Consent
Lampiran 4 : Kuesioner
Lampiran 5 : Satuan Acara Penyuluhan (SAP)
Lampiran 6 : Panduan Fokus Group Discussion (FGD)
Lampiran 7 : Modul Pendidikan Kesehatan Scabies
Lampiran 8 : Leflet
Lampiran 9 : Hasil Analisis Univariat
Lampiran 10 : Hasil Analisis Bivariat Pengetahuan dan Perilaku
Lampiran 11 : Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Lampiran 12 : Power Point Penyuluhan
Lampiran 13 : Surat Izin Pengambilan Data Dinas Kesehatan Kota Jambi
Lampiran 14 : Surat Mohon Izin Meyebarkan Kuesioner

xi
Lampiran 15 : Surat Mohon Izin Penelitian.
Lampiran 16 : Surat Rekomendasi Mengadakan Riset/Penelitian dari
KESBANGPOL Kota Jambi.
Lampiran 17 : Surat Keterangan Selesai Melakukan Penelitian dari
Pondok Pesantren As’ad Kota Jambi.
Lampiran 18 : Surat Keterangan Telah Melakukan Uji Validitas dari.
Pondok Pesantren Sa’adatuddaren Kota Jambi.
Lampiran 19 : Lembar konsultasi / Bimbingan Skripsi
Lampiran 20 : Dokumentasi

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kulit merupakan bagian tubuh manusia yang cukup sensitif terhadap

berbagai macam penyakit. Penyakit kulit bisa disebabkan oleh banyak faktor

diantaranya, faktor lingkungan dan kebiasaan hidup sehari-hari. Lingkungan yang

sehat dan bersih akan membawa efek yang baik bagi kulit. Demikian pula

sebaliknya, lingkungan yang kotor akan menjadi sumber munculnya berbagai

macam penyakit (Faulkner dalam Rahmawati, 2009).


Penyakit yang dapat berkembang pada keadaan lingkungan yang padat

penduduk dan personal hygiene yang buruk antara lain; diare, disentri, penyakit

cacingan, poliomyelitis, hepatitis A, kolera, thypoid, leptospirosis, malaria,

Demam Berdarah Dengue (DBD), dan skabies. Menurut Graham (2005), scabies

(gudik) adalah penyakit kulit menular yang disebabkan oleh Sarcoptes scabiei

varian hominis (sejenis kutu, tungau), ditandai dengan keluhan gatal, terutama

pada malam hari dan ditularkan melalui kontak langsung atau tidak langsung

melalui bekas alas tidur atau pakaian.


Menurut Kenneth dalam Kartika (2008), laporan kasus penyakit scabies di

berbagai belahan dunia masih sering ditemukan pada keadaan lingkungan yang

padat penduduk, status ekonomi rendah, tingkat pendidikan yang rendah dan

kualitas hygiene pribadi yang kurang baik.


Penyakit scabies dapat ditemukan di semua negara dengan prevalensi yang

bervariasi. Dibeberapa negara yang sedang berkembang, prevalensi skabies

sekitar 6 % - 27 % dari populasi umum dan cenderung tinggi pada anak-anak serta

1
2

remaja (Sungkar dalam Kartika, 2008). Penyakit skabies tersebar luas di seluruh

dunia terutama pada daerah-daerah yang erat sekali kaitannya dengan lahan kritis,

kemiskinan serta rendahnya sanitasi. Sebanyak 300 juta orang per tahun di dunia

dilaporkan terserang scabies (Wardhana, 2006).


Indonesia termasuk negara berkembang, dari data yang di peroleh ternyata

infeksi kulit sering di jumpai baik di desa maupun di kota. Pada tahun 2002

scabies menempati peringkat ketiga dari 12 penyakit kulit yag sering terjadi yaitu

sebesar 4,60%-12,95% (Muslim dalm Ningsih, 2011). Kondisi kota yang padat

penduduk seperti Jakarta merupakan faktor pendukung perkembangan scabies.

Berdasarkan pengumpulan data Kelompok Studi Dermatologi Anak Indonesia

(KSDAI) tahun 2001, dari 9 rumah sakit kota besar di Indonesia, jumlah penderita

scabies terbanyak di dapatkan di Jakarta yaitu 335 kasus dari 3 rumah sakit

(Mansyur, 2007).

Menurut data dari setiap Puskesmas di Kota Jambi scabies tercatat sebagai

penyakit kulit kedua tersering. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas

Kesehatan Kota Jambi, penyakit kulit scabies banyak di temukan, pada tahun

2008 penderita penyakit kulit scabies di Kota Jambi sebanyak 1743 orang, pada

tahun 2009 sebanyak 1066 orang, dan pada tahun 2010 jumlah penderita penyakit

kulit scabies di Kota Jambi tercatat sebanyak 1581 orang (Dinkes Kota Jambi

dalam Ningsih, 2010). Untuk lebih rinci dapat dilihat pada tabel 1.1 berikut :

Tabel 1.1 Jumlah Kasus Scabies di Kota Jambi Tahun 2009-2011


Kejadian Penyakit
No Puskesmas Tahun
Tahun 2009 Tahun 2010
2011
1. Aur Duri 12 0 8
2. Kenali Besar 25 13 42
3

3. Kebun Handil 1 10 8
4. Kebun Kopi 39 13 15
5. Koni 5 5 5
6. Olak Kemang 239 598 523
7. Payo Selincah 19 19 13
8. Paal V 15 0 5
9. Paal X 14 34 10
10. P.I 21 41 6
11. P.II 5 26 42
12. P.Baru 75 122 108
13. P.Ayu 0 0 73
14. Rawa Sari 0 44 34
15. Simpang kawat 188 101 18
16. S IV Sipin 10 37 25
17. Tahtul Yaman 302 279 417
18. Tanjung Pinang 82 218 202
19. Talang Bakung 11 20 154
20. Talang Banjar 3 1 1
Jumlah 1066 1581 1709
Sumber : Dinas kesehatan Kota Jambi Tahun 2012

Berdasarkan Tabel 1.1 di atas di dapatkan bahwa Wilayah Kerja

Puskesmas Olak Kemang banyak terjadi kasus scabies sampai dengan tahun

2011.
Pesantren adalah suatu tempat yang tersedia untuk para santri dalam

menerima pelajaran-pelajaran agama Islam sekaligus tempat berkumpul dan

tempat tinggalnya (Qomar, 2007). Santri adalah sebutan bagi murid yang

mengikuti pendidikan di pondok pesantren. Kebanyakan muridnya tinggal di

asrama yang disediakan di sekolah itu. Image yang selama ini berkembang di

masyarakat bahwa pondok pesantren merupakan tempat kumuh, kondisi

lingkungannya tidak sehat, dan pola kehidupan yang ditunjukkan oleh santrinya
4

sering kali kotor, lusuh dan sama sekali tidak menunjang pola hidup yang sehat.

Beberapa sifat buruk yang susah sekali ditinggalkan oleh para santri terlebih pada

santri putra yaitu kebiasaan tidur hingga lupa waktu dan pola hidup kotor karena

malas bersih-bersih. Penyakit scabies sering sekali ditemukan pada pondok

pesantren karena anak pesantren gemar sekali bertukar atau pinjam-meminjam

pakaian, handuk, sarung bahkan bantal, guling dan kasurnya kepada sesamanya,

sehingga disinilah kunci akrabnya penyakit ini dengan dunia pesantren (Muzakir,

2008).
Di wilayah kerja Puskesmas Olak Kemang hanya terdapat satu

pemondokan yang memiliki jumlah santri Aliyah yang banyak yaitu 532 orang

santri pada tahun 2011. Pondok Pesantren As’ad yang memiliki jumlah populasi

santri yang banyak dengan 3 tingkatan, yaitu Ibtidaiyah, Tsanawiyah, Aliyah, dan

memiliki penurunan masalah penyakit scabies meskipun dalam tahunnya Pondok

Pesantren As’ad menunjukkan peningkatan kasus scabies tetapi bukan

peningkatan yang signifikan. Berikut adalah jumlah kasus scabies yang ada di

pondok pesantren As’ad Kota Jambi dari tahun 2009 s/d 2011. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada table di bawah ini :

Tabel 1.2 Jumlah Kasus Scabies di pondok pesantren As’ad Kota


Jambi Tahun 2009 s/d 2011 .

No Tahun Kasus
1 2009 173
2 2010 185
3 2011 198
Jumlah 556
Sumber : Klinik Pondok Pesantren As’ad Kota Jambi Tahun 2012
5

Berdasarkan tabel 1.2 di atas jumlah kasus scabies yang terjadi di Pondok

Pesantren As’ad mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari tahun 2009

s/d 2011 dengan jumlah santri aliyah 253 pada tahun 2012.
Pengetahuan seseorang akan mempengaruhi perilakunya, sesuai dengan

teori Lawrence Green bahwa perilaku masyarakat tentang kesehatan di antaranya

di temukan oleh pengetahuan, sikap, dan kepercayaan, selain itu ketentuan dalam

fasilitas, sikap dan perilaku petugas kesehatan akan mendorong terbentuknya

perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2010).


Sebagai salah satu upaya dalam menanggulangi penyebaran penyakit

scabies salah satunya adalah dengan cara memberikan pendidikan kesehatan

tentang penyakit ini. Pendidikan kesehatan adalah suatu kegiatan atau usaha

menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu.

Dengan harapan bahwa dengan adanya pesan tersebut, maka masyarakat,

kelompok atau individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang

lebih baik dan pada akhirnya pengetahuan tersebut diharapkan dapat berpengaruh

terhadap perilaku (Ningsih, 2011). Dimana tujuan dari pendidikan kesehatan ini

adalah agar masyarakat, kelompok atau individu dapat berperilaku sesuai dengan

nilai-nilai kesehatan (Notoatmodjo, 2005).


Keberhasilan penderita dalam mencegah penularan penyakit scabies pada

orang lain sangat ditentukan oleh kepatuhan dan keteraturan dalam menjaga

kebersihan diri. Oleh karena itu selama pengobatan dan perawatan diperlukan

tingkat perilaku yang baik dari penderita. Perilaku penderita scabies dalam upaya

mencegah prognosis yang lebih buruk dipengaruhi oleh sikap dan pengetahuannya

tentang penyakit ini. Pengetahuan dan perilaku penderita yang buruk akan
6

menyebabkan kegagalan dalam tindakan penanggulangan penyakit (Rahmawati,

2009).
Apabila scabies tidak segera mendapat pengobatan dalam beberapa

minggu maka akan timbul adanya dermatitis yang diakibatkan karena garukan.

Rasa gatal yang ditimbulkan terutama pada waktu malam hari, secara tidak

langsung akan mengganggu kelangsungan hidup para santri terutama tersitanya

waktu untuk istirahat tidur, sehingga kegiatan yang akan dilakukan pada siang hari

seperti dalam proses belajar akan ikut terganggu. Selain itu, setelah klien sembuh

akibat garukan tersebut akan meninggalkan bercak hitam yang nantinya juga akan

mempengaruhi harga diri klien seperti merasa malu, cemas, takut dijauhi teman

dan sebagainya (Kenneth dalam Kartika, 2008).


Berdasarkan penelitian Aini (2009) dengan judul Hubungan Faktor

Lingkungan dan Perilaku Santri Terhadap Prevalensi Scabies di Pondok Pesantren

Putra Sidogiri kecamatan Kraton-Kabupaten Pasuruan, Hasil yang diperoleh

menunjukkan, kondisi lingkungan (sosial-budaya) (54.1%), perilaku kesehatan

terhadap scabies yaitu tingkat pengetahuan (80.6%), sikap (64.3%) dan personal

hygiene (53.1%) berturut-turut baik dan tindakan terhadap scabies (54.1%) buruk.

Prevalensi scabies diperoleh sebesar 15.3%. Berdasarkan hasil uji korelasi

kontingensi dan chi-square, terdapat hubungan yang signifikan (p<0.05) antara

faktor lingkungan (sosial budaya) dan perilaku kesehatan santri terhadap

prevalensi scabies. Faktor resiko terbesar adalah tingkat pengetahuan terhadap

scabies (PR=6,148). Semakin baik lingkungan (sosial-budaya) dan perilaku

kesehatan santri, maka akan menyebabkan mereka cenderung tidak menderita

scabies.
7

Berdasarkan penelitian terdahulu oleh Ma’rufi (2005) di Pondok Pesantren

Lamongan, dengan judul Faktor Sanitasi Lingkunga tang berperan terhadap

Prevalensi Penyakit Scabies. Penilaian hygiene dalam penelitian tersebut meliputi

frekuensi mandi, memakai sabun atau tidak, pakaian dan handuk bergantian, dan

kebersihan alas tidur. Sebagian besar santri di Pesantren Lamongan (63%)

mempunyai hygiene perorangan yang jelek dengan prevalensi penyakit scabies

73,70%. Perilaku yang tidak mendukung berperilaku hidup bersih dan sehat dalam

mencegah scabies di antaranya adalah sering memakai baju atau handuk

bergantian dengan teman serta tidur bersama dan berhimpitan dalam satu tempat

tidur.

Berdasarkan hasil penelitian Ningsih (2011), yang berjudul Hubungan

Pengetahuan dan Sikap Santri dengan Pencegahan Penyakit Scabies di pondok

pesantren Sa’adatuddaren Kota Jambi, menunjukan bahwa dari 67 responden,

sebanyak 52 responden (77,6%) memiliki pencegahan yang baik terhadap

penyakit scabies, selanjutnya 52 responden (77,6%) memiliki pengetahuan yang

tinggi terhadap penyakit scabies, sedangkan 40 responden (59,7%) memiliki sikap

yang baik terhadap penceghan penyakit scabies. Hasil penelitian menunjukan

bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan sikap santri dengan

pencegahan penyakit scabies.

Survei awal yang dilakukan di Pondok Pesantren As’ad pada 17 Februari

2012, dari 10 santri yang belum terkena scabies yang di wawancarai, diketahui 5

diantaranya memiliki pengetahuan yang kurang mengenai scabies serta bagaimana

mengatasi gatal yang di sebabkan oleh scabies, 3 diantaranya memiliki perilaku


8

kurang peduli atau menganggap biasa terhadap gatal-gatal karena scabies dengan

alasan gatal-gatal yang di alami bisa di obati dan 2 diantaranya sedikit tahu

mengenai scabies karena ada temannya yang pernah di obati karena scabies.

Berdasarkan informasi kepala sekolah, guru, maupun petugas kesehatan yang ada

di klinik pondok pesantren, bahwa di Pondok Pesantren As’ad, masih ada terjadi

kasus penyakit Scabies dan belum pernah ada yang melakukan pendidikan

kesehatan terkait penyakit scabies.

Berdasarkan uraian tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

yang berjudul “Pengaruh pendidikan kesehatan scabies terhadap pengetahuan dan

perilaku santri dalam pencegahan scabies di pondok pesantren As’ad Kota Jambi”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang di uaraikan di atas, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah “Pengaruh

Pendidikan Kesehatan Scabies Terhadap Pengetahuan dan Perilaku santri dalam

Pencegahan Scabies di Pondok Pesantren As’ad Kota Jambi”.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian dibagi menjadi dua, yaitu tujuan umum dan tujuan

khusus.

1. Tujuan Umum
9

Diketahuinya Pengaruh Pendidikan Kesehatan Scabies Terhadap

Pengetahuan dan Perilaku Santri dalam Pencegahan Scabies di Pondok

Pesantren As’ad Kota Jambi”.

2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya gambaran Pengetahuan santri pondok pesantren As’ad Kota

Jambi sebelum diberikan pendidikan kesehatan.


b. Diketahuinya gambaran Pengetahuan santri pondok pesantren As’ad Kota

Jambi setelah diberikan pendidikan kesehatan.


c. Diketahuinya gambaran Perilaku santri pondok pesantren As’ad Kota

Jambi sebelum diberikan pendidikan kesehatan.


d. Diketahuinya gambaran Perilaku santri pondok pesantren As’ad Kota

Jambi setelah diberikan pendidikan kesehatan.


e. Diketahuinya pengaruh pemberian pendidikan kesehatan scabies terhadap

Pengetahuan dan Perilaku sebelum dan setelah diberikan pendidikan

kesehatan Scabies pada santri di pondok pesantren As’ad Kota Jambi.


D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Dinas Pendidikan
Menentukan kebijakan dalam upaya meningkatkan pengetahuan dan perilaku

terhadap scabies kepada santri di Kota Jambi.


2. Bagi Profesi Keperawatan
Dapat menambah informasi tentang pengaruh pendidikan kesehatan terhadap

perubahan-perubahan perilaku penderita dalam pencegahan penyakit scabies

pada santri di Pondok Pesantren.


3. Bagi Pesantren

Dapat dijadikan sebagai salah satu tambahan pengetahuan dan masukan dalam

rangka melakukan tindakan pencegahan penyakit scabies. Sebagai salah satu

tambahan informasi dalam upaya meningkatkan personal hygiene masing-

masing individu dalam rangka untuk mencegah timbulnya penyakit scabies

dan cara pencegahan supaya tidak menular ke santri yang lain.


10

4. Bagi Peneliti

Memperkaya sarana penerapan ilmu pengetahuan yang didapat selama

pendidikan dan memberikan pengalaman yang berharga dan meningkatkan

wawasan penulis dalam melakukan penelitian kesehatan.

E. Ruang lingkup

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang di lakukan untuk

mengetahui “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Scabies Terhadap pengetahuan dan

Perilaku santri dalam pencegahan scabies di pondok pesantren As’ad Kota Jambi”.

