Kimia Farmasi PDF
Kimia Farmasi PDF
Novriyanti Lubis
Abstrak
Analisis metanil yellow pada tahu kuning telah dilakukan secara kualitatif
dan kuantitatif dengan menggunakan KLT dan spektrofotometri UV-Vis.
Analisis kualitatif menggunakan metode KLT, adanya metanil yellow dalam
tahu kuning dievaluasi dengan menggunakan harga Rf yang mendekati atau
setara dengan Rf larutan metanil yellow standar. Analisis kuantitatif
dilakukan dengan mengukur kadar metanil yellow pada tahu kuning dengan
metode Spektrofotometri UV-Vis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 5
dari 35 sampel yang diuji positif mengandung metanil yellow. Sedangkan
pada penetapan kadar sampel dengan metode Spektrofotometri UV-Vis
didapatkan hasil sebagai berikut: kadar sampel nomor 21 dengan
konsentrasi sebesar 2591,3 ppm/30gr sampel, sampel 23 sebesar 1039,62
ppm/30gr sampel, sampel 25 sebesar 2357,87 ppm/30gr sampel, sampel
26 sebesar 1002 ppm/30gr sampel dan sampel 32 sebesar 3235,47
ppm/30gr sampel.
1. Pendahuluan
Warna merupakan salah satu sifat yang sangat penting dari makanan, disamping
juga nilai gizi, cita rasa, atau tekstur yang baik. Oleh karena itu, warna
menimbulkan banyak pengaruh terhadap konsumen dalam memilih suatu
produk makanan dan minuman.
Menurut Syah dkk., penambahan zat pewarna pada minuman dan makanan
bertujuan untuk memberi kesan menarik bagi konsumen. Zat pewarna pada
makanan secara umum digolongkan menjadi dua kategori yaitu zat pewarna
alami dan zat pewarna sintetis. Zat pewarna alami merupakan zat pewarna yang
berasal dari tanaman atau buah-buahan. Zat pewarna sintesis merupakan zat
pewarna buatan manusia.
Zat warna sintetis ada yang membahayakan kesehatan sehingga tidak diizinkan
penggunaannya. Beberapa produsen makanan dan minuman masih
menggunakan zat warna sintetis yang dilarang tersebut untuk produknya
dengan alasan zat warna tersebut memiliki warna yang cerah, praktis
digunakan, harganya relatif murah, serta tersedia dalam kemasan kecil di
pasaran sehingga memungkinkan masyarakat tingkat bawah untuk membelinya.
Zat warna yang digunakan dalam makanan dan minuman seharusnya sesuai
dengan peraturan yang ada. Namun, pada saat ini banyak beredar makanan dan
minuman yang mengandung zat pewarna berbahaya, salah satunya adalah
metanil yellow yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 239/Menkes/Per/V/85 tentang zat warna tertentu yang
dinyatakan sebagai bahan berbahaya dalam obat, kosmetika dan makanan.
Alasan penggunaan metanil yellow yaitu karena harganya yang murah, warna
yang dihasilkan juga menarik dan mudah untuk memperolehnya.
Bahaya utama terhadap kesehatan akibat paparan metanil yellow dalam waktu
lama dapat menyebabkan kanker pada saluran kemih dan kandung kemih.
Gejala akut bila terpapapar metanil yellow yaitu iritasi pada kulit, gangguan
penglihatan/ kabur. Jika terhirup akan menimbulkan iritasi pada saluran
pernafasan, dalam jumlah banyak bisa menimbulkan kerusakan jaringan dan
peradangan pada ginjal.
Berdasarkan dari uraian dalam latar belakang, maka dapat dirumuskan masalah
apakah tahu kuning yang beredar di wilayah Garut mengandung zat pewarna
metanil yellow dan berapakah kadar zat warna metanil yellow pada tahu kuning
tersebut. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya
kandungan zat warna metanil yellow pada tahu kuning yang beredar di wilayah
Garut dan mengetahui kadar zat warna metanil yellow pada tahu kuning
tersebut. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
kepada masyarakat mengenai ada atau tidaknya zat pewarna berbahaya metanil
yellow dalam tahu kuning yang beredar di wilayah Garut.
