Anda di halaman 1dari 26

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) TEORI

MANUVER MULLER MAURICOU

Dosen Pembimbing : Putri Rahmasari,S.ST.,M.PH

Disusun Oleh :

Nama : DEWI JAWA

NIM : 1710104325 / F1

PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG DIPLOMA IV


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2018
A. IDENTITAS
1. Mata Kuliah : Asuhan Kebidanan Patologi
2. Program Studi : D-III Kebidanan
3. Kode/Bobot SKS : MW3210 /IV SKS
4. Kelas/Semester : A/IV
5. Elemen Kompetensi : MKB
6. Waktu Praktik : 1 X 20 menit
7. Jenis Kompetensi : Utama
8. Pokok Bahasan : Manuver Muller Mauricou
9. Tanggal : 09 febuari 2018
10. Pukul : 13:00 WIB
11. Ruangan : B 205
12. Jumlah peserta : 32 Mahasiswa
13. Dosen pengampuh : Dewi Jawa S.S.T

B. STANDAR KOMPETENSI
Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami asuhan kebidanan patologi . pada bayi
baru lahir terkait dengan memandikan bayi dengan benar pada bayi baru lahir sesuai
dengan standar kompetensi bidan menurut
PERMENKES/369/MENKES/PER/X/20017 yang berbunyi Bidan berwenang dalam
memberikan pelayanan kegawadaruratan yang masih dirana kewenanganya.
C. KOMPETENSI DASAR
Mahasiswa mampu memahami teori penanganan maneuver muller dengan baik dan
benar
D. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI
Mahasiswa Dapat :
1. Menjelaskan Pengertian letak susngsang dan maneuver muler dengan benar
2. Menjelaskan tujuan prinsip penanganan maneuver muler dengan benar
3. Menjelaskan keuntungan, kerugian dan indikasi penanganan manuver muller
dengan baik dan benar
4. Menjelaskan Teknik penanganan manuver muller dengan baik dan benar
E. TUJUAN PEMBELAJARAN
Melalui Perkuliahan dikelas mahasiswa dapat :
1. Menjelaskan Pengertian letak susngsang dan manuver muler dengan benar
2. Menjelaskan tujuan prinsip penanganan maneuver muler dengan benar
3. Menjelaskan keuntungan, kerugian dan indikasi penanganan manuver muller dengan
baik dan benar
4. Menjelaskan teknik kerja penanganan manuver muller dengan baik dan benar

F. DESKRIPSI MATERI
1. Pengertian manuver muller
2. Tujuan prinsip manuver muller
3. Keuntungan, kerugian dan indikasi manuver muller
4. Teknik manuver muller
G. METODE/STRATEGI PEMBELAJARAN
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Tanya jawab
4. Artikulasi
5. Ice briking
H. MEDIA PEMBELAJARAN
1. Slide power point
2. LCD
3.
4. Proyektor
5. Laptop
6. Pointer
7. Video dan Gambar
II. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Komponen Uraian kegiatan Estimasi
langkah waktu
Pendahuluan a. Menyiapkan fisik dan psikis 4 menit
b. Melakukan apersepsi dan integrasi nilai-nilai
islam
c. Menyampaikan tujuan pembelajaran
d. Menyampaikan cakupan materi
e. Mengaitkan dengan realita kehidupan sehari-hari
Inti 1. Menjelaskan Pengertian letak sungsang dan 15 menit
manuver muller
2. Menjelaskan tekni atau prinsip dari penanganan
manuver muller
3. Mengetahui keuntungan, kerugian dan indikasi
dari penanganan manuver muller.
4. Gambar ditampilkan untuk membantu pengajar
untuk menjelaskan.
5. Mmemberikan strategi pembelajaran artikulasi
Langkah-langkah :
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin
dicapai
2. Guru menyajikan materi sebagaimana biasa
3. Untuk mengetahui daya serap siswa,
bentuklah kelompok berpasangan dua orang
4. Menugaskan salah satu siswa dari pasangan
itu menceritakan materi yang baru diterima
dari guru dan pasangannya mendengar sambil
membuat catatan-catatan kecil, kemudian
berganti peran. Begitu juga kelompok lainnya
5. Menugaskan siswa secara bergiliran/diacak
menyampaikan hasil wawancaranya dengan
teman pasangannya. Sampai sebagian siswa
sudah menyampaikan hasil wawancaranya
6. Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi
yang sekiranya belum dipahami siswa
7. Kesimpulan/penutup
6. Memberikan ice breaking
Penutup a. Mengevaluasi hasil pembelajaran dengan Lisan 6 menit
b. Refleksi terhadap kegiatan pembelajaran dan
integrasi nilai-nilai islam
c. Tindak lanjut pemberian tugas pada pertemuan
selanjutnya
d. Menutup dengan salam

