Anda di halaman 1dari 32

Dulang

Dasar Teori
Dulang, Lenggang, Batea, Horn. Alat untuk prospeksi
tradisional yang digunakan untuk melimbang mineral berat (berat jenis
> 3,00) hasil rombakan batuan secara alamiah seperti emas, intan,
kasiterit (SnO2), ilmenit (FeTiO3), zircon (ZrSiO4) dan lain-lain.
Dulang berbentuk menyerupai wajan X dengan diameter bagian
atas antara 40 - 50 cm, kedalaman antara 8 - 15 cm dan sisinya
membentuk sudut antara 350 - 450 terhadap bidang datar. Batea
adalah jenis lain dari dulang yang bagian bawahnya datar atau
kadang-kadang bercekungan kecil-kecil dengan diameter bagian
atasnya 40 - 75 cm, sedangkan ukuran lainnya sama dengan dulang.
Dulang dan batea dapat terbuat dari kayu, logam, plastik tebal (pvc)
atau gelas fiber (fiberglass).
Dulang merupakan alat pengolahan bahan galian tradisonal
dengan mamanfaatkan berat jenis suatu material. Berat jenis mineral
yang dapat dilakukan proses ekstraksi menggunakan alat dulang harus
lebih besar dari 3,00 gram. Dalam proses pendulangan mineral
berharga yang biasanya didulang adalah emas dan intan.
Pendulangan adalah salah satu metode gravity concentration yang
paling sederhana dan juga paling murah serta sering dipakai oleh para
masyarakat karena hanya memerlukan alat dulang.
(Tisnajaya, 2011)

Rindang Kurniawan
112.16.0111
8-15 cm
40-75 cm

350-450

*sumber: Ensiklopedia Pertambangan Edisi 4, 2012


Gambar 3.1.1.
Sketsa Dulang

Panning atau mendulang merupakan salah satu cara dalam


pengambilan sampel dalam eksplorasi. Panning memiliki keterbatasan
dalam jumlah konsentrat yang dapat terambil sehingga metode
panning tidak digunakan dalam skala besar atau skala perusahaan.
Panning digunakan untuk mengetahui jumlah penyebaran
mineral berharga yang tertransportasi oleh aliran sungai dari batuan
induknya. Peta aliran sungai sangatlah penting dalam menentukan
tempat penyebaran mineral berharga. Setiap lokasi aliran sungai akan
diambil sampel dengan menggunakan panning. Apabila hasil yang
ditemukan terdapat adanya mineral berharga maka akan terus
dilakukan penyelidikan menuju ke arah hulu sungai untuk menemukan
mineral induknya. Apabila hasil dari pengambilan sampel

Rindang Kurniawan
112.16.0111
menggunakan panning mulai berkurang mineral berharganya maka
akan dihentikan proses pencariannya.
Secara prinsip, kegiatan dulang merupakan pemisahan
konsentrat dari tailing-nya, dimana material konsentrat yang mempunyai
berat jenis lebih besar akan tertahan di bagian dasar alat dulang,
sedangkan yang lebih ringan berat jenisnya dan dianggap sebagai tailing
ikut larut bersama aliran air.
Macam-macam dulang yang diketahui adalah sebagai berikut.
a. Dulang Emas

*sumber: http://d1l8737wcwfl1q.cloudfront.net/wp-content/
uploads/2010/05/Gold Panning.jpg, 2012

Gambar 3.1.2.
Gold Pan

Dulang emas adalah salah satu peralatan pertama yang


digunakan dalam mendapatkan emas dan adalah salah satu dari
yang terakhir, bahkan dipekerjaan tambang komersil untuk
memeriksa nilai bijih yang sedang diproses. Dulang Emas digunakan
di mana saja emas terjadi kira-kira 75% dari semua negara-negara di
dunia.

Rindang Kurniawan
112.16.0111
*sumber: www. http://localexpert.files.wordpress.com/2011/06/img _
8743.jpg?w=640, 2012
Gambar 3.1.3.
Ekstraksi pada Pendulangan Emas

Mendulang emas pada pendulangan tradisional biasa


dilakukan secara sendiri dan sering dilakukan dipinggiran sungai.

*sumber: http://4.bp.blogspot.com/_CiTkkxJ_2dY/emaswajan.jpg, 2012


Gambar 3.1.4.
Pendulangan Emas Tradisional

Rindang Kurniawan
112.16.0111
b. Dulang Batea
Dulang Batea adalah jenis lain dari dulang yang bagian
bawahnya datar atau kadang-kadang bercekungan kecil-kecil
dengan dimeter bagian atasnya 40-75 cm, sedangkan ukuran lainnya
sama dengan dulang. Dulang dan batea dapat terbuat dari kayu,
logam plastik tebal atau gelas fiber (fiberglass).

*sumber: https://lh4.googleusercontent.com/-V6TxFm-q
okA/TXb4rYq/batea_001.jpg, 2012
Gambar 3.1.5.
Batea

c. Dulang Plastic
Dulang yang paling efisien untuk pemula adalah yang
dibentuk dari plastik. Itu lebih baik dengan dulang baja dengan
beberapa pertimbangan. pertama adalah karat yang bersifat
menghancurkan. yang kedua, didapat tekstur permukaan yang bagus
untuk menahan emas agar lebih baik. Ketiga, ini tentang adalah
berat/ beban suatu dulang baja, dan keempat warna dapat dibuat
dengan hitam permanen sedemikian sehingga lapisan emas yang
paling kecil dapat dengan mudah dilihat.

