Disusun Oleh:
Nur Indah Dwi Yanti 011511233033
Nadya Khuswatun Khasanani 011511233034
Amila Anasantrianisa 011511233035
Tri Adharia Sekarwati 011711223031
Pingkan Fredelia Lontoh 011711223032
Bahiyatun, 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC
Kemenkes RI, 1997. Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: Kementerian
Kesehatan dan JICA (Japan International Cooperation Agency)
Rini, S. dan Kumala, F., 2016. Panduan Asuhan Nifas dan Evidence Based
Practice, edisi pertama. Yogyakarta: Deepublish.
Sugito, M.W., Wardoyo, A.S. dan Mahmudiono, Tri. 2017. Amerta Nutr.
Hubungan ASI Eksklusif dengan Kejadian Underweight di Jawa
Timur tahun 2016, pp. 180-188.
1. Pengertian ASI
Air Susu Ibu (ASI) direkomendasikan sebagai makanan eksklusif untuk
semua bayi selama 6 bulan pertama kehidupan. Setelah itu, dianjurkan untuk
beralih ke makanan padat. ASI juga direkomendasikan untuk bayi preterm
(kurang bulan) namun perlu diperkaya. Semua ibu harus didorong dan
didukung untuk menyusui. Konseling harus sudah dimulai pada awal
kehamilan dan ibu harus dibantu oleh perawat/bidan maupun spesialis
laktasi (Lissauer dan Fanaroff, 2009).ASI mengandung semua kebutuhan
gizi yang diperlukan bayi, memperkuat daya tahan bayi dan sumber vitamin
A, dengan demikian bayi/ anak yang mendapat ASI memiliki daya tahan
tubuh yang lebih tinggi.
Prevalensi kasus gizi buruk di Provinsi Jawa Timur tahun 2016 sebesar
3,4%, sedangkan target Rencana Strategis Provinsi Jawa Timur Tahun 2016
sebesar 2%. Prevalensi kasus underweight sebesar 17,3%, sedangkan target
program Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur sebesar 12,9% (Sugito dkk,
2017). Sebanyak 50 bayi yang tidak diberi ASI Eksklusif, 76,7%
diantaranya menderita gizi buruk (Susanty dkk, 2012; Sugito dkk, 2017).
menunjukkan bahwa bayi yang tidak diberi ASI eksklusif lebih banyak yang
menderita diare sebesar 66%, daripada yang diberi ASI eskklusif 12,5%.
Bayi yang tidak diberi ASI eksklusif berpeluang sebesar 13 kali terkena
diare dibandingkan bayi yang diberi ASI eksklusif. pemberian susu formula
pada bayi usia 0-6 bulan memiliki risiko 6,250 kali terkena diare
dibandingkan bayi yang diberikan ASI eksklusif (Istyaningrum, 2010;
Sugito dkk, 2017).
2. Karakteristik Nutrisi ASI
1) Kolostrum
Kolostrum adalah ASI yang pertama kali keluar, berwarna putih
kekuningan dengan dengan viskositas kental, banyak mengandung
protein, anti bakteri, dan antibody yang memperkuat daya tahan tubuh
bayi. Kolostrum berubah menjadi ASI matur kira-kira 15 hari sesudah
bayi lahir, bila ibu menyusui sesudah bayi lahir dan sering menyusui
maka proses produksi ASI akan meningkat.
Protein utama pada kostrum adalah immunoglobulin (IgG, IgA
dan IgM), yang digunakan sebagai zat antibody untuk mencegah dan
menetralisir bakteri, virus, jamur dan parasit. Meskipun kolostrum yang
keluar sedikit, tetapi volume kolostrum yang ada dalam payudara
mendekati kapasitas lambung bayi yang berusia 1-2 hari. Volume
kolostrum antara 150-300 ml/24 jam.
2) ASI transisi
ASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum sampai
sebelum ASI matur, yaitu seak hari ke-4 sampai hari ke-10. Selama dua
minggu, volume air susu bertambah banyak dan berubah warna serta
komposisinya. Kadar immunoglobulin dan protein menurun, sedangkan
lemak dan laktosa meningkat.
