Anda di halaman 1dari 21

BAB III

RESERVOIR BERLAPIS DAN HETEROGENITAS RESERVOIR

Web : http://gede-siddiarta.blogspot.co.id/2011/11/heterogenitas-
reservoir_15.html

3.1. Reservoir Berlapis

Suatu reservoir dimana zona produktif terdiri dari beberapa lapisan batuan dimana
karakteristik fluida, batuan dan kondisi reservoir tidak sama dinamakan reservoir
berlapis. Keadaan tidak seragam dari satu lokasi ke lokasi lain dari lapisan satu
terhadp lapisan lain sebagai hasil siklus geologi. Siklus yang membentuk reservoir
berlapis melalui tahap pelapukan, transportasi, dan pengendpan dalam lingkungan
transisi. Pada sub bab berikut dijelaskan proses terjadinya, mekanisme penjebakan
dari reservoir berlapis.

3.1.1. Proses Terbentuknya Reservoir Berlapis

Air sungai membawa material – material sedimen, setelah mencapai laut


kecepatannya segera turun, sehingga sebagian besar material – material sedimen
terendapkan membentuk delta. Material – material yang lebih halus terangkut
lebih jauh dan menyebabkan delta berkembang ke arah laut.

Endapan delta terjadi di dalam lingkungan laut marginal yang merupakan


peralihan transisi antara kondisi daratan teresterial dan kondisi laut.
Bila sedimen – sedimen yang terbawa arus air atau sungai terendapkan ke laut
hanya melalui beberapa kanal delta, maka akan terbentuk delta kaki burung,
dimana gelombang laut tidak memindahkan sedimen – sedimen tersebut ke
tempat lain.
Apabila arus dan gelombang laut memindahkan sedimen – sedimen yang
telah terendapkan, maka delta kurang berkembang ke arah laut sehingga
memperbanyak kanal delta. Akibatnya delta tidak berkembang menjadi delta
kanal kaki burung.

Gambar 3.1

Bird Foot Deltae (modern missisipi) 9)

Endapan delta umumnya mempunyai perlapisan silang siur (cross bedding) yang
terdiri atas tiga lapisan ynag saling berhubungan tetapi mempunyai lithologi yang
berbeda. Tiga lapisan yang dimaksud adalah : lapisan muka, lapisan dasar, dan
lapisan tutup.

Lapisan muka tersusun dari material – material kasar yang terendapkan


paling awal setelah aliran air atau sungai mencapai laut. Lapisan muka biasanya
tebal dan mempunyai kemiringan yang besar. Semakin ke arah laut, lapisan muka
semakin kecil ukuran butirnya, dan akhirnya dihasilkan lapisan yang berbutir
halus dan menyebar pada daerah yang luas di dasar laut yang disebut lapisan
dasar.

Proses pengendapan yang berlangsung terus menyebabkan lapisan depan


berkembang ke arah laut dan menutupi lapisan dasar. Akibatnya delta semakin
berkembang ke arah laut, arus air yang membawa sedimen juga semakin maju ke
arah laut melalui kanal – kanal yang melewati lapisan muka dan lapisan dasar
delta. Di dalam kanal terendapkan oleh arus air suatu endapan horizontal yang
disebut lapisan tutup (topset bed). Sewaktu banjir, air meluap melalui tepi kanal
dan mengendapkan sedimen pada dataran banjir yang juga merupakan sebagian
dari lapisan tutup delta.

Distribusi ukuran butir hasil pengendapan kanal adalah semakin halus ke


arah atas dan ukuran halus dimiliki oleh batuan shale, karena sifatnya
impermeable, endapan kanal merupakan caps rock. Sebaliknya ukuran butir
semakin kasar ke arah atas dihasilkan oleh deltaic bar, endapan ini memiliki
porositas semakin bagus ke arah atas cocok sebagai reservoir minyak dan gas
bumi.

Gambar 3.2

Perkembangan Permukaan Pengendapan ‘clinoform’ dari delta 9)

3.1.2. Mekanisme Penjebakkan Reservoir Berlapis

Mekanisme penjebakkan reservoir berlapis dapat berupa struktur trap,


stratigrafi trap, dan mungkin salt dome. Secara stratigrafi banyak dijumpai dalam
sistim delta dimana distribusi pasir merata di daerah delta.