Rindang Kurniawan
112.16.0111
*sumber: http://hasanzainuddin.files.wordpress.com/2012/08/
dulang.jpg , 2012
Gambar 3.1.6.
Dulang Plastic

*sumber: Laboratorium Teknologi Pertambangan, 2012


Gambar 3.1.7.
Kegiatan Pendulangan

Rindang Kurniawan
112.16.0111
d. Dulang Cowhorns
Cowhorns juga digunakan untuk mendulang emas. Yang
mempunyai celah panjang, dan kemudian steamed sampai itu adalah
cukup lembut untuk dikerjakan, horn berbentuk terbuka dengan
pinggan dangkal yang sesuai untuk mendulang. Di zaman dulu
pinggan emas adalah satu-satunya alat yang tersedia untuk
penyelidik dan penambang kecil untuk memisahkan emas.
Yang mana pertimbangan diatas adalah cukup untuk
menguasai dulang plastik. Tetapi masih ada keuntungan lain. Yang
dibuat dengan suatu proses injection mold, riffles dapat dengan
mudah dibentuk ke dalam suatu dulang plastik. Riffles ini dapat
menjerat banyak emas dalam suatu sluice box, dengan begitu akan
mempercepat proses pendulangan. Pekerja yang sudah
berpengalaman sering mengacu pada ini sebab mereka mengijinkan
pemula untuk mendulang dengan hampir derajat tingkat efisiensi
yang sama.
(Tisnajaya, 2011)

*sumber: http://nevada-outback gems.com/design-


pan/bowl _pan_lortok_05.jpg, 2012

Gambar 3.1.8.
Dulang Cowhorns

Rindang Kurniawan
112.16.0111
Berdasarkan keadaan contohnya, terdapat dua jenis preparasi
pemisahan mineral butir:
a. Contoh Ruah (Bulk Samples)
Preparasinya meliputi pengeringan, penimbangan
(pengukuran volume), pencucian, pendulangan, pengeringan,
pengayakan, pemagnetan, dan penimbangan masing-masing fraksi.
b. Konsentrat Dulang
Prinsip preparasinya adalah pemisahan mineral berdasarkan
sifat kemagnetan (magnetic separation).

Proses Pendulangan
Pasir Besi (Puya)

*sumber: http://ester11zone.files.wordpress.com/2012/08/pendulangan-21.jpg, 2012

Gambar 3.1.9.
Proses Pendulangan Pasir Besi

Pengolahan bahan galian adalah kegiatan yang bertujuan untuk


menaikkan kadar atau mempertinggi mutu bahan galian yang
dihasilkan dari tambang sampai memenuhi persyaratan untuk
diperdagangkan atau dipakai sebagai bahan baku untuk bahan industri
lain. Bahan galian yang dihasilkan dari tambang biasanya selain
mengandung mineral berharga yang diingikan juga mengandung
mineral pengotor (gangue mineral) sehingga hasil tambang tidak bisa
langsung dimanfaatkan atau diperdagangkan. Untuk menghilangkan

Rindang Kurniawan
112.16.0111
mineral pengotor tersebut sehingga hasil tambang dapat dimanfaatkan
atau diperdagangkan, maka dilakukan dengan pengolahan bahan
galian. Proses pemisahan antara mineral berharga dengan mineral-
mineral pengotor didasarkan kepada perbedaan, baik fisik maupun
sifat kimia antara mineral berharga dengan mineral pengotornya.
Parameter pengolahan bahan galian secara mendasar adalah:
a. Recovery adalah perbandingan jumlah metal yang terambil dalam
pengolahan dengan berat atau metal secara keseluruhan.
b. Ratio Of Concentration adalah perbandingan besar feed dengan
besar konsentrat.
c. Kadar.
(Cahya, 2011)
Pengenalan jenis mineral dapat dilakukan dengan berbagai
cara berdasarkan sifat fisik, diantaranya sifat optik, fluoresen, berat
jenis dan sifat kemagnetan. Dari pengamatan secara mikroskopis akan
diketahui jenis mineral, ukuran butir, bentuk butir dan kelimpahannya.
Hasil analisis ini selanjutnya digunakan untuk memprediksi sumber
mineral (genesa dan tempat) dan menentukan kegiatan tindak lanjut
dalam eksplorasi. Selain itu, di dalam suatu kegiatan eksplorasi
endapan aluvial, preparasi dan analisis diperlukan sebagai data
pendukung dalam penghitungan sumber daya dan cadangan..
Selama ini, acuan yang digunakan dalam preparasi dan analisis
mineral butir berasal dari berbagai sumber seperti literatur, pelatihan,
dan pengalaman yang belum dibakukan. Untuk memperoleh
kemudahan dan kesamaan pemahaman dalam melakukan preparasi
dan analisis mineral butir, perlu dibuat suatu pedoman yang bersifat
teknis sebagai acuan dalam melakukan preparasi dan analisis mineral
butir.
Analisa mineral analisis kimia dilakukan, karena material tailing
merupakan hasil proses penggilingan batuan, dimana diperkirakan
material tailing yang tidak terhancurkan secara baik masih
mengandung mineral. Analisis butir dilakukan untuk mengetahui
kandungan emas atau mineral lainnya yang telah terlepas dari batuan
asal dan berbentuk butiran.