3) ASI matur
ASI matur disekresi pada hari ke sepuluh dan seterusnya. ASI
matur tampak berwarna putih. Kandungan ASI matur relative konstan,
tidak menggumpal bila dipanaskan. Air susu mengalir pertama kali atau
saat lima menit pertama disebut foremilk. Foremilk lebih encer dan
mempunyai kandungan lemak dan tinggi laktosa, gula, protein, mineral
dan air.Selanjutnya air susu berubah menjadi hindmilk. Hindmilk kaya
akan lemak dan nutrisi. Hindmilk membuat bayi akan lebi cepat
kenyang. Dengan demikian, bayi akan membutuhkan keduanya, baik
foremilk maupun hindmmilk (Rini & Kumala, 2016).
Tabel Kandungan Kolostrum, ASI transisi dan ASI matur
9. Pencegahan Bagi bayi yang beralergi, ASI Bagi bayi yang alergi
dapat menghindari alergi terhadap susu formula tidak
karena susu formula seperti dapat menghindari mencret,
mencret, muntah, infeksi muntah,infeksi saluran
saluran pernapasan, asma, napas, asma, kemerahan,
bintik-bintik, pertumbuhan pertumbuhan terganggu dan
terganggu dan gejala lainnya. gejala lainnya yang
disebabkan oleh susu
formula.
Tabel Komposisi Zat Gizi ASI dan Susu Formula per 100 ml
(Guthrie dkk, 1995; Setiawan, 2009).
3. Manfaat Pemberian ASI Untuk Bayi
a) Memberikan kekebalan pasif melalui kolostrum
ASI mengandung zat anti infeksi, bersih dan bebas kontaminASI.
Immunoglobulin A (Ig A) dalam kolostrum atau ASI kadarnya cukup
tinggi. Sekretori ig.a tidak diserap tetapi dapat melumpuhkan bakteri
patogen E. coli dan berbagai virus pada saluran pencernaan.
Laktoferin yaitu sejenis protein yang merupakan komponen zat
kekebalan yang mengikat zat besi di saluran pencernaan.
Lysosim, enzym yang melindungi bayi terhadap bakteri (E. coli dan
Salmonella) dan virus. Jumlah lysosim dalam ASI 300 kali lebih
banyak daripada susu sapi.
Sel darah putih pada ASI pada 2 minggu pertama lebih dari 4000 sel
per mil. Terdiri dari 3 macam yaitu: brochus-asociated lympocyte
tissue (balt) antibodi pernafasan, gut asociated lympocyte tissue
(galt) antibodi saluran pernafasan, dan mammary asociated
lympocyte tissue (malt) antibodi jaringan payudara ibu.
Faktor bifidus, sejenis karbohidrat yang mengandung nitrogen,
menunjang pertumbuhan bakteri lactobacillus bifidus. Bakteri ini
menjaga keasaman flora usus bayi dan berguna untuk menghambat
pertumbuhan bakteri yang merugikan.
b) Memberikan kebutuhan gizi yang sesuai
ASI mudah dicerna, karena selain mengandung zat gizi yang sesuai,
juga mengandung enzim-enzim untuk mencernakan zat-zat gizi yang
terdapat dalam ASI tersebut.
ASI mengandung zat-zat gizi berkualitas tinggi yang berguna untuk
pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan bayi/anak.
Selain mengandung protein yang tinggi, ASI memiliki perbandingan
antara whei dan casein yang sesuai untuk bayi. Rasio whei dengan
casein merupakan salah satu keunggulan ASI dibandingkan dengan
susu sapi. ASI mengandung whey lebih banyak yaitu 65:35.
Komposisi ini menyebabkan protein ASI lebih mudah diserap.
Sedangkan pada susu sapi mempunyai perbandingan whey :casein
adalah 20 : 80, sehingga tidak mudah diserap.
Kolostrum mengandung protein,vitamin A yang tinggi dan
mengandung karbohidrat dan lemak rendah, sehingga sesuai dengan
kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama kelahiran.
Komposisi taurin, DHA dan AA pada ASI
- Taurin adalah sejenis asam amino kedua yang terbanyak dalam
ASI yang berfungsi sebagai neuro-transmitter dan berperan
penting untuk proses maturasi sel otak. Percobaan pada binatang
menunjukkan bahwa defisiensi taurin akan berakibat terjadinya
gangguan pada retina mata.
- Decosahexanoic acid (DHA) dan arachidonic acid (AA) adalah
asam lemak tak jenuh rantai panjang (polyunsaturated fatty acids)
yang diperlukan untuk pembentukan sel-sel otak yang optimal.
