Anda di halaman 1dari 2

Kritik

MENELAAH ISI NOVEL REMAJA


Karya : Meilani Azaria Sinaga

Pada zaman sekarang memang banyak karya sastra yg berupa novel yg bertemakan
percintaan. Sebut sajalah salah satu novel yg populer dikalangan masyarakat khususnya para
remaja yaitu Dilan 1990, yg ditulis oleh Pidi Baiq. Quotes yg ada di novel Dilan 1990 sangat
tenar contonya “Milea, kamu cantik, tapi aku belum mencintaimu, enggak tau kalau nanti
sore. Tunggu aja.” (Dilan 1990).
Quotes tersebut merupakan sepenggal ucapan Dilan kepada Milea yg tertera cover
belakang novel itu. Cover depan dari novel Dilan sangat sederhana tetapi menarik karena ada
sesosok gambar dengan motor CB kesayangannya, dan ada beberapa kuotes yg ditulis dalam
cover depan dan belakang.
Kelebihan novel ini ada pada gaya bahasanya yg santai, enak dibaca dan mudah
dimengerti. Dengan menggunakan sudut pandang orang pertama, membuat pembaca hanyut
kedalam cerita. Kekurangan novel Dilan yaitu tidak konsisten dalam menggunakan kata
‘tidak’, ‘enggak’ dan ‘gak’ dalam narasi. Serta terdapat beberapa bahasa yg tidak pantas
contohnya kata kasar yg di ucapkan seorang anak geng motor kepada Dilan. Hal-hal seperti
inilah yg dapat mempengaruhi pemikiran remaja zaman sekarang.
Dilan dianggap sebagai salah satu novel romantis yg sangat diminati remaja. Padahal
di dalam tulisan Pidi Baiq yg satu ini banyak bagian yg kurang layak dilakukan anak seusia
remaja. Seperti misalnya, Dilan yg menjadi anggota geng motor yg sering tawuran, kemudian
pada saat Dilan meninju gurunya, dan melanggar peraturan sekolah. Dalam tulisannya, Pidi
Baiq juga menggambarkan kakter kekasih Milea dengan jelas dalam beberapa kata dan
perlakuan kasar Beni terhadap Milea.
Sama seperti Dilan 1990, novel Sin kara Faradita juga menarik perhatian masyarakat,
terutama remaja. Padahal di dalam novel Sin terdapat banyak kata-kata, tingkah laku, bahkan
cara berpakaian yg tidak pantas dilakukan anak seusia remaja. Contohnya, Metta yg
digambarkan tengah menggunakan celana pendek dan ketat saat hendak keluar rumah, Metta
yg sering mengumpat dan berkata kasar. Seperti “Anjir..,gue lupa ada pr” Hal-hal itu mampu
memicu turunnya moral remaja milenial sekarang. Metta yg digambarkan sering keluar
hingga larut malam,berfoya-foya, melanggar peraturan sekolah dianggap dapat memicu
remaja sekarang untuk meniru tindakan-tindakan tersebut. Yg lebih parahnya terdapat adegan
ciuman dalam novel Sin, padahal tokoh Metta dan Raga masih duduk di sekolah menengah
atas. Tentunya hal ini sangat tidak layak untuk ditiru oleh remaja, dan pastinya akan
mempengaruhi pola pikir remaja milenial zaman sekarang.
Berbeda halnya dengan Dilan 1990 dan Sin, novel Embun karya Okyb R. Musashi
lebih layak untuk menjadi novel romatis dikalangan remaja sekarang. Diangkat dari kisah
nyata Okyb sendiri mengajak kita kembali ke tahun 1985. Gaya bahasa yg digunakan mudah
di cerna dan mampu membuat pembaca ikut hanyut kedalam masa lalu. Embun adalah cerita
tentang kenangan yg di dalamnya menuar aroma persahabatan, cinta, dan pertentangan. Juga
rasa sedih dan kehilangan. Embun menceritakan masa lalu Vaya yg terjebak dalam cinta
terlarang dengan Elin yg adalah adik angkatnya, yg membuat Vaya dan Elin sama-sama ingin
menghapus perasaan dalam diri mereka yg dirasa tidak boleh di pertahankan. Novel ini
menurut saya lebih mengedukasi pembaca dan lebih layak menjadi inspirasi karena novel ini
membawa pembaca pada semua aspek, baik dalam keluarga, teman dan masyarakat. Tidak
terdapat kata-kata kasar di dalam novel karya Okyb ini, melainkan kata yg digunakan sedikit
klise namun tidak berlebihan. Membuat perasaan pembaca lebih terasa saat membaca novel
Embun.
Tulisan karya elin mampu menuras perasaan pembaca, terlebih saat Adil mengatakan
pada Vaya bahwa dia mencintai Elin “Aku mencintai Elin” (hal 96). Kata-kata yg unik pada
saat Adil menceritakan perasaannya adalah mereka berkata bahwa akan merahasiakannya
dari semua orang termasuk langit dan bumi. Vaya merasa sangat sakit hati karena sahabatnya
juga menyukai adik angkatnya. Kedewasaan nampak saat Vaya dan Elin sama-sama mampu
saling menjau dengan mencari kesibukan mereka. Pembaca menjadi lebih dewasa dan sedikit
sakit hati karena perpisahan antara Vaya dan Elin.
Karya sastra seperti novel, terutama novel remaja harusnya lebih bisa menjadi edukasi
bagi masyarakat, khususnya remaja. Penulis harus mampu memilih kata, tindakan atau
tingkah laku yg lebih layak untuk di tuliskan, karena hasil tulisan mereka akan dibaca oleh
masyarakat terutama remaja. Semakin baik karya yg dihasilkan, maka semakin baik pula
karakter yg ditimbulkan.

Anda mungkin juga menyukai