Rindang Kurniawan
112.16.0111
Metode sederhana yang dapat digunakan untuk mengolah
bahan galian adalah dengan gravity concentration atau pengolahan
berkaitan dengan konsentrasi berat jenis, salah satu alat yang dapat
digunakan adalah dulang. Dalam proses pendulangan pada prinsipnya
memisahkan antara konsentrat dengan material pengotornya (tailing)
melalui aliran air horizontal, dimana material konsentrat memiliki berat
jenis yang lebih besar dari pada material pengotornya, sehingga
konsentratnya akan tertahan di dasar alat dulang, dan material yang
lebih ringan akan terbawa atau terlarutkan bersama aliran air.

*sumber: Fathi Habashi, 2012


Gambar 3.1.10.
Pengambilan Material Dulang Di lahan Aluvial
Konsentrat merupakan material berharga yang diperoleh dari
proses ekstraksi kumpulan material-material dengan kata lain
konsentrat adalah material yang dicari dalam proses pengolahan
bahan galian. Mineral konsentrat pada umumnya memiliki berat jenis
yang lebih besar dari pengotornya. Sedangkan middling merupakan
kumpulan mineral-mineral berharga dari hasil pengolahan yang
memiliki kadar tidak terlalu tinggi atau ditengah-tengah antara
konsentrat dengan pengotornya (tailing). Konsentrat dulang adalah
fraksi bernilai/berharga berupa bijih (mineral berat) yang tertinggal
pada alat dulang dalam suatu proses pendulangan.
(Tisnajaya, 2011)

Rindang Kurniawan
112.16.0111
*sumber: http://www.faqs.org/sec-filings/110118/
SILVERADO-GOLD-MINES, 2012
Gambar. 3.1.11.
Konsentrat Emas Dan Pengotornya

Tailing adalah satu jenis limbah yang dihasilkan oleh kegiatan


tambang, dan kehadirannya dalam dunia pertambangan tidak bisa
dihindari. Sebagai limbah sisa pengolahan batuan-batuan yang
mengandung mineral, tailing umumnya masih mengandung mineral-
mineral berharga. Kandungan mineral pada tailing tersebut tidak bisa
dihindari, karena pengolahan bijih untuk memperoleh mineral yang
dapat dimanfaatkan pada industri pertambangan tidak akan mencapai
perolehan (recovery) 100%.
Kehadiran tailing dalam dunia pertambangan tidak bisa dihindari,
dari pengolahan yang dilakukan hanya < 3% bijih menjadi produk dan
sisanya menjadi tailing. Secara fisik komposisi tailing umumnya terdiri
dari 50% fraksi pasir halus dengan diameter 0,075 – 0,4 mm, dan
sisanya berupa fraksi lempung dengan diameter 0,075 mm.
Hal ini dapat disebabkan oleh kekerasan batuan bijih yang
menyebabkan hasil giling cenderung lebih kasar dan mengakibatkan
perolehan (recovery) menurun disertai semakin rendahnya kandungan
mineral didalam konsentrat. Kehalusan ukuran butiran mineral juga
dapat menyebabkan sulitnya tercapai liberasi (liberation).
Proses preparasi pemisahan mineral butir merupakan suatu
rangkaian kegiatan dalam mempersiapkan contoh untuk dianalisis, yang
metodenya disesuaikan dengan keadaan contoh dan kepentingan.
(Tisnajaya, 2011)

Rindang Kurniawan
112.16.0111
*sumber: www.bi.go.id/.../Profil/Kalsel/Wisata.html, 2012
Gambar 3.1.12.
Proses Pemisahan Konsentrat Dan Tailing Pada Pendulangan Intan
Metode panning atau mendulang merupakan metode untuk
menemukan letak sumber serpihan mineral (mineral cuts = float) yang
umumnya berupa urat bijih (vein) endapan primer di tempat-tempat
yang elevasinya tinggi. Caranya adalah dengan mencari serpihan atau
potongan mineral-mineral berharga (emas, intan, kasiterit, dan lain-
lain) yang keras, tidak mudah larut dalam asam maupun basa lemah
dan memiliki berat jenis yang tinggi dimulai dari kelokan di hilir sungai.
Pada kelokan sungai sebelah dalam (lihat gambar 3.13.) diambil
beberapa genggam endapan pasir lalu dicuci dengan dulang atau
lenggang (pan/batea/horn). Bila dari dalam dulang itu ditemukan
serpihan mineral berharga, maka pendulangan di kelokan sungai
diteruskan ke hulu sungai (lihat titik-titik A1, A2 dan A3 pada gambar di
bawah sampai serpihan mineral berharga itu tak ditemukan lagi.
Selanjutnya pencarian serpihan itu dilakukan ke kiri-kanan tepian
sungai dengan cara mendulang tumpukan pasir yang ada di tepian
sungai tersebut.
(Alamsyah, 2010)