Penelitian ini menggunakan pendekatan pra-eksperiment one group pretest-

posttest desain, dengan memberikan intervensi berupa pendidikan kesehatan

scabies kepada santri di pondok pesantren As’ad Kota Jambi. Penelitian ini telah

dilaksanakan pada tanggal 4 s/d 28 Juli 2012., dengan teknik pemilihan sampel

adalah purposive sampling. Populasi dalam penelitian ini adalah semua santri

Aliyah yang ada di pondok pesantren As’ad sebanyak 532 orang, dengan jumlah

sampel 30 orang dan dianalisis secara univariat dan bivariat menggunakan uji

statistik (paired t-test).


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Scabies
1. Pengertian Scabies
Scabies berasal dari bahsa latin yang juga dikenal dengan nama

keropeng, kudis, gatal agogo, gudik, budukan atau the itch (Graham,

2005). Scabies adalah infeksi kulit yang di sebabkan oleh sarcoptes

scabiei tungau (mite) berukuran kecil yang hidup didalam kulit penderita

(Soedarto, 2009).
2. Etiologi
Penyakit scabies ini sudah di kenal lebih dari 100 tahun yang lalu

sebagai akibat infestasi tungau yang di namakan Acarus Scabiei termasuk

Filum Antropoda, kelas Arachnida, Ordo Acarina, super family Sarcoptes

(Sudirman, 2006).
Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval,

punggungnya cenbung dan bagian perutnya rata. Tungau ini translusen,

berwarna putih kotor, dan tidak bermata. Ukurannya, yang betina berkisar

antara 330-350 mikron x 250-350 mikron, sedangkan yang jantan lebih

kecil, yakni 200-240 mikron x 150-200 mikron. Bentuk dewasa

mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang kaki di depan sebagai alat melekat

dan 2 pasang kaki kedua pada betina berahir dengan rambut, sedangkan

pada yang jantan pasangan kaki ketiga berahir dengan rambut dan keempat

berahir dengan perekat. (Djuanda, 2007).


Setelah melakukan kopulasi yang jantan mati dan yang betina

gravid telur akan menetas dan keluar larva dengan 3 pansang kaki. Larva

12
12

ini akan meneruskan membuat terowongan ke arah lateral dengan

kecepatan 2-3 milimeter sehari sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir

sampai menapai jumlah 40 atau 50, telur akan menetas, biasanya dalm

waktu 3-5 hari, dan menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki, 2-3 hari

larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina

dengan 4 pasang kaki lalu menjadi dewasa. Lingkaran hidup berlangsung

8-12 hari dan tungau betina dapat hidup 2-3 minggu sampai 1 bulan.

(Djuanda, 2007).
3. Epidemiologi
Penyakit ini ditemukan kosmoplit dan di Indonesia banyak terdapat

di kampung-kampung, di penjara, atau asrama dan panti asuhan yang

kurang terjaga kebersihannya. Penyakit scabies bisa terjadi di seluruh

kampung (Rosdiana, 2009).


Faktor yang menunjang perkembangan penyakt ini antara lain

sosial ekonomi yang rendah, hygiene yang buruk, hubungan seksual dan

perkembangan demografi serta ekologi. Selain itu faktor penularanya biasa

melalui tidur bersama dengan penderita scabies dalam satu tempat tidur,

lewat pakaian, perlengkapan tidur atau benda-benda lain. Cara penularan

(transmisi) : kontak langsung misalnya berjabat tangan, tidur bersama dan

kontak seksual. Kontak tidak langsung misalnya melalui pakaian, handuk,

seprei, bantal, dan lain-lain (Djuanda, 2007).


4. Gambaran klinis
Gejala klinis yang menjadi dasar diagnosis scabies adalah rasa

gatal yang hebat, yang terutama terjadi pada malam hari. Lokasi kelainan

kulit yang sering di jumpai adalah di daerah sela-sela jari tangan dan kaki,

ketiak, daerah umbilicus, dan sekitar putting susu.


13

Infeksi sekunder sering terjadi berupa radang kulit bernanah

(piodermi). Kerokan kulit yang di periksa di bawah mikroskop akan

menunjukan adanya parasit yang spesifik bentuknya (Soedarto, 2009).


5. Klasifikasi
Menurut Sudirman (2006) scabies dapat di klasifikasikan sebagai

berikut :
a. Scabies pada orang bersih (Scabies in the clean)
Tipe ini sering di temukan bersama dengan penyakit menular lain.

Ditandai dengan gejala minimal dan sukar di temukan. Kutu biasanya

menghilang akibat mandi secara teratur.


b. Scabies pada bayi dan anak kecil
Gambaran klinis tidak khas, terowongan sulit ditemukan namun

vesikel lebih banyak, dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk kepala,

leher, telapak tangan, telapak kaki.

c. Scabies noduler (Nodular scabies)


Lesi berupa nodul coklat kemerahan ynag gatal pada daerah tertutup.

Nodul dapat bertahan beberapa bulan hingga beberapa tahun walaupun

telah diberikan pengobatan anti scabies.


d. Scabies in cognito
Scabies akibat pengobatan dengan menggunakan kortikosteroid topical

atau sistemik. Pemberian obat ini hanya dapat memperbaiki gejala

klinik (rasa gatal) tetapi penyakitnya tetap ada dan menular.


e. Scabies yang di tularkan oleh hewan (Animal transmited scabies)
Gejala ringan rasa gatal kurang, tidak timbul terowongan, lesi terutama

terdapat pada tempat-tempat kontak, dapat sembuh sendiri bila

menjauhi hewan tersebut dan mandi yang bersih.


f. Scabies krustosa (cruster scabies / scabies keratorik)
Tipe ini jarang terjadi, namun bila di temui kasus ini, dan terjadi

keterlambatan diagnosis maka kondisi ini akan sangat menular.


g. Scabies terbaring di tempat tidur (Bed ridden)
14

Penderita penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa harus terbaring

di tempat tidur dapat menderita scabies yang lesinya terbatas.


h. Scabies yang di sertai penyakit menular lain
Apabila ada scabies di daerah genital perlu di cari kemungkinan

penyakit menular seksual yang lain, dimulai dengan pemeriksaan

biakan atau gonore dan pemeriksaan serologi untuk sifilis.

i. Scabies dishidrosifrom
Jenis ini di tandai oleh lesi berupa kelompok vesikel dan pustule pada

tangan dan kaki yang sering berulang dan selalu sembuh dengan obat

antiscabies (Sudirman, 2006).


6. Komplikasi scabies
Bila scabies tidak di obati selama beberapa minggu atau bulan,

dapat timbul dermatitis akibat garukan. Erupsi dapat berbentuk impetigo,

ektima, selulitis, limfagotis dan furunkel. Infeksi bakteri pada bayi dan

anak kecil yang diserang scabies dapat menimbulkan komplikasi pada

ginjal. Glomerunofritis dapat terjad pada anak bayi yang mengalami

infeksi sekunder. (Hetharia, 2009)


7. Pengobatan
Merupakan suatu hal yang penting untuk menerangkan kepada

pasien dengan jelas-jelasnya tentang bagiamana memakai obat-obatan

yang di gunakan dan lebih baik lagi bila di sertai penjelasan secara tertulis.
Menurut Robin Graham-Brown (2005) Obat –obat yang dapat di

pakai antara lain :


a. Malation 0,5%
Obat dalam bentuk cairan ini disukai karena tidak mengiritasi kulit

yang mengalami ekskoriasi atau aksema. Bilas sesudah 24 jam.


15

b. Krim Permetrin 5%
Bilas sesudah 8-12 jam, pemakaian tunggal malation atau permetrin

sering efektif, tetapi di anjurkan untuk melakukan pengobatan yang

kedua 7 hari sesudahnya.


c. Emulsi benzyl benzoate
Pengobatan di lakukan 3 kali dalam waktu 24 jam. Pada waktu sore

hari oleskan emulsi mulai dari leher sampai jari kaki. Biarkan

mengering, lakukan pengolesan lapisan yang kedua. Pagi berikutnya

lakukan olesan lapisan yang ketiga, dan kemudian bilas benzil benzoat

pada sore hari kedua. Pengobatan dengan cara ini sudah cukup,

sehingga pasien harus diberi penerangan bahwa pemakaian berulang

akan menimbulkan iritasi.


B. Pencegahan Scabies
1. Konsep Pencegahan
Pencegahan (preventif) adalah komponen kunci dari praktik kesehatan

komunitas. Dalam terminologi populer pencegahan berarti menghindari suatu

kejadian sebelum terjadi. Dalam praktik kesehatan komunitas, kita

menggunakan tiga tingkatan pencegahan : primer, sekunder, tersier

(Anderson, 2006).
Pencegahan primer adalah usaha sungguh-sungguh untuk

menghindari suatu penyakit atau tindakan kondisi yang merugikan melalui

kegiatan promosi kesehatan dan tindakan perlindungan. Pencegahan primer

mencakup area penanganan yang sangat luas, termasuk nutrisi, kebersihan,

sanitasi, imunisasi, perlindungan lingkungan dan pendidikan kesehatan umum

(Anderson, 2006).
Pencegahan sekunder adalah deteksi dini dan pengobatann terhadap

kondisi kesehatan yang merugikan. Pencegahan sekunder mungkin saja


16

berhasil mengatasi penyakit yang tidak dapat diobati pada tahap akhir,

mencegah komplikasi dan kecacatan, serta membatasi penyebaran penyakit

menular. Satu komponen penting dalam pencegahan sekunder adalah

skrining, yaitu pemeriksaan terhadap penykit asimtomatik seperti TBC,

Diabetes, dan Hipertensi (Anderson, 2006).


Pencegahan tersier dilakukan jika penyakit atau kondisi tertentu telah

menyebabkan kerusakan pada individu. Tujuan pencegahan tersier adalah

membatasi kecacatan dan merehabilitasi atau meningkatkan kemmpuan

masyrakat semaksimal mungkin. Contoh upaya pencegahan tersier adalah

penyediaan “makanan di atas kendaraan” untuk individu yang harus berada di

rumah, pelayanan terapi fisik untuk penderita stroke, dan konseling kesehatan

mental untuk korban pemerkosaan (Anderson, 2006).


Untuk merencanakan penggunaan metode yang tepat dari pencegahan

perimer, sekunder, dan tersier, para profesional kesehatan komunitas harus

mengkaji terlebih dahulu status kesehatan masyarakat (Anderson, 2006).


2. Pencegahan scabies

Siregar (1996) yang di kutip Muzakir 2008, penyakit ini sangat erat

kaitannya dengan kebersihan dan lingkungan yang kurang baik oleh sebab itu

untuk mencegah penyebaran penyakit ini dapat di lakukan dengan cara:

a. Mandi secara teratur dengan menggunakan sabun.


b. Mencuci pakaian, sprei, sarung bantal, selimut dan lainnya minimal 2

kali dalam seminggu.


c. Menjemur kasur dan bantal minimal 2 minggu sekali.
d. Tidak saling bertukar pakian dan handuk dengan orang lain.
e. Hindari kontak dengan orang-orang atau kain serta pakian yang di

curigai terinfeksi tungau scabies.


f. Menjaga kebersihan rumah dan berventilasi yang cukup.
17

Menjaga kebersihan tubuh sangat penting untuk menjaga infestai

parasit. Sebaiknya mandi dua kali sehari, serta menghindari kontak langsung

dengan penderita, mengingat parasit mudah menular pada kulit. Walaupun

penyakit ini hanya penyakit kulit biasa, dan tidak membahayakan jiwa, namun

penyakit ini sangat menggangu kehidupan sehari-hari.

Bila pengobatan sudah dilakukan secara tuntas, tidak menjamin

terbebas dari infeksi ulang. Menurut Azwar (2003) langkah yang dapat di ambil

adalah sebagai berikut :

a. Suci hamakan sisir, sikat rambut dan perhiasan rambut dengan cara

merendam di cairan antiseptic.


b. Cuci semua handuk, pakian, sprei, dalam air sabun hangat gunakan

seterika panas untuk membunuh semua telurnya, atau di cuci kering

(dry-cleaned).
c. Hindari pemakaian bersam sisir, mukena atu jilbab.

Memberikan beberapa cara pencegahan yang dilakukan penyuluh

kepada masyarakat dan komunitas kesehatan tentang cara penularan, diagnosis

dini dan cara pengobatan penderita scabies dan orang-orang yang kontak

meliputi :

a. Pengawasan penderita, kontak dan lingkungan sekitarnya


b. Laporan kepada Dinas Kesehatan setempat namun laporan resmi jarang

dilakukan.
c. Isolasi santri yang terinfeksi dilarang masuk ke dalam pondok sampai

dilakukan pengobatan. Penderita yang dirawat di Rumah Sakit diisolasi

sampai dengan 24 jam setelah dilakukan pengobatan yang efektif.


18

Disinfeksi serentak yaitu pakaian dan sprei yang digunkan oleh

penderita dalam 48 jam pertama sebelum pengobatan dicuci dengan

menggunakan system pemanasan pada proses pencucian dan pengeringan, hal

ini membunuh kutu dan telur. Tindakan ini tidak dibutuhkan pada infestasi

yang berat. Mencuci sprei, sarung bantal dan pakaian pada penderita (Muzakir,

2008).

Penanggulangan wabah yang terjadi dapat dilakukan dengan beberapa

cara diantaranya :

a. Berikan pengobatan dan penyuluhan kepada penderita dan orang yang

berisiko.
b. Pengobatn dilakukan secara masal
c. Penemuan kasus dilakukan secara serentak baik didalam keluarga,

didalam unit atau institusi militer, jika memungkinkan penderita

dipindahkan.
d. Sediakan sabun, sarana pemandian dan pencucian umum, jika ada sangat

membantu dalam pencegahan infeksi.

Hasil penelitian Muzakir (2008) di pesantren yang ada di Kabupaten

Aceh Besar, dengan hasil penelitian bahwa ada hubungan yang signifikan

antara kebersihan diri dengan kejadian penyakit scabies dimana santri yang

kebersihan dirinya kurang , mempunyai resiko menderita 6,7 kali dibandingkan

dengan santri yang kebersihan dirinya baik.

Menurut Muzakir (2008) agar tubuh tetap sehat kita harus menjaga

kebersihan diri sebagai berikut :

1. Kebiasaan mandi
19

Mandi secara teratur minimal 2x setiap harinya dengan menggunakan sabun

mandi dan air bersih. Mandi yang baik di lakukan sebelum dan sesudah

melaksanakan kegiatan, di tandai dengan rasa yang segar sehabis mandi.

Mandi ini bermanfaat untuk menghilangkan bau, menghilangkan kotoran,

merangsang peredaran darah dan syaraf, melemaskan otot, dan member

kesegaran pada tubuh.


2. Berpakaian yang bersih
Pakaian yang bersih terasa segar karena masih belum terkena kotoran.

Sebaiknya pakaian yang telah kotor dan lembab dapat menimbulkan

penyakit dan mempermudah perkembangan sarcoptes scabiei. Untuk

menjaga kulit dari penyakit hendaknya mengganti pakaian setelah mandi

dan sebelum tidur serta di anjurkan pada saat bekerja didalam dan diluar

ruangan harus menggunakan pakaian yang berbeda, begitu juga pada saat

istirahat pakaian harus tersendiri dan pencuci pakaian sebaiknya setelah

dipakai langsung dicuci. Sebelum pakaian dikenakan, sebaiknya disetrika

terlebih dahulu untuk mematikan kuman dan bakteri.


3. Kebiasaan cuci tangan dan kaki
Tangan dan kaki merupakan organ tubuh yang harus dijaga kebersihannya,

terutama setelah pulang beraktivitas, sebelum makan dan sebelum tidur. Hal

ini dilakukan untuk menghindari masuknya patogen penyebab penyakit

masuk ke dalam tubuh. Dan sebaiknya setelah tanga dan kaki di cuci bersih,

di keringkan menggunakan handuk yang bersih.

Selain memperhatikan kebiasaan mandi, pakaian yang bersih, dan

kebiasaan mencuci tangan dan kaki, pemeliharaan kamar, tempat tidur secara

rutinitas dan tidak menggunakan barang secara bersama. Hal ini akan mengurangi
20

terjadinya penularan penyakit terutama terhadap penyebaran sarcoptes scabiei

melalui kontak tidak langsung seperti melalui pakaian, handuk, alas, tempat tidur,

selimut dan bantal. Untuk itu dianjurkan untuk tidak menggunakan barang-barang

secara bersama dan selalu membersihkan alas dan tempat tidur sebelum dan

sesudah tidur (Mansyur, 2007).

Pendidikan Kesehatan

1. Definisi

Menurut World Health Organization (WHO) dalam buku Wahid

Iqbal M. (2006) : Pendidikan kesehatan adalah proses membuat orang

mampu meningkatkan dan memperbaiki kesehatan mereka.

Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang

dinamis, di mana perubahan bukan sekedar proses transfer materi/teori

dari seseorang ke orang lain dan bukan pula seperangkat prosedur, akan

tetapi perubahan tersebut terjadi karena adanya kesadaran dari dalam diri

individu, kelompok, atau masyarakat sendiri sehingga mereka melakukan

apa yang diharapakan oleh pelaku pendidikan (Wahid Iqbal M. & Nurul C,

2009).

Menurut Notoatmodjo (2003) pendidikan kesehatan adalah suatu

penerapan konsep pendidikan di dalam bidang kesehatan. Dilihat dari segi

kesehatan, pendidikan kesehatan adalah suatu praktek pendidikan.

2. Hakekat Pendidikan Kesehatan : (Notoatmodjo, 2003)


21

a. Merupakan salah satu bentuk pemecahan masalah kesehatan dengan

pendekatan pendidikan, suatu usaha untuk membantu individu,

keluarga atau masyarakat dalam meningkatkan kemampuan atau

perilaku untuk mencapai kesehatan yang optimal.

b. Di dalam pendidikan terjadi proses pertumbuhan, perkembangan,

perubahan kearah yang lebih baik, lebih dewasa, lebih matang pada

individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

c. Merupakan komponen vital dalam Community Health Nursing, sebab

peningkatan pemeliharaan dan perbaikan kesehatan mengandalkan

klien untuk memahami syarat-syarat pemeliharaan kesehatan.

d. Merupakan salah satu kompetensi yang harus dipenuhi oleh tenaga

perawat.

e. Salah satu peranan yang harus dilaksanakan dalam memberikan asuhan

keperawatan.