2. Metode Penelitian
Rancangan Penelitian
Penelitian bersifat eksperimental laboratorium, dengan melakukan analisis
kualitatif pendahuluan dengan reaksi warna kemudian dilanjutkan
menggunakan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dan untuk analisis secara
kuantitatif menggunakan metode Spektrofotometri UV-Vis.
Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah ciri-ciri yang melekat pada subyek yang diteliti dan
mempunyai variasi dari hasil pengukurannya. Variabel dalam penelitian ini
adalah variabel bebas dan variabel tergantung.
3. Hasil Penelitian
Tahapan Penelitian
Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan metode simple random sampling yaitu
dengan mengambil 35 sampel tahu kuning secara acak dari pasar tradisional
berbeda yang berada di daerah Garut. Tahu kuning yang diambil berwarna
kuning mencolok dan dari produsen atau merk yang berbeda.
Preparasi Sampel
Sampel tahu yang berwarna kuning dikeringkan dengan menggunakan oven
kemudian dihaluskan dan ditimbang ± 30 gram dari masing-masing sampel
dimasukkan ke dalam erlenmayer untuk diisolasi.
Dari 35 sampel tahu yang telah di preparasi terlebih dahulu, diberi perlakuan
yang sama dengan larutan standar dan diamati perubahan warna yang terjadi.
Plat KLT diberi tanda 1 cm dari tepi bawah garis. Garis ini disebut garis mula,
kemudian bagian atas digaris dengan jarak 8,5 cm dari gari mula dan ini disebut
garis akhir. Pada garis mula ditotolkan sampel yang sudah berbentuk filtrat
dengan diameter noda tidak lebih dari 0,5 cm, kemudian larutan standar
ditotolkan dengan jarak 1 cm dengan jarak dari totolan sampel, penotolan yang
dilakukan sesering mungkin agar dapat meningkatkan reprodusibilitas,
dikarenakan penotolan yang tidak tepat akan menyebabkan bercak menyebar,
setelah noda pada garis mula mengering kemudian plat dimasukan ke dalam
chamber yang berisi eluen, tinggi eluen harus berada di bawah noda yang
terdapat pada garis.
Chamber ditutup rapat dengan aluminium foil, diusahakan agar chamber tidak
dibuka selama pengembangan. Eluen dibiarkan migrasi ke atas sampai garis
akhir, lalu plat di keluarkan dari chamber dan biarkan sampai kering. Noda
sampel dilihat Rf-nya, kemudian dibandingkan dengan Rf larutan standar.
Tabel 3.1 Hasil Uji Warna dan KLT
λ max Absorbansi
10 ppm 15 ppm 20 ppm
390 nm 0,274 0,468 0,626
391 nm 0,277 0,469 0,629
392 nm 0,278 0,471 0,630
393 nm 0,280 0,473 0,633
394 nm 0,282 0,475 0,636
395 nm 0,283 0,476 0,638
396 nm 0,285 0,477 0,632
397 nm 0,295 0,488 0,643
398 nm 0,312 0,498 0,641
399 nm 0,331 0,506 0,671
400 nm 0,343 0,513 0,701
401 nm 0,329 0,502 0,667
402 nm 0,305 0,494 0,638
403 nm 0,294 0,483 0,637
404 nm 0,288 0,470 0,635
405 nm 0,282 0,469 0,634
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 5 10 15 20 25
Konsentrasi (ppm)
Dilakukan dengan cara melarutkan sampel dalam pelarut yang sama dengan
pelarut untuk analisis kualitatif dengan KLT. Dengan menggunakan alat ukur
mikropipet ditotolkan secara memanjang sebanyak volume yang telah
diketahui, proses pengembangan dilakukan dan dengan menggunakan
pengembang yang sama dengan KLT pada tahap analisis kualitatif. Setelah
proses pengembangan selesai bercak dengan nilai Rf yang sama dengan nilai
rujukan ditandai dan dikerok seluruh fase diamnya lalu dikumpulkan untuk
dilarutkan senyawa metanil yellow yang ada pada fase diam tersebut. Kemudian
nilai serapan/absorbansi sampel diukur pada panjang gelombang maksimum
dan hasilnya dimasukkan kedalam persamaan regresi sehingga diperoleh kadar
larutan sampel.