Jebakan struktur juga sangat umum menandai delta. Dalam jebakan sesar
tumbuh digiatkan oleh progradasi pasir delta front diatas kondisi tidak stabil dan
penambahan Lumpur prodelta pada tepi shelf. Karenanya sesar tumbuh aktif
dalam system high constructive lobate delta.

Growth fault menyebabkan sejumlah terobosan dalam sedimen delta,


dengan bentuk perulangan penebalan pada sisi down dropped. Penebalan dapat
meningkat lima atau sepuluh lipatan memotong system growth fault yang aktif.

Salt dome berkaitan dengan facies delta front, juga mempengaruhi


ketebalan dan geometri pasir. Biasanya menunjukkan formasi berjenis reservoir
berlapis.

Dome dalam facies lain delta (delta – plain atau antar delta, dengan banyak
pengendapan Lumpur), umumnya tidak produktif. Bagaimanapun juga dome
termasuk juga sumber tahap lanjut hidrokarbon dari sedimen prodelta.

Gambar 3.3

Akumulasi minyak pada lapisan pasir dalam Deltaic Bar 1)


Gambar 3.4

Akumulasi minyak pada Salt Dome 1)

Delta secara keseluruhan berfacies klastik, delta besar akan menghalangi


pengendapan karbonat. Proporsi jenis sedimen dikontrol oleh interaksi suplay
bahan – bahan fluvial dan marine. Interaksi ini membuat empat pola delta yang
umum yakni :

a. High – destructive Delta

Pengaruh marine sangat dominan dan kandungan pasir begitu tinggi.


Kecenderungan produktif dihasilkan oleh pasir pantai, jebakan minyak dan gas
berupa stratigrafi. Contoh saat ini di Sungai Po dan Rhone di Mediterania; kedua
sungai nampak berusaha membentuk delta kaki burung (bird – foot delta).

b. High – constructive Delta

High – constructive Delta bertipe kaki burung ada di Missisipi. Sejumlah channel
tersebar membentuk jari – jari bar ke arah laut. Pasir reservoir tertahan ke jari –
jari delta (finger) ini, deposite delta terdominasi oleh Lumpur.

c. High – constructive Delta

High – constructive delta jenis lobate (delta ekor kuda, seperti Modern Nile
dan Niger River), yang mana sejumlah kecil channel active yang tersebar
membangun delta sepanjang front convex ke arah laut. Semua dikuasai oleh
proses regresi, dimana pasir tipis, sepanjang delta front merupakan batuan
reservoir (terlihat pada Gambar 3.5).

Delta Kipas yang berkembang dalam danau atau laut tertutup

Sesengguhnya yang bersifat delta merupakan bagian dari kipas alluvial dan
transport pasir terus menerus dari lingkungan sub – aerial, melewati fluvial ke
delta dan mungkin endapan marine yang paling membentuk lingkungan
pengendapan campuran. Contoh terbaru adalah jenis delta Gilbert di danau
Bonneville berumur Pleistocene.

Gambar 3.5

Type Niger Delta Sediment 1)

Delta besar memerluakan waktu lama pembentukan dan bertahap. Karena proses
regressive bentuk delta dapat berupa ekor kuda atau kaki burung, dan karena
kondisi regressive delta menjadi komplek.

Urutan lengkap delta dari puncak ke dasar dengan komponen –


komponenya sebagai berikut :

6. Deposite dataran delta : lenticuler, kaya organic, lempung carbonatan atau


shally, bioturbated, fauna rawa, fragmen berupa tumbuhan, peat (seperti batu
bara) dan pasir. Tidal datar, subtidal dimana batupasir berupa deposite angin atau
deposite banjir dengan bentuk lenticuler tinggi. Terdominasi air tawar selagi aktif,
selama progradasi, jika tidak aktif didominasi air payau hingga air asin (laut).

5. Penyebaran pasir channel dan mulut bar dalam dataran dengan permeabilitas
(k) dan porositas bagus serta ripple marks dalam skala ukuran kecil, tetapi
biasanya kondisi bagus ke arah atas. Kontak tajam dengan shale ada di atas dan di
bawah. Pasir bar mulut sungai mempunyai batuan yang bersifat mustone, kontak
pada bagian atas kasar, tetapi kontak ke bawah berupa pasir di atas clay. Kedua
jenis tubuh pasir mempunyai geometri linier dan semakin tipis miring ke bawah;
mereka berasosiasi dengan tanggul (leeve) sungai. Dalam kurva SP berbentuk
block, block seperti gergaji atau berbentuk bell (bell – shaped).

