Anda di halaman 1dari 5

ASUHAN GAWAT DARURAT PADA MATA (TRAUMA MATA)

A. PENGERTIAN
Kedaruratan mata adalah sikap keadaan yang mengancam tajam penglihatan seseorang berupa
penurunan tajam penglihatan sampai terjadinya kebutaan (Roper- hall, 1990, FI UI 1982,
perhimpunan indonesia 1994).
B.
Klasifikasi :
Berdasarkan konsep penanganan masalah gawat darurat maka kedaruratan mata dapat
dikelompokkan menjadi beberapa keadaan :
1. Sight threatening condition
Dalam situasi ini mata akan mengalami kebutaan atau cacat yang menetap dengan penurunan
penglihatan yang berat dalam waktu beberapa detik sampai beberapa menit saja bila tidak segera
mendapatkan pertolongan yang tepat. Cedera mata akibat bahan kimia basa (alkali) termasuk
dalam keadaan ini. Oklusi arteria sentralis retina merupakan keadaan bukan trauma yang
termasuk dalam kelompok ini.
2. Mayor condition
Dalam situasi ini pertolongan harus diberikan tetapi dengan batasan waktu yang lebih longgar,
dapat beberapa jam sampai beberapa hari. Bila pertolongan tidak diberikan maka penderita akan
mengalami hal yang sama seperti disebutkan pada sight threatening condition.
3. Monitor condition
Situasi ini tidak akan menimbulkan kebutaan meskipun mungkin menimbulkan suatu penderitaan
subyektif pada pasien bila terabaikan pasien mungkin dapat masuk kedalam keadaan ”mayor
condition”
C. ETIOLOGI
Kedaruratan mata dapat terjadi karena dua hal :

1. Tidak ada hubungannya denga trauma mata, misalnya :


• glaukoma akuta
• oklusi arteria sentralis retina

2. Disebabkan trauma
Ada 2 macam trauma yang dapat mempengaruhi mata, yaitu:
• trauma langsung terhadap mata
• trauma tidak langsung, dengan akibat pada mata, misalnya
- trauma kepala dengan kebutaan mendadak
- trauma dada dengan akibat kelainan pada retina

Pembagian sebab-sebab trauma langsung terhadap mata adalah sbb:


1. Trauma mekanik
a. Trauma tajam
Biasanya mengenai struktur diluar bola mata (tulang orbita dan kelopak mata) dan mengenai
bola mata (ruptura konjungtifa, ruptura kornea)
b. Trauma tumpul
Fraktura dasar orbita ditandai enoftalmus. Dapat terjadi kebutaan pasca trauma tumpul pada
orbita. Hematoma palpebra biasanya dibatasi oleh rima orbita, selalu dipikirkan cedera pada
sinus paranasal.
c. Trauma ledakan/ tembakan
Ada 3 hal yang terjadi, yaitu :
- Tekanan udara yang berubah
- Korpus alineum yang dilontarkan kearah mata yang dapat bersifat mekanik maupun zat kimia
tertentu
- Perubahan suhu/ termis
2. Trauma non mekanik
a. Trauma kimia
Dibedakan menjadi 2, trauma oleh zat yang bersifat asam dan trauma yang bersifat basa.
b. Trauma termik
Trauma ini disebabkan seperti panas, umpamanya percikan besi cair, diperlukan sama seperti
trauma kimia
c. Trauma radiasi
Trauma radiasi disebabkan oleh inframerah dan ultraviolet.

D. MANIFESTASI KLINIS
Adapun manifestasi klinisnya adalah sebagai berikut:
• lembam
• oedema
• nyeri
• lakrimasi
• adanya benda asing
• pupil bergeser (T10 meningkat)
• adanya zat kimia
• perubahan visus.