Persamaan Regresi : y = bx + a
x = Kadar Sampel
Tabel 3.4 Kadar Pewarna Metanil Yellow dalam Larutan Sampel
Uji presisi suatu metode analisis merupakan kedekatan antara data yang satu
dengan data yang lain dari suatu deret pengukuran yang dilakukan dengan cara
yang sama. Uji presisi dilakukan dengan cara mengukur absorbansi larutan baku
metanil yellow pada konsentrasi yang sama dengan replikasi sebanyak enam
kali. Hasil serapan tersebut digunakan untuk menghitung harga SD (Standar
Deviasi), RSD (Relatif Standar Deviasi) dan ketelitian alat.
(%) = 100%
̅
Ketelitian alat
Larutan standar X X2
metanil yellow 12,5 ppm (Konsentrasi)
1 12,5 156,25
2 12,5 156,25
3 12,4 153,76
4 12,5 156,25
5 12,3 151,29
6 12,5 156,25
7 12,5 156,25
∑ 87,2 1086,3
Uji Akurasi
Akurasi adalah kedekatan hasil analisis dengan nilai yang sebenarnya, akurasi
merupakan ukuran kebalikan dari suatu kesalahan analisis, semakin besar
ketepatan maka semakin kecil kesalahannya. Uji akurasi menggunakan
parameter % perolehan kembali. Uji perolehan kembali dilakukan dengan
menambahkan larutan baku metanil yellow 10 ppm sebanyak ke dalam sampel
kemudian dianalisis dengan perlakuan yang sama seperti pada sampel.
Konsentrasi Konsentrasi
Penambahan %
Sampel Absorban Total Sampel sampel
Baku (ppm) Recovery
(ppm) (ppm)
0,600 17,232 7,515 97,17
1 10 0,599 17,204 7,515 96,89
0,600 17,232 7,515 97,17
Rata – rata 97,077
0,608 17,458 7,797 96,61
2 10 0,609 17,486 7,797 96,89
0,609 17,486 7,797 96,89
Rata – rata 96,797
Uji Liniearitas
Uji linearitas ditentukan dengan membuat larutan metanil yellow dengan
variasi konsentrasi dan selanjutnya diukur absorbansinya menggunakan
spektrofotometer UV-Vis. Hasilnya selanjutnya diplotkan menjadi kurva standar
yang menunjukkan hubungan antara absorbansi terhadap konsentrasi standar
metanil yellow. Hasil serapan yang diperoleh selanjutnya digunakan untuk
menghitung nilai koefisien korelasi (r), intersep (a) dan slop (b) sehingga akan
diperoleh persamaan y = bx + a. Hubungan linear yang ideal dicapai jika nilai b =
0 dan r = +1 atau –1 bergantung pada arah garis.
S
y =
y yˆ 2
x n2
Keterangan: S
y = standar deviasi regresi
x
y ŷ 2
= jumlah nilai (y-ŷ) 2
Y BD = 3S
y +a
x
X = 1,0847 ppm
4. Pembahasan
Uji warna dilakukan dengan menggunakan HCl 1 N. Ketika zat warna metanil
yellow ditambah larutan HCl encer maka akan terbentuk warna dengan trayek
warna ungu sampai biru. Hasil uji warna ini menunjukan 5 dari 35 sampel tahu
kuning positif teridentifikasi mengandung pewarna metanil yellow. Sampel yang
teridentifikasi positif mengandung metanil yellow adalah sampel nomer 21, 23,
25, 26 dan 32 yang diambil dari daerah Cikajang dan Leles.
Pada uji warna dengan HCl 1 N ini juga dilakukan uji limit deteksi yang bertujuan
untuk mengetahui konsentrasi terendah metanil yellow yang masih dapat
memberikan perubahan warna ungu tua sampai biru jika ditetesi dengan HCl 1
N. Konsentrasi terendah yang masih dapat memberikan warna pada uji ini
adalah konsentrasi 4 ppm.
Uji kualitatif dengan metode KLT digunakan untuk pemastian identitas apakah
pewarna dalam sampel yang diduga metanil yellow tersebut benar merupakan
pewarna metanil yellow atau bukan dengan cara membandingkan sampel
dengan standar metanil yellow yang diperoleh. Metode ini sederhana, cepat
dalam pemisahan dan sensitif. Kecepatan pemisahan tinggi dan mudah untuk
memperoleh kembali senyawa-senyawa yang terpisahkan.