4. Pasir bar menjari; clean sand, non marine, coarsening ke atas, dan
perkembangan struktur berupa cross bedding.

3. Deposite jari delta lebih keluar batas kenampakan delta, dengan terlihat
adanya mulut bar sungai. Pada lingkungan transisi yang terlewati air payau,
batupasir bersifat shally terdapat antara delta front dengan endapan dataran delta.
Permeabilitas pada deposite jari delta rendah.

2. Deposite Delta Front

Berupa pasir terlaminasi silt dan clay. Pasir ke arah atas berukuran coarse, dan
mungkin mempunyai porositas dan permeabilitas bagus. Deposite delta front
menghadirkan fasa aktif dari delta.

1. Pasir Prodelta

Kandungan batupasir atau silt tipis. Clay dibawah kondisi terkompaksi dan
kelebihan tekanan akan terjadi jika tertumpang tindih oleh pasir yang terendapkan
secara cepat. Ketidakselarasan sisa endapan prodelta mungkin termasuk
komponen non klastik, contohnya algal reefs.

Gambar 3.6

Penampang dari komponen Delta 9)

Pengaruh erosi menghasilkan pasir quarsa dalam mulut channel – channel


tidal. Secara prinsip reservoir berada dalam pasir delta front. Produktif cenderung
dikontrol oleh distribusi tubuh pasir dan oleh geometrinya yang mungkin
berbentuk lobate atau ellongate.

Daerah paling produktif terhampar di sekitar tepi progradasi delta (lobes).


Penyebaran pasir – pasir channel dari facies dataran delta tipi High – constructive
Delta adalah jarang produktif karena adanya sedimentasi silica pada sekitar
channel dan pasir delta front (dikarenakan perbedaan komposisi air). Sedimentasi
ini mencegah migrasi hidrokarbon ke bagian atas unit delta.

3.1.3. Beberapa Contoh Reservoir Multilayer Produktif

Tidak juga paling produktif tetapi mungkin dapat dibilang tidak biasa karena
reservoir batu pasir disebelah selatan USA terdiri atas granite wash dalam delta
kipas (fan delta) berukuran raksasa, yang mana terprograde dari batuan dasar
(basement) yang terangkat dengan cepat sewaktu Pennsylvanian akhir dan waktu
Permian.

Gambar 3.7

Menggambarkan Ketebalan Lapisan, Porositas Granite Wash (zone E)

Memotong Uplift di Texas22)

Gambar 3.7 melukiskan granite wash yang didapatkan dari pengangkatan


Amarillo di Texas Panhandle, kemudian menggerus menyapu barat daya sisi
cekungan Andarko. Pada tempat itu menggantikan sedimen – sedimen cekungan
dan system slope dan menutup ketebalan lapisan berusia Palezoik yang lebih tua.

Secara mengejutkan pasir reservoir granite wash memiliki porositas dan


permeabilitas tinggi, meningkt sampai 20 persen dan 500 mD, walaupun terjadi
pengurangan keduanya dikarenakan perubahan in situ dari mineral feldspar
sampai mineral lempung.

Batupasir Cretaceous Lower di berbagai cekungan termasuk juga reservoir


produktif. Mereka termasuk reconcave basin di Brazil (Gambar 3.10).

Ada juga cekungan di Siberia barat, yang mana lapangan minyak dan gas
terjebak dalam batu pasir multiplayer, berasosiasi dengan
batubara (Gambar 3-11).

Gambar 3.8
Penampang Struktur Yang Memotong Sisi Timur Graben Reconcave,
Pantai Brazil. Memperlihatkan Delta KipasCretaceous Lower (termasuk
reservoir batupasir)22)

Gambar 3.9

Memperlihatkan Reservoir Batupasir Multiple Lower Cretaceous22)

Disamping reservoir diatas, reservoir pasir Lower Eocene (Wilcox) disebelah


selatan Texas, juga merupakan delta. Semua ketebalan lapisan pasir di cekungan
Maracaibo Venezuella termasuk komponen delta.