3. Unsur-unsur Pendidikan : (Mubarak, 2006)

a. Input, adalah sasaran pedidikan : yaitu individu, kelompok,

masyarakat, pendidik, atau pelaku pendidikan.

b. Proses, adalah upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi

orang/peserta didik.

c. Output, adalah melakukan apa yang diharapkan.

4. Tujuan Pendidikan kesehatan

Terjadinya perubahan sikap dan tingkah laku individu, keluarga,

kelompok khusus dan masyarakat dalam membina dan memelihara


22

perilaku hidup sehat dan berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat

kesehatan yang optimal (Mubarak, 2006).

5. Dimensi Pendidikan Kesehatan: (Mubarak, 2006)

a. Sasaran :

1) Pendidikan kesehatan individual dengan sasaran individu

2) Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok

3) Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat

b. Tempat pelaksanaan

1) Pendidikan kesehatan di sekolah, dilaksanakan di sekolah dengan

sasaran siswa sekolah

2) Pendidikan kesehatan di sarana kesehatan, dilaksanakan di Rumah

Sakit atau Puskesmas dengan sasaran pengunjung sasaran

kesehatan tersebut.

3) Pendidikan kesehatan di tempat kerja dilaksanakan di tempat kerja

dengan sasaran buruh atau karyawan.

6. Metode Pendidikan Kesehatan

a. Metode pendidikan individual

Metode pendidikan yang bersifat individual ini digunakan

untuk membina perilaku baru, atau seseorang yang telah mulai tertarik

kepada suatu perubahan perilaku atau inovasi (Notoadmojo, 2003).

Bentuk dari bimbingan ini adalah:

1) Penyuluhan
23

Dengan cara ini kontak antara klien dengan petugas lebih intensif,

setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat dikorek, dan dibantu

penyelesaiannya.

2) Ceramah

Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan

penyuluhan.

b. Metode pendidikan kelompok

1) Kelompok besar :

Apabila peserta penyuluhan itu lebih dari 15 orang.

Metode yang baik untuk kelompok besar ini, antara lain :

a) Ceramah: Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan

tinggi maupun rendah.

b) Seminar : metode ini hanya cocok untuk sasaran kelompok

besar dengan pendidikan menengah ke atas.

2) Kelompok Kecil

Apabila peserta kegiatan itu kurang dari 15 orang biasanya

kita sebut kelompok kecil. Metode-metode yang cocok untuk

kelompok kecil antara lain:

a) Diskusi kelompok

Dalam diskusi kelompok agar semua anggota kelompok dapat

bebas berpartisipasi dalam diskusi, maka formasi duduk para

peserta diatur sedemikian rupa sehingga mereka dapat

berhadap-hadapan atau memandang satu sama lain.


24

b) Curah pendapat (Brain Storming)

Prinsipnya sama dengan metode diskusi kelompok.Bedanya

pada permulaannya pemimpin kelompok memancing dengan

satu masalah kemudian setiap peserta memberikan jawaban-

jawaban atau tanggapan (cacra pendapat).

c) Bola salju (Snow Balling)

Kelompok dibagi dalam pasangan-pasangan (1 pasang 2

orang). Kemudian dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah,

setelah lebih kurang 5 menit tiap 2 pasang bergabung menjadi

satu.

d) Kelompok kecil-kecil (Bruzz Group)

Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok kecil-kecil

kemudian dilontarkan suatu permasalahan-permasalahan

sama/tidak dengan kelompok lain dan masing-masing

kelompok mendiskusikan masalah tersebut.

e) Memainkan Peranan (Role play)

Dalam metode ini beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai

pemegang peranan tertentu untuk memainkan peranan.

f) Permainan simulasi (Simulation Game)

Merupakan gambaran antara role play dengan diskusi

kelompok.

c. Metode pendidikan massa


25

Pada umumnya bentuk pendekatan (cara) massa ini tidak

langsung, biasanya menggunakan atau melalui media massa. Beberapa

contoh metode ini, antara lain:

1) Ceramah umum (public speaking)

2) Pidato-pidato diskusi tentang kesehatan melalui

media elektronik.

3) Simulasi

4) Sinetron “Dokter Sartika” di dalam acara TV juga

merupakan bentuk pendekatan pendidikan kesehatan massa.

5) Tulisan-tulisan di majalah atau Koran

6) Bill Board, yang dipasang di pinggir jalan, spanduk poster dan

sebagainya adalah juga bentuk pendidikan kesehatan massa.

7. Aplikasi Pendidikan Kesehatan Dalam Komunitas

Kegiatan pendidikan kesehatan yang secara langsung dapat

diaplikasikan dalam bentuk penyuluhan (Mubarak, 2006).

a. Batasan dan pengertian penyuluhan:

Menurut Heri D.J. Maulana (2009) batasan penyuluhan secara

lebih luas dapat dilihat dalam pandangan kesehatan secara umum dan

pandangan penyuluhan pendidikan kesehatan di sekolah-sekolah. Teori

penyuluhan dalam system pendidikan untuk peserta didik di sekolah-

sekolah, berkaitan dengan pembahasan teori-teori “Bimbingan dan

Penyuluhan”, bahkan ada penyebut dengan istilah “ Bimbingan dan

Konseling”.
26

Penyuluhan merupakan terjemahan dari counseling, yang

merupakan bagian terpadu dari bimbingan. Penyuluhan merupakan

“jantung” usaha bimbingan secara keseluruhan (counseling is the heart

of guidance program)

Penyuluhan adalah proses penyampaian informasi atau pesan

dari satu orang atau kelompok orang kepada satu orang atau kelompok

orang dengan menggunakan media tertentu (Depkes RI: 2003 dalam

M. Sayuti, 2009). Menurut Surya dalam Notoatmodjo (2003)

penyuluhan merupakan upaya bantuan yang diberikan pada konseli

(peserta didik) agar mereka memperoleh konsep diri dan kepercayaan

diri sendiri, untuk dimanfaatkan olehnya dalam memperbaiki tingkah

lakunya pada masa yang akan datang. Dalam konsepsi kesehatan

secara umum, penyuluhan kesehatan diartikan sebagai kegiatan

pendidikan kesehatan yang dilakukan dengan cara menyebarluaskan

pesan dan menanamkan keyakinan. Dengan demikian, masyarakat

tidak hanya sadar, tahu, dan mengerti, tetapi juga mau dan dapat

melakukan anjuran yang berhubungan dengan kesehatan

(Notoatmodjo, 2003).

Penyuluhan scabies adalah penyampaian pesan atau informasi

tentang hal yang berkaitan dengan scabies serta berbagai upaya yang

dapat dilakukan untuk menangani penularan penyakit scabies dengan

menggunakan media tertentu.

b. Perencanaan Penyuluhan Kesehatan


27

Adapun prakondisi untuk mencapai perencanaan penyuluhan

kesehatan yang baik adalah sebagai berikut: (Maulana, 2009).

1) Para pemimpin program dan pelaksana program memiliki

kesamaan pengertian yang benar dan sikap yang positif terhadap

penyuluhan.

2) Dukungan kebijakan yang positif dari para pimpinan.

3) Tersedianya biaya.

4) Unit-unit penyuluhan berfungsi dengan baik.

c. Langkah-langkah Perencanaan
1) Mengenal masalah

a) Mengenal masalah yang akan ditunjang dengan penyuluhan.

b) Mengenal masalah yang akan ditanggulangi oleh program

tersebut.

c) Dasar pertimbangan apa yang akan digunkan untuk

menentukan masalah yang akan dipecahkan.

d) Pelajari masalah tersebut.

2) Mengenal masyarakat.

a) Jumlah penduduk.

b) Keadaan social budaya dan ekonomi masyarakat.

c) Pola komunikasi.

d) Sumber daya mencakup sumber daya yang dimiliki

masyarakat, baik secara indivu maupun kelompok.

e) Sumber daya apa yang ada dan dapat digunakan untuk

pelaksanaan kegiatan penyuluhan.


28

f) Sumber daya tenaga.

3) Mengenal wilayah

Hal-hal yang perlu diketahui berhubungan dengan wilayah

adalah lokasinya dan sifatnya yaitu periode penghujan atau

kemarau dan lain sebagainya.

4) Menentukan prioritas

Prioritas didasarkan pada beratnya dampak dari masalah

tersebut sehingga perlu diprioritaskan penanggulangannya, serta

sumber daya yang ada.

5) Menentukan tujuan penyuluhan

Secara sederhana, bagan tahap-tahap perencanaan

digambarkan sebagai berikut:

Bagan 2.1 Langkah-langkah perencanaan

PKM Hasil antara


(Penyuluhan pengertian, Perilaku Status
Kelompok
Kesehatan sikap, norma, sehat kesehatan
sasaran
Masyarakat) dan sebagainya
Sasaran

Sumber : Heri D.J. Maulana, 2009.

Berdasarkan bagan di atas, tujuan jangka panjang adalah

status kesehatan yang optimal, tujuan jangka menengah adalah

perilaku sehat, dan tujuan jangka pendek adalah terciptanya

pengertian, sikap, dan norma. Apapun tujuan yang dipilih, hal

terpenting adalah tujuan harus jelas, realistis (bisa dicapai), dan

dapat diukur.
29

6) Menentukan sasaran penyuluhan dalam penyuluhan, yang

dimaksud sasaran adalah individu atau kelompok yang akan

diberikan penyuluhan.
7) Menentukan isi penyuluhan dalam bahasa yang mudah dipahami

oleh sasaran, dapat dilaksanakan oleh sasaran dengan sarana yang

mereka miliki, atau terjangkau oleh sasaran.


8) Menentukan metode penyuluhan yang akan digunakan.

Tentukan cara menyampaikan pesan-pesan tersebut kepada sasaran

agat tujuan tercapai. Jika tujuan yang akan dicapai adalah aspek

pengertian, pesan cukup disampaikan dengan lisan atau

disampaikan melalui tulisan. Jika tujuan untuk mengembangkan

sikap positif, sasaran perlu menyaksikan kejadian tersebut, baik

melihat langsung, melalui film, slide, maupun foto. Untuk

mengembangkan keterampilan, sasaran harus diberi kesempatan

mencoba sendiri.

9) Memilih alat peraga atau media penyuluhan tentukan media apa

yang akan digunakan untuk menunjang pendekatan tadi, misalnya

poster, leaflet, atau media lainnya.

10) Menyusun rencana penilaian (evaluasi).

a) Pastikan dalam tujuan yang telah dijabarkan sudah secara

khusus dan jelas mencantumkan waktu evaluasi, tempat

pelaksanaan evaluasi, dan kelompok sasaran yang akan

dievaluasi.
30

b) Apa jenis indicator atau criteria yang akan dipakai dalam

penilaian.

c) Apakah tujuan penyuluhan sudah sejalan sebagaimana

mestinya.

d) Kegiatan-kegiatan penyuluhan apa yang akan dievaluasi.

e) Metode dan instrument apa yang akan digunakan untuk

evaluasi tersebut.

f) Siapa yang akan melaksanakan evaluasi.

g) Sarana-sarana apa saja yang akan diperlukan untuk evaluasi,

dan tempat sarana tersebut diperoleh.

h) Apakah terdapat fasilitas dan kesempatan untuk

mempersiapkan tenaga-tenaga yang akan melaksanakan

evaluasi tersebut.

i) Bagaimana rencana untuk memberikan umpan balik hasil

evaluasi ini kepada para pimpinan program.

11) Menyusun rencana kerja atau rencana pelaksanaan.

Setelah menetapkan pokok-pokok kegiatan penyuluhan

termasuk waktu, tempat, dan pelaksanaan, buat jadwal

pelaksanaannya yang dicantumkan dalam suatu daftar.

C. Pengetahuan
1) Pengertian

Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah

orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan terhadap objek terjadi melalui panca indra manusia yakni


31

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Pada

waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat

dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap objek, sebagaian

besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

(Notoatmodjo, 2003)

Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh factor pendidikan formal,

pengetuhan sangat erat hubunganya dengan pendidikan, dimana

diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka seseorang

semakin luas pula pengetahuannya. Akan tetapi perlu ditekankan, bukan

berarti orang dengan pendidikan rendah mutlak pengetahuannya rendah

pula. Hal ini mengigat bahwa peningkatan pengetahuan tidak muta

diperoleh dari pendidikan non formal saja, akan tetapi dapat diperoleh dari

pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang tentang suatu objek

mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek

ini yang akan menentukan sikap seseorang, semakain banyak aspek positif

dan objek diketahui , maka akan menimbulkan sikap makin positif

terhadap objek tertentu. Menurut teori WHO (word Health Organization)

yang dikutip oleh Notoatmodjo (2007), salah satu bentuk objek kesehatan

dapat dijabarkan oleh pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman

sendiri.

2) Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting

untuk terbentuknya tindakan seseoarang (ovent behavior). Dari

pengalaman dan penelitian ternyata prilaku yang didasari oleh


32

pengetahuan akan lebih langgeng daripada prilaku yang tidak didasari oleh

pengetahuan. Pengetahuan yang cukup didalam domain kognitif

mempunyai enam tingkat yaitu : (Notoatmodjo, 2003)

1) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengigat suatu materi yang sudah dipelajari

sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengiget kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dan seluruh

bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab

itu “tahu” ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling

rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orng tahu tentang apa yang

dipelajari yaitu menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi,

menyatakan dan sebagainya.

2) Memahami (Comprehention)

Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui dan dimana dapat

menginterprestasikan secara benar. Orang yang telah paham terhadap

objek atau materi terus dapat menjelaskan, menyebukan contoh,

menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap suatu objek yang

dipelajari.

3) Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang sudah dipelajari pada situasi ataupun kondisi riil (sebenarnya).

Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hokum-


33

hukum , rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau

situasi yang lain.

4) Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menyatakan materi atau atau

suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih didalam

struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitanya satu sama lain.

5) Sintesis ( Syntesis)

Sintesis yang dimaksud menunjukkan pada suatu kemampuan untuk

melaksanakan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu

keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu

kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

suatu penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian

itu berdasarkan suatu criteria yang ditentukan sendiri atau

mengguanakan kriteria-kriteria yang telah ada.

3) Cara Memperoleh Pengetahauan


Cara Memperoleh Pengetahauan yang dikutip dari Notoatadmodjo,

(2003) adalah sebagai berikut :

1) Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan

a. Cara coba salah (trial and Error)

Cara ini telah dipakai oleh orng sebelum kebudayaan, bahkan

mungkin sebelum adanya peradaban. Cara coba salah ini dilakuukan

dengan menggunakan kemungkinandalam memecahkan masalah dan


34

apabila kemungkinan itu tiidak berhasil maka dicoba. Kemungkinan

yang lain samapi masalah tersebut dapat dipecahkan.

b. Cara kekuasaan tau otoritas

Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pemimpin masyarakat

baik formal atau informal, ahli agama, pemegang pemerintah, dan

berbagai prinsip orang lain yang menerima mempunyai yang

dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa menguji

terlebih dahulu atau membuktikan kebenaranya baik berdasarkan fakta

empiris maupun penalaran sendiri.

c. Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman pribadipun dapat dipergunakan sebagai upaya

memperoleh pengetahuan dengan cara mengulanng kembali

pengalaman yang pernah diperoleh dalam memecahkan permasalahan

yang dihadapi masa lalu.

2) Cara modern dalam memperoleh pengetahuan

Cara ini disebut metode penelitian ilmiah attau lebih popular diebut

metodologi penelitian. Cara ini mula-mula dikembangkan oleh Francis

Bacon (1561-1626), kemudian dikembangkan oleh Deobold Van

Daven. Akhirnya lahir suatu cara untuk melakukan ppenelitian yang

dewasa ini kita kenal dengan penelitian ilmiah.

4) Proses perilaku “tahu”


Menurut Rogers (1974) dalam Notoadmodjo (2003), perilaku

adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia baik yang dapat diamati

langsung dari maupun tidak dapat diamati oleh pihak luar. Sedangkan
35

sebelum mengadopsi perilaku baru didalam diri orang tersebut terjadi

proses yang berurutan, yakni :

1) Awareness (kesadaran)

Diman orang tersebut menyadari dalam arti megetahui terlebih

dahulu terhadap stimulus (objek)

2) Interest (merasa tertarik) dimana individu mulai menaruh perhatian

dan tertarik pada stimulus

3) Evaluation (menimbang-nimbang) individu akan

mempertimbangkan baik buruknya tindakan terhadap stimulus

tersebut bagi dirinya, hal ini berarti sikap responden sudah lebih

baik lagi.

4) Trial, dimana individu mulai mencoba prilaku baru

5) Adaption, dan sikapnya terhadap stimulus

Pada penelitian selanjutnya, Rogers (1974) dalam Notoadmodjo,

(2003), menyimpulkan bahwa pengadopsian prilaku yang melalui proses

seperti diatas dan didasari oleh pengetahuan, kesadaran yang positif, maka

prilaku tersebut akan besifat langgeng (ling lasting) namun sebaliknya jika

prilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesedaran, maka prilaku

tersebut bersifat sementara atau tidak akan berlangsung lama. Prilaku

manusia dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu aspek pisik, psikis dan sosial

yang secara terinci merupakan refleksi dari berbagai gejolak kejiwaan

seperti pengetahuan, motivasi, persepsi, sikap, dan sebagainya yang


36

ditentukan dan dipengaruhi olehh faktor pengalaman, keyakinan, sarana

fisik dan sosial budaya.