Pada penelitian ini didapat panjang gelombang maksimum adalah 400 nm,
sehingga nilai panjang gelombang maksimum tidak terlalu jauh berbeda dengan
literatur yaitu 414 nm dan masih dalam range standar panjang gelombang
maksimum.
Tahap selanjutnya dalam analisis kuantitatif menggunakan metode
spektrofotometri uv-vis adalah pembuatan kurva baku. Kurva baku diperlukan
untuk menghitung kadar metanil yellow pada sampel. Konsentrasi yang
digunakan dalam pembuatan kurva baku ini adalah 10 ppm; 12,5 ppm; 15 ppm;
17,5 ppm; 20 ppm dan 22,5 ppm. Larutan seri diukur absorbansinya pada
panjang gelombang maksimum yang telah diperoleh yaitu 400 nm. Dibuat kurva
baku standar metanil yellow yang menyatakan hubungan antara konsentrasi
sebagai sumbu x dan harga absorbansi sebagai sumbu y. Persamaan kurva baku
yang diperoleh yaitu Y = 0,0354x – 0,01002 dengan koefesien korelasi (r)
sebesar 0,9997 dimana 0,0354 merupakan nilai kemiringan/slope (b) dan -
0,01002 merupakan titik potong sumbu Y/intercept (a). Persamaan inilah yang
akan digunakan untuk mengetahui kadar metanil yellow dalam sampel.
Hasil uji kualitatif 35 sampel tahu kuning yang diambil secara acak dari pasar
tradisional di Garut menunjukan 5 sampel teridentifikasi mengandung pewarna
berbahaya metanil yellow.
6. Daftar Pustaka
Azizahwati, Kurniadi, M., Hidayat, Dkk., 2007, “Analisis Zat Warna Sintetik
Terlarang untuk Makanan yang Berada di Pasaran”, Majalah Ilmu Kefarmasian,
Vol. 4 (1), Departeman Farmasi FMIPA-Universitas Indonesia Depok, Hlm. 7-8.
Syah, M., Syarief, Sobri, Dkk., 2005, “Manfaat dan Bahaya Bahan Tambahan
Pangan”. Himpunan Alumni Fakultas Teknologi Pertanian IPB, Bogor, Hlm. 11-
12.
Djalil, A.,D., Hartanti, D., Rahayu, W.,S., Dkk, 2005, “Identifikasi Zat Warna
Kuning Metanil (Metanil Yellow) dengan Metode Kromatografi Lapis Tipis
(KLT) pada berbagai Komposisi Larutan Pengembang”, Jurnal Farmasi, Vol. 03
(2), Fakultas Farmasi UMP, Purwokerto, Hlm. 28-29.
Femelia W., 2009, “Analisa Penggunaan Zat Warna pada Kerupuk Balado yang
diproduksi di Kecamatan Payakumbuh Barat”, Skripsi, Fakultas Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kesehatan Universitas Sumatra Utara, Medan, Hlm. 19-21.
Stahl, 1985, “Analisis Obat Secara Kromatografi dan Mikroskopi”, Penerbit ITB,
Bandung, Hlm. 7-9.
Rohman A., 2008, “Kimia Farmasi Analisis”, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, Hlm.
37-39.
Gritter, Roy J., Dkk, 1991, “Pengantar Kromatografi”, Penerbit ITB, Bandung,
Hlm. 31-33.
Gandjar I.G. dan Abdul R., 2007, “Kimia Farmasi Analisis”, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta, Hlm. 62-67.
Adnan M., 1997, “Teknik Kromatografi untuk Analisis Bahan Makanan”, ANDI,
Jakarta, Hlm. 59-63.
Firmansyah D., 2005, “Identifikasi Zat Warna pada Kerupuk Berwarna Merah
dan Kuning di daerah Jatinangor Sumedang dengan Metode KLT dan
Spektroskopi Infra Merah”, Skripsi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu
Kesehatan, Purwokerto, Hlm. 29-33.
Wanti I., 2005, “Analisis Zat Pewarna Rhodamin B pada Minuman Sirup Orson
yang Beredar di Beberapa Sekolah Dasar di Desa Moga Kecamatan Moga
dengan Metode Spektrofotometri”, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas
Muhamadiyah Purwokerto, Purwokerto, Hlm. 37-42.
Trestiati M., 2003, “Analisis Rhodamin B dan Metanil Yellow pada Makanan
dan Minuman Jajanan Anak SD”, Thesis, ITB, Bandung, Hlm. 47-51.
ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF KLORIN
PADA KANTUNG TEH CELUP
Riska Prasetiawati
Abstrak
Telah dilakukan analisis kualitatif dan kuantitatif kadar klorin pada kantung
teh celup. Pada penetapan kualitatif, 10 sampel kantung teh yang diuji
menunjukkan hasil positif terdapat klorin, dan pada penetapan kuantitiatif
rata-rata kadar klorin dari 10 sampel kantung teh yang diuji bekisar antara
0,9798-1,3064 ppm. Sedangkan pada perbandingan kadar klorin antara
kantung teh dan teh celup berdasarkan lamanya waktu pencelupan
menunjukkan bahwa kadar klorin pada teh celup lebih kecil daripada kadar
klorin pada kantung teh.
Berdasarkan hasil perhitungan statistika menunjukkan Ha, dimana nilai
probabilitas ≤ 0,05 yang berarti terdapat perbedaan kadar klorin pada
kantung teh celup dan pada teh celup berdasarkan lamanya waktu
pencelupan.
Kata kunci: Klorin, Kantung teh celup, analisis kualitatif dan analisis
kuantitatif.
7. Pendahuluan
Istilah “teh” digunakan untuk minuman yang dibuat dari buah, rempah-rempah
atau tanaman obat lain yang diseduh. Teh yang biasa dikonsumsi adalah teh
yang berasal dari tanaman Camelia sinensis. Bagian tanaman yang digunakan
diantaranya daun, pucuk daun, atau tangkai daun yang dikeringkan. Macam-
macam teh diantaranya teh hitam atau teh merah, teh putih, teh hijau, dan teh
olong.
Teh celup merupakan sebutan untuk teh serbuk yang dikemas dalam sebuah
penyaring kertas yang dilengkapi dengan tali. Pada saat menyajikan, kita hanya
perlu mencelup-celupkan saja dan serbuk teh akan tetap tertahan dalam
kantung teh sehingga akan diperoleh air seduhan teh tanpa serbuk teh yang
bertebaran pada gelas.
Kertas yang digunakan sebagai kantung teh ini terbuat dari kertas yang dibuat
dari pulp (bubur kertas). Karena terbuat dari kayu, bubur kertas ini berwarna
cokelat tua dan untuk membuat serat ini terlihat putih maka digunakan bahan
kimia yang berfungsi sebagai pemutih yang terbuat dari senyawa klorin (Cl2).
Klorin (Cl2) merupakan bahan kimia yang digunakan secara luas sebagai bahan
insektisida, desinfektan, pengawet dan pemutih kertas, yang kemudian
digunakan untuk membuat tissue, popok, kain dan sebagainya.
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya klorin dan kadarnya pada
kantung teh celup yang diuji, dan mengetahui pengaruhnya terhadap
kesehatan.
8. Metode Penelitian
Analisis Kualitatif
Pada penelitian ini akan dilakukan analisis kualitatif klorin yang terdapat pada
kantung teh celup. Sampel kantung teh celup yang akan diperiksa sebanyak 10
sampel yang beredar di pasaran. Uji ini dilakukan pula terhadap kantung teh
yang sengaja ditambahkan klorin. Metode yang digunakan diantaranya uji
kalium iodida kanji, uji timbal asetat dan uji asam klorida encer(9).
Analisis Kuantitatif
Untuk penentuan kadar klorin digunakan analisis kuantitatif dengan metode
titrasi iodometri. Iodometri adalah penetapan kadar suatu zat yang bersifat
oksidator dengan menggunakan larutan standar bersifat reduktor. Metode
titrasi iodometri (tak langsung) adalah berkenaan dengan titrasi dari iod yang
dibebaskan dalam reaksi kimia. Pada titrasi iodometri, oksidator yang dianalisis
kemudian direaksikan dengan ion iodida berlebih dalam keadaan yang sesuai
yang selanjutnya iodium dibebaskan secara kuantitatif dan dititrasi dengan
larutan natrium thiosilfat standar(10).
9. Hasil Penelitian
Persiapan Sampel
Menyiapkan 10 sampel kantung teh celup dari 10 merk teh yang beredar di
pasaran kemudian dihaluskan dan ditambahkan aquades.