Gambar 3.10

Peta Isopach Dan Penampang Lintang

Reservoir Batupasir Neogene Badak Field22)

Lapangan minyak disebelah selatan Kalimantan (Borneo) dan Sumatra


Tengah terdapat dalam reservoir batupasir delta. Gambar 3-10 menunjukan peta
isopach dan penampang lintang salah satu reservoir batupasir Neogene di
Lapangan Badak, termasuk delta Mahakam sebelah timur Kalimantan. Di gambar
teridentifikasi dengan jelas jari – jari pasir mulut bar dan channel (identik
multilayer).

Pasir berlapis – lapis jenis diatas ditemukan juga di lapangan Attaka, yang
memiliki 34 pasir produktif (contoh multilayer reservoir). Sedangkan multilayer
muda, berada pada lapangan Cheleken dan Baku di Caspian Basin, terendapkan
dalam seri delta kipas Pliocene (Gambar 3-11).

Gambar 3.11
Caspian Basin Selatan (Formasi Produktif) Memperlihatkan Sistem Delta
Dimana Pasir Produktif Lapangan Minyak Baku dan Cheleken
Terendapkan22)

3.2. Heterogenitas Reservoir Dan Identifikasinya

Heteregenitas reservoir dapat terjadi pada suatu reservoir, dimana kondisi seperti
ini paling ideal dan paling banyak didapatkan di reservoir. Variasi parameter
reservoir dapat diidentifikasikan antara lain dengan cara interpretasi log.

3.2.1. Pengertian Heterogenitas Reservoir

Heterogenitas reservoir adalah tingkat ketidakseragaman suatu reservoir


dalam hal karakteristik batuan dan fluida reservoir dari suatu tempat dengan
tempat lain dalam reservoir yang sama.

Heterogenitas reservoir dapat terjadi dalam skala ukuran pori ataupun


ukuran daerah regional reservoir. Perubahan tersebut dapat terjadi baik secara
alamiah maupun akibat adanya invasi Lumpur bor, stimulasi atau akibat oleh
adanya penginjeksian fluida dari permukaan.

3.2.2. Klasifikasi Heterogenitas Reservoir

Berdasarkan skala atau ukuran dari ketidakseragaman yang terdapat


didalam reservoir, maka heterogenitas reservoir dapat diklasifikasikan menjadi
tiga yaitu : heterogenitas reservoir skala megaskropis, skala makroskopis, dan
skala mikroskopis, dimana skala heterogenitas reservoir tersebut akan dibahas
satu persatu.

3.2.2.1. Heterogenitas Reservoir Skala Megakropis

Heterogenitas reservoir skala megaskropis merupakan heterogenitas


dengan skala terbesar dan deskripsinya melalui lithologi, stratigrafi, dan
lingkungan pengendapan. Heterogenitas ini merupakan akibat dari gaya –
gaya geologi yang telah bekerja padanya, selama ataupun setelah proses
pengendapan berlangsung dilingkungan pengendapan tertentu. Proses tersebut
akan menghasilkan distribusi material pembentuk batuan reservoir, yang pada
tahap berikutnya menunjukkan sifat – sifat batuan tersebut.

Mr. Robinson (1971) memberikan gambaran aliran dalam reservoir dan


factor pengontrolnya, sebagai berikut :

1. Permeabilitas rata- rata digunakan untuk melakukan peramalan perilaku


reservoir. Dan tingkat perbedaan harga permeabilitas yang diakibatkan oleh
tingkat pengendapan yang berbeda.

2. Ketidakseragaman permeabilitas mempengaruhi aliran antar lapisan, dan


adanya daya dorong air pada saat injeksi air dilakukan.

3. Lapisan shale mempengaruhi ulah kerja reservoir, akibat sifatnya mudah


mengembang bila terkena air, maka dapat menurunkan mobilitas fluida yang
dikandung.

3.2.2.2. Heterogenitas Reservoir Skala Makroskopis

Heterogenitas skala makroskopis ini meliputi susunan lithologi antar


beberapa sumur yang diidentifikasikan dengan adanya tekstur primer dalam
struktur sedimen yang terdapat dalam batuan reservoir.