III. PENILAIAN
1. Jenis
Test tertulis
Lisan

2. Bentuk
MCQ

3. Instrument
Terlampir

IV. SUMBER BELAJAR

Prawirahardjo, Sarwono, 2009 ilmu kebidana, jakrta : PT. Bima Pustaka


Sarwono prawirahardjo

Wiknjosastro, Hanifa. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta: YBPSP. 2007. Hal:104

Saifuddin, Abdul Bari. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: YBPSP. 2006. Hal: 520 – 525

Wiknjosastro, Hanifa. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBPSP. 2005. Hal: 606 – 622

Yogyakarta 09 Febuari 2018

Dosen pembimbing Praktikan

(Putri RahmasariS,S.ST.,M.PH) (Dewi Jawa)


IX. DASAR TEORI
LETAK SUNGSANG

A. Pengertian
Letak sungsang adalah letak memanjang dengan bokong sebagai bagian yang terendah
(presentase bokong). Letak sungsang dibagi sebagai berikut :
1. Letak sungsang murni yaitu bokong saja yang menjadi bagian depan sedangkan kedua
tungkai lurus keatas.
2. Letak bokong kaki.
3. Letak lutut.
4. Letak kaki.
Frekuensi letak sungsang murni lebih tinggi pada kehamilan muda dibanding
kehamilan tua dan multigravida lebih banyak dibandingkan dengan primigravida.
B. Etiologi
Adapun penyebab letak sungang yaitu :
1. Prematuritas karena bentuk rahim relative kurang lonjong, air ketuban masih banyak dan
kepala anak relative besar.
2. Kelainan bentuk kepala seperti hiydrocepalus, anencephalus, karena kepala kurang sesuai
dengan bentuk pintu atas panggul.
3. Janin mudah bergerak,seperti pada hidramnion, multipara, janin kecil (prematur).
4. Gemeli (kehamilan ganda).
5. Plasenta previa karena menghalangi turunnya kepala ke dalam pintu atas panggul.
6. Kelainan uterus, seperti uterus arkuatus ; bikornis, mioma uteri.
7. Panggul sempit, walaupun panggul sempit sebagai sebab letak sunsang masih di sangsikan
oleh berbagai penulis.
8. Janin sedah lama mati.
9. Sebab yang tidak diketahui.
MANUVER MULLER-MAURICOU

A. Pengertian

Melahirkan bayi sungsang untuk letak bokong sempurna dan ekstensi kaki dapat dilakukan
melalui teknik Bracht, sedangkan bila terjadi hambatan kelahiran bahu/ tangan maka dapat
menggunakan cara Klasik Deventer, Muller, Lovset. Pertolongan persalinan sungsang dengan
teknik “MULLER” dilakukan apabila bahu dan lengan tidak dapat di lahirkan dengan perasat
Bracht.

Apabila pusat sudah lahir dan tidak ada kemajuan karena his lemah atau karena rintangan bahu
maka tidak boleh menunggu terlalu lama karena pada saat ini kepala mulai masuk ke dalam
rongga panggul dan menekan tali pusat pada dinding panggul hingga bayi harus dilahirkan
dalam waktu kurang lebih 8 menit (Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, 2004).

Untuk melahirkan bayi dalam keadaan ini kita pergunakan ekstraksi parsiil atau manual aid.
Ekstraksi disebut parsiil karena sebagian tubuh bayi sudah lahir.

Teknik :
Panggul dipegang begitu rupa hingga ibu jari berdampingan dengan os sacrum, kedua jari
telunjuk pada crista iliaca dan jari lainnya menggenggam bokong dan pangkal paha.
Pada saat ini kita dapat melahirkan bahu dengan 2 cara :

a. Cara Muller

Pada cara mauriceau tangan yang masuk adalah tangan yang berhadapan dengan perut
anak. Mula-mula tangan luar menggenggam kaki dengan jari telunjuk di antara kedua kaki dan
mengangkat kaki tinggi ke atas. Sekarang tangan dalam masuk dan dan jari telunjuk
ditempatkan pada fossa canina. Maksud jari ini adalah untuk memperlahankan fleksi dan untuk
memutar dagu bayi ke belakang apabila dilakukan tarikan, bukan untuk menarik. Badan bayi
sekarang diturunkan hingga menunggang lengan dalam (Fakultas Kedokteran Universitas
Padjadjaran, 2004).
Tangan luar menggenggam leher sedemikian rupa hingga leher terdapat ke jari telunjuk dan
jari tengah kemudian jari lainnya terletak dipundak.