Pembuatan Simulasi
Ditimbang sebanyak 10 gram kantung teh celup kemudian ditambahkan
hipoklorit dengan konsentrasi 10 ppm, 15 ppm, 20 ppm, 25 ppm, 30 ppm.
Penetapan Kualitatif
Masing-masing jenis sampel disaring kemudian tambahkan besi (II) sulfat
beberapa tetes, panaskan selama 15 menit kemudian dinginkan. Tambahkan
asam nitrat sampai endapan garam besi (II) larut, tambahkan perak nitrat
beberapa tetes sampai lewat jenuh.
OCl- + H+ → HOCl
HOCl + H+ Cl- → Cl2 ↑ H2O
Gas ini dapat diidentifikasi dari warnanya yang hijau kekuningan, dari sifatnya
yang memutihkan kertas lakmus dan dari kerjanya atau kertas kalium iodida-
kanji yang diubahnya menjadi hitam kebiruan.
+ - + - + -
1 10 + + +
2 15 + + +
3 20 + + +
4 25 + + +
Tabel 3.2 Data Hasil Penetapan Kualitatif Klorin pada kantung Teh
+ - + - + -
KT1 + + +
KT2 + + +
KT3 + + +
KT4 + + +
KT5 + + +
KT6 + + +
KT7 + + +
KT8 + + +
KT9 + + +
KT10 + + +
Penetapan Kuantitatif
Dari 10 sampel yang positif terdapat klorin kemudian dilakukan penetapan
kadar klorin pada kantung teh dengan titrasi iodometri. Diambil 5 sampel untuk
penetapan kadar klorin pada air teh celup dan pada kantung teh sebagai
pembanding dengan variasi waktu pencelupan 1 menit, 3 menit, 5 menit, 10
menit, dan 15 menit yang diseduh dengan air panas.
Tabel 3.3 Data Hasil Titrasi Iodometri Penetapan Kadar Klorin Pada
Kantung Teh
Titrasi 1 Titrasi 2 Titrasi 3 Rata-rata
Sampel
kadar (ppm) kadar (ppm) kadar (ppm) kadar (ppm)
Tabel 3.4 Data Hasil Titrasi Iodometri Penetapan Kadar Klorin Pada Teh Celup
Berdasarkan Lamanya Waktu Pencelupan Pada Beberapa Sampel Teh
Celup
Waktu Rata-rata kadar (ppm)
pencelupan
TC 1 TC 2 TC 3 TC 4 TC 5
(menit)
Tabel 5.5 Data Hasil Titrasi Iodometri Penetapan Kadar Klorin Pada Teh Celup
Berdasarkan Lamanya Waktu Pencelupan Pada Beberapa Sampel Teh
Celup
Waktu Rata-rata kadar (ppm)
pencelupan
KT 1 KT 2 KT 3 KT 4 KT 5
(menit)
10. Pembahasan
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Sampel kantung teh
Gambar 3.1 Grafik kadar rata-rata klorin pada kantung teh celup
Dari grafik diatas dapat dilihat kadar klorin pada kantung teh dari berbagai merk
yang beredar di pasaran. Perlakuan dengan perendaman kantung teh selama 15
menit dengan air hangat memberikan hasil rata-rata kadar klorin dari setiap
merk kantung teh celup yang diuji berkisar antara 0,9798-1,3064 ppm.
Pada teh celup, dengan perlakuan berdasarkan lama waktu pencelupan 1menit,
3 menit, 5 menit, 10 menit, dan 15 menit dengan air panas menunjukkan kadar
rata-rata dari TC1 sebesar 0,0784-0,5486 ppm, TC2 sebesar 0,0392-0,5095ppm,
TC3 sebesar 0,0392-0,5095 ppm, TC4 sebesar 0,1175-0,4703 ppm, TC5 sebesar
0,1175-0,4705 ppm.
Dari sampel kantung teh yang diberi perlakuan sama dengan teh celup yakni
dengan perlakuan berdasarkan lama waktu pencelupan 1 menit, 3 menit, 5
menit, 10 menit, dan 15 menit dengan air panas menunjukkan kadar rata-rata
klorin dari KT1 sebesar 0,3919-1,3064 ppm, KT2 sebesar 0,3265-1,1757 ppm,
KT3 sebesar 0,3262-1,1104 ppm, KT4 sebesar 0,2612-1,0451 ppm, dan KT5
sebesar 0,3265-1,1104 ppm.