Heterogenitas skala makroskopis dipengaruhi oleh adanya besar butir,


pemilihan dan perlapisan. Meskipun pada perlapisan (cross bedding) aliran fluida
telah dianalisa maka distribusi minyak sisa pada struktur sedimen sangat sulit
untuk diidentifikasi. Dalam hal korelasi antar sumur, sifat batuan maupun
lithologi serupa dipakai dasar korelasi antar sumur, selama masih dalam reservoir
yang sama.

3.2.2.3. Heterogenitas Reservoir Skala Mikroskopis

Heterogenitas reservoir skala mikroskopis merupakan pencerminan dari


ukuran pori – pori, bentuk dan ukuran butiran material penyusun batuan serta
distribusinya. Pengendapan primer dikontrol oleh adanya besar butir,
pemilahan, kandungan material clay, derajat sementasi dan kompaksi batuannya.
Pada batuan reservoir sedimen klastik yang dangkal terlihat tekstur pengendapan
primer dan dipakai untuk mengontrol karakteristik pori – pori.

Diagenesa merupakan proses perubahan dalam batuan sedimen pada


temperatur rendah setelah litifikasi. Litifikasi merupakan proses perubahan
depossisi sedimen menjadi batuan keras. Adapun factor – factor pengontrol
heterogenitas reservoir skala mikroskopis, adalah sebagai berikut :

Pelarutan CaCO3

CaCO3 + H2O + CO2 Ca(HCO3 )2 + H2O

Air yang melalui celah batuan (terutama batuan karbonat), akan melarutkan
limestone dan meningkatkan porositas batuan.

Kristalisasi Ca(HCO3)2

Pembentukan kristal Ca(HCO3 )2 dari CO2 dan H2O pada temperatur tinggi akan
mengakibatkan turunya porositas batuan.

Dolomitasi

CaCO3 + MgCl2 CaMg(CO3 )2 + Cl2

Pembentukan dolomite CaMg(CO3 )2 dari


CaCO3 mengakibatkan pengkerutan (shrinkage), sehingga
meningkatkan porositas batuan.

Fracturing

Bila rekahan tak disertai oleh sementasi, maka dapat menaikkan porositas batuan.

Kompaksi
Kompaks dapat mengakinatkan pengkerutan mineral dan secara langsung akan
menurunkan porositas.

3.2.3. Faktor – Faktor Yang Mengontrol Heterogenitas Reservoir

Faktor – faktor yang mengontrol adanya heterogenitas reservoir, antara


lain sedimentasi tektonik regional, komposisi dan tekstur batuan serta
geometri pori – pori.

3.2.3.1. Sedimentasi Tektonik Regional

Sedimentasi tektonik regional menyebabkan terjadinya ketidakseragaman,


karena dalam suatu reservoir dimungkinkan oleh adanya bermacam – macam
lingkungan pengendapan tersebut didukung oleh proses diagenesa yang
mengenainya. Proses diagenesa tersebut terjadi setelah pengendapan sehingga
menyebabkan perubahan terhadap porositas maupun permeabilitas.

Proses – proses tektonik lain yang terjadi dalam reservoir menyebabkan


perubahan struktur reservoir, patahan, pengangkatan maupun ketidakselarasan.
Keseluruhan gaya – gaya geologi yang bekerja pada reservoir lebih besar
pengaruhnya terhadap ketidakselarasan sifat dalam skala regional.

3.2.3.2. Komposisi Dan Tekstur Batuan

Komposisi dan tekstur batuan merupakan pengontrol geologi untuk


mengontrol ketidakseragaman reservoir, terutama antara batuan penyusun
reservoir (makro), karena perubahan yang terjadi merupakan perubahan komposisi
yang terdiri dari lithologi, erticaly, juga butiran yang akan berpengaruh terhadap
ketidakseragaman parameter dalam reservoir.

Perubahan lithologi maupun mineral mempengaruhi besarnya ukuran butir


maupun batuan penyusun reservoir yang mana hal tersebut dapat merubah
keadaan reservoir yang telah ada sebelumnya. Demikian pula dengan tekstur
batuan, karena tektur batuan yang terdiri dari ukuran butir, sortasi, dan
kekompakkan berpengaruh terhadap volume maupun ukuran pori yang akan
mempengaruhi terhadap besar kecilnya kemampuan batuan untuk mengalirkan
kembali fluida yang dikandungnya. Hal tersebut dapat dipakai sebagai pengontrol
heterogenitas dalam skala mikroskopis.