Rindang Kurniawan
112.16.0111
*Sumber: http://real-miners.blogspot.com/2010/12/rincian-kegiatan-penyelidikan-umum.html, 2012
Gambar 3.1.13.
Bentuk Dulang dan Serpihan Mineral pada Kelokan Sungai
Cara tracing dengan panning sama seperti tracing float, tetapi
bedanya terdapat pada ukuran butiran mineral yang dicara biasanya
cara ini digunakan untuk mencari jejak mineral yang ukurannya halus
dan memiliki masa jenis yang relatif besar. Persamaan dari cara
tracing yaitu pada kegiatan lanjutan yaitu trencing atau test pitting.
Cara-cara tracing, baik tracing float maupun tracing dengan
panning akan dilanjutkan dengan cara trenching atau test pitting.
a. Trenching (Pembuatan Parit)
Pembuatan parit memiliki keterbatasan yaitu hanya bisa
dilakukan pada overburden yang tipis, karena pada pembuatan parit
kedalaman yang efektif dan ekonomis yang dapat dibuat hanya
sedalam 2 - 2,5 meter, selebih dari itu pembuatan parit dinilai tidak
efektif dan ekonomis. Pembuatan parit ini dilakukan dengan arah
tegak lurus ore body dan jika pembuatan parit ini dilakukan di tepi
sungai maka pembuatan parit harus tegak lurus dengan arah arus
sungai.
Paritan dibangun dengan tujuan untuk mengetahui tebal
lapisan permukaan, kemiringan perlapisan, struktur tanah dan lain-
lain.

Rindang Kurniawan
112.16.0111
b. Test Pitting (Pembuatan Sumur Uji)
Jika dengan trenching tidak dapat memberikan data yang
akurat maka sebaiknya dilakukan test pitting untuk menyelidiki
tubuh batuan yang letaknya relatif dalam. Kita harus ingat bahwa
pada test pitting kita harus memilih daerah yang terbebas dari
bongkahan-bongkahan maka hal ini akan menyulitkan kita pada
waktu pembuatan sumur uji dan juga daerah yang hendak kita buat
sumur uji harus bebas dari air, karena dengan adanya air dapat
menyulitkan kita pada waktu melakukan penyelidikan struktur
batuan yang terdapat pada sumur uji yang kita buat. Pada
pembuatan sumur uji ini kita juga harus mempertimbangkan faktor
keamanan, kita harus dapat membuat sumur dengan penyangga
sesedikit mungkin tetapi tidak mudah runtuh. Hal ini juga akan
mempengaruhi kenyamanan pada waktu melakukan penelitian.
Kedalaman sumur uji yang kita buat bisa mencapai kedalaman
sampai 30 meter.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dari penggalian sumur
adalah gejala longsoran, keluarnya gas beracun, bahaya akan
banjir dan lain-lain.
(Aphiin, 2012)
Selain dengan tracing float, dapat juga dilakukan tracing
dengan pendulangan (tracing with panning). Pada tracing float,
material yang menjadi panduan berukuran kasar (besar),
sedangkan dengan menggunakan dulang ditujukan untuk material-
material yang berukuran halus (pasir sampai dengan kerikil). Secara
konseptual tracing dengan pendulangan ini mirip dengan tracing
float. Pada gambar dapat dilihat sketsa pengerjaan metode tracing
float atau tracing with panning tersebut, dimana pengecekan
dilakukan untuk semua cabang (anak) sungai. Oleh sebab itu,
informasi (peta) jaringan sungai menjadi media utama untuk metode
ini.

Rindang Kurniawan
112.16.0111
*Sumber: http://id.scribd.com/doc/102135538/Tracing-Float-Paritan-
Dan-Sumur-Uji, 2012
Gambar 3.1.14.
Sketsa Konseptual Pengerjaan Metode Tracing Float dan
Tracing With Panning

Informasi-informasi yang perlu diperhatikan adalah:


1. Peta jaringan sungai.
2. Titik-titik (lokasi) pengambilan float.
3. Titik-titik informasi dimana float termineralisasi/tidak
4. Titik-titik informasi kuantitas dan kualitas float.
5. Lokasi dimana float mulai hilang.
Pada lokasi dimana float mulai hilang, dapat
diinterpretasikan bahwa zona sumber float telah terlewati, sehingga
konsentrasi penelitian selanjutnya dapat dilakukan pada daerah
dimana float tersebut mulai hilang. Secara teoritis, pada daerah
dimana float tersebut hilang dapat dilakukan penelitian lanjutan
dengan menggunakan uji paritan (trenching) dan uji sumuran (test
pitting).
Namun metode panning tetap digunakan dalam eksplorasi
mineral. Dengan metode panning kita dapat mengetahui jumlah
penyebaran mineral berharga yang tertransportasi oleh aliran
sungai dari batuan induknya. Peta aliran sungai sangatlah penting
dalam menentukan tempat penyebaran mineral berharga. Setiap
lokasi aliran sungai akan diambil sampel dengan menggunakan
panning. Apabila hasil yang ditemukan terdapat adanya mineral
berharga maka akan terus dilakukan penyelidikan menuju ke arah
hulu sungai untuk menemukan mineral induknya. Apabila hasil dari