Berikut adalah grafik kenaikan kadar dari sampel teh celup dan sampel kantung
teh.
1.4
1.2
Gambar 3.2 Grafik kadar rata-rata klorin pada teh celup berdasarkan lamanya
waktupencelupan dari sampel Teh Celup 1 (TC1) dan Kantung Teh 1 (KT1)
1.4
1.2
kadar klorin (ppm)
1
0.8
0.6 TC2
0.4
KT2
0.2
0
1 3 5 10 15
waktu pencelupan (menit)
Gambar 5.3 Grafik kadar rata-rata klorin pada teh celup berdasarkan lamanya
waktupencelupan dari sampel Teh Celup 2 (TC2) dan Kantung Teh 2 (KT2)
1.2
1
Gambar 3.4 Grafik kadar rata-rata klorin pada teh celup berdasarkan lamanya
waktupencelupan dari sampel Teh Celup 3 (TC3) dan Kantung Teh 3 (KT3)
1.2
kadar klorin (ppm)
1
0.8
0.6
0.4 TC4
0.2 KT4
0
1 3 5 10 15
waktu pencelupan (menit)
Gambar 5.5 Grafik kadar rata-rata klorin pada teh celup berdasarkan lamanya
waktu pencelupan dari sampel Teh Celup 4 (TC4) dan Kantung Teh 4 (KT4)
1.2
Gambar 3.6 Grafik kadar rata-rata klorin pada teh celup berdasarkan lamanya
waktu pencelupan dari sampel Teh Celup 5 (TC5) dan Kantung Teh (KT5)
Grafik diatas menunjukkan bahwa semakin lama waktu pencelupan, kadar klorin
semakin tinggi. Hal ini disebabkan karena semakin lama waktu pencelupan
semakin banyak klorin yang larut dalam air. Salah satu yang mempengaruhi
kelarutan suatu zat adalah waktu, dimana semakin lama waktu kontak makin
banyak zat yang dapat larut dalam air. Hal ini juga didukung oleh sifat klorin
yang mudah larut dalam air.
Jika dibandingkan dengan kadar klorin pada kantung teh celup, kadar klorin
pada teh celup lebih kecil. Hal ini berarti keberadaan teh berpengaruh terhadap
kelarutan klorin dalam air. Penghambatan kelarutan klorin dalam teh ini diduga
karena adanya komposisi pada teh dimana komposisi tersebut mampu
berikatan dengan klorin sehingga menyebabkan klorin sulit larut dalam air(8)
Salah satu senyawa teh yang berikatan dengan klorin adalah kafein, klorin yang
berikatan dengan kafein disebut klorin terikat. Disebut klorin terikat karena
klorin berikatan dengan senyawa lain sedangkan jika klorin tidak terikat dengan
senyawa lain disebut klorin bebas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar klorin pada sampel teh celup masih
berada pada ambang batas aman (0,2-0,5 ppm) sampai waktu pencelupan 15
menit kecuali untuk sampel teh celup 1 yang ambang batas amannya berada
pada waktu pencelupan 10 menit. Berbeda dengan kadar klorin pada kantung
teh yang lebih besar dengan ambang batas aman berada pada waktu
pencelupan 3 menit selebihnya kadar klorin sudah melebihi batas yang
diperbolehkan oleh permenkes. Kadar yang melebihi batas yang diperbolehkan
dapat menyebabkan dampak buruk bagi kesehatan.
Untuk memperoleh minuman teh sesuai dengan penyajian teh yang baik adalah
dengan mencelupkan teh tidak lebih dari 3 menit. Menurut Ratna Soemantri
(pendiri komunitas pecinta teh) untuk dapat merasakan aroma, rasa, dan
keunggulan teh sebaiknya tidak memaksakan teh cepat larut dan tidak
membiarkan teh terlalu lama dalam cangkir atau teko, karena selain akan
membuat teh semakin pekat dan pahit, antioksidan dalam teh juga akan
berubah karena antioksidan itu cepat sekali hilang. Selain itu semakin lama teh
direndam, maka kafein dalam teh akan semakin terekstrak sehingga terjadi
oksidasi(11).
Penggunaan klorin dalam industri tekstil, pulp, dan kertas digunakan sebagai
bahan pemutih dan penghalus.Di bidang kesehatan, klorin digunakan sebagai
desinfektan pada pengolahan air minum.