Tangan luar melakukan tarikan dan tangan dalam memutar dagu ke belakang sampai
subocciput terdapat di bawah simpisis.

Kemudian badan bayi dibawa ke atas dan berturut-turut lahirlah dagu, mulut, hidung, dahi
akhirnya belakang kepala pada commissura posterior.

Apabila kepala bayi agak lama lahir dianjurkan perasat De Lee : dipasang spekulum pada
dinding vagina belakang yang ditekan ke bawah supaya hidung dan muulut bayi bebas dan
anak dapat bernafas walaupun kepala belum lahir. Pada cara Muller lengan depan dilahirkan
lebih dahulu kemudian lengan belakang.

Keuntungan cara muller adalah bahwa jari tidak jauh masuk ke dalam jalan lahir, hingga
kemungkinan infeksi kurang tetapi metode klasik lebih berhasil pada bahu yang sulit lahir
karena rongga sacrum lebih luas. Karena itu cara Muller dipergunakan kalau bahu terhenti di
pintu bawah panggul sedangkan cara klasik kalau bahu masih tinggi. Cara mauriceau dilakukan
bila janin dilahirkan secara manual aid atau bila secara bracht kepala belum keluar.

Letakkan badan janin dengan perut ke bawah pada lengan kiri penolong. Masukkan jari tengah
ke dalam mulut janin, sedangkan telunjuk dan jari manis pada maksila, untuk mempertahankan
fleksi kepala. Tangan kanan memegang bahu janin dari belakang dengan telunjuk dan jari
tengah di sebelah kiri dan kanan leher. Tarik janin ke bawah dengan tangan kangan sampai
suboksiput atau atas rambut berada dibawah simfisis. Tangan kiri tidak boleh ikut menarik
janin. Kemudian gerakkan badan janin ke atas, sedangkan tangan kiri tetap mempertahankan
fleksi kepala sehingga muka muka lahir melewati perineum, disusul bagian kepala yang lain
(Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, 2004).

B. Tujuan

1. Melahirkan bahu dan lengan depan lebih dahulu dibawah simfisis melalui ekstraksi ; disusul
melahirkan lengan belakang di belakang ( depan sacrum ).

2. Dipilih bila bahu tersangkut di Pintu Bawah Panggul


C. Prinsip

Prinsip melahirkan bahu dan lengan secara Muller pada persalinan sungsang ialah melahirkan
bahu dan lengan depan lebih dahulu dengan ekstraksi, baru kemudian melahirkan bahu dan
lengan belakang. Cara ini dilakukan bila terjadi kesulitan melahirkan bahu pada saat bahu
depan sudah berada di bawah simpisis. Prinsip perasat Mauriceau adalah dengan tangan kiri
penolong badan janin disangga seperti “menunggang kuda”, jari tengah kiri dimasukkan ke
dalam mulut janin dan jari telunjuk serta jari manis diletakkan pada fosa canina. Sementara
dengan tangan kanan mencengkeram punggung anak dari belakang (jari tengah di bawah sub
oksiput, jari-jari lsinnys mencengkeram leher janin) untuk membantu fleksi. Dengan
melakukan tarikan curam ke bawah dan pada saat bersamaan seorang asisten memberikan
sedikit tekanan di atas simpisis guna membantu kelahiran kepala hingga sub oksiput tampak di
bawah simpisis, kemudian dilakukan defleksi ke atas (ke perut ibu). Bayi diletakkan di atas
perut ibu dengan kepala lebih rendah dari badan (Yanti, 2010).

D. Indikasi

Persalinan secara bracht mengalami kegagalan, dari semula memang hendak melakukan
pertolongan secara manual aid, dipergunakan bila bahu terhenti di pintu bawah panggul.
Keuntungan dari perasat ini adalah jari penolong tidak masuk jauh ke dalam jalan lahir,
sehingga kemungkinan infeksi kurang.

E. Prosedur

Menurut Diah, 2012 Tehnik pertolongan persalinan bahu cara muller:

1. Bokong dipegang dengan pegangan “femuropelvik”.

2. Dengan cara pegangan tersebut, dilakukan traksi curam bawah pada tubuh janin sampai
bahu depan lahir (gambar 1) dibawah arcus pubis dan selanjutnya lengan depan
dilahirkan dengan mengait lengan depan bagian bawah.
3. Setelah bahu dan lengan depan lahir, pergelangan kaki dicekap dengan tangan kanan
dan dilakukan elevasi serta traksi keatas (gambar 2), traksi dan elevasi sesuai arah tanda
panah) sampai bahu belakang lahir dengan sendirinya. Bila tidak dapat lahir dengan
sendirinya, dilakukan kaitan untuk melahirkan lengan belakang anak (gambar 2)

Gambar 1 Gambar 2

4. Dengan tangan penolong yang sesuai dengan arah menghadapnya muka janin, jari
tengah dimasukkan kedalam mulut janin dan jari telunjuk serta jari manis diletakkan
pada fosa canina.