Berdasarkan penelitian Muzakir (2008) Pengetahuan seseorang

terhadap objek mempunyai tingkat yang berbeda-beda termasuk dalam hal

ini kemampuan santri dalam menjaga penyakit scabies baik dalam

pencegahan maupun pengobatan. Pengetahuan tentang usaha-usaha

kesehatan perseorangan untuk memelihara kesehatan diri sendiri,

memperbaiki dan mempertinggi nilai kesehatan, serta mencegah timbulnya

penyakit scabies, usaha-usaha tersebut meliputi :

a. Kebersihan badan
Mandi memakai sabun sekurang-kurangnya dua kali sehari, tangan

selalu dalam keadaan bersih, kuku bersih dan pendek, rambut dalam

keadaan bersih dan rapi.


b. Kebersihan pakaian

Pakaian dicuci dan diseterika, disimpan di lemari.

c. Kebersihan tempat tinggal


Pengetahuan tentang kesehatan adalah mencakup apa yang

diketahui oleh seseorang terhadap cara pemeliharaan kesehatan.

Pengetahuan tentang cara-cara tersebut meliputi :


1) Penularan terhadap penyakit menular termasuk dalam hal ini

penyakit scabies yang diketahui (tanda-tanda, gejala, penyebab,

cara penularan, dan cara pencegahan).


2) Penegtahuan tentang faktor-faktor yang terkait yang

mempengaruhi kesehatan antara lain gizi makanan, sarana air


37

bersih, pembuangan air limbah, pembuangan sampah, polusi

udara, serta kebersihan diri.


3) Pengetahuan tentang fasilitas pelayanan kesehatan yang

profesional maupun tradisional.


D. Perilaku Kesehatan
1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (Healt maintanance)
Ada perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau

menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan

bilamana sakit. Oleh sebab itu, perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri

dari 3 aspek yaitu :


a. Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit,

serta pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit.


b. Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan

sehat. Perlu dijelaskan di sini, bahwa keshatan itu sangat dinamis dan

relatif, maka dari itu orang yang sehat pun perlu diupayakan supaya

mencapai tingkat kesehatan yang seoptimal mungkin.


c. Perilaku gizi (makanan) dan minuman. Makanan dan minuman dapat

memelihara serta meningkatkan kesehatan seseorang, tetapi sebaliknya

makanan dan minuman dapat menjadi penyebab menurunnya

kesehatan seseorang, bahkan dapat mendatangkan penyakit. Hal ini

sangat tergantung pada perilaku orang terhadap makanan dan minuman

tersebut.
2. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan

kesehatan, atau sering disebut perilaku pencarian pengobatan (health

seeking behavior)
Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seeorang pada

saat menderita penyakit dan atau kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini di
38

mulai dari mengobati sendiri (self treatment) sampai mencari pengobatan

ke luar negri.
3. Perilaku kesehatan lingkungan
Bagaimana seseorang merespon lingkungan, baik lungkungan fisik

maupun sosial budaya, dan sebagainya, sehingga lingkungan tersebut tidak

mempengaruhi kesehatannya. Dengan kata lain bagaimana seseoranng

mengelola lingkungannya sehingga tidak menggangu kesehatannya

sendiri, keluarga, atau masyrakat. Misalnya bagaimana mengelola

pembuangan tinja, air minum, tempat pembuangan sampah, pembuangan

limbah, dan sebagainya.


Becker, 1979 dalam Notoatmodjo (2007), membuat klasifikasi lain

tentang perilaku kesehatan ini.


a. Perilaku hidup sehat
Adalah perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang

untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya. Perilaku ini

mencakup antara lain :


1) Makan dengan menu seimbang (appropriate diet). Menu seimbang

di sini dalam arti kualitas (mengandung zat-zat gizi yang

diperlukan tubuh), dan kuantitas dan arti jumlahnya cukup untuk

memenuhi kebutuhan tubuh (tidak kurang, tetapi juga tidak lebih).

Secara kualitas mungkin di Indonesia dikenal dengan ungkapan

empat sehat lima sempurna.


2) Olahraga teratur, juga mencakup kualitas (gerakan), dan kuantitas

dalam arti frekuensi dan waktu yang digunakan untuk olahraga.

Dengan sendirinya kedua aspek ini akan tergantung dari usia, dan

status kesehatan yang bersangkutan.


39

3) Tidak merokok. Merokok adalah kebiasan jelek yang

mengakibatkan berbagai macam penyakit. Ironisnya kebiasaan

merokok ini, khususnya di indonesia, seolah-olah sudah

membudaya. Hamper 50% penduduk indonesia usia dewasa

merokok. Bahkan dari hasil suatu penelitian, sekitar 15% remaja

kita telah merokok. Inilah tantangan pendidikan kesehatan.


4) Tidak minum minuman keras dan narkoba. Kebiasaan minum

miras dan menkonsumsi narkoba (narkotik dan bahan-bahan

berbahaya lainya, juga cenderung meningkat. Sekitar 1% penduduk

indonesia dewasa di perkirakan sudah mempunyai kebiasaan

minum miras ini.


5) Istirahat yang cukup. Dengan meningkatnya kebutuhan hidup

akibat tuntutan untuk penyesuaian dengan lingkungan moderen,

mengharuskan orang untuk bekrja keras da berlebihan, sehinga

waktu istirahat berkurang. Hal ini juga dapat membhayakan

kesehatan.
6) Mengendalikan stres. Stres akan teradi pada siapa saja dan

akibatnya bermacam-macam bagi kesehatan. Lebih-lebih sebagai

akibat dari tuntutan hidup yang keras seperti di uraikan di atas.

Kecenderungan stres akan meningkat pada setiap orang. Stres tidak

dapat kita hindari. Yang penting di jaga agar stres tidak

menyebabkan ganggua kesehatan, kita harus dapat mengendalikan

atau mengelola stres dengan kegiata-kegiatan yang positif/


40

7) Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan,

misanya : tidak berganti-ganti pasanga dalam hubungan seks,

penyesuaian diri kita dengan limgkungan dan sebagainya.

b. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit.

Yaitu bagaimana manusia berespon, baik secara pasif

(mengetahui) bersikap dan mempersepsikan tentang penyakit dan rasa

sakit yang ada pada dirinya dan luar dirinya, maupun aktif (tindakan)

yang dilakukan sehubungan dengan sendirinya sesuai dengan tingkatan

a. Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan

kesehatan (health promotion behavior).

b. Perilaku pencegahan penyakit (health prevention behavior),

adalah respon untuk mencegah penyakit.

c. Perilaku sehubungan dengan pencarian pengobatan (health

secking behavior) yaitu perilaku untuk mencari pengobatan.

d. Perilaku sehubungan pemulihan kesehatan (health rehabilitation

behavior) yaitu perilaku yang berhubungan dengan usaha-usaha

pemulihan kesehatan setelah sembuh dari sakit.

c. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan

Adalah perilaku seseorang terhadap sistem pelayanan

kesehatan, baik pelayanan kesehhatan modern atau tradisional.

d. Perilaku terhadap makanan (nutrition behavior)


Yaitu respon seseorang terhadap makanan sebagai kebutuhan

vital bagi kehidupan.


e. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan (environmental behavior).
41

Adalah respon seseorang terhadap lingkungan sebagai

determinan kesehatan manusia. Perilaku ini antara lain mencakup :


1. Perilaku sehubungan dengan air bersih.
2. Perilaku sehubungan dengan pembuangan air kotor.
3. Perilaku sehubungan dengan limbah baik limbah padat maupun

limbah cair.
4. Perilaku sehubungan dengan rumah sehat yang meliputi ventilasi,

pencahayaan, lantai dan sebagainya.

E. Kerangka teori

Sebagai bahan acuan dalam penelitian ini, kerangka teori dapat di

gambarkan sebgai berikut : Pendidikan Kesehatan meliputi:

Ceramah
Bagan 2.2 Kerangka Teori
Sharing

Tanya jawab

FGD (focus group


discussion)

Input atau Masukan Proses Keluaran/Out put

Dalam hal ini (siswa) atau Terjadi melalui proses Adanya Pengetahuan baru
individu, kelompok, keluarga belajar mengajar dalam bentuk kemampuan
dan masyarakat. sebagai hasil perubahan
Perilaku yang sehat dari
sasaran didik.

Latar belakang PBM (proses belajar mengajar) akan


pendidikan berjalan baik bila di tunjang :

Bagaiman factor Materi yang tepat


social dan
SDM yang mendukung
ekonominya
Lingkungan yang kondusif
Kesiapan fisik
Subyek belajar berperann
psikologis

42

Sumber : Dimodifikasi dari Teori Sistem, dan Wahit Iqbal Mubarak, Dkk (2007)

Catatan : Menunjukan pengaruh langsung

Menunjukan akibat sekunder atau menunjukan terjadinya

tindakan
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah variabel-variabel yang akan di teliti oleh peneliti.

Berdasarkan kerangka teori pada BAB II diketahui kesehatan dapat di promosikan

dengan ceramah, tanya jawab, sharing, FGD. Pengetauan seseorang akan

mempengaruhi perilaku seseorang untuk itu perlu diberkan pendidkan kesehatan

mengenai scabies guna mencegah penyakit scabies di pondok pesantren As’ad

Kota Jambi.

Kerangka konsep yang di gunakan pra Eksperiment dengan desain the one

group pretest-posttest desain. Dimana pengukuran pengetahuan dan perilaku

santri di lakukan 2 kali yaitu sebelum diberikan pendidikan kesehatan (pre test)

dan setelah diberikan pendidikan kesehatan (post test). Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada Bagan 3.1 berikut ini :

Bagan 3.1 Kerangka Konsep penelitian

Variabel Variabel
Independen Dependen
Pengetahuan

Pendidikan
kesehatan
Perilaku

46
47

B. Definisi Operasional

Defenisi operasional adalah mendefenisikan variabel secara operasional

berdasarkan karakteristik yang di amati, sehingga memungkinkan peneliti untuk

melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau

fenomena (Hidayat, 2008).

Tabel 3.2 Defenisi Operasional

Cara
No Variabel Defenisi Alat ukur Skala Hasil ukur
ukur
1. Variabel
Dependen ;
Pengetahuan Segala sesuatu Kuesioner Chec k-list Ordinal Skor/nilai jawaban
yang di ketahui yang benar
santri tentang berdasarkan nilai
pencegahan responden dengan
scabies yang rentang terendah 0
meliputi : s/d tertinggi 16.
pengertian,
penyebab scabies,
tanda dan gejala,
terjadinya
penularan scabies
dan cara
pencegahannya
2. Perilaku Segala Aktivitas Lembar Chec k-list Ordinal Skor/nilai jawaban
yang dilakukan observasi yang benar
santri untuk berdasarkan nilai
mencegah responden dengan
terjadinya rentang terendah 0
penyakit scabies, s/d tertinggi 20.
meliputi
(mencuci, dan
menjemur kasur
dan bantal
minimal 2
minggu sekali dan
kebiasaan tidak
menggunakan
peralatan mandi
48

secara bersama-
sama maupun
pinjam meminjam
handuk atau
pakaian).
3. Variabel
Independen
Pendidikan Suatu upaya
kesehatan pemberian
informasi tentang
cara pencegahan
scabies kepada
santri yang di
lakukan dengan
cara ceramah,
Tanya jawab, dan
FGD di Pondok
Pesantren As’ad
Kota Jambi.

C. Hipotesis

Ada pengaruh pendidikan kesehatan scabies terhadap pengetahuan dan

perilaku santri dalam pencegahan scabies di Pondok Pesantren As’Ad Kota Jambi.

D. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan bertempat di pondok pesantren As’ad Kota Jambi,

yang dilaksanakan pada tanggal 4 s/d 28 Juli 2012.

E. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan Pra Experiment dengan desain one

group pretest-posttest dimana observasi dilakukan sebanyak 2 kali, sebelum dan

sesudah experiment. Observasi yang dilakukan sebelum experiment (01) disebut

pre test dan observasi sesudah experiment (02) disebut post test.

Perbedaan 01 dan 02 diasumsikan sebagai efek dari treatment atau

experimen.
49

01 X 02

Keterangan :

01 : Pre Test (pengetahuan sebelum di berikan pendidikan kesehatan)

X : pendidikan kesehatan.

02: Post Test (pengetahuan dan perilaku setelah di berikan pendidikan

kesehatan).

F. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang diteliti

(Notoatmodjo, 2005). Populasi dalam penelitian ini adalah semua

santri Aliyah yang ada di asrama pondok pesantren As’ad kota Jambi

dengan jumlah populasi 532 santri.

2. Sampel

Sampel adalah bagian populasi yang akan di teliti atau

sebagian jumlah dari karekteristik yang dimiliki oleh populasi

(Hidayat, 2007). Menurut Sugiono, (2010) untuk penelitian

eksperimen yang sederhana maka jumlah anggota sampel yang di

gunakan antara 10-30 orang. Sampel yang di gunakan dalam

penelitian ini adalah beberapa santri yang memenuhi kriteria inklusi,

dengan jumlah sampel 30 orang santri yaitu 15 orang santri putra dan

15 orang santri putri .

Dengan criteria inklusi yaitu :


50

1) Merupakan santri yang menetap di asrama Pondok Pesantren

As’ad Kota Jambi.


2) Santri yang belum terkena penyakit scabies.
3) Bersedia menjadi subjek penelitian

G. Instrument Penelitian

Instrument penelitian yang digunakan adalah kuesioner dan lembar

observasi dengan cara pengisisan menggunakan check-list yang terdiri dari

beberapa petanyaan dan sesuai dengan veriabel yang diteliti.

Kuesioner yang di ajukan berisi identitas responden, dan pertanyaan

seputar pengetahuan dan observasi perilaku responden terhadap pencegahan

scabies, untuk mempermudah analisis maka diberi nilai (scoring) pada masing-

masing pertanyaan dan pernyataan sebagai berikut :

1. Pengetahuan
kuesioner pengetahuan terdiri dari 16 pertanyaan untuk pengetahuan,

jika responden menjawab “ya” di beri nilai 1 dan jika responden

menjawab “tidak” di beri nilai 0.


2. Perilaku Pencegahan scabies
Pertanyaan perilaku pencegahan terdiri dari 10 pernyataan, jika

responden melakukan kegiatan No.1, 2, 3, 4, 5, 7, 6, 8, 9, 10 dengan

kategori “ya” di beri nilai 2, dan jika menjawab tidak di beri nilai 1.
3. Uji instrument
Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah

lembar (kuesioner) dan lembar observasi dengan cara pengisian

menggunakan check-list . Untuk mempermudah melakukan analisis

data maka kuisioner dilengkapi dengan skor pada jawaban untuk

masing-masing pertanyaan dan pernyataan. Sebelum melakukan

penelitian kuesioner ini telah di lakukan uji coba instrument untuk


51

melihat validitas dan reabilitas pada 15 santri di Pondok Pesantren

Sa’adatuddaren Kota Jambi. Uji validitas adalah melihat sejauh mana

ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam mengukur suatu data.

Uji realibilitas adalah uji untuk melihat tingkat konsistensi dalam

menghasilkan data pengetahuan (0,687-0,873) dengan alpha (0,965)

dan perilaku dengan rentang nilai (0,696-0,897) dengan alpha (0,950),

sedangkan nilai r table (0,532). Dengan demikian r hitung lebih besar

dari r table kuisioner dinyatakan valid.


H. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah suatu pendekatan terhadap responden

dan pengumpulan karakteristik responden yang diperlukan dalam penelitian

(Notoatmodjo, 2002). Adapun alat pengumpulan data disini adalah menggunakan

kuisioner.

1. Jenis data
Adapun data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah di ambil dari dua

sumber yaitu :
a. Data Primer
Di dapat dengan pengisian kuesioner oleh responden untuk mengetahui

tingkat pengetahuan dan pengisian lembar observasi oleh 4 orang

enumerator untuk mengetahui perilaku santri tentang pencegahan

scabies.
b. Data Skunder

Merupakan data penunjang atau pelengkap yang di ambil dari Dinas

Kesehatan Kota Jambi data kajdian Scabies di Kota Jambi.

I. Tahap penelitian atau prosedur penelitian


Adapun prosedur dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Meminta surat izin penelitian pengambilan data dari Program Studi Ilmu
52

Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan Baiturrahim.


2. Menyampaikan surat izin melakukan penelitian pengambilan data pada Badan

Kesatuan Bangsa Politik dan Perlindungan masyarakat untuk meminta surat

izin penelitian.
3. Menyampaikan Surat izin melakukan penelitian pengambilan data pada

Pondok Pesantren As’ad Kota Jambi.


4. Atas persetujuan dari pimpinan Pondok Pesantren As’ad Kota Jambi peneliti

menemui santri pemondokan untuk melakukan penelitian.


5. Meminta responden untuk mengisi persetujuan (informed consent) sebagai

responden, terlebih dahulu memperkenalkan diri dan memberikan penjelasan

tentang tujuan dan manfaat dari penelitian.


6. Menjelaskan cara pengisian kuesioner pre-test pada responden, memberi

waktu 10-15 menit kepada responden untuk mengisi kuesioner.


7. Dengan bantuan 4 enumerator Peneliti melakuan obsevasi perilaku pada santri

selama ± 2 minggu.
8. Setelah itu, dengan bantuan 1 orang moderator 1orang notulen dan 2 orang

fasilitator, peneliti memberikan intervensi berupa pendidikan kesehatan

tentang pencegahan scabies dengan metode ceramah dengan alat bantu infokus

beserta leaflet dengan selama 1x45 menit dan melakukan FGD (Focus Group

Discussion) tentang pencegahan scabies selama 1x30 menit.


9. Setelah pemberian pendidikan kesehatan scabies dan leaflet, santri di berikan

kuesioner post test pengetahuan dan peneliti dengan bantuan Enumerator

Peneliti melakuan obsevasi perilaku pada santri selama 2 minggu untuk

melihat apakah ada pengaruh setelah di berikan pendidikan kesehatan.