Rindang Kurniawan
112.16.0111
pengambilan sampel menggunakan panning mulai berkurang
mineral berharganya maka akan dihentikan proses pencariannya.
Secara prinsip, kegiatan dulang merupakan pemisahan
konsentrat dari tailing-nya, dimana material konsentrat yang
mempunyai berat jenis lebih besar akan tertahan di bagian dasar
alat dulang, sedangkan yang lebih ringan berat jenisnya dan
dianggap sebagai tailing ikut larut bersama aliran air.
(Tisnajaya, 2011)
Penambangan cebakan emas placer pada umumnya
tergantung pada kondisi keberadaan cebakan emas yang meliputi
jenis cebakan, ketebalan cebakan yang mengandung emas dan
kedalaman atau ketebalan tanah penutup. Kondisi cebakan emas
pada umumnya berupa endapan sungai atau jenis cebakan emas
placer, dengan ketebalan endapan yang diduga mengandung emas
kurang lebih 1 meter, dengan ketebalan tanah penutup bervariasi
dari 1 - 8 meter dari permukaan tanah. Dengan demikian, sistem
penambangan yang paling cocok untuk diterapkan adalah sistem
tambang terbuka (surface mining), walaupun pada kasus tertentu
tidak tertutup kemungkinan untuk dikombinasikan dengan sistem
tambang bawah tanah (underground mining). Sedangkan metoda
pemisahan (pengolahan) mineral yang umum diterapkan untuk jenis
endapan emas placer adalah dengan cara konsentrasi graviti, yakni
pemisahan mineral berharga (emas) atau disebut consentrate
terhadap mineral pengotornya (tailing) berdasarkan perbedaan
berat jenis (specific gravity) dan media aliran air.
Mekanisme dasar pemisahan emas dari material
pengotornya adalah perbedaan berat jenis (specifig gravity) dan
aliran atau putaran air ketika dulang digoyang-goyangkan dengan
arah memutar. Material pengotor dengan berat jenis lebih ringan
dibandingkan butiran emas (berat jenis 14 - 19) akan terlempar
keluar, sedangkan butiran emas tetap tertinggal pada dasar dulang
(pan). Kelemahan cara ini adalah tingkat perolehan yang masih
rendah, walaupun proses ini sangat ditentukan oleh keterampilan
pendulang. Namun demikian, pada umumnya masih banyak butiran
emas yang halus dan berbentuk pipih ikut terbuang dengan material

Rindang Kurniawan
112.16.0111
pengotornya. Cara penambangan ini dapat dilakukan baik secara
individu maupun secara berkelompok, yang pada umumnya
dilakukan oleh masyarakat setempat.
Analisis kualitatif terhadap tipologi penambangan dalam
rangka perolehan emas menunjukkan bahwa penambangan dengan
cara pendulangan (panning) pada umumnya mempunyai kapasitas
rendah dan kurang efisien dalam menangkap emas berbutir halus.
Hanya dalam pengoperasiannya sangat sederhana (simple), tidak
mahal (murah) biayanya dan praktis konstruksinya. Pendulangan
(panning) secara luas digunakan sebagai metoda perolehan utama
dalam awal penambangan. Namun dalam pengoperasiannya
sangat terbatas, karena hanya emas berbutir kasar saja yang dapat
diperoleh, sedangkan partikel emas yang sangat halus pada
umumnya lolos bersama gravel. Hanya sejumlah gravel yang
mengandung emas dapat diproses, ini juga tergantung pengalaman
pendulang (panners). Pans (dulang) sesungguhnya hanya cocok
untuk digunakan untuk pekerjaan yang berhubungan dengan:
prospecting (pencarian emas awal dalam penyelidikan umum),
proses cleaning terhadap konsentrat hasil roughing, atau untuk
mengerjakan cebakan aluvial yang kaya akan emas berbutir kasar
atau cebakan yang lokasinya memang terisolasi. Pendulangan
masih relevan untuk diterapkan bagi para penambang secara
perseorangan, walaupun secara konseptual masih jauh untuk
memenuhi syarat konsep pengelolaan pertambangan yang baik dan
benar. Seperti telah dijelaskan bahwa konsep pengelolaan
pertambangan tersebut hanya cocok bagi level perusahaan yang
bermodal besar. Namun demikian, secara organisatoris (level
perusahaan) dibandingkan dengan konsep konsentrasi graviti
menjadi tidak relevan lagi, karena tanpa perencanaan dan
koordinasi yang baik dan benar, masalahnya muncul ketika ribuan
orang mendulang pada area yang relatif terbatas, sehingga tingkat
perolehan (recovery) menjadi semakin rendah atau perolehan yang
tidak merata, diantaranya disebabkan oleh:
1. Peralatan yang digunakan oleh para penambang berupa dulang
(pans) yang terbuat dari kayu dan bahkan menggunakan wajan

Rindang Kurniawan
112.16.0111
(kuali) tentunya belum atau tidak memenuhi standar. Walaupun
bentuk dan ukuran bisa bervariasi, namun sebagai pembanding
bahwa standar ‘gold pans’ di Amerika misalnya, mempunyai
ukuran standar sebagai berikut: diameter bagian atas 15 - 18
inci, kedalaman lekukan (depth) 2 - 2,5 inci serta sudut
kemiringan sisi-sisinya 30 - 45o dan bahan ‘pans’ bisa terbuat
dari logam atau plastik.
2. Para penambang yang pada umumnya tidak memiliki
ketrampilan dan pengalaman mendulang, meskipun dasar
pengoperasian dulang (pans) relatif sederhana. Perolehan
pendulangan akan menjadi optimal jika material yang akan
didulang berbutir relatif seragam disamping dibutuhkan
pengalaman dan ketrampilan pendulang (penambang), walaupun
sesungguhnya dalam pengoperasiannya ketrampilan mendulang
bisa dipelajari dari para pendulang yang telah berpengalaman.
(Raimuna, 2010)
Proses mendulang emas dimulai dengan mengisi alat dulang
dengan material yang hendak didulang, kemudian goyangkan
dulang ke kiri dan ke kanan di bawah aliran air.
Proses ini akan menyebabkan material yang berat akan
terendapkan di dasar dulang, sedangkan material yang lebih ringan
akan berada di permukaan sehingga akan terpisah dengan material
yang lebih berat. Hasil akhir yang didapat dari pendulangan ini
adalah emas, dan pasir sebagai tailing. Instruksi yang lebih jelas
adalah sebagai berikut.
1. Menentukan campuran material yang hendak didulang, lalu
memasukkan material tersebut ke dalam dulang. Mengisi dulang
tersebut sampai ¾ dulang terisi. Membuang batu-batu besar
dalam material tersebut, sehingga dapat lebih banyak menaruh
material yang lebih kecil, dan butiran emas tentunya, ke dalam
dulang.
2. Memilih tempat dimana akan mendulang. Tempat yang paling
baik adalah dimana air kira-kira 6 inchi dalamnya. Hal ini penting
agar bisa dengan mudah membuang keluar gangue dalam
campuran material.