5. Tubuh anak diletakkan diatas lengan penolong, seolah anak “menunggang kuda”
(gambar 3).

6. Belakang leher anak dicekap diantara jari telunjuk dan jari tengah tangan yang lain
(gambar 4).

7. Assisten membantu dengan melakukan tekanan pada daerah suprasimfisis untuk


mempertahankan posisi fleksi kepala janin (gambar 3).

8. Traksi curam bawah terutama dilakukan oleh tangan yang dileher (gambar 4)

F. Persiapan Alat dan Bahan menurut Yanti, 2010 :

1. Peralatan

a. Tempat tidur Gynekologi

b. Celemek

c. Sepatu Both

d. Kaca mata

e. Masker

f. Handscon
g. Handuk

h. Kain bersih

i. Tempat sampah

j. Partus set

2. Bahan

a. Larutan klorin 0,5% dan DTT dalam tempatnya

b. Phantom ibu

c. Phantom bayi

Menolong persalinan letak sungsang diperlukan lebih banyak ketekunan dan kesabaran
dibandingkan dengan persalinan letak kepala. Pertama-tama hendaknya ditentukan apakah
tidak ada kelainan lain yang menjadi indikasi seksio, seperti kesempitan panggul, plasenta
previa atau adanya tumor dalam rongga panggul. Pada kasus dimana versi luar gagal/janin tetap
letak sungsang, maka penatalaksanaan persalinan lebih waspada. Persalinan pada letak
sungsang dapat dilakukan pervaginam atau perabdominal (seksio sesaria). Pervaginam
dilakukan jika tidak ada hambatan pada pembukaan dan penurunan bokong (1,4). Syarat
persalinan pervaginam pada letak sungsang: bokong sempurna (complete) atau bokong murni
(frank breech), pelvimetri, klinis yang adekuat, janin tidak terlalu besar, tidak ada riwayat
seksio sesaria dengan indikasi CPD, kepala fleksi.

Mekanisme persalinan letak sungsang berlangsung melalui tiga tahap yaitu:

• Persalinan bokong

a. Bokong masuk ke pintu atas panggul dalam posisi melintang atau miring.
b. Setelah trokanter belakang mencapai dasar panggul, terjadi putaran paksi dalam
sehingga trokanter depan berada di bawah simfisis.
c. Penurunan bokong dengan trokanter belakangnya berlanjut, sehingga distansia
bitrokanterika janin berada di pintu bawah panggul.
d. Terjadi persalinan bokong, dengan trokanter depan sebagai hipomoklion.
e. Setelah trokanter belakang lahir, terjadi fleksi lateral janin untukpersalinan trokanter
depan, sehingga seluruh bokong janin lahir.
f. Terjadi putar paksi luar, yang menempatkan punggung bayi ke arah perut ibu.
g. Penurunan bokong berkelanjutan sampai kedua tungkai bawah lahir.

• Persalinan bahu

a. Bahu janin memasuki pintu atas panggul dalam posisi melintang atau miring.

b. Bahu belakang masuk dan turun sampai mencapai dasar panggul.

c. Terjadi putar paksi dalam yang menempatkan bahu depan dibawah simpisis dan
bertindak sebagai hipomoklion.

d. Bahu belakang lahir diikuti lengan dan tangan belakang.

e. Penurunan dan persalinan bahu depan diikuti lengan dan tangan depan sehingga
seluruh bahu janin lahir.

f. Kepala janin masuk pintu atas panggul dengan posisi melintang atau miring.

g. Bahu melakukan putaran paksi dalam.

• Persalinan kepala janin

a. Kepala janin masuk pintu atas panggul dalam keadaan fleksi dengan posisi dagu berada
dibagian posterior.

b. Setelah dagu mencapai dasar panggul, dan kepala bagian belakang tertahan oleh
simfisis kemudian terjadi putar paksi dalam dan menempatkan suboksiput sebagai
hipomiklion.

c. Persalinan kepala berturut-turut lahir: dagu, mulut, hidung, mata, dahi dan muka
seluruhnya.

d. Setelah muka, lahir badan bayi akan tergantung sehingga seluruh kepala bayi dapat
lahir.
e. Setelah bayi lahir dilakukan resusitasi sehingga jalan nafas bebas dari lendir dan
mekoneum untuk memperlancar pernafasan. Perawatan tali pusat seperti biasa.
Persalinan ini berlangsung tidak boleh lebih dari delapan menit (1-5).