10. Setelah data semua terkumpul maka peneliti malakukan pengolahan data.
J. Teknik Pengolahan Data

Setelah data terkumpul dilakukan pengolahan data dengan menggunakan

rumus dan aturan yang sesuai dengan pendekatan penelitian atau desain yang
53

digunakan sehingga diperoleh suatu kesimpulan yang disebut analisis data

(Arikunto, 2002).

1. Editing

Memeriksa kelengkapan jawaban semua pertanyaan pada lembar

kuesioner yang diajukan .

2. Coding

Memberi kode pada setiap data yang ada.

3. Scoring

Memberi skor pada setiap variabel yang diteliti.

4. Entry data

Data yang telah diperiksa dan di beri kode kemudian dimasukkan

kedalam computer untuk di analisa.

5. Cleaning

Dilakukan untuk memeriksa keseluruhan data yang telah dimesukkan

dan tidak terdapat kesalahan dalam memasukkan data sehingga siap

dianalisa.

K. Analisis Data

Agar data hasil penelitian dapat memberikan informasi maka dilakukan

analisa data secara bertahap dengan menggunakan perangkat lunak computer yaitu

anllisa univariat dan bivariat.

1. Analisi Univariat

Analisa Univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi

dari berbagai variabel yang di teliti, baik independen maupun dependen.


54

Data disajikan dalam bentuk tabel.

2. Analisis Bivariat

Analisa ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perubahan

antara pre test dan post test setelah di berikan perlakuan. Pada uji pengaruh

pendidikan kesehatan scabies terhadap pengetahuan dan perilaku santri,

peneliti menggunakan uji paired t-test. Dengan tingkat kemaknaan

α = 0,05 atau 5%. Untuk kemungkinan hasil perhitungan statistic

digunakan batas kemaknaan = 0,05 apabila p-value < 0,05 artinya terdapat

pengaruh yang bermakna (Ho ditolak), sedangkan apabila p-value > atau

sama 0,05 berarti tidak ada pengaruh yang bermakna diantra variabel yang

di uji tersebut (Ho gagal di tolak).

L. Etika Penelitian

Etika penelitian yang perlu di perhatikan antara lain adalah : (Hidayat, 2007).

1. Lembar Persetujuan Penelitian (informed consent)


Informed consent merupakan bentuk perstujuan antara peneliti dan responden

peneliti dengan memberikan lembar perstujuan. Lembar persetujuan diedarkan

sebelum pelaksanaan penelitian dengan disertai penjelasan yang cukup, setelah

itu responden diminta mengisi data da menandatanginanya. Jika responden

tidak bersedia, peneliti harus menghormati hak responden untuk tidak menjadi

responden.
2. Tanpa nama (Anonimity)
Untuk menjaga identitas responden, peneliti tidak akan mencantumkan nama

dan identitas lain dari reponden pada lembar pegumpulan data (kuesioner) yang

akan diteliti responden, lembar tersebut hanya akan diberi kode sesuai dengan

keperluan analisa data.


55

3. Kerahasiaan (Confidentiality)
Data dan informasi yang diperoleh dari responden di jamin kerahasiaannya,

penyajian data dalm bentuk data kelompok dan data disajikan sebgai hasil riset

keperawatan.
4. Privacy
Merupakan jaminan dalam penggunaan responden penelitian yang mempunyai

hak untuk menerima bahwa data yang diberikan harus dirahasiakan.


5. Fair Treatment
Merupakan jaminan yang diberikan kepada responden agar di perlukan secara

adil dan baik sebelum dan sesudah keikutsertaan dalam penelitian tanpa adanya

diskriminasi apabila ternyata mereka tidak bersedia atau drop out sebagai

responden.
6. Self Determinition
Merupakan jaminan yang di berikan kepada responden penlitian agar dilakukan

secar manusiawi. Subjek memiliki hak memutuskan untuk bersedia menjadi

responden atupun tidak, tanpa adanya sanksi apapun akan berakibat terhadap

kesembuhannya jika mereka seorang pasien.


56
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Pondok Pesantren As’ad Kota Jambis


Pondok Pesantren As’ad Kota Jambi merupakan salah satu pemondokan

yang berada dibawah naungan Departemen Pendidikan Provinsi Jambi dan

merupakan satu-satunya pemondokan terbesar yang ada di Olak Kemang yang

berdiri pada tangal 30 Agustus 1951 ini terletak di Jl. K.H. Abdul Qodir Ibrahim

No. 45 Kel. Olak Kemang, Kec. Danau Teluk Kota Jambi.


Pondok Pesantren As’ad berdiri di lahan seluas 1 ½ H dengan bangunan

gedung permanen berukuran 35x17 meter, dengan keadaan geografis sebagai

berikut :

Adapun kegiatan-kegiatan santri yang di lakukan di Pondok Pesantren

As’ad antara lain : Kegiatan Belajar Formal, Kajian Kitab Kuning, Pembinaan

Bahasa Arab dan Ingris, Pembinaan Da’i dan Da’iya, Drumband, Pembinaan Olah

raga, Keorganisasian (OSIS dan ISAPPA), Kepramukaan, Kaligrafi, Nasyid,

Paskibraka, dan lain-lain.


B. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Dari hasil pembahasan akan membahas tentang distribusi frekuensi

pengetahuan tentang pencegahan scabies sebelum dan setelah di berikan

pendidkan kesehatan.
1. Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan untuk melihat gambaran distribusi

frekuensi dan proporsi dari variabel yang diteliti.

57
58

a. Pengetahuan santri sebelum dan setelah di berikan pendidikan kesehatan

tentang pencegahan scabies.


Tabel 4.1 Skor Pengetahuan Pada Santri Sebelum Dan Setelah di
Berikan Pendidikan Kesehatan di Pondok Pesantren As’ad
Kota Jambi.

No
SKOR Pre Test SKOR Post Test
RESPONDEN

1 11 15
2 10 14
3 8 15
4 10 16
5 12 16
6 8 15
7 10 7
8 9 16
9 12 16
10 13 16
11 9 15
12 11 15
13 8 16
14 10 14
15 10 16
16 9 12
17 10 8
18 11 15
19 10 15
20 14 14
21 11 14
22 14 14
23 9 15
24 13 9
25 11 15
26 9 15
27 6 15
28 12 15
29 10 16
30 11 15
Jumlah 311 429
Nilai rata-rata 10,30 14,13
59

Berdasarkan tabel 4.1 di atas terlihat bahwa skor total pengetahuan

masing-masing responden setelah diberikan pendidikan kesehatan

mengalami peningkatan dari skor sebelumnya (pre test), namun ada

responden yang mengalami penurunan skor ini mungkin di karenakan

responden tidak memahami dengan materi yang di berikan dan tidak

menganlisa pertanyaan dengan baik, seperti responden 7 dan 17.


Pengetahuan adalah segala sesuatu yang di ketahui santri tentang

pencegahan scabies berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa

pengetahuan santri tentang pencegahan scabies di Pondok Pesantren

As’ad Kota Jambi sebelum dan setelah diberikan pendidkan kesehatan

dapat dilihat pada tabel berikut :


1) Distribusi frekuensi pengetahuan santri sebelum dan setelah diberikan

pendidikan kesehatan scabies.


Berdasarkan hasil penelitian ditribusi frekuensi pengetahuan

santri sebelum dan setelah diberi pendidikan kesehatan scabies adalah

sebagai berikut :
Tabel 4.2 : Distribusi Frekuensi Pengetahuan Santri sebelum dan
setelah diberikan Pendidikan Kesehatan Scabies di
Pondok Pesantren As’ad Kota Jambi Tahun 2012.

Sebelum Sesudah
Pengetahuan
No Jumlah Persentase Jumlah Persentase
Santri
(Org) (%) (Org) (%)
1 Rendah 17 56.7 9 30.0

2 Tinggi 13 43.3 21 70.0

Jumlah 30 100,0 30 100,0


Sumber : Data Primer, 2012
Tabel 4.2 diketahui distribusi frekuensi pengathuan santri

sebelum diberikan pendidikan kesehatan tentang pencegahan scabies,


60

terdapat 17 responden memiliki pengetahuan rendah dengan

persentase (56,7%), 13 responden memiliki pengetahuan tinggi

dengan persentase (43,3%).


Menurut Heri.D.J, (2009) Pengetahuan yang tercakup dalam

domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu tahu, memahami,

aplikasi, analisis, sisntesis dan evaluasi, sehingga untuk memperoleh

pengetahuan yang lebih baik stiap tingkatan harus di lalui dan

merupakan proses untuk terbentuknya pengetahuan yang lebih baik.


Berdasarkan penelitian sebagian besar responden mengetahui

namun belum menganalisis, mensintesis, maupun mengevaluasi

pengatahuan yang di peroleh oleh responden.


Tabel 4.2 diketahui distribusi frekuensi pengetahuan santri

setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang scabies, terdapat 21

responden memiliki pengetahuan yang tinggi tentang pencegahan

scabies dengan persentase (70,0%), 9 responden memiliki

pengetahuan yang rendah dengan persentase (30,0%).


Pengetahuan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan

terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra

manusia dan sebagian besar pengetahuan manusia di peroleh dari mata

dan telinga (Notoatmojo, 2003).


Berdasarkan hasil penelitian 70% responden mengerti

mengenai scabies dan pencegahannya, hal ini di karenakan responden

memahami tentang materi yang di berikan dan mengaplikasikanya

dengan baik sehingga semula pengetahuan responden rendah tentang

pencegahan menjadi maningkat setelah di berikan pendidikan

kesehatan.
61

b. Perilaku santri sebelum dan setelah diberikan pendidikan kesehatan

tentang pencegahan scabies.


Tabel 4.3 Skor Perilaku Santri Sebelum Dan Setelah di Berikan
Pendidikan Kesehatan di Pondok Pesantren As’ad Kota
Jambi.

No
SKOR Pre Test SKOR Post Test
RESPONDEN
1 18 19
2 18 20
3 13 20
4 16 20
5 15 20
6 18 20
7 16 19
8 18 17
9 18 19
10 17 14
11 16 20
12 13 20
13 14 18
14 19 19
15 16 19
16 19 20
17 20 19
18 13 20
19 10 19
20 16 20
21 19 18
22 17 19
23 15 20
24 12 19
25 20 20
26 17 16
27 16 20
62

28 12 18
29 12 19
30 12 15
Jumlah 475 566
Nilai rata-rata 15.83 18.90
Berdasarkan tabel 4.3 di atas terlihat bahwa skor total perilaku

masing-masing responden setelah diberikan pendidikan kesehatan

mengalami peningkatan dari skor sebelumnya (pre test), namun demikian

ada responden yang mengalami penurunan perilaku seperti responden No

7, 10 dan 26, hal ini di karenakan santri tahu tetapi santri tidak

mengaplikasikanya dengan baik dan membiasakannya.


Manurut Hosland, et al (1953) proses perubahan perilaku pada

hakikatnya adalah sama dengan proses belajar. Proses perubahan perilaku

tersebut menggambarkan proses belajar pada individu yang terdiri dari :

stimulus, organisme dan respon.


Perilaku adalah segala aktivitas atau tingkah laku santri mengenai

pencegahan scabies berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa perilaku

santri tentang pencegahan scabies di Pondok Pesantren As’as Kota Jambi

sebelum dan setelah diberikan pendidikan kesehatan dapat dilihat dari

tabel berikut :
1) Distribusi frekuensi perilaku santri sebelum dan setelah diberikan

pendidikan kesehatan scabies.


Berdasarkan hasil penelitian diketahui rata-rata distribusi

frekuensi perilaku sebelum dan setelah dilakukan intervensi berupa

pendidikan kesehatan scabies adalah sebagai berikut :

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Perilaku Santri sebelum Diberikan


Pendidikan Kesehatan Scabies di Pondok Pesantren
As’ad Kota Jambi.
63

Sebelum Sesudah
No Perilaku Santri Jumlah Persentase Jumlah Persentase
(Org) (%) (Org) (%)
1 Kurang Baik 17 56.7 7 23.3
2 Baik 13 43.3 23 76.7
Jumlah 30 100,0 30 100,0
Sumber : Data Primer, 2012
Tabel 4.4 diketahui distribusi frekuensi perilaku santri sebelum

diberikan pendidikan kesehatan tentang scabies, terdapat 13 responden

memiliki perilaku baik dengan persentase (43,3%). 17 responden

memiliki perilaku kurang baik dengan persentase (56,7%).


Dengan demikian diketahui perilaku santri terhadap

pencegahan scabies masih kurang baik. Faktor yang mempengaruhi

pembentukan perilaku adalah pengtahuan, sikap, orang lain, media

masa serta faktor kebiasaan dari individu sehingga berpengaruh

terhadap pencegahan scabies yang di lakukan santri itu sendiri.


Tabel 4.4 diketahui distribusi frekuensi perilaku santri setelah

diberikan pendidikan kesehatan tentang scabies, terdapat 23 responden

memiliki perilaku baik dengan persentase (76,7%). 7 responden

memiliki perilaku tidak baik dengan persentase (23,3%).


Dari hasil penelitian setelah diberikan pendidikan kesehatan

tentang scabies Perilaku santri terhadap pencegahan scabies

meningkat oleh karena itu pemberian pendidikan kesehatan scabies

merupakan cara mengurangi atau mencegah scabies di kalangan santri

sehingga santri berperilaku yang baik terhadap pencegahan scabies itu

sendiri. Agar prilaku ini dapat di pertahankan dan santri berperilaku

yang lebih baik terhadap pencegahan Pondok Pesantren sebaiknya


64

memberikan pengajaran dan pengetahuan melalui penyuluhan maupun

Focus Group Discusion (FGD) shingga santri lebih paham dan terus

mengingat kemudian di aplikasikan di dalam kehidupan Pondok

Pesantren.
2. Analisis Bivariat
Analisa bivariat bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh

pendidikan kesehatan sabies terhadap pengetahuan dan perilaku santri

sebelum dan setelah diberikan pendidikan kesehatan.


a. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Scabies terhadap Pengetahuan santri

sebelum (pre test)dan setelah (post test) Diberikan Pendidikan Kesehatan.


Tebel 4.5 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Santri Tentang
Pencegahan Scabies Sebelum dan Sesudah diberikan
Pendidikan Kesehatan di Pondok Pesantren As’ad Kota
Jambi.

Variable Mean SD P-Value N


Pengetahuan

Pre Test 10.30 1.725 0.000 30


Post Test 14.13 2.515 30
Sumber : Data Primer 2012
Hasil analisis pada tebel 4.5 di atas diketahui rata-rata pengetahuan

Santri Sebelum diberikan pendidikan kesehatan scabies Mean 10,30

sedangkan rata-rata pengetahuan santri setelah diberikan pendidikan

kesehatan adalah Mean 14,13 dengan Standar deviasi 2,515. Berdasarkan

hasil uji statistic paired t-test di dapat nilai P- Value = 0,000 < 0,05 dengan

selisih nilai Mean 3,83.


Dari hasil analisis diketahui bahwa sebelum dilakukan pendidikan

kesehatan scabies diperoleh nilai distribusi frekuensi pengetahuan santri,

rendah 17, dan tinggi 13. Sedangkan setelah dilakukan pendidikan

kesehatan scabies diperoleh nilai ditribusi frekuensi pengetahuan santri,


65

rendah menjadi 9, dan tinggi 21. Dapat disimpulkan bahwa pendidikan

kesehatan memiliki pengaruh terhadap peningkatan pengetahuan santri

tentang pencegahan scabies.


Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Dewi Hartiwi

Ningsih (2011) tentang “Hubungan Pengetahuan dan Sikap Santri dengan

Pencegahan Penyakit Scabies di pondok pesantren Sa’adatuddaren Kota

Jambi”, di dapatkan hasil penelitian (77,6%) memiliki pengetahuan yang

tinggi terhadap penyakit scabies, dan (59,7%) memiliki sikap yang baik

terhadap pencegahan penyakit scabies.


Berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa sebelum diberikan

pendidikan kesehatan hampir sebagian besar responden kurang

mengetahui apa itu scabies di karenakan santri mengangap biasa gatal

yang timbul dan mereka tidak mengetahui gatal yang di sebabkan oleh

scabies, namun setelah diberikan pendidikan kesehatan scabies dengan

pemberian materi mengenai pencegahan scabies serta melakukan Focus

Group Discusion (FGD), santri mengetahui apa itu scabies dan bagaimana

cara pencegahanya agar mereka tidak terkena scabies, maupun

menularkannya kepada orang lain.


Untuk itu guna lebih meningkatkan pengetahuan santri tentang

bagaimana pencegahan scabies perlu di tingkatkan lagi penyuluhan-

penyuluhan tentang kesehatan terutama pencegahan scabies dan peran

ustad atau ustazah sebagai pendidik mempunyai kebijakan dalam

pendidikan kesehatan dan mensosialisasikan tentang bagaimana mencegah

agar tidak terjadi penyakit scabies di lingkungan Pondok Pesantren

khususnya Pondok Pesantren As’ad.


66

b. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Scabies terhadap Perilaku santri sebelum

(pre test)dan setelah (post test) Diberikan Pendidikan Kesehatan.


Untuk melihat hasil pengaruh pendidikan kesehatan scabies

sebelum dan setelah diberikan terhadap perilaku, untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada tabel berikut :


Table 4.6 Distribusi Frekuensi Perilaku Santri Tentang Pencegahan
Scabies Sebelum dan Sesudah diberikan Pendidikan
Kesehatan di Pondok Pesantren As’ad Kota Jambi.