Rindang Kurniawan
112.16.0111
3. Membawa dulang ke titik pendulangan yang sudah dipilih dan
memasukkan dulang ke dalam air.
4. Menggunakan jari untuk meratakan material dalam dulang agar
semua material tergabung ke dalam air. Dalam langkah ini
lempung, moss, dirt, roots, dan sebagainya dipisahkan agar
dulang tersebut benar-benar dipenuhi air atau seluruh
materialnya benar-benar tergabung dalam air.
5. Setelah material seluruhnya tergabung dalam air,
menggoyangkan dulang ke kiri dan ke kanan dalam keadaan
tetap di bawah permukaan air. Hal ini akan menyebabkan
material terpisah di dalam dulang dimana material yang lebih
berat akan terendapkan di dasar dulang sedangkan yang lebih
ringan akan berada di permukaan.
6. Mengeluarkan batu-batu atau material yang terangkat di
permukaan tersebut dengan menggunakan jari tangan. Batu
yang dikeluarkan hanya batu yang berada di permukaan saja.
7. Melanjutkan dengan mengulang langkah lima dan enam,
menggoyangkan dulang dan keluarkan batu-batu serta kerikil,
sampai material tersebut keluar dari dulang, sehingga dulang
bersih dari kerikil dan batuan.
8. Memiringkan salah satu sisi dulang sehingga sisi tersebut
menjadi titik yang paling rendah. Lalu menggoyangkan dulang
lagi ke kiri dan ke kanan, tetap keadaan salah salah satu sisi
dulang tersebut miring. Hati-hati agar dulang tidak terlalu miring
sehingga material tidak keluar semuanya ketika dulang
digoyangkan ke kiri dan kanan.
9. Berhati-hati saat memiringkan dulang ke depan atau ke
belakang, lakukan hanya di bawah permukaan air, mengikuti
aliran air untuk membuang lapisan atas yang isinya material tak
berharga, material yang lebih ringan akan keluar dari dulang.
Sementara itu tetap jaga material-material yang lebih berat yang
tidak tertutup material yang lebih ringan akan tidak keluar.
Material yang lebih berat biasanya berwarna lebih gelap daripada
material yang lebih ringan.

Rindang Kurniawan
112.16.0111
10. Setelah lapisan atas terbuang dari dulang, menggoyang kembali
dulang untuk mengangkat material yang lebih ringan ke atas.
Jika dilakukan terus menerus, maka material yang paling berat
akan tertinggal, diantaranya emas. Langkah ini mungkin akan
memakan waktu 5 sampai 6 detik, atau mungkin lebih sedikit.
11. Setiap selesai menggoyang dulang dan membersihkan material
yang lebih ringan, memiringkan kembali dulang ke posisi awal
dan menggoyangkan dulang kembali. Hal ini untuk menjaga agar
emas tidak tejatuh ke sisi dulang yang dimiringkan.
12. Setelah langkah di atas selesai, melihat material yang tertinggal
di dasar dulang. Biasanya terdiri dari batu-batu ungu kecil dan
hitam dan konsentrat pasir hitam. Pasir hitam biasanya terdiri
dari magnetit, hematit, titanium, zircon, rhodolite, monazite,
tungsten, dan kadang-kadang pirit. Dan material-material lainnya
yang mempunyai berat jenis yang tinggi, seperti emas dan
platina.
Setelah pendulangan, ada cara-cara tertentu untuk
memisahkan emas dari tailingnya, seperti pasir hitam, kerikil, dan
lain-lain. Cara tersebut yaitu :
1. Menyediakan botol sampel berukuran sedang dan corong.
2. Menuang butiran emas yang sudah didulang tadi ke dalam botol
menggunakan corong.
3. Emas akan terpisah dari pengotornya.
(Junar, 2011)

Rindang Kurniawan
112.16.0111
3.1.3 Alat dan Bahan
a. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
1) Dulangan
Fungsinya adalah alat yang digunakan untuk
memisahkan konsentrat dengan pengotornya (tailing).

*Sumber: Laboratorium Teknologi Pertambangan, 2012


Gambar 3.1.15.
Dulangan

2) Bak air
Fungsinya sebagai tempat penampungan air dan tempat
proses dulang dilakukan.

*Sumber: Laboratorium Teknologi Pertambangan, 2012


Gambar 3.1.16.
Bak Air

Rindang Kurniawan
112.16.0111
3) Timbangan
Fungsinya untuk menimbang berat sampel sebelum dan
sesudah dulang (panning) sehingga dapat menentukan
recovery dulang.