3.2.3.3. Geometri Pori – Pori

Geometri dapat berupa ukuran rongga pori, ukuran tubuh pori, peretakan
dan kekasaran butir matrik, akan mempengaruhi terhadap besarnya porositas
maupun permeabilitas batuan reservoir, dan sekaligus parameter diatas
menunujukan besarnya cadangan yang dapat ditampung dan diproduksikan. Oleh
karena itu, geometri pori – pori dapat digunakan sebagai pengontrol heterogenitas
reservoir dalam skala miroskopis.\

Type Heterogenitas Reservoir

Berdasarkan arah penyebarannya, heterogenitas reservoir dapat dibedakan


menjadi dua, yaitu heterogenitas reservoir arah horizontal dan heterogenitas arah
vertikal.

3.2.4.1. Heterogenitas Reservoir Arah Vertikal

Untuk mengetahui heterogenitas arah vertikal, maka perlu diperhatikan parameter


– parameter penentu heterogenitas skala megaskropis, makroskopis, dan
mikroskopis. Tipe vertikal pada skala megaskropis dicirikan adanya lingkunga
pengendapan yang berbeda, diagenesa dan juga strukturnya. Tersebut diatas
mempengaruhi komposisi, minerallogi, juga teksturnya didalam batuan seperti
ukuran butir, sortasi, dan fabric berpengaruh pada geometri pori dan
menyebabkan reservoir heterogen. Contoh heterogenitas vertikal terlihat pada
Gambar 3.7, berupa channel dan delta.

Dari contoh dapat dilihat bahwa ukuran butir pada channel dari atas ke
bawah semakin besar dan untuk deltaic bar terjadi sebaliknya. Dengan demikian
juga untuk tekstur, ruang pori, kapilaritas dan kontinuitas terjadi sebaliknya,
dimana untuk channel ukuran butir dan sortasinya semakin keatas akan semakin
baik, kemudian untuk porositasnya semaki keatas semakin besar dan ukuran porI
– pori semakin keatas semakin halus, sehingga permeabilitasnya semakin ke atas
semakin rendah. Sedangkan untuk saturasi airnya semakin keatas semakin besar,
hal ini disebabkan karena kontinuitasnya semakin keatas semakin buruk. Untuk
lingkungan pengendapan deltaic bars akan terjadi kebalikan dari channel, baik
ukuran butir, sortasi, porositas, ukuran pori, permeabilitas dan saturasi air maupun
kontinuitasnya.

Gambar 3.7

Profil Permeabilitas Ideal Dan Rekaman Log Pada Delta Dan Channel 1)

Pengaruh heterogenitas vertikal disamping mempengaruhi harga porositas,


permeabilitas dan saturasi air secara mikroskopis, juga mempengaruhi bentuk
kurva tekanan kapiler (Pc) versus saturasi air (Sw).

Pada gilirannya tekanan kapiler yang dikombinasikan dengan saturasi air


tersebut akan mempengaruhi ketinggian water oil contac (WOC), sehingga
perbedaannya akan mengakibatkan miringnya WOC. Pada permeabilitas tinggi
akan didapatkan zona transisi (h) yang sempit, sedangkan pada permeabilitas
rendah akan terjadi sebaliknya, seperti terlihat pada Gambar 3.8.

Gambar 3.8
Kemiringan Water Oil Contac (WOC) Dikarenakan Perbedaan
Permeabilitas 6)

Demikian juga bila formasi yang ditembus sumur pemboran yang


dipengaruhi oleh adanya perlapisan. Dimana setiap lapisan mempunyai tekanan
kapiler, sehingga didapatkan kurva tekanan kapiler atau ketebalan zona transisi
versus saturasi air yang berbeda untuk setiap lapisan, dan untuk lebih jelasnya
lihat Gambar 3.9.

Gambar 3.9

Pengaruh Permeabilitas Layer Pada Saturasi Air 6)

Dari gambar 3-9B, layer 1 dan layer 3 tidak memproduksikan air, tetapi layer 2
dan layer 4 memproduksikan air, karena layer ini sudah memasuki zona transisi.
Demikian halnya dengan layer 5 dan seterusnya. Heterogenitas vertikal ini akan
mempengaruhi kurva tekanan kapiler versus saturasi air, dan akan mempengaruhi
zona transisi sehingga mempengaruhi produksi dan komplesinya.