Variable Mean SD P-Value N


Perilaku

Pre Test 15.83 2.718 0.000 30


Post Test 18.90 1.561 30
Sumber : Data Primer 2012
Hasil analisis pada tabel 4.6 di atas diketahui rata-rata perilaku

Santri Sebelum diberikan pendidikan kesehatan scabies Mean 15.83

sedangkan rata-rata perilaku santri setelah diberikan pendidikan kesehatan

adalah Mean 18.90 dengan Standar deviasi 1.561. Berdasarkan hasil uji

statistik paired t-test di dapat nilai P- Value = 0,000 < 0,05 dengan selisih

nilai Mean 3,07. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa sebelum

dilakukan pendidikan kesehatan scabies diperoleh nilai distribusi frekuensi

perilaku santri, kurang baik 17, dan baik 13. Sedangkan setelah dilakukan

pendidikan kesehatan scabies diperoleh nilai ditribusi frekuensi perilaku

santri, kurang baik menjadi 7, dan baik menjadi 23. Dapat disimpulkan

bahwa pendidikan kesehatan memiliki pengaruh terhadap peningkatan

perilaku santri tentang pencegahan scabies.


Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian M.Fadli Fajri

(2011), dengan judul Hubungan Sikap, Motivasi keluarga dengan Perilaku


67

Pencegahan penularan scabies di wilayah kerja Puskesmas Olak Kemang

Kota Jambi, menunjukkan hasil penelitian dari 88 responden, 48

responden yang memiliki sikap yang kurang baik dan sebanyak 36

responden (75%) dengan perilaku pencegahan yang kurang baik, 47

responden yang memiliki motivasi yang rendah , sebanyak 35 responden

(74,5%) dengan perilaku pencegahan yang kurang baik.


Menurut Lewit seperti di kutip oleh Notoatmodjo (2003), perilaku

merupakan hasil pengalaman dan proses interaksi dengan lingkungannya,

yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan tindakan sehingga

diperoleh keadaan penahan dan menurut Heri D.J.M, (2009) Perilaku

seseorang dapat berubah jika terjadi keseimbangan antara kedua kekuatan

di dalam diri seseorang.


Berdasarkan dari hasil penelitian ini diketahui bahwa sebelum di

berikan pendidikan kesehatan santri belum memiliki perilaku yang baik

terhadap pencegahan scabies seperti jarang menjemur kasur dan bantal

minimal 2 minggu sekali dan kebiasaan seperti menggunakan peralatan

mandi secara bersama-sama maupun pinjam meminjam handuk atau

pakaian, perilaku ini banyak di pengaruhi oleh berbagai faktor dan salah

satunya adalah pengetahuan yang rendah dan kebiasaan, namun setelah di

berikan pendidikan kesehatan scabies sebagian besar santri memiliki

perilaku yang baik terhadap pencegahan scabies di karenakan santri

menyadari betapa pentingnya pencegahan scabies agar mereka tidak

terkena penyakit tersebut sehingga mereka merubah keniasaan yang

semula tidak baik manjadi baik.


68

Bentuk perubahan perilaku sangatlah bervariasi, sesuai dengan

konsep yang di gunakan oleh para ahli dalam pemahamanya terhadap

perilaku, manurut WHO perubahan perilaku dapat di kelompokkan dalam

perubahan almiah (natural change), perubahan rencana (palanned

change), dan kesediaan untuk berubah ( readiness to change),

( Notoatmojo, 2003).
Perubahan perilaku ini di tunjang oleh asrama atau pondok

pesantren tempat mereka tinggal sudah memiliki fasilitas yang memadai

dari sebelumnya serta di Pondok Pesantren As’ad memiliki organisasi

yang bergerak di bidang kesehatan maka dari itu para santri memiliki

perilaku yang baik untuk mencegah agar penyakit scabies ini tidak terjadi

dengan Mandi secara teratur dengan menggunakan sabun, Mencuci

pakaian, sprei, sarung bantal, selimut dan lainnya minimal 2 kali dalam

seminggu, Menjemur kasur dan bantal minimal 2 minggu sekali, dan Tidak

saling bertukar pakian dan handuk dengan orang lain.


Berdasarkan hasil penelitian bahwa ada pengaruh pemberian

pendidikan kesehatan scabies terhadap perilaku santri dalam pencegahan

scabies dikarenakan pengetahuan santri meningkat setelah diberikan

pendidikan kesehatan scabies, yang berarti perilaku santri membaik setelah

diberikan pendidikan kesehatan, selain itu guna mempertahankan perilaku

yang baik pada santri ada baiknya santri di berikan materi mengenai

pencegahan scabies agar mereka selalu mengingat dan mengaplikasikanya

di kehidupan sehari-hari khususnya di kalangan pondok pesantren. Selain

pemberian materi tentang pencegahan scabies, Pondok Pesantren As’ad


69

sebaiknya membuat jadwal cek kesehatn maupun kegiatan bagi para santri

agar giat untuk menjemur kasur, sprei bantal dll, sebagai upaya lain guna

mempertahankan perilaku baik santri.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian tentang pengaruh pendidikan kesehatan scabies

terhadap pengetahuan dan perilaku santri dalam pencegahan penularan

scabies di pondok pesantren As’ad Kota Jambi, didapatkan kesimpulan

sebagai berikut :
1. Gambaran pengetahuan dan perilaku sebelum diberikan pendidikan

kesehatan scabies diperoleh nilai pengetahuan santri tinggi 13 (43,3%),

rendah 17 (56,7%). Sedangkan perilaku baik 13 (43,3%) dan kurang baik

17 (56,7%).
2. Gambaran pengetahuan dan perilaku setelah diberikan pendidikan

kesehatan scabies diperoleh nilai pengetahuan santri tinggi 21 (70,0%),

rendah 9 (30,0%). Sedangkan perilaku baik 23 (76,7%) dan tidak baik 7

(23,3%).
3. Ada pengaruh yang signifikan antara pendidikan kesehatan scabies

terhadap pengetahuan santri Pondok Pesantren As’ad Tahun 2012 dengan

p value = 0,00 < 0.05.


4. Ada pengaruh yang signifikan antara pendidikan kesehatan scabies

terhadap perilaku santri Pondok Pesantren As’ad Tahun 2012 dengan p

value = 0,000 < 0.05.

B. Saran
1. Bagi Dinas Pendidikan
Dapat menentukan kebijakan dalam upaya meningkatkan

pengetahuan dan perilaku santri dalam pencegahan scabies dengan

71
71

pemberian materi ataupun penyuluhan terkait kesehatan khususnya pada

kalangan santri pondok pesantren.


2. Bagi Pesantren
Di harapkan Dapat dijadikan sebagai salah satu tambahan

pengetahuan dan masukan dalam rangka melakukan tindakan pencegahan

penyakit scabies dan. Pondok Pesantren As’ad sebaiknya membuat jadwal

cek kesehatn maupun kegiatan bagi para santri agar giat untuk menjemur

kasur, sprei bantal dll, sebagai upaya lain guna mempertahankan perilaku

baik santri.
3. Bagi Peneliti
Memperkaya sarana penerapan ilmu pengetahuan yang didapat

selama pendidikan dan memberikan pengalaman yang berharga dan

meningkatkan wawasan penulis dalam melakukan penelitian kesehatan.


DAFTAR PUSTAKA

Aini, Nur. 2009. Hubungan Faktor-Lingkungan dan Perilaku Santri Terhadap


Prevalensi Skabies di Pondok Pesantren Putra “Sidogiri” Kecamatan
Kraton-Kabupaten Pasuruan. Fakultas Muhammadiyah Malang.

Anderson, Elizabet T. 2006. Buku ajar keperawatan komunitas : teori dan praktik.
Edisi 3. Jakarta. EGC

Andayani. L. S. 2005. Perilaku santri dalam upaya pencegahan penyakit scabies


di pondok pesntren Ulumul Qur’an Stabat. Info kesehatan masyarakat.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,.


Jakarta : Rineka Cipta.

Azwar, Azrul. 2003. Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta : Binarupa


Aksara.

Djuanda. A. 2007. Ilmu penyakit kulit dan Kelamin. Edisi kelima, cetakan kedua.
Jakarta : FKUI.

Fajri, M.Fadli. A. 2011. Hubungan Sikap dan Motivasi keluarga dengan Perilaku
Pencegahan Penularan Scabies di wilayah kerja Puskesmas Olak Kemang
Kota Jambi, Sripsi, STIKBA. Jambi.

Hidayat, A.A.A. 2008. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data.
Jakarta : Salemba Medika.

Hetharia, Rospa. 2009. Asuhan keperawatan gangguan system Integumen.


Jakarta : TIM.

Heri D.J. Maulana. 2009. Promosi kesehatan, editor, Egi Komara Yudha. Jakarta.
EGC

Kartika. H. 2008. Skabies. Diakses 10 Januari 2012. http:// henykartika.


wordpers.com /2008/02/24/scabies.

Graham-Brown, Robin, dkk. 2005. Dermatologi, Edisi 8. Jakarta .Erlangga.

Ma’rufi. I. 2005. Faktor Sanitasi Lingkungan yang berperan Terhadap Prevalensi


Penyakit Skabies. Jurnal kesehatan Lingkungan . Vol. 2, No. 1. Juli 2005.

Mansyur, Muchtarudin. dkk. 2007. Pendekatan Kedokteran Keluarga pada


Penatalaksanaan Skabies Anak Usia Pra-Sekolah. Jakarta : FKUI.

Muzakir. 2008. Factor yang berhubungan dengan kejadian penyakit scabies pada
Pesantre yang ada di Kabupaten Aceh Besar Tahun 2007. USU. Medan.
Mubarak, Wahit. Iqbal dan Chayatin, Nurul. 2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat:
Teori dan Aplikasi. Jakarta : Salemba Medika.

Mubarak, Wahit. Iqbal. Dkk. 2007. Promosi kesehatan : Sebuah Pengantar


Proses belajar Mengajar dalam Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Ningsih, Dewi. H. 2011. Hubugan pengetahuan dan sikap santri dengan


pencegahan penyakit scabies di pondok pesantren Sa’adatuddaren Kota
jambi.SKRIPSI. STIKBA. Jambi.

Notoatmojo, Soekidjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta. Rineka


Cipta.

---------. 2005. Promosi Kesehatan teori dan Aplikasi. Jakarta : Rineka Cipta

---------. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta.

---------. 2010. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Nurmasari. 2010. Hubungan Kebersihan Diri dan Sosia Ekonomi dengan kejadian
Penyakit Kulit Scabies pada Masyarakat di PKM Tahtul Yaman Kota
Jambi Tahun 2010.

Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu


Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian. Jakarta :
Salemba Medika.

Pawening. A. 2009. Perbedaan Angka Kejadian Skabies Antara Kelompok Santri


Berdasarkan Lama Belajar di Pesantren. Diakses: 16 februari 2011.
http://digilib.uns.ac.id/abstrak_1262_perbedaan-angka-kejadianskabies
antara-kelompok-santri-berdasarkan-lama-belajar-di-pesantren.html

Rahmawati N. 2009. Pengaruh pendidikan kesehatan tentang penyakit skabies


terhadap perubahan sikap penderita dalam pencegahan penularan
penyakit skabies pada santri di pondok pesantren Al-Amin Palur
Kabupaten Sukoharjo. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Riwidikdo, Handoko. 2010. Statistik Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Pustaka


Rihama.

Rosdiana Safar, Hj. 2009. Protozoologi, Entomologi, dan Helmintologi. Bandung.


Yrama Widya.

Safri. 2008. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian scabies pada santri
di pondok pesantren nurul iman desa sebapo kec. Mestong kab. Muaro
Jambi. SKRIPSI. STIKES. Jambi.
Scabies. Diperoleh dari : http://www.stanford.edu/class/humbio103/ Parasites
2004/Scabies/ScabiesHome.html.

Sugiono. 2010. Statistika Untuk Penelitian. Bandung. Alfabeta

Sudirman. T. 2006. Scabies : Masalah Diagnosis dan Pengobatan. Majalah


Kesehatan Damianus. Vol. 5, No. 3. September 2006.

Sungkar. 2008. Kejadian scabies indonesia. Di akses dari www.Republika


online.co.id

Supadi, Suharyanto, 2004. Statistic kesehatan bagian ilmu masyarakat. Fakultas


Kedokteran UGM. Yogyakarta.

Soedarto M. Skabies. Dkk. 2003. Penyakit menular seksual. Edisi ke-2. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI: h. 162-8.

Wahit. dkk. 2006. Ilmu keperawatan Komunitas 2. Jakarta. Sagung seto.

World Health Organization. Iron deficiency anaemia. 2010: assessment,


prevention, and control: a guide for programme manager. Diunduh dari :
http://www.who.int/nutrition/publications/micronutrients/anaemia_iron_de
ficiency/WHO_NHD_01.3/en/index.html
JADWAL PENYUSUNAN SKRIPSI REGULER SEMESTER VIII
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAITURRAHIM JAMBI
TAHUN AJARAN 2011/2012

TAHUN 2011/2012
NO KEGIATAN KET.
FEBRUARI MARET APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
1. Penentuan
21/Feb/12
pembimbing
2. Penentuan Masalah
Penelitian 28/Feb/12
3. Pengajuan Judul dan 14/Maret/1
Penetapan Judul 2
4. Menyusun Proposal 27Mart/12
5. Pendaftaran Seminar
Proposal 28/Mei/12

6. Seminar proposal 10/Jun/12


7. Perbaikan proposal 25/Jun/12
8. Penelitian dan
konsultasi penelitian 4/Jul/12
9. Pendaftaran sidang
12-Jul-12
skripsi
10. Sidang skripsi 27/Ags/12
11. Revisi 30/Ags/12

Jambi, 28 Agustus 2012


ARIS PURWO PRIYANTO
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Aris Purwo Priyanto

Tempat / tanggal lahir : Muara Bulian / 28 Agustus 1990

Pekerjaan : Mahasiswa PSIK STIKBA Jambi

Status : Belum Menikah

Nama Bapak : Purnomo

Nama Ibu : Munjiyati

No. HP : 085266668658

Riwayat Pendidikan :

1. SDN 60/IX Kab. Muaro Jambi, Sembubuk 2002

2. SMPN 15 Kab. Muaro Jambi, Sembubuk 2005

3. SMK IX Lurah 1, Kota Jambi 2008

4. PSIK Baiturrahim Jambi 2008-sekarang

Jambi, 28 Agustus 2012

Mahasiswa

(Aris Purwo Priyanto)


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAITURRAHIM
JAMBI

INFORMED CONSENT

Saya yang bertanda tangan di bawah ini akan melakukan penelitian di Pondok Pesantren
As’ad Kota Jambi, penelitian ini akan dilakukan mahasiswa Program Studi Ilmu
Keperawatan Baiturrahim Jambi.
Nama : Aris Purwo Priyanto
NPM : 2008 021 013
Judul : Pengaruh Pendidikan Kesehatan Scabies Terhadap Pengetahuan dan Perilaku
Santri Dalam Pencegahan Scabies di Pondok Pesantren As’ad Kota Jambi
Dengan ini menyatakan bahwa penelitian ini tidak akan menimbulkan akibat apapun
yang dapat merugikan responden. Kerahasiaan informasi yang di berikan akan dijaga dan
akan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.
Jambi , Juli 2012
Peneliti

Aris Purwo Priyanto

SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN


Saya yang bertanda tangan dibawah ini, menyatakan ketersediaan saya untuk ikut
berpartisipasi sebagai responden penelitian ini, setelah menerima penjelasan tentang maksud
dan tujuan dar penelitian yang di lakukan oleh mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan
Baiturrahim Jambi.
Tanda tangan saya menunjukkan bahwa saya bersedia untuk berpartisipasi dalam
penelitian ini.
Jambi, Juli 2012
Responden

( )
Kuesioner Penelitian Pre-Test dan Post-Test

Pengaruh Pendidikan Kesehatan Scabies Terhadap Pengetahuan dan Perilaku Santri

Dalam Pencegahan Scabies di Pondok Pesantren As’ad Kota Jambi

Tahun 2012

No Responden : Inisial siswa :

Tanggal : Umur :

Kelas :

Petunjuk pengisian kuesioner :

Jawablah pertanyaan di bawah ini sesuai dengan keadaan sebenarnya dan lembar kuesioner

yang Saudara anggap benar.


A. PENGETAHUAN
Berilah tanda check list (√) pada pertanyaan di bawah ini yang dinyatakan dalam pilihan

jawaban : (Ya) atau (Tidak).

No Pernyataan Ya Tidak
1. Di Indonesia scabies sering disebut dengan kudis.
2 Scabies adalah penyakit yang disebabkan oleh Sarcoptes
Scabiei.
3. Penyakit scarbies lebih gatal pada malam hari.
4. Scabies hanya dapat ditularkan melalui pemakaian pakaian
atau alat sholat secara bergantian.
5. Berjabat tangan dapat menularkan penyakit scabies
6. Penularan scabies sangat mudah menyebar dilingkungan
keluarga, perkampungan padat dan asrama (Pondok
pesantren).
7. Scabies dapat di tularkan melalui pemakaian handuk secara
beragantian.
8. Orang yang menjaga tubuhnya dapat terkena scabies.
9. Kamar yang penghuninya padat tidak ada kaitannya dengan
perkembangbiakan scabies.
10. Kamar yang masuk pencahayaan sinar matahari dapat
mempermudah perkembangbiakan scabies
11. Tidak memakai pakaian secara bergantian dapat mencegah
terjadinya penyakit scabies
12. Menghindari kontak langsung (berjabat tangan) dengan
penderita scabies dapat mencegah penularan penyakit
scabies
13. Menghindari pemakaian peralatan tidur secara bersama dapat
mencegah terjadi penularan penyakit scabies
14. Scabies dapat sembuh dengan mandi menggunakan sabun
secara teratur
15. Scabies dapat diobati dengan mandi menggunakan belerang
16. Pengobatan scabies dapat dilakukan dengan pemberian
bedak gatal

B. PERILAKU PENCEGAHAN
Berilah tanda check list (√) pada pertanyaan di bawah ini yang dinyatakan dalam pilihan

jawaban : (Ya) atau (Tidak).