Menurut U.S Departement of Health and Human Services (2007) bila terjadi
keracunan melalui jalur pencernaan, larutan klorin yang dihasilkan dalam
bentuk sodium hipoklorit dapat menyebabkan luka yang korosif apabila
tertelan.
Pemaparan klorin melalui jalur pernapasan pada konsentrasi 1-10 ppm
menyebabkan iritasi mata dan hidung, sakit tenggorokan, dan batuk, pada
konsentrasi >15 ppm dapat dengan cepat membahayakan saluran pernapasan
dengan rasa sesak di dada dan terjadinya akumulasi cairan di paru-paru (edema
paru-paru). Konsentrasi terendah yang mematikan selama paparan lebih dari 30
menit diperkirakan sebesar 430 ppm. Pemaparan klorin dapat menyebabkan
sindrom gangguan fungsi, iritasi bahan kimia menyebabkan terjadinya asma.
Anak-anak lebih mudah diserang oleh bahan-bahan korosif dibandingkan orang
dewasa karena diameter saluran napasnya lebih kecil.
Iritasi klorin pada kulit dapat menyebabkan rasa terbakar, peradangan dan
melepuh. Pemaparan cairan klorin dapat menyebabkan peradangan akibat suhu
dingin.
Uji t-test paired sample atau uji dua rata-rata ini menggunakan taraf
kepercayaan 95%. Kesimpulan diambil dari perhitungan statistika yang dilihat
dari perbandingan nilai probabilitas (Sig.) seperti berikut:
Jika nilai probabilitas ≥ 0,05 = Ho
Jika nilai probabilitas ≤ 0,05 = Ha
Keterangan: Ho= Tidak terdapat perbedaan rata-rata kadar klorin pada teh
celup dan pada kantung teh celup
Ha = Terdapat perbedaan rata-rata kadar klorin pada teh celup
dan pada kantung teh celup(12).
Tabel 3.6Perbandingan Kadar Klorin Secara Statistik pada Teh Celup dan pada
Kantung Teh Celup berdasarkan Lamanya Waktu Pencelupan
11. Kesimpulan
Jika dibandingkan dengan kadar klorin pada kantung teh celup, kadar klorin
pada teh celup lebih kecil. Hal ini berarti keberadaan teh berpengaruh terhadap
kelarutan klorin dalam air. Penghambatan kelarutan klorin dalam teh ini diduga
karena adanya komposisi pada teh dimana komposisi tersebut seperti kafein
mampu berikatan dengan klorin sehingga menyebabkan klorin sulit larut dalam
air.
Teh sebaiknya dicelupkan tidak lebih dari 3 menit karena kadar klorin masih
berada pada batas aman terendah selain itu juga tercantum pada kemasan
bahwa mencelupkan teh sebaiknya hanya 2-3 menit saja. Selain itu dengan
mencelupkan teh tidak lebih dari 3 menit maka rasa, aroma, dan keunggulan teh
sudah didapatkan.
Bila terjadi keracunan melalui jalur pencernaan, larutan klorin yang dihasilkan
dalam bentuk sodium hipoklorit dapat menyebabkan luka yang korosif apabila
tertelan karena efek toksik klorin yang terutama adalah sifat korosifnya.
Kemampuan oksidasi klorin sangat kuat, di dalam air klorin akan melepaskan
oksigen dan hidrogen klorida yang menyebabkan kerusakan jaringan.
Hana Suaibah, 2009 ,”Analisis Kualitatif Klorin Pada Beras Yang Dijual Di Salah
Satu Pasar di Kabupaten Garut”,Tugas Akhir Sarjana Farmasi, jurusan Farmasi,
FMIPA, UNIGA, Garut, 13.
Dian Novita Sinuhaji, 2009 , “Perbedaan Kandungan Klorin (Cl2) Pada Beras
Sebelum dan Sesudah Dimasak Tahun 2009”, Skripsi Sarjana Kesehatan
Masyarakat,Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara,
Medan, 26-30.
SNI 06-4824, 1998, “Metode Pengujian Kadar Klorin Bebas Dalam Air Dengan
Alat Spektrofotometrer Sinar Tampak Secara Dietil Fenildiamin (DPD)”, Jurnal
Kimia, 1.