3.2.4.2. Heterogenitas Reservoir Arah Horizontal

Heterogenitas jenis ini dapat terjadi baik dalam skala megaskropis,


makroskpis,maupun mikroskopis. Dalam skala megaskropis, terlihat bahwa
reservoir terbatas luasnya, strukturnya dan akibat diagenesa mengakibatkan
heterogenitas secara horizontal dari tempat yang satu ke tempat yang lainnya.

Heterogenitas tersebut dapat berupa porositas, permeabilitas, atau


kontinuitas, sehingga akan mempengaruhi perilaku reservoir yang bersangkutan.
Bila dilihat dalam skala makroskopis, baik untuk komposisi dan tekstur yang
terdiri dari lithologi, minerallogi, dan tekstur yang terdiri dari ukuran butir,
sortasi, kekompakan dan fabric akan berpengaruh secara horizontal.

Pada lingkungan pengendapan alluvial yang merupakan bagian dari


pengendapan kontinen, mempunyai sifat – sifat sebagai berikut :

1. Geometri berbentuk kerucut atau membaji.

2. Perlapisan bervariasi dengan kemiringan rendah.

3. Permeabilitas bervariasi, disamping itu permeabilitas horizontal lebih besar


daripada permeabilitas vertikal.

Sedangkan beberapa sifat reservoir dengan lingkungan pengendapan river


braided, antara lain :

1. Geometri merupakan lembaran dan mungkin memanjang.

2. Perlapisannya tipis.

3. Permeabilitas bervariasi, dimana permeabilitas horizontal lebih besar dari


permeabilitas vertikal.

4. Pembatas permeabilitasnya biasanya tidak kontinyu.

Sebagai contoh dari penyebaran batuan arah horizontal dalam lingkungan


pengendapan transisi antara deltaic, interdeltaic, dan monodektaic.

Beberapa sifat batuan dengan lingkungan pengendapan delta, adalah


sebagai berikut :

1. Geometrinya adalah merupakan saluran memanjang dan penghalang pantai


berlapis – lapis.

2. Beddingnya tebal dan sedikit adanya layer.


3. Permeabilitas pada channel sand semakin keatas semakin besar dan tidak
berarah, sehingga permeabilitas horizontal lebih besar daripada permeabilitas
vertikal.

4. Pembatas permeabilitasnya terbentuk secara lokal dan semakin sering antara


tubuh batupasir.

Sifat – sifat tersebut diatas merupakan sifat lingkungan pengendapan delta


yang didominasi oleh ombak, sedangkan delta yang banyak didominasi oleh arus
sungai, mempunyai sifat – sifat sebagai berikut :

1. Geometrinya merupakan linier channel mouth bar dan meandering.

2. Beddingnya tebal dan perlaisan buruk.

3. Permeabilitasnya semakin keatas semakin berkurang dan berarah sehingga


permeabilitas horizontalnya lebih besar daripada permeabilitas vertikal.

4. Pembatas permeabilitasnya terbentuk secara lokal dan semakin sering


terdapat pada tubuh batupasir.

Sedangkan contoh dari lingkungan pengendapan pantai mempunyai sifat –


sifat, antara lain :

1. Geometrinya merupakan lembaran dan juga mungkin linier.

2. Beddingnya tebal dan perlapisan buruk.

3. Permeabilitasnya cenderung semakin keatas semakin bertambah besar dan


tidak berarah, sehingga permeabilitas horizontal lebih besar dari permeabilitas
vertikalnya.

4. Pembatas permeabilitasnya terbentuk secara lokal.

Selanjutnya untuk sifat – sifat lingkungan pengendapan laut dangkal


adalah sebagai berikut :
1. Geometrinya berlapis – lapis akibat pengaruh ombak ataupun badai yang
linier akibat adanya pasang surut pantai.

2. Beddingnya merupakan lapisan tipis.

3. Permeabilitasnya besar dan berarah atau tidak berarah dan rendah yang
akibat dari semen kalsit, sehingga permeabilitas horizontalnya lebih besar dari
permeabilitas vertikalnya.