E. KOMPLIKASI
1. Mengancam penglihatan
• glaukoma kronik
• perdarahan vitreus
• eksoftalmus unilateral
• kelainan saraf
2. kerusakan permanen
• benda asing (kornea atau intra okuler)
• Abrasi kornea
• Laserasi bola mata
• Infeksi konjungifitis berat, selulitis orbita
• Penyumbatan arteri
• Pengelupasan retina
• Ensoftalmus
F. PENATALAKSANAAN
1. Trauma oftalmik
jangan lakukan penekanan Bila ada kecurigaan adanya laserasi, cedera tembus, ruptur bola
mata 
penekanan dapat diakibatkan ekstrusi isi intraokule dan kerusakan yang tidak dapat diperbaiki
letakkan ibu jari dan jari telunjuk pada atas dan bawah orbita robekan kelopak mata 
2. Cedera bola mata
Hindari manipulasi mata sampai saat perdarahan
Pasang balutan ringan (tanpa tekanan) dan perisai logam yang bersandar pada tulang orbita
diplester kedahi dan pipi
jaga jarak bola mata minimal Pembalutan bilateral 
antibiotik, analgesik, anti tetanus dll Kolaborasi 
Bila ruptur bola mata sudah teratasi periksakan struktur lain dapat dilakukan
penjahitan Laserasi kelopak mata 
3. Benda asing
Benda asing tidak menembus dibawah kelopak mata atas
sehingga memungkinkan kelopak mata bawah menyapu benda asing untuk keluar Angkat
kelopak mata atas keatas kelopak mata bawah 
hati-hati jangan sentuh kornea Lakukan irigasi 
rujuk tutup mata  jika benda asing gagal keluar 
irigasi benda asing supervisial kornea 
pembedahan benda asing tertanam 
alat berujung tumpul hindari gunakan aplikator beraujung kapas karena dapat bergesek epitel
terlalu banyak ambil benda asing 
4. Abrasi kornea
mengimobilisasi kelopak mata Beri balut tekan mata 
Kolaborasi pemberian antibiotik, anastesi, dll
terlambat penyembuhan Monitor efeki anastesi 
 untuk abrasi ekstensif berlapisan bagian 24 jamPembalutan sebelah penyembuhan tanpa
jaringan parut (24 s/d 48 jam)bawah tidak terkena
Monitor epitelisasi dan penyembuhan
5. Luka bakar kimia
Irigasi segera dengan air bersih atau larutan NaCl
Cuci mata dibawah aliran air keran
mengejap-ngejapkan mata Memasukkan mata kedalam air 
Bilas terus selama 20 mnt atau sampai bersih
kolaborasi Lain-lain 
Balut mata bilateral
6. Ruptur bola mata
Jangan buat bahaya atau cedera lain
pasang perisai
hindari manipulasi
gunakan spekulum mata saat pemeriksaan mata –> tekanan vertikal bukan kedepan
Jangan beri tetes mata
Tutup dan lindungi bola mata
7. Trauma tumpul
kompres es, istirahatkan Kontusio orbita 
bedah kamera posisi tegak, dan isrirahatkan mata. Kolaborasikan  Hifema
anterior
penurunan dosisanemia sel sabit dan penggunaan obat anti koagulan  waspadai 

G. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pemeriksaan fisik
Inspeksi :
• Infeksi palpebra lebih teliti bagi memar/ laserasi
• Periksa mata bagi cedera
• Periksa kornea bagi laserasi/ kekeruhan
• Inspeksi iris
• Lihat kedalam pupil
• Periksa konjungtifa dan sklera dalam tiap kuadran
2. Pemeriksaan penunjang
• Pemeriksaan lapang panjang
• Pemeriksaan oftalmoskopi untuk melihat mata
• Pemeriksaan neurologi/ syaraf-syaraf pada mata
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri B.D cidera, inkontinuitas jaringan, peningkatan tekanan intra okuler
2. Resiko perdarahan B.D kerusakan pembukuh darah mata sekunder terhadap trauma mata,
peningkatan tekanan intraokuler,....
3. Cemas B.D gangguan penglihatan dan gangguan anatomi
4. Perubahan sensori visual B.D trauma okuler, penyakit infeksi, penyakit struktur mata
5. Kurangnya pengetahuan tentang prosedur operasi B.D misperseption, kuragnya mengenal
sumber-sumber informasi.

H. INTERVENSI
1. Untuk diagnosa 1
• Pasang balutan mata
cukup terang• Atur pencahayaan
• Anjurkan untuk tidak melihat TV, membaca
kacamata gelap• Anjurkan istirahatkan mata
• Anjurkan tidak lakuk atau turunkan TI0an gerakan tiba-tiba mengejan, angkat berat, (hindari
gerakan valsava manauver)
• Kolaborasi
2. Untuk diagnosa 2
fiksasi tidak terlalu ketat• Pasang balutan mata
• Kompres dingin
• Hindari gerakan valsava manauver
• Kolaborasi.....
3. Untuk diagnosa 3
bersama dokter Beri informasi hasil pemeriksaan fisik, rencana lanjut pengobatan dan
perawatan serta efeknya 
4. Untuk diagnosa 4
• Beri penjelasan terkait penurunan visus
• Orientasikan ruangan
• Kolaborasi..
5. Untuk diagnosa 5
Beri informasi tentang perioperatif care (pre operasi, intra operasi, pasca operasi)
persiapan op terkait anastesi spt puasa, lavement
pembatasan aktivitas, pemasangan tameng mata pasca operasi untuk jangka wakru tertentu.

Anda mungkin juga menyukai