Mekanisme letak sungsang dapat dilihat dalam gambar berikut:

Tipe dari presentasi bokong:

a) Presentasi bokong (frank breech)

b) Presentasi bokong kaki sempurna (complete breech)

c) Presentasi bokong kaki tidak sempurna dan presentasi kaki (incomplete or footling)

• Bokong masuk ke pintu atas panggul dalam posisi melintang atau miring.

• Setelah trokanter belakang mencapai dasar panggul, terjadi putaran paksi dalam sehingga
trokanter depan berada di bawah simfisis.

• Penurunan bokong dengan trokanter belakangnya berlanjut, sehingga distansia


bitrokanterika janin berada di pintu bawah panggul.

• Terjadi persalinan bokong, dengan trokanter depan sebagai hipomoklion.

• Setelah trokanter belakang lahir, terjadi fleksi lateral janin untukpersalinan trokanter
depan, sehingga seluruh bokong janin lahir.

• Jika bokong tidak mengalami kemajuan selama kontraksi berikutnya, episiotomi dapat
dilakukan dan bokong dilahirkan dengan traksi ke bawah perut.

• Terjadi putar paksi luar, yang menempatkan punggung bayi ke arah perut ibu.

• Penurunan bokong berkelanjutan sampai kedua tungkai bawah lahir.

• Jika kaki janin telah keluar, penolong dapat menyusupkan tangan sepanjang kaki anterior
dan melahirkan kaki dengan flexi dan abduksi sehingga bagian badan lainnya dapat
dilahirkan.
• Bahu janin mencapai pelvic ‘gutter’ (jalan sempit) dan melakukan putar paksi dalam
sehingga diameter biacromion terdapat pada diameter anteroposterior diameter pelvic
bagian luar.

• Secara simultan, bokong melakukan rotasi anterior 90o. Kepala janin kemudian masuk ke
tepi pelvik, sutura sagitalis berada pada tepi diameter transversal.
Penurunan ke dalam pelvic terjadi dengan flexi dari kepala.

(Professor Jeremy Oats and Professor Suzanne Abraham, 2005)

Jenis-jenis persalinan sungsang:

1. Persalinan Pervaginam

Berdasarkan tenaga yang dipakal dalam melahirkan janin pervaginam, persalinan


pervaginam dibagi menjadi 3, yaitu:

a) Persalinan spontan (spontaneous breech), janin dilahirkan dengan kekuatan dan tenaga
ibu sendiri. Cara ini lazim disebut cara, Bracht.

b) Manual aid (partial breech extraction; assisted breech delivery), janin dilahirkan
sebagian menggunakan tenaga dan kekuatan ibu dan sebagian lagi dengan tenaga
penolong.

c) Ekstraksi sungsang (total breech extraction), janin dilahirkan seluruhnya dengan


memakai tenaga, penolong.

2. Persalinan perabdominam (seksio sesaria).

Prosedur pertolongan persalinan spontan

Tahapan :

1. Tahap pertama : fase lambat, yaitu mulai melahirkan bokong sampai pusat (skapula
depan).
2. Tahap kedua: fase cepat, yaitu mulai dari lahirnya pusat sampai lahirnya mulut.
3. Tahap ketiga: fase lambat, yaitu mulai lahirnya mulut sampai seluruh kepala lahir.
4. Teknik :
1. Sebelum melakukan pimpinan persalinan penolong harus memperhatikan sekali
lagi persiapan untuk ibu, janin, maupun penolong. Pada persiapan kelahiran.janin
harus selalu disediakan cunam Piper.

2. Ibu tidur dalam posisi litotomi, sedang penolong berada didepan vulva. Ketika
timbul his ibu disuruh mengejan dan merangkul kedua pangkal paha. Pada saat
bokong mulai membuka vulva (crowning) disuntikan 2-5 unit oksitosin
intramuskuler.

3. Episiotomi dikerjakan saat bokong membuka vulva. Segera setelah bokong lahir,
bokong dicengkram secara Bracht, yaitu kedua ibu jari penolong sejajar sumbu
panjang paha, sedangkan jani-jari lain memegang panggul.

4. Pada setiap his, ibu disuruh mengejan. Pada waktu tali pusat lahir dan tampak
teregang, tali pusat dikendorkan. Kemudian penolong melakukan hiperlordosis pada
badan janin guna mengikuti gerakan rotasi anterior, yaitu punggung janin didekatkan
ke punggung ibu. Penolong hanya mengikuti gerakan ini tanpa melakukan tarikan,
sehingga gerakan tersebut disesuaikan dengan gaya berat badan janin. Bersamaan
dengan dilakukannya hiferlordossis, seorang asisten melakukan ekspresi Kristeller
pada fundus uteri sesuai dengan sumbu panggul. Dengan gerakan hiperlordossis ini
berturut-turut lahir pusar, perut, badan lengan, dagu, mulut dan akhirnya kepala.

