Anda di halaman 1dari 2

UNSUR INTRINSIK NOVEL DIA ADALAH DILANKU (NOVEL DILAN 1)

From: JOMBLO TIMES – WordPress.com

A). PLOT/ALUR CERITA

Alur cerita yang terdapat dalam novel ini adalah alur mundur. Buku ini dibuka dengan perkenalan
nama dan wajah para tokoh. Baik utama maupun tokoh sampingan. Pada bab awal, Miela akan
memperkenalkan segala sesuatu tentang dirinya, kisah cintanya dan keluarganya.

Pada bab kedua, Miela akan menceritakan tentang perjalanan cintanya bersama Dilan pada tahun
1990. Kisah cinta ini yang sangat romantis denga segala kesederhanaanya.

B). WATAK TOKOH

 Dilan

Perkenalkan “Dilan", ialah tokoh yang pastinya akan membuat cewek-cewek klepek-
klepek saat kalian sudah membaca ceritanya. Sebelumnya, jauhkan dulu, bayangkan kalian
semua tentang gimana karakter Dilan disini (mengingat bahwa Dilan digambarkan sebagai
anggota dari geng motor), Dilan itu baik, romantis lagi, bagaimana ngga bikin klepek-klepek?

Dilan diceritakan dalam novel ini, adalah sosok cowok remaja kelas dua SMA yang memiliki
karakter diri yang otentik. Kita akan menemukan sososk Ali Topan saat mengetahui Dilan
adalah anggota geng motor, menjadi salah satu “jagoan" sekolah tapi otaknya cerdas.

 Miela

Cewek cantik, teman sekolah Dilan, Dari sudut pandang Miela semua cerita Dilan
disuguhkan. Pada suatu waktu, Milea yang sekarang sudah berkeluarga, teringat sosok Dilan,
pacarnya pada waktu SMA yang sangat ia cintai. Milea pun Menuliskan ceritanya.

Waktu itu, di sekolahnyua. Miela adalah siswi baru, pindahan dari jakarta, ia ikut ke Bandumg
karena ayahnya yang berprofesi sebagai TNI itu ditugaskan di Bandung. Sejak di Bandung
Miela ini banyak yang suka padanya, ada Nandan si anak basket, Anhar si ketua geng motor,
Kang Adi mahasiswa ITB yang merupakan guru privatnya, dan Beni, yaitu pacarnya yang
bersekolah di jakarta.

c.) SUDUT PANDANG

From: Randomly Me.com

Sudut pandang yang teradapat dalam buku ini adalah Miela pelaku utama (aku) atau tokoh utama.

d.) LATAR WAKTU

Cerita berlatar tahun 1990. Semua seseuatu masih sangat sederhana waktu, remaja tahu 1990
menghabiskan waktu dengan banyak beraktifitas jalan-jalan berkeliling kota.
Uniknya, novel ini juga mengajarkan kita bahwa tak harus ribet dalam masalah setting tempat dan
waktu.

e.) LATAR TEMPAT

Novel dilan dan Miela hanyalah bertempakan di sekolah, warung Bu Eem, rumah Milea. Rumah Dilan
dan sejumlah jalan di Bandung. Itupun tidak digambarkan dengan detail.

f.) KONFLIK

Hubungan Milea dengan Dilan tak melulu lancar. Perlu diingat, Dilan adalah anak geng motor dan
Milea ditaksir oleh banyak cowok. Beragam konflik terjadi karena hal tersebu.

Tidak begit mendebarkan, namun tetap kuat. Dan selalu, konflik yang terjadi selalu berujung pada
suasana yang manis.

g.) GAYA BAHASA

Novel dilan ini tak begitu beda dengan penulisan Pidi Baiq pada karya buku-buku sebelumnya. Yakni
selalu ringan, sederhana namun berkesan. Meski tulisan dalam buku ini ceritanya adalah tulisa
langsug dari tokoh Mulea tapi gaya penulisannya tetap khas tulisan Pidi Baiq sekali.

Saat Milea mulai menuliskan catatanya tentang Dilan, dia bilang kalau gaya penulisannya akan dibuat
menyerupai tulisan Dilan. Gaya bahasa Indonesia yang nyaris baku, susunan kalimatnya kadang tak
lazim, diputar-putar dan terdapat kesan filosofis dalam kesederhanaan diksinya.

Itulah bahasa Dilan, terlihat mirip dengan gaya bahasanya Pidi Baiq. Apa memang Dilan ini adalah
perwujudan dari Pidi Paiq??

h.) AMANAT

Membaca novel Dila ini dapat membuatmu rindu setidaknya pada tiga hal. Pertama, pada masa SMA.
Dari saat saat melihat warna cover buku saja, kita sudah diingatkan dengan seragam waktu kita SMA.
kemudian,kita akan dihadapkan pada scene persekolahan seperti seperti situasi jam-jam istirahat di
kantin, bandel pada waktu upacara, telat masuk sekolah, tragedi guru sok jagoan serta suasana
tempat tongkrongan.

kedua, adalah masa-masa jatuh cinta. Maklum, cerita novel ini memang mengisahkan sidoi yang
menjalani hubungan dari nol sampai ke tahap paling indah dalam hubungan (jadian).

Ketiga, Yang menjadi pandangan tersendiri dari novel dilan ini adalah nuansa 90an. Buku ini adalah
mesin waktu yang mengajak kita untuk melihat kembali bagai mana pacaran tanpa ponsel dan hanya
mengandalkan telepon rumah serta betapa sakralnya surat cinta.

Anda mungkin juga menyukai