*Sumber: Laboratorium Teknologi Pertambangan, 2012


Gambar 3.1.17.
Timbangan

4) Cawan
Fungsinya sebagai tempat untuk menaruh puya
sebelum dilakukan pengeringan.

*Sumber: Laboratorium Teknologi Pertambangan, 2012


Gambar 3.1.18.
Cawan

Rindang Kurniawan
112.16.0111
5) Oven
Fungsinya untuk mengeringkan puya setelah proses
pendulangan.

*Sumber: Laboratorium Teknologi Pertambangan, 2012


Gambar 3.1.19.
Oven

6) Alat tulis
Fungsinya untuk mencatat hasil pengamatan.

*Sumber: Laboratorium Teknologi Pertambangan, 2012


Gambar 3.1.20.
Alat Tulis

Rindang Kurniawan
112.16.0111
7) Kuas
Berfungsi untuk membersihkan cawan.

*Sumber: Laboratorium Teknologi Pertambangan, 2012


Gambar 3.1.21.
Kuas

8) Sendok
Berfungsi untuk memindahkan material.

*Sumber: Laboratorium Teknologi Pertambangan, 2012


Gambar 3.1.22.
Sendok

Rindang Kurniawan
112.16.0111
b. Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah:
1) Pasir kuarsa, fungsinya sebagai material tailing.

*Sumber: Laboratorium Teknologi Pertambangan, 2012


Gambar 3.1.23.
Pasir Kuarsa

2) Pasir besi, fungsinya sebagai material konsentrat.

*Sumber: Laboratorium Teknologi Pertambangan, 2012


Gambar 3.1.24.
Pasir Besi

Rindang Kurniawan
112.16.0111
3) Air, fungsinya sebagai media untuk proses dulang.

*Sumber: Laboratorium Teknologi Pertambangan, 2012

Gambar 3.1.25
Air

Rindang Kurniawan
112.16.0111
3.1.4. Prosedur Kerja
Langkah kerja yang harus dilakukan dalam melaksanakan
praktikum pendulangan, yaitu:
a. Mempersiapkan bahan konsentrat dan kemudian menimbangnya.
b. Mempersiapkan material pengotor (tailing) yang kemudian
mencampurkannya dengan bahan konsentrat yang telah diketahui
beratnya.
c. Mempersiapkan bak penampungan air, dan melapisinya dengan
bahan kedap air agar dapat menampung air dengan baik, serta
mengisinya dengan air hingga kira-kira sudah dapat digunakan
untuk proses pendulangan atau + ketinggian air 50 cm.
d. Mengecek bak untuk memastikan air tidak keluar dalam jumlah
yang cukup besar dari bak penampungan tersebut.
e. Menyiapkan alat dulang dan memasukkan campuran konsentrat
yang telah disiapkan sebelumnya ke alat dulang tersebut.
f. Melakukan penetrasi memutar dengan memberikan campuran air
yang telah tersedia di dalam bak penampungan tersebut.
g. Menyisihkan material yang telah terpisah dengan konsentrat agar
tidak mengganggu proses pemisahan campuran konsentrat yang
masih bercampur.
h. Setelah konsentrat bersih dari pengotornya, konsentrat diambil dan
kemudian keringkan.
i. Menganalisa konsentrat dengan menimbang berat hasil dari aliran
konsentrat.
j. Mencatat hasil analisa dan selanjutnya melakukan perhitungan
recovery dengan menggunakan rumus yang ada.

Rindang Kurniawan
112.16.0111
3.1.5. Data Hasil Pengamatan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka data hasil
pengamatan yang diperoleh yaitu suatu konsentrat sebesar 83,23
gram.
3.1.6. Perhitungan
Diketahui : F = 4000 + 83,23 = 4083,23 gram
f = 0,41 %
c = 15 %
C = 83,23 gram
Ditanya : Recovery (R)......................?
Jawab :
Cc
R = x100%
Ff
83,23 gram x 15 %
= x100%
4083,23 gram x 0,41 %
= 74,55 %
Jadi, nilai recovery pada percobaan ini sebesar 74,55%