No Pencegahan scabies Ya Tidak
Santri menjaga kebersihan badan dengan mandi 2 kali
1.
sehari secara teratur
2. Santri dua minggu sekali mencuci handuk

3. Santri dua minggu sekali manjemur bantal

4. Santri dua minggu sekali mencuci sprei


Santri selalu menjaga ventilasi pencahayaan masuk agar
5.
tidak lembab
Santri menghindari bersentuhan langsung dengan penderita
6.
scabies
Santri selalu menjaga tempat tinggalnya (Pondok
7.
Pesantren) agar selalu dalam keadaan bersih.
Santri tidak pinjam meminjam pakaian secara bersama-
8.
sama
Santri menghindari menggunakan peralatan mandi secara
9.
bersama-sama
10. Santri tidak memakai kasur secara bersama-sama
SATUAN ACARA PENYULUHAN

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN SCABIES TERHADAP


PENGETAHUAN DAN PERILAKU SANTRI DALAM
PENCEGAHAN SCABIES DI PONDOK
PESANTREN AS’AD
KOTA JAMBI

Oleh :
ARIS PURWO PRIYANTO
2008 21 013

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAITURRAHIM
JAMBI
2012
SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP)

Topik : Penyajian materi tentang Pencegahan Scabies


Sasaran : Santri Aliyah Pondok Pesantren As’ad Kota Jambi
Waktu : 1x45 menit
Tempat : Aula Pondok Pesantren As’ad Kota Jambi
Hari/tanggal : Kamis 13 Juli 2012

A. Kopetensi
1. Kopetensi Dasar
Setelah dilakukan penyuluhan, santri memahami tentang penyakit Scabies dan
bagaimana cara pencergahannya.
2. Standar Kopetensi
Peserta mampu :
a. Menjelasakan pengertian Scabies
b. Menjelaskan penyebab penyakit Scabies
c. Menjelaskan tanda dan gejala dari Scabies
d. Menjelaskan dampak Scabies
e. Menjelaskan pencegahan Scabies
B. Pokok pembahasan : pendidikan kesehatan scabies terhadap pengetahuan dan sikap santri.

C. Sub Pokok Pembahasan


1. Pengertian Scabies
2. Penyebab Scabies
3. Gejala klinis penyakit Scabies
4. Klasifikasi Scabies
5. Komplikasi Scabies
6. Pengobatan Scabies
7. Pencegahan Scabies
8. Perawatan terhadap penyakit Scabies

D. Kegiatan Penyuluhan

Tahap kegiatan Kegiatan Penyaji Kegiatan Santri Media dan Alat Waktu
(1) (2) (3) (4) (5)
Pendahuluan Fase orientasi / Whiteboard 20 menit
tahap pembukaan Quesioner
1. Mengucapk 1. Menjawab
an salam dan salam
Memperkenalk
an diri.
2. Menjelaska 2. Memperhatikan
n tujuan penyaji
3. Menjelaska 3. Memperhatikan
n cakupan penyaji
materi pada
pokok bahasan
dan cakupan
materi yang
herus di capai.
Penyajian Fase kerja / White board 30 Menit
Pelaksanaan Infocus
1. Menggali 1. Mengemukakan Leflet
pengetahuan pendapat
santri tentang tentang scabies
masalah
scabies.
2. Memberi 2. Mendengarkan
reinforcement
positif
3. Menyampai 3. Mendengarkan,
kan materi memperhatikan
pengertian materi yang
scabies disampaikan
4. Menyampai 4. Mendengarkan,
kan materi memperhatikan
penyebab materi yang
scabies disampaikan
5. Dorong 5. Mengajukan
untuk pertanyaan
mengajukan
pertanyaan 6. Mendengarka
6. Memberika
n
reinforcement 7. Memperhatikan
positif jawaban
7. Menjawab 8. Mendengarkan,
pertanyaan memperhatikan
8. Menyampai materi yang
kan materi disampaikan
tentang tanda
dan gejala 9. Mendengarkan,
scabies Mendengarkan
9. Menyampai memperhatikan
kan materi materi yang
tentang tanda disampaikan
dan klasifikasi 10. Mendengarkan,
scabies memperhatikan
10. Menyampai materi yang
kan materi disampaikan
tentang
dampak 11. Mengajukan
scabies pertanyaan
11. Dorong
untuk 12. Memperhatikan
mengajukan
pertayaan
12. Memberika 13. Memperhatikan
n jawaban
reinforcement 14. Mendengarkan,
positif memperhatikan
13. Menjawab materi yang
pertayaan disampaikan
14. Menyampai
kan materi 15. Mendengarkan,
tentang memperhatikan
pengobatan materi yang
scabies disampaikan
15. Menyampai
kan materi 16. Mengajukan
tentang pertanyaan
pencegahan
scabies 17. Memperhatikan
16. Dorong untuk
mengajukan
pertanyaan 18. Memperhatikan
17. Memberi jawaban
reinforcement
positif
18. Menjawab
pertanyaan
Penutup Fase terminasi / White board 5 menit
tahap penutup Infocus
1. Mengevalua 1. Menjawab Quesioner
si materi yang pertanyaan
telah diberikan
2. Meminta 2. Memperhatikan
santri dan
menyimpulkan menyimpulkan
3. Menjawab
3. Mengucapk ucapan terima
an terima kasih kasih
4. Menjawab
4. Mengucapk salam
an salam
PANDUAN FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD)

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN SCABIES TERHADAP


PENGETAHUAN DAN PERILAKU SANTRI DALAM
PENCEGAHAN SCABIES DI PONDOK
PESANTREN AS’AD
KOTA JAMBI

Oleh :
ARIS PURWO PRIYANTO
2008 21 013

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAITURRAHIM
JAMBI
2012
FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD)
Pencegahan Scabies Pada Santri di Pondok Pesantren As’ad Kota Jambi

Topik : Pembahasan materi tentang Pencegahan Scabies


Sasaran : Santri Aliyah Pondok Pesantren As’ad Kota Jambi
Peserta : 2 kelompok (1 kelompok terdiri dari 15 orang)
Waktu : 1x30 menit
Tempat : Aula Pondok Pesantren As’ad Kota Jambi
Hari/tanggal : Kamis 13 Juli 2012

E. Kopetensi
Setelah dilakukan diskusi, santri memahami tentang bagaimana pencegahan
penyakit Scabies dan santri menerapkannya di kehidupan sehari-hari dalam bentuk
perilaku.
F. Pokok pembahasan : Pencegahan scabies terhadap pengetahuan dan Perilaku santri.
G. Sub Pokok Pembahasan
1. Pengertian Scabies
2. Penyebab Scabies
3. Gejala klinis penyakit Scabies
4. Komplikasi Scabies
5. Pengobatan Scabies
6. Pencegahan Scabies Meliputi :
- Mandi secara teratur dengan menggunakan sabun.
- Mencuci pakaian, sprei, sarung bantal, selimut dan lainnya minimal 2 kali dalam
seminggu.
- Menjemur kasur dan bantal minimal 2 minggu sekali.
- Tidak saling bertukar pakian dan handuk dengan orang lain.
- Hindari kontak dengan orang-orang atau kain serta pakian yang di curigai
terinfeksi tungau scabies.
- Menjaga kebersihan rumah dan berventilasi yang cukup.

H. Pengorganisasian tim FGD


Moderator : - Aris Purwo Priyanto
- Ribowo
Notulen : - Mardiati
- Dina syarif
Dokumentasi : - Robani
I. Setting Tempat

Keterangan :

: Moderator

: Notulen

: santri putra dan putri

J. Kegiatan

No Kegiatan mahasiswa Kegiatan siswa/i Alokasi waktu


1. Fase orientasi/tahap 5 menit
pembukaan :
1. Mengucapkan 1. Memperhatikan
salam. dan menjawab
salam dari
mahasiswa
2. Memperkenalkan 2. Memperhatikan
diri.
3. Menjelaskan tujuan 3. Memperhatikan,
dan kontrak waktu menyetujui
untuk discusi. kontrak waktu .
2. a. Gali/kaji pengetahuan 20 menit
santri diantaranya :
1) Memberikan 1) Mengemukakan
kesempatan santri pendapat
untuk memberikan
pendapat tentang
pengertian Scabies
2) Beri reinforcemen 2) Memperhatikan
(+) atas semua
pendapat santri
3) Menjeleskan 3) Memperhatikan
pengertian Scabies.
4) Memberikan 4) Mengemukeken
kesempatan santri pendapat
untuk memberikan
pendapat tentang
penyebab Scabies
5) Beri reinforcemen 5) Memperhatikan
(+) atas semua
pendapat santri.

6) Menjeleskan gejala 6) Mendengarkan


penyakit Scabies dan
Memperhatikan
7) Memberikan 7) Mengemukakan
kesempatan santri pendapat
untuk memberikan
pendapat tentang
Masalah yang dapat
timbul akibat bila
scabies tidak di
obati.
8) Beri reinforcemen 8) Memperhatikan
(+) atas semua
pendapat santri
9) Menjeleskan tentang 9) Mendengarkan
pengobatan scabies dan
10) Memberikan Memperhatikan
kesempatan santri
untuk memberikan 10) Mengemukakan
pendapat tentang pendapat
apa saja yang
dilakukan untuk
mencegah terjadinya
penyakit scabies
11) Beri reinforcemen 11) Memperhatikan
(+) atas semua
pendapat santri
12) Menjeleskan dan 12) Mendengarkan
mengajarkan tentang dan
apa saja yang Memperhatikan
dilakukan untuk
mencegah terjadinya
penyakit scabies
13) Memberikan 13) Melakukan
kesempatan kepada kegiatan
santri untuk
mempraktikannya.
14) Memberikan 14) Memperhatikan
reinforcemen (+)
atas usaha santri

3. Fase terminasi/penutup 5 menit


1. Meminta santri 1. Mengemukakan
untuk pendapat
menyimpulkan
materi yang telah
diberikan.
2. Beri reinforcemen 2. Memperhatikan
(+) atas semua
pendapat santri
3. Meminta santri
untuk mencoba 3. Melakukan
menjelaskan dan kegiatan
mempraktikan apa
saja yang dilakukan
untuk mencegah
terjadinya penyakit
scabies
4. memberi kuis secara 4. Menjawab kuis
lisan
5. Menutup diskusi 5. Memperhatikan
6. Mengucapkan 6. Menjawab salam
salam.

K. Evaluasi
a. Evaluasi struktur
 Fasilitator bekerja sesuai dengan tugasnya
 Moderator mengatur jalannya penyululuhan dengan baik
 Presenter/penyaji menyajikan materi yang telah direncanakan
b. Evaluasi proses
 Santri memperhatikan materi yang disampaikan
 Santri sangat berantusias untuk bertanya
 Santri menjelaskan dan melakukan cara pencegahan scabies dengan baik.
c. Evaluasi hasil
 78% Santri mampu menjawab pertanyaan
 70 % Santri aktif dalam bertanya
 77% Santri mampu menjelaskan dan melakukan cara pencegahan scabies.
MODUL

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN SCABIES TERHADAP


PENGETAHUAN DAN PERILAKU SANTRI DALAM
PENCEGAHAN SCABIES DI PONDOK
PESANTREN AS’AD
KOTA JAMBI

Oleh :

ARIS PURWO PRIYANTO


2008 21 013

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAITURRAHIM
JAMBI
2012
MODUL

PENDIDIKAN KESEHATAN DALAM PENCEGAHAN SCABIES

A. Pengertian Scabies
Scabies berasal dari bahsa latin yang juga dikenal dengan nama keropeng, kudis,

gatal agogo, gudik, budukan atau the itch (Graham, 2005).


B. Penyebab Scabies
Scabies adalah infeksi kulit yang di sebabkan oleh sarcoptes scabiei tungau

(mite) berukuran kecil yang hidup didalam kulit penderita (Soedarto, 2009).
Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya

cenbung dan bagian perutnya rata. Tungau ini translusen, berwarna putih kotor, dan

tidak bermata. Ukurannya, yang betina berkisar antara 330-350 mikron x 250-350

mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil, yakni 200-240 mikron x 150-200 mikron.

Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang kaki di depan sebagai alat melekat

dan 2 pasang kaki kedua pada betina berahir dengan rambut, sedangkan pada yang

jantan pasangan kaki ketiga berahir dengan rambut dan keempat berahir dengan perekat.

(Djuanda, 2007).
Setelah melakukan kopulasi yang jantan mati dan yang betina gravid telur akan

menetas dan keluar larva dengan 3 pansang kaki. Larva ini akan meneruskan membuat

terowongan ke arah lateral dengan kecepatan 2-3 milimeter sehari sambil meletakkan

telurnya 2 atau 4 butir sampai menapai jumlah 40 atau 50, telur akan menetas, biasanya

dalm waktu 3-5 hari, dan menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki, 2-3 hari larva

akan menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina dengan 4 pasang kaki

lalu menjadi dewasa. Lingkaran hidup berlangsung 8-12 hari dan tungau betina dapat

hidup 2-3 minggu sampai 1 bulan. (Djuanda, 2007).


C. Tanda dan Gejala Scabies
Gejala klinis yang menjadi dasar diagnosis scabies adalah rasa gatal yang hebat,

yang terutama terjadi pada malam hari. Lokasi kelainan kulit yang sering di jumpai
adalah di daerah sela-sela jari tangan dan kaki, ketiak, daerah umbilicus, dan sekitar

putting susu.
Infeksi sekunder sering terjadi berupa radang kulit bernanah (piodermi).

Kerokan kulit yang di periksa di bawah mikroskop akan menunjukan adanya parasit

yang spesifik bentuknya (Soedarto, 2009).


D. Klasifikasi Scabies
Scabies dapat di klasifikasikan sebgai berikut :
j. Scabies pada orang bersih (Scabies in the clean)
Tipe ini sering d temukan bersama dengan penyakit menular lain. Ditandai

dengan gejala minimal dan sukar di temukan. Kutu biasanya menghilang

akibat mandi secara teratur.


k. Scabies pada bayi dan anak kecil
Gambaran klinis tidak khas, terowongan sulit ditemukan namun vesikel lebih

banyak, dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk kepala, leher, telapak

tangan, telapak kaki.


l. Scabies noduler (Nodular scabies)
Lesi berupa nodul coklat kemerahan ynag gatal pada daerah tertutup. Nodul

dapat bertahan beberapa bulan hingga beberapa tahun walaupun telah

diberikan pengobatan anti scabies.


m. Scabies in cognito
Scabies akibat pengobatan dengan menggunakan kortikosteroid topical atau

sistemik. Pemberian obat ini hanya dapat memperbaiki gejala klinik (rasa

gatal) tetapi penyakitnya tetap ada dan menular.


n. Scabies yang di tularkan oleh hewan (Animal transmited scabies)
Gejala ringan rasa gatal kurang, tidak timbul terowongan, lesi terutama

terdapat pada tempat-tempat kontak, dapat sembuh sendiri bila menjauhi

hewan tersebut dan mandi yang bersih.


o. Scabies krustosa (cruster scabies / scabies keratorik)
Tipe ini jaran terjad, namun bila di temui kasus ini, dan terjadi keterlambatan

diagnosis maka kondisi ini akan sangat menular.


p. Scabies terbaring di tempat tidur (Bed ridden)
Penderita penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa harus terbaring di

tempat tidur dapat menderita scabies yang lesinya terbatas.


q. Scabies yang di sertai penyakit menular lain
Apabila ada scabies di daerah genital perlu di cari kemungkinan penyakit

menular seksual yang lain, dimulai dengan pemeriksaan biakan atau gonore

dan pemeriksaan serologi untuk sifilis.


r. Scabies dishidrosifrom
Jenis ini di tandai oleh lesi berupa kelompok vesikel dan pustule pada tangan

dan kaki yang sering berulang dan selalu sembuh dengan obat antiscabies.
E. Komplikasi
Bila scabies tidak di obati selama beberapa minggu atau bulan, dapat timbul

dermatitis akibat garukan. Erupsi dapat berbentuk impetigo, ektima, selulitis, limfagotis

dan furunkel. Infeksi bakteri pada bayi dan anak kecil yang diserang scabies dapat

menimbulkan komplikasi pada ginjal. Glomerunofritis dapat terjad paa anak bayi yang

mengalami infeksi sekunder. (Hetharia, 2009)


F. Pengobatan Scabies
Merupakan suatu hal yang penting untuk menerangkan kepada pasien dengan

jelas-jelasnya tentang bagiamana memakai obat-obatan yang di gunakan dan lebih baik

lagi bila di srtai penjelasan secara tertulis. Obat –obat yang dapat di pakai antara lain :
d. Malation 0,5%

Obat dalam bentuk cairan ini disukai karena tidak mengiritasi kulit yang

mengalami ekskoriasi atau aksema. Bilas sesudah 24 jam.

e. Krim Permetrin 5%

Bilas sesudah 8-12 jam, pemakaian tunggal malation atau permetrin sering

efektif, tetapi di anjurkan untuk melakukan pengobatan yang kedua 7 hari

sesudahnya.

f. Emulsi benzyl benzoate

Pengobatan di lakukan 3 kali dalam waktu 24 jam. Pada waktu sore hari

oleskan emulsi mulai dari leher sampai jari kaki. Biarkan mongering,

lakukan pengolesan lapisan yang kedua. Pagi berikutnya lakukan olesan


lapisan yang ketiga, dan kemudian bilas benzil benzoat pada sore hari kedua.

Pengobatan dengan cara ini sudah cukup, sehingga pasien harus diberi

penerangan bahwa pemakaian berulang akan menimbulkan iritasi.

G. Pencegahan Scabies
Kebersihan penderita dalam mencegah penularan penyakit scabies pada orang

lain sangat di temtukan oleh kepatuhan dan keteraturan dalam menjaga kebersihan diri.