5. Janin yang baru lahir segera diletakan diperut ibu. Bersihkan jalan nafas dan rawat
tali pusat.

Keuntungan :

Dapat mengurangi terjadinya bahaya infeksi oleh karena tangan penolong tidak ikut masuk ke
dalam jalan lahir. Dan juga cara ini yang paling mendekati persalinan fisiologik, sehingga
mengurangi trauma pada janin.

Kerugian :
Dapat mengalami kegagalan sehingga tidak semua persalinan letak sungsang dapat dipimpin
secara Bracht. Terutama terjadi peda keadaan panggul sempit, janin besar, jalan lahir kaku
seperti pada primigravida, adanya lengan menjungkit atau menunjuk. Prosedur Manual Aid

Indikasi :

Dilakukan jika pada persalinan dengan cara Bracht mengalami kegagalan, misalnya terjadi
kemacetan saat melahirkan bahu atau kepala. Dan memang dari awal sudah direncanakan untuk
manual aid.

Tahapan ada 3 yaitu :

1. Tahap pertama :lahirnya bokong sampai pusar yang dilahirkan dengan kekuatan dan
tenaga ibu sendiri.

2. Tahap kedua : lahirnya bahu dan lengan yang memakai tenaga penolong.

Cara/teknik untuk melahirkan bahu dan lengan ialah secara :

a) Klasik (Deventer)

b) Mueller

c) Lovset

d) Bickenbach.

3. Tahap ketiga : lahirnya kepala, dapat dengan, cara

a) Mauriceau (Veit-Smellie)

b) Najouks

c) Wigand Martin-Winckel

d) Parague terbalik

e) Cunam piper
Tehnik :
Tahap pertama persalinan secara bracht sampai pusat lahir. Tahap kedua melahirkan bahu dan
langan oleh penolong:

2. Cara Mueller

Prinsip melahirkan bahu dan lengan secara Mueller ialah melahirkan bahu dan lengan depan
lebih dulu dengan ekstraksi, baru kemudian melahirkan bahu dan lengan belakang. Bokong
janin dipegang dengan femuro-pelvik yaitu kedua ibu jari penolong diletakkan sejajar spina
sakralis media dan jari telunjuk pada krisat iliaka dan jari-jari lain mencengkram bagian depan.
Kemudian badan ditarik ke curam ke bawah sejauh mungkin sampai bahu depan tampak di
bawah simpisis dan lengan depan dilahirkan dengan mengait lengan bawahnya. Setelah bahu
depan dan lengan lahir, tarik badan janin ke atas sampai bahu belakang lahir. Tangan penolong
tidak masuk ke dalam jalan lahir sehingga mengurangi infeksi.
SATUAN ACARA PERKULIAHAN PRAKTIKUM

“Manuver Muller Mauricou”


I. IDENTITAS
Mata Kuliah : Asuhan Kebidanan IV (Patologi)
Program Studi : D IV Bidan Pendidik
Kode/Bobot SKS : MED4021 / IV SKS
Semester : IV (Empat)
Elemen/Kompetensi : MKB
Jenis Kompetensi : Utama
Waktu Kuliah : 1x 20 menit
Pokok Bahasan : “Manuver Muller Mauricou”
Tanggal : 09 febuari 2018
Pukul : 13:00 WIB
Ruangan : B 205
Jumlah peserta : 32 Mahasiswa
Dosen pengampuh : Dewi Jawa S.S.T

II. STANDAR KOMPETENSI


Mahasiswa memiliki mampu memahami teori dan praktik keterampilan dalam
memberikan asuhan persalinan patologi kebidanan sesuai dengan prosedur.

III. KOMPETENSI DASAR


Mahasiswa memiliki kemampuan dan keterampilan dalam mempraktikkan perasat
manuver muller sesuai dengan prosedur.

IV. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI


Mahasiswa dapat:
a. Memahami teknik manuver muller.
b. Melakukan persiapan alat maneuver muller dengan baik dan benar.
c. Mempraktikkan perasat maneuver muller sesuai dengan prosedur secara teliti dan
aman.

V. TUJUAN PEMBELAJARAN
Melalui demonstrasi dengan phantom di Laboratorium mahasiswa dapat:
a. Mampu memahami manuver muller dengan benar.
b. Melakukan persiapan manuver muller yaitu persiapan alat manuver muller dengan baik dan
benar.
c. Mempraktikkan perasat manuver muller sesuai dengan prosedur secara teliti dan aman.