Jumlah dha dan aa dalam ASI sangat mencukupi untuk menjamin
pertumbuhan dan kecerdasan anak. Disamping itu dha dan aa
dalam tubuh dapat dibentuk/disintesa dari substansi pembentuknya
(precursor) yaitu masing-masing dari omega 3 (asam linolenat)
dan omega 6 (asam linoleat).
c) Risiko terkena infeksi lebih rendah
Kolostrum mengandung zat kekebalan terutama iga untuk
melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi terutama diare.
Membantu mengeluarkan mekonium yaitu kotoran bayi yang
pertama berwarna hitam kehijauan.
d) Terhindar dari alergi
Penyakit alergi pada bayi lebih banyak ditemukan pada pengguna susu
sapi daripada ASI. Zat anti alergi pada bayi didapatkan pada kolostrum
yang terkandung dalam ASI. selain dari susu sapi, penyakit alergi pada
bayi didapat juga dari makanan yang hiperalergenik yang sering
diberikan pada usia terlalu dini (0-6 minggu) seperti telur dan gandum.
Hal tersebut terjadi karena saluran pencernaan pada bayi belum matur
baik secara imunologis maupun anatomis, sehingga makromolekul
protein ASIng mudah diserap. Oleh karena itu tetap berikan kolostrum
dan ASI yang mengandung SIgA hingga umur 4 – 6 bulan. Hal ini
untuk mencegah alergi pada bayi.
e) Meningkatkan kecerdasan otak
Interaksi ibu-bayi dan kandungan nilai gizi ASI sangat dibutuhkan
untuk perkembangan system syaraf otak yang dapat meningkatkan
kecerdasan bayi.
Penelitian menunjukkan bahwa IQ pada bayi yang diberi ASI
memiliki iq point 4.3 point lebih tinggi pada usia 18 bulan, 4-6 point
lebih tinggi pada usia 3 tahun, dan 8.3 point lebih tinggi pada usia
8.5 tahun, dibandingkan dengan bayi yang tidak diberi ASI.
Berikan label (tanggal dan jam) setiap kali akan menyimpan botol
ASI.
Botol harus tertutup rapat (Bahiyatun, 2009).
Tempat Penyimpanan Suhu Lama Penyimpanan
Dalam ruangan (ASIP Segar) 6-8 jam ruangan ber AC dan
19 ᵒC sampai 26ᵒC
4 jam ruang non AC
Dalam ruangan (ASIP beku 4 jam
4 jam
yang sudah dicairkan)
Kulkas <4 2 – 3 hari
Freezer pada lemari es 1 pintu -18 ᵒC s.d 0 ᵒC 2 minggu
Freezer pada lemari dua pintu -20 ᵒC s.d -18 ᵒC 3– 4 bulan
1. Struktur
Peserta penyuluhan tidah hanya terdiri dari ibu post partum kan tetapi
hadir pula suami dari ibu post partum dan beberapa pasien yang akan
berobat.
Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan di ruang tunggu Puskesmas
Mulyorejo, Surabaya.
Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelum dan
saat penyuluhan masih kurang.
Kontrak waktu penyuluhan tidak disampaikan kepada peserta
penyuluhan.
Tampilan slide kurang menampilkan gambar.
2. Proses
Peserta antusias terhadap materi penyuluhan.
Ibu mengajukan pertanyaan dan dijawab oleh kelompok
Banyak menggunakan bahasa medis saat menyampaikan materi
penyuluhan.
Penyaji dalam menyampaikan materi suaranya semakin rendah.
Evaluasi materi kepada peserta penyuluhan pada akhir tidak sempat di
sampaikan.
3. Hasil
Jumlah sasaran peserta penyuluhan sebanyak 16 orang. Di mana jumlah
tersebut telah memenuhi target (15 orang).
Time keeper kurang jeli dalam mengorganisir waktu sehingga lebih 5
menit sehingga menjadi 35 menit.
Lampiran 2
ABSENSI PANITIA PENYULUHAN PENTINGNYA ASI
N
NAMA NIM Pengorganisasian TTD
o
1 Nur Indah Dwi Yanti 011511233033 Pembicara
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
Lampiran 4
Mengetahui,
Ismi Apriliani, Amd., Keb Rize Budi Amalia, S. Keb., Bd., M.Kes
NIP. 19880423 201001 2 007 NIK. 19841023 201611 3 201
DOKUMENTASI PENYULUHAN