4. Pembatas permeabilitasnya meluas.

Kemudian sifat dari batuan lingkungan pengendapan turbidit, yaitu :

1. Geometrinya menjadi dan membentuk lapisan.

2. Beddingnya merupakan layer dan tipis.

3. Permeabilitasnya bervariasi pada channel.

3.2.5. Batas Vertikal Dan Lateral Reservoir Berlapis

Reservoir hidrokarbon mempunyai pengertian sebagai bagian dari


perangkap yang mengandung hidrokarbon. Sedangkan batas reservoir merupakan
batas yang memisahkan antara daerah yang mengandung hidrokarbon dan daerah
yang tidak mengandung hidrokarbon. Sehingga berdasarkan pengertian ini dapat
dibedakan bahwa batas reservoir ada dua, yaitu batas vertikal dan batas lateral
reservoir.

Tujuan dari penentuan batas – batas reservoir adalah untuk meramalkan


bentuk geometris dari suatu lapangan minyak, untuk menentukan distribusi fluida
dalam reservoir, dan untuk menentukan batas luar dari suatu lapangan.

3.2.5.1. Batas Vertikal Reservoir Berlapis

Dalam melakukan analisa terhadap suatu reservoir berlapis, sebenarnya


tidak jauh berbeda dengan analisa pada reservoir tidak berlapis. Perbedaannya
hanya pada reservoir berlapis dilakukan beberapa kali analisa, karena perlapisan
yang ada tidak hanya satu tetapi banyak perlapisan.

Batas reservoir secara vertical adalah batas maksimum distribusi fluida


secara vertikal dalam reservoir. Penentuan batas vertical ini dimaksudkan untuk
mengetahui batas bawah suatu reservoir hidrokarbon, dimana batas bawah ini
ditunjukan oleh batas minyak dan air (WOC).

Ada dua pengertian mengenai batas minyak – air ini, yaitu :

1. Suatu permukaan (bidang) dimana saturasi airnya 100%

2. Suatu bidang dimana produksi fluidanya adalah 1000% air.

Tetapi pengertian yang umum dipakai adalah pengertian kedua, dimana


pada keadaan ini minyak sudah tidak terproduksikan lagi.

Batas atas reservoir ditunjukkan oleh batas antara minyak dan gas (GOC).
Seperti halnya pada batas minyak dan air, batas antara minyak dan gas juga
mempunyai zona transisi. Dimana besarnya zona transisi tersebut tergantung dari
perbedaan berat fluidanya. Semakin besar perbedaan berat fluidanya maka
semakin kecil zona transisinya, demikian juga sebaliknya.

3.2.5.2. Batas Lateral Reservoir Berlapis

Batas resrvoir secara lateral adalah batas maksimum penyebaran atau


distribusi hidrokarbon secara lateral dalam reservoir. Batas lateral reservoir juga
digunakan untuk menentukan batas terluar dari reservoir, yang menentukan luas
dari reservoir tersebut. Luasan reservoir penting ditentukan, karena dari
perhitungan luasan tersebut dapat diperkirakan besarnya cadangan yang
ada (secara volumetric). Dari perhitungan cadangan tersebut kemudian
dapat dinilai segi ekonominya, penilaian inilah yang menjadi dasar dilakukannya
tindakan selanjutnya.

Dalam penentuan batas lateral suatu reservoir, batas minyak – air dapat
dipakai sebagai dasar (dalam bentuk reservoir yang normal / antiklin). Tetapi
batas reservoir secara lateral ini juga ditentukan oleh jenis dan bentuk perangkap,
seperti : patahan, pembajian.

3.2.6. Interpretasi Log

Batupasir berisi semacam atau lain macam cairan. Variasi resistivitas ini
mengontrol log resistivitas dari batupasir daripada sifat – sifat lithologi dari
batupasirnya sendiri.

Korelasi dengan menggunakan log listrik dilakukan dengan meletakkan


satu kurva log diatas kurva lainnya untuk mencari titik – titik yang diperkirakan
mempunyai kesamaan lithologi berdasarkan bentuk – bentuk kurvanya. Harus
diingat bahwa suatu lapisan batuan dapat bervariasi ketebalannya, sehingga posisi
kurva perlu digeser satu sama lain untuk menyamakan kurva lapisan tipis dengan
kurva lapisan tebal. Saat prosedur diatas dilakukan berkali –