VI. DESKRIPSI MATERI


a. Persiapan alat.
b. Pelaksanaan manuver muller

VII. STRATEGI PEMBELAJARAN


a. Ceramah
b. Demonstrasi
c. Re Demonstrasi
d. Tanya jawab

VIII. MEDIA PEMBELAJARAN


a. Phantom.
b. Set Partus.
c. Cheklist.

IX. KEGIATAN PEMBELAJARAN


Langkah Uraian Kegiatan Estimasi
Pembelajaran Waktu
Pendahuluan 1. Mempersiapkan fisik dan psikis mahasiswa 3 menit
2. Melakukan apersepsi dan integrasi nilai nilai
islam
3. Menyampaikan tujuan pembelajaran
4. Menyampaikan cakupan materi
Kegiatan inti 1. Memahami kernik manuver muller 13 menit
2. Menyiapkan alat manuver muller
3. Mendemonstrasikan cara melakukan perasat
manuver muller
4. Memberikan kesempatan ke mahasiswa untuk
re demonstrasi manuver muller
5. Mahasiswa memberikan umpan balik terhadap
re demonstrasi yang dilakukan oleh temannya.
Penutup 1. Mengevaluasi hasil belajar 4 menit
2. Refleksi terhadap kegiatan pembelajaran dan
integrasi nilai nilai islam
3. Tindak lanjut pemberian tugas pada pertemuan
selanjutnya
4. Menutup dengan salam
X. PENILAIAN
1. Jenis : Performant Test
2. Bentuk : Ceklist, Rubrik, Template
3. Instrument : Terlampir

XI. REFERENSI

Prawirahardjo, Sarwono, 2009 ilmu kebidana, jakrta : PT. Bima Pustaka


Sarwono prawirahardjo

Sukarni I dan sudarti. 2014. Patologi kebidanan. Jakarta : PT. Bina Pustaka
Sarwono Prawirahardjo

Wiknjosastro, Hanifa. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta: YBPSP. 2007. Hal:104

Saifuddin, Abdul Bari. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta: YBPSP. 2006. Hal: 520 – 525

Wiknjosastro, Hanifa. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBPSP. 2005. Hal: 606 – 622

Yogyakarta, 11 Oktober 2017

Dosen Pembimbing Praktikan

(Putri Rahmahsari, S.S.T,. M,PH) ( Dewi Jawa)


VIGNETTE TEMPLATE
VIGNETTE I

TINJAUAN Area kompetensi bidan :


1 a. Etik legal dan keselamatan pasien
b. Komunikatif efektif
c. Pengembangan diri profesionalisme
d. Landasan ilmiah praktik kebidanan
e. Keterampilan klinis dalam praktik kebidanan
f. Promosi kesehatan dan konseling
g. Managemen kepemimpinan dan kewirausahaan
TINJAUAN Domain:
2 a. Kognitif (pengetahuan)
b. Psikomotor (pengetahuan prosedur)
c. Konatif (sikap)
TINJAUAN Siklus kesehatan reproduksi perempuan dalam konteks keluarga:
3 a. Seorang ibRemaja
b. Pra konsepsi
c. Hamil
d. Bersalin
e. Nifas
f. Masa antara
g. Perimenopouse
h. Bayi baru lahir
i. Bayi dan balita
TINJAUAN Lingkup praktik bidan
4 a. Pencegahan
b. Promosi kelahiran normal
c. Deteksi komplikasi
d. Rujukan
e. Kegawatdaruratan
f. Konseling dan pendidikan kesehatan
TINJAUAN Manajemen asuhan:
5 a. Pengkajian
b. Diagnosis
c. Planing
d. Intervensi
e. Evaluasi
f. Dokumentasi
TINJAUAN Sasaran:
6 a. Individu
b. Keluarga
c. Masyarakat
TINJAUAN Setting pelayanan
7 a. Rumah
b. Komunitas
c. Klinik/ Unit kesehatan
d. Rumah sakit
Vignette Melahirkan bayi sungsang untuk letak bokong sempurna dan ekstensi
kaki dapat dilakukan melalui teknik sebagai berikut.

Pertanyaan Penanganan apakah yang tepat pada kasus diatas


Pilihan a. Manuver klasik
jawaban b. Manuver brach
c. Manuver muller
d. Manuver lovesed
e. Manuver massanti
Kunci C. manuver muller
Penulis soal DEWI JAWA
Asal Universitas Aisyiyah Yogyakarta
institusi
Referensi Prawirahardjo, Sarwono, 2009 ilmu kebidana, jakrta : PT. Bima
Pustaka Sarwono prawirahardjo
VIGNETTE II
TINJAUAN Area kompetensi bidan :
1 a. Etik legal dan keselamatan pasien
b. Komunikatif efektif
c. Pengembangan diri profesionalisme
d. Landasan ilmiah praktik kebidanan
e. Keterampilan klinis dalam praktik kebidanan
f. Promosi kesehatan dan konseling
g. Managemen kepemimpinan dan kewirausahaan
TINJAUAN Domain:
2 a. Kognitif (pengetahuan)
b. Psikomotor (prosedural knowledge)
c. Konatif (sikap)
TINJAUAN Siklus kesehatan reproduksi perempuan dalam konteks keluarga:
a. Pencegahan a. Remaja
3 b. Pra konsepsi
c. Hamil
d. Bersalin
e. Nifas
f. Masa antara
g. Perimenopouse
h. Bayi baru lahir
i. Bayi dan balita
TINJAUAN Lingkup praktik bidan
4 b. Promosi kelahiran normal
c. Deteksi komplikasi
d. Rujukan
e. Kegawatdaruratan
f. Konseling dan pendidikan kesehatan
TINJAUAN Manajemen asuhan:
5 a. Pengkajian
b. Diagnosis
c. Planing
d. Intervensi
e. Evaluasi
f. Dokumentasi
TINJAUAN Sasaran:
6 a. Individu
b. Keluarga
c. Masyarakat
TINJAUAN Setting pelayanan
7 a. Rumah
b. Komunitas
c. Klinik/ Unit kesehatan
d. Rumah sakit
Vignette Apabila pusat sudah lahir dan tidak ada kemajuan karena his
lemah atau karena rintangan bahu maka tidak boleh sebagai
berikut.

Pertanyaan Tindakan apakah yang tepat pada kasus diatas ?

Pilihan jawaban a. Dilakukan penarikan secara lama


b. Dilakukan penarikan secara cepat
c. Menunggu terlalu lama
d. ditunggu his datang kembali

Kunci B. Dilakukan penarikan secara cepat

Penulis soal DEWI JAWA


Asal institusi Universitas Aisyiyah Yogyakarta
Referensi Prawirahardjo, Sarwono, 2009 ilmu kebidana, jakrta : PT. Bima
Pustaka Sarwono prawirahardjo
VIGNETTE III

TINJAUAN Area kompetensi bidan :


1 a. Etik legal dan keselamatan pasien
b. Komunikatif efektif
c. Pengembangan diri profesionalisme
d. Landasan ilmiah praktik kebidanan
e. Keterampilan klinis dalam praktik kebidanan
f. Promosi kesehatan dan konseling
g. Managemen kepemimpinan dan kewirausahaan
TINJAUAN Domain:
2 a. Kognitif (pengetahuan)
b. Psikomotor (prosedural knowledge) (perilaku)
c. Konatif (sikap)
TINJAUAN Siklus kesehatan reproduksi perempuan dalam konteks keluarga:
3 a. Remaja
b. Pra konsepsi
c. Hamil
d. Bersalin
e. Nifas
f. Masa antara
g. Perimenopouse
h. Bayi baru lahir
i. Bayi dan balita
TINJAUAN Lingkup praktik bidan
4 a. Pencegahan
b. Promosi kelahiran normal
c. Deteksi komplikasi
d. Rujukan
e. Kegawatdaruratan
f. Konseling dan pendidikan kesehatan
TINJAUAN Manajemen asuhan:
5 a. Pengkajian
b. Diagnosis
c. Planing
d. Intervensi
e. Evaluasi
f. Dokumentasi
TINJAUAN Sasaran:
6 a. Individu
b. Keluarga
c. Masyarakat
TINJAUAN Setting pelayanan
7 a. Rumah
b. Komunitas
c. Klinik/ Unit kesehatan
d. Rumah sakit
Vignette Berapa lemakah waktu yang di perlukan penanganan pada bayi
dalam manuver muller
Pertanyaan Berapa lamakah hingga bayi harus dilahirkan dalam waktu
kurang tidak lebih dari ?

Pilihan a. Kurang lebih 13 menit


jawaban
b. Kurang lebih 10 Menit
c. Kurang lebih 8 menit
d. Kurang lebih 6 menit

Kunci a. Kurang lebih 8 menit

Penulis soal DEWI JAWA


Asal Universitas Aisyiyah Yogyakarta
institusi
Referensi Prawirahardjo, Sarwono, 2009 ilmu kebidana, jakrta : PT. Bima
Pustaka Sarwono prawirahardjo

Anda mungkin juga menyukai