Rindang Kurniawan
112.16.0111
3.1.7. Pembahasan
Mendulang adalah kegiatan atau proses pemisahan konsentrat
dengan pengotornya berdasarkan berat jenis. Konsentrat memiliki
berat jenis lebih besar dibandingkan pengotor, sehingga pada
prosesnya berat jenis yang lebih besar akan berada di dasar dulang
dan pengotor akan ikut larut bersama air pada saat dilakukan gerakan
memutar di bak yang sudah disediakan air setinggi lebih kurang 100
cm dan 50 cm.
Konsentrat merupakan material berharga yang diperoleh dari
proses ekstraksi kumpulan mineral-mineral, dengan kata lain
konsentrat adalah material yang dicari dalam proses pengolahan
bahan galian. Mineral konsentrat pada umumnya memiliki berat jenis
lebih besar dari pengotornya. Konsentrat dulang adalah fraksi bernilai
atau berharga berupa bijih (mineral berat) yang tertinggal pada alat
dulang dalam suatu proses pendulangan. Konsentrat yang digunakan
pada percobaan ini adalah puya, sedangkan pengotornya adalah pasir.
Pada mendulang ini, sebelum material dilakukan proses
konsentrasi sebesar 4000 gram, yang mana diketahui pula kadar
konsentrat tersebut yaitu 15 % dan kadar feed nya adalah 0,41 %.
Kemudian dilakukan proses pemisahan dengan dulang untuk
memisahkan konsentrat (puya) dengan tailing nya (pasir). Konsentrat
yang didapat sebesar 83,23 gram. Kemudian hitung nilai recovery dari
data yang didapat hasil dari pendulangan.
Dari hasil praktikum didapat nilai recovery sebesar 74,55 %,
artinya masih ada konsentrat atau mineral berharga yang ikut larut
bersama pengotornya di dalam aliran air. Hal ini disebabkan karena
pada proses pendulangan prosedur yang sudah ada tidak dilakukan
dengan benar, seperti letak posisi dulang yang seharusnya di
permukaan air menjadi di atas permukaan air. Kemudian pada saat
mendulang tidak dilakukan secara cermat karena mungkin praktikan
tidak konsentrasi karena kelelahan. Penyebab lainnya adalah
ketidakmampuan praktikan untuk mengoperasikan alat dulang yang
telah disediakan, pengaruh jernih atau keruhnya air menyebabkan
proses pemisahan tersebut terganggu dan praktikan kesulitan
memisahkan pasir dari puya pada saat kondisi atau jumlah pasir yang

Rindang Kurniawan
112.16.0111
masih tercampur sudah sedikit. Kemungkinan pada saat ingin
membuang tailing-nya puya ikut terbuang bersama pasir yang larut
oleh air.
Angka recovery sebesar 74,55% menunjukkan bahwa
konsentrat yang didapat mengalami penambahan akibat faktor-faktor
pendulangan yang kurang benar, seperti letak posisi dulang yang
seharusnya di permukaan air. Faktor lainnya yaitu pendulang harus
bisa mengatur jeda waktu agar pada saat proses pendulangan hasil
yang didapat pun bisa maksimal. Pengaruh dari kejernihan atau
keruhnya air, bergelombang atai tidak bergelombangnya air
menyebabkan ketidakmampuan praktikan untuk memisahkan puya dari
pasir pada saat kondisi atau jumlah pasir yang masih tercampur sudah
sedikit dan akhirnya proses pemisahan pun terganggu.
Pada percobaan ini dilakukan pula perhitungan waktu lamanya
mendulang. Lama waktu disini tidak berpengaruh dalam perhitungan
recovery. Hanya saja lama waktu kita mendulang dihitung untuk
mengetahui efisiensi kerja kita saat sedang melakukan percobaan
mendulang.
Jadi pada proses pendulangan yang perlu diperhatikan adalah
penguasaan alat dulang, ketelitian pada saat mendulang dan juga
kekentalan air (viskositas air) yang digunakan untuk meendulang. Jika
faktor tersebut dilakukan dengan baik maka hasil recovery yang
diperoleh hampir atau boleh dikatakan sempurna.
Tinggi dari bak air yang digunakan dalam proses pendulangan
juga harus diperhatikan. Hal ini berpengaruh terhadap posisi praktikan
pada saat melakukan percobaan mendulang. Semakin ideal tinggi bak
air yang digunakan, maka proses pendulangan pun dapat terlaksanan
dengan baik dan lancar.
Yang juga perlu diperhatikan yaitu penguasaan alat dulang,
ketelitian pada saat mendulang, juga kekentalan air yang digunakan
pada saat mendulang. Jika faktor-faktor tersebut dapat dilakukan
dengan baik, maka tidak menutup kemungkinan hasil recovery
mendekati hasil yang sempurna.

Rindang Kurniawan
112.16.0111
3.1.8. Penutup
a. Kesimpulan
Dari hasil percobaan dapat diambil beberapa kesimpulan,
yaitu :
1) Dulang (panning) merupakan suatu kegiatan pemisahan antara
konsentrat dengan tailing dengan menggunakan alat dulang
dan aliran air horizontal.
2) Dulang ada beberapa jenis, antara lain :
a) Dulang kayu (lenggang)
b) Dulang baja
c) Batea
d) Cowhorns
e) Dulang plastik
3) Material-material yang biasanya menggunakan peralatan
dulang, antara lain :
a) Emas
b) Intan
c) Pasir besi
4) Material konsentrat yang mempunyai berat jenis leboh berat
akan tertahan dibagian dasar alat dulang.
5) Material yang lebih kecil atau ringan berat jenisnya akan ikut
larut bersama air dan dianggap sebagai tailing.
6) Berdasarkan percobaan didapat hasil
a) Feed (F) : 4000 gram
b) Kadar feed (f) : 0,41%
c) Konsentrat (C) : 83,23 gram
d) Kadar konsentrat : 15%
7) Nilai recovery yang diperoleh pada percobaan ini adalah
74,55%.
b. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan adalah :
1) Sebaiknya bak air yang digunakan untuk mendulang diperbesar
agar alat dulang tidak saling bersentuhan sehingga
memudahkan dalam proses penetrasi.

Rindang Kurniawan
112.16.0111
2) Praktikan harus teliti dan berhati-hati dalam proses pemisahan
tersebut. Agar konsentrat yang hendak diperoleh tidak hilang
karena ikut larut bersama air dan tailing nya.
3) Sebaiknya praktikan memegang alat dulang masing-masing
agar lebih terampil dalam pengoperasian alat.

Rindang Kurniawan
112.16.0111

Anda mungkin juga menyukai