Oleh karena itu selama pengobatan dan perawatan diperlukan tingkat perilaku yang baik

dari penderita. Perilaku penderita scabies dalm upaya pencegahan prognosis yang lebih

buruk di pengaruhi oleh sikap dan pengetahuannya tentang penyakiti ini. Pengetahuan

dan sikap penderita yang buruk akan menyebabkan kegagalan dalam tindakan

penanggulangan penyakit. Siregar (1996) yang di kutip Muzakir 2008, penyakit ini

sangat erat kaitannya dengan kebersihan dan lingkungan yang kurang baik oleh sebab

itu untuk mencegah penyebaran penyakit ini dapat di lakukan dengan cara:
g. Mandi secara teratur dengan menggunakan sabun.
h. Mencuci pakaian, sprei, sarung bantal, selimut dan lainnya minimal 2 kali

dalam seminggu.
i. Menjemur kasur dan bantal minimal 2 minggu sekali.
j. Tidak saling bertukar pakian dan handuk dengan orang lain.
k. Hindari kontak dengan orang-orang atau kain serta pakian yang di curigai

terinfeksi tungau scabies.


l. Menjaga kebersihan rumah dan berventilasi yang cukup.

Menjaga kebersihan tubuh sangat penting untuk menjaga infestai parasit.

Sebaiknya mandi dua kali sehari, serta menghindari kontak langsung dengan

penderita, mengingat parasit mudah menular pada kulit. Walaupun penyakit ini

hanya penyakit kulit biasa, dan tidak membahayakan jiwa, namun penyakit ini

sangat menggangu kehidupan sehari-hari.


Bila pengobatan sudah dilakukan secara tuntas, tidak menjamin terbebas

dari infeksi ulang. Menurut Azwar (2003) langkah yang dapat di ambil adalah

sebagai berikut :

d. Suci hamakan sisir, sikat rambut dan perhiasan rambut dengan cara

merendam di cairan antiseptic.


e. Cuci semua handuk, pakian, sprei, dalam air sabun hangat gunakan

seterika panas untuk membunuh semua telurnya, atau di cuci kering (dry-

cleaned).
f. Hindari pemakaian bersam sisir, mukena atu jilbab.

Memberikan beberapa cara pencegahan yang dilakukan penyuluh kepada

masyarakat dan komunitas kesehatan tentang cara penularan, diagnosis dini dan

cara pengobatan penderita scabies dan orang-orang yang kontak meliputi :

d. Pengawasan penderita, kontak dan lingkungan sekitarnya


e. Laporan kepada Dinas Kesehatan setempat namun laporan resmi jarang

dilakukan.
f. Isolasi santri yang terinfeksi dilarang masuk ke dalam pondok sampai

dilakukan pengobatan. Penderita yang dirawat di Rumah Sakit diisolasi

sampai dengan 24 jam setelah dilakukan pengobatan yang efektif.

Disinfeksi serentak yaitu pakaian dan sprei yang digunkan oleh penderita

dalam 48 jam pertama sebelum pengobatan dicuci dengan menggunakan system

pemanasan pada proses pencucian dan pengeringan, hal ini membunuh kutu dan

telur. Tindakan ini tidak dibutuhkan pada infestasi yang berat. Mencuci sprei,

sarung bantal dan pakaian pada penderita (Muzakir, 2008).

Penanggulangan wabah yang terjadi dapat dilakukan dengan beberapa

cara diantaranya :
e. Berikan pengobatan dan penyuluhan kepada penderita dan orang yang

berisiko.
f. Pengobatn dilakukan secara masal
g. Penemuan kasus dilakukan secara serentak baik didalam keluarga,

didalam unit atau institusi militer, jika memungkinkan penderita

dipindahkan.
h. Sediakan sabun, sarana pemandian dan pencucian umum, jika ada sangat

membantu dalam pencegahan infeksi.

Menurut Muzakir (2008) agar tubuh tetap sehat kita harus menjaga kebersihan

diri sebagai berikut :

4. Kebiasaan mandi
Mandi secara teratur minimal 2x setiap harinya dengan menggunakan sabun mandi

dan air bersih. Mandi yang baik di lakukan sebelum dan sesudah melaksanakan

kegiatan, di tandai dengan rasa yang segar sehabis mandi. Mandi ini bermanfaat

untuk menghilangkan bau, menghilangkan kotoran, merangsang peredaran darah dan

syaraf, melemaskan otot, dan member kesegaran pada tubuh.


5. Berpakaian yang bersih
Pakaian yang bersih terasa segar karena masih belum terkena kotoran. Sebaiknya

pakaian yang telah kotor dan lembab dapat menimbulkan penyakit dan

mempermudah perkembangan sarcoptes scabiei. Untuk menjaga kulit dari penyakit

hendaknya mengganti pakaian setelah mandi dan sebelum tidur serta di anjurkan

pada saat bekerja didalam dan diluar ruangan harus menggunakan pakaian yang

berbeda, begitu juga pada saat istirahat pakaian harus tersendiri dan pencuci pakaian

sebaiknya setelah dipakai langsung dicuci. Sebelum pakaian dikenakan, sebaiknya

disetrika terlebih dahulu untuk mematikan kuman dan bakteri.

6. Kebiasaan cuci tangan dan kaki


Tangan dan kaki merupakan organ tubuh yang harus dijaga kebersihannya, terutama

setelah pulang beraktivitas, sebelum makan dan sebelum tidur. Hal ini dilakukan
untuk menghindari masuknya patogen penyebab penyakit masuk ke dalam tubuh.

Dan sebaiknya setelah tanga dan kaki di cuci bersih, di keringkan menggunakan

handuk yang bersih.

Selain memperhatikan kebiasaan mandi, pakaiaan yang bersih, dan kebiasaan

mencuci tangan dan kaki, pemeliharaan kamar, tempat tidur secara rutinitas dan tidak

menggunakan barang secara bersama. Hal ini akan mengurangi terjadinya penularan

penyakit terutama terhadap penyebaran sarcoptes scabiei melalui kontak tidak langsung

seperti melalui pakaian, handuk, alas, tempat tidur, selimut dan bantal. Untuk itu

dianjurkan untuk tidak menggunakan barang-barang secara bersama dan selalu

membersihkan alas dan tempat tidur sebelum dan sesudah tidur (Mansjoer, 2003).
PENGERTIAN SCABIES Gejala penyakit
Z Scabies adalah infeksi kulit yang di sebabkan
PENYULUHAN
oleh sarcoptes scabiei tungau (mite) berukuran Scabies :
PENCEGAHAN SCABIES DI PONDOK
kecil yang hidup didalam kulit penderita. Rasa gatal yang hebat, yang terutama
PESANTREN AS’AD KOTA JAMBI
terjadi pada malam hari.
kelainan kulit di daerah sela-sela jari
tangan dan kaki, ketiak, daerah pusar, dan
sekitar putting susu.
Infeksi sekunder sering terjadi berupa
PENYEBAB radang kulit bernanah (piodermi).

Kerokan kulit yang di periksa di

OLEH :
(Sarcoptes scabiei)
bawah mikroskop akan
ARIS PURWO PRIYANTO
Ukuran yang jantan berkisar 150-200 mikron, menunjukan adanya parasit yang
2008-21-013
sedangkan yang betina 300-350 mikron.
S1- KEPERAWATAN spesifik bentuknya.
Stadium dewasa mempunyai 4 pasang kaki,
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN yang 2 pasang menghadap ke depan dan 2
BAITURRAHIM JAMBI
pasang menghadap ke belakang.
2012
AKIBATNYA BILA Pengobatan Menghindari pemakaian baju, handuk,
seperai secara bersama-sama.
TIDAK DI Menjaga kebersihan diri :

OBATI…? Scabies : Kebiasaan mandi (minimal 2x setiap


harinya)
Bila scabies tidak di obati selama Berpakaian yang bersih
beberapa minggu atau bulan, dapat Kebiasaan cuci tangan dan kaki
timbul dermatitis. Emulsi benzyl benzoate

Infeksi bakteri pada bayi dan anak kecil Krim Permetrin 5%

yang diserang scabies dapat Malation 0,5%

menimbulkan komplikasi pada ginjal. TERIMA KASIH


Dermatitis iritan dapat timbul karena
penggunaan preparat anti scabies yang Pencegahan………
berlebihan, baik pada terapi awal atau
pun pemakaian yang terlalu sering. .!
Mencuci bersih, bahkan sebagian ahli SEMOGA
menganjurkan dengan cara direbus, handuk,
BERMANFAAT
seprei, maupun baju penderita scabies.

Mencuci dan menjemur kasur, bantal, seperai

secara teratur.

Menjaga lingkungan didalam rumah agar

tetap mendapat sinar matahari yang cukup,

tidak lembab, dan selalu dalam keadaan

bersih.
HASIL ANALISIS UNIVARIAT

 PENGETAHUAN
Frequencies

Statistics

Pre Tes Post Test


Pengetahuan Pengetahuan

N Valid 30 30

Missing 0 0

Mean 1.43 1.70

Std. Error of Mean .092 .085

Median 1.00 2.00

Mode 1 2

Std. Deviation .504 .466

Variance .254 .217

Range 1 1

Minimum 1 1

Maximum 2 2

Pre Tes Pengetahuan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid rendah 17 56.7 56.7 56.7

tinggi 13 43.3 43.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

Post Test Pengetahuan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid rendah 9 30.0 30.0 30.0

tinggi 21 70.0 70.0 100.0

Total 30 100.0 100.0


HISTOGRAM
Frequencies

Statistics

Skor Pre Pgth Skor Post Pgth

N Valid 30 30

Missing 0 0

Mean 10.37 14.30

Std. Error of Mean .334 .424

Median 10.00 15.00

Mode 10 15

Std. Deviation 1.829 2.322

Variance 3.344 5.390

Minimum 6 7

Maximum 14 16

Skor Pre Pgth

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 6 1 3.3 3.3 3.3

8 3 10.0 10.0 13.3

9 5 16.7 16.7 30.0

10 8 26.7 26.7 56.7

11 6 20.0 20.0 76.7

12 4 13.3 13.3 90.0

13 2 6.7 6.7 96.7

14 1 3.3 3.3 100.0

Total 30 100.0 100.0


Skor Post Pgth

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 7 1 3.3 3.3 3.3

8 1 3.3 3.3 6.7

9 2 6.7 6.7 13.3

12 1 3.3 3.3 16.7

14 4 13.3 13.3 30.0

15 13 43.3 43.3 73.3

16 8 26.7 26.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

Explore

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Skor Pre Pgth 30 100.0% 0 .0% 30 100.0%

Skor Post Pgth 30 100.0% 0 .0% 30 100.0%


Descriptives

Statistic Std. Error

Skor Pre Pgth Mean 10.37 .334

95% Confidence Interval for Lower Bound 9.68


Mean
Upper Bound 11.05

5% Trimmed Mean 10.37

Median 10.00

Variance 3.344

Std. Deviation 1.829

Minimum 6

Maximum 14

Range 8

Interquartile Range 2

Skewness .066 .427

Kurtosis .238 .833

Skor Post Pgth Mean 14.30 .424

95% Confidence Interval for Lower Bound 13.43


Mean
Upper Bound 15.17

5% Trimmed Mean 14.59

Median 15.00

Variance 5.390

Std. Deviation 2.322

Minimum 7

Maximum 16

Range 9

Interquartile Range 2

Skewness -2.234 .427

Kurtosis 4.405 .833


Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Skor Pre Pgth .146 30 .101 .963 30 .367

Skor Post Pgth .318 30 .000 .655 30 .000


 PERILAKU

Frequencies

Statistics

Pre Test Prl Post Test Prl

N Valid 30 30

Missing 0 0

Mean 1.43 1.77

Std. Error of Mean .092 .079

Median 1.00 2.00

Mode 1 2

Std. Deviation .504 .430

Variance .254 .185

Minimum 1 1

Maximum 2 2
Pre Test Prl

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid kurang baik 17 56.7 56.7 56.7

baik 13 43.3 43.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

Post Test Prl

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid kurang baik 7 23.3 23.3 23.3

baik 23 76.7 76.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

HISTOGRAM
Frequencies

Statistics

Skor Prl Sblm Skor Prl Ssdh

N Valid 30 30

Missing 0 0

Mean 15.83 18.87

Std. Error of Mean .496 .283

Median 16.00 19.00

Mode 16 20

Std. Deviation 2.718 1.548

Variance 7.385 2.395

Minimum 10 14

Maximum 20 20
Skor Prl Sblm

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 10 1 3.3 3.3 3.3

12 4 13.3 13.3 16.7

13 3 10.0 10.0 26.7

14 1 3.3 3.3 30.0

15 2 6.7 6.7 36.7

16 6 20.0 20.0 56.7

17 3 10.0 10.0 66.7

18 5 16.7 16.7 83.3

19 3 10.0 10.0 93.3

20 2 6.7 6.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

Skor Prl Ssdh

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 14 1 3.3 3.3 3.3

15 1 3.3 3.3 6.7

16 1 3.3 3.3 10.0

17 1 3.3 3.3 13.3

18 3 10.0 10.0 23.3

19 9 30.0 30.0 53.3

20 14 46.7 46.7 100.0

Total 30 100.0 100.0


Explore

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Skor Prl Sblm 30 100.0% 0 .0% 30 100.0%

Skor Prl Ssdh 30 100.0% 0 .0% 30 100.0%


Descriptives

Statistic Std. Error

Skor Prl Sblm Mean 15.83 .496

95% Confidence Interval for Lower Bound 14.82


Mean
Upper Bound 16.85

5% Trimmed Mean 15.89

Median 16.00

Variance 7.385

Std. Deviation 2.718

Minimum 10

Maximum 20

Range 10

Interquartile Range 5

Skewness -.375 .427

Kurtosis -.812 .833

Skor Prl Ssdh Mean 18.87 .283

95% Confidence Interval for Lower Bound 18.29


Mean
Upper Bound 19.44

5% Trimmed Mean 19.06

Median 19.00

Variance 2.395

Std. Deviation 1.548

Minimum 14

Maximum 20

Range 6

Interquartile Range 1

Skewness -1.855 .427

Kurtosis 3.222 .833


Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Skor Prl Sblm .158 30 .055 .944 30 .120

Skor Prl Ssdh .301 30 .000 .730 30 .000

Histogram
HASIL ANALISIS BIVARIAT

T-Test Pengetahuan

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Skor Pre Pgth 10.30 30 1.725 .315

Skor Post Pgth 14.13 30 2.515 .459

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 Skor Pre Pgth & Skor Post


30 -.161 .397
Pgth
Paired Samples Test

Paired Differences

95% Confidence
Interval of the
Difference
Std. Std. Error Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper T Df tailed)

Pair Skor Pre Pgth -


-3.833 3.270 .597 -5.055 -2.612 -6.420 29 .000
1 Skor Post Pgth

T-Test Perilaku

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Skor Prl Sblm 15.83 30 2.718 .496

Skor Prl Ssdh 18.90 30 1.561 .283

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 Skor Prl Sblm & Skor Prl Ssdh 30 .069 .717
Paired Samples Test

Paired Differences

95% Confidence
Interval of the
Difference
Std. Std. Error Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper T df tailed)

Pair Skor Prl Sblm -


-3.067 3.039 .555 -4.202 -1.932 -5.527 29 .000
1 Skor Prl Ssdh

HASIL UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS

A. PENGETAHUAN

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

.965 16
Item Statistics

Mean Std. Deviation N

pt1 .60 .507 15

pt2 .53 .516 15

pt3 .47 .516 15

pt4 .53 .516 15

pt5 .60 .507 15

pt6 .53 .516 15

pt7 .60 .507 15

pt8 .60 .507 15

pt9 .47 .516 15

pt10 .53 .516 15

pt11 .60 .507 15

pt12 .60 .507 15

pt13 .53 .516 15

pt14 .47 .516 15

pt15 .40 .507 15

pt16 .47 .516 15


Item-Total Statistics

Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's Alpha


Item Deleted Item Deleted Total Correlation if Item Deleted

pt1 7.93 38.495 .831 .962

pt2 8.00 39.143 .707 .964

pt3 8.07 38.638 .791 .962

pt4 8.00 38.143 .873 .961

pt5 7.93 38.495 .831 .962

pt6 8.00 39.143 .707 .964

pt7 7.93 38.495 .831 .962

pt8 7.93 38.781 .783 .962

pt9 8.07 39.067 .720 .964

pt10 8.00 38.429 .826 .962

pt11 7.93 38.638 .807 .962

pt12 7.93 39.352 .687 .964

pt13 8.00 38.857 .754 .963

pt14 8.07 38.924 .743 .963

pt15 8.13 38.410 .845 .961

pt16 8.07 38.924 .743 .963

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

8.53 43.981 6.632 16

B. PERILAKU

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

.950 10
Item Statistics

Mean Std. Deviation N

prl1 1.33 .488 15

prl2 1.40 .507 15

prl3 1.47 .516 15

prl4 1.40 .507 15

prl5 1.47 .516 15

prl6 1.47 .516 15

prl7 1.40 .507 15

prl8 1.47 .516 15

prl9 1.40 .507 15

prl10 1.47 .516 15

Item-Total Statistics

Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's Alpha


Item Deleted Item Deleted Total Correlation if Item Deleted

prl1 12.93 14.924 .733 .947

prl2 12.87 14.267 .888 .940

prl3 12.80 14.743 .735 .947

prl4 12.87 14.838 .724 .947

prl5 12.80 14.886 .696 .949

prl6 12.80 14.171 .897 .940

prl7 12.87 14.838 .724 .947

prl8 12.80 14.457 .815 .943

prl9 12.87 14.410 .846 .942

prl10 12.80 14.457 .815 .943

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

14.27 17.924 4.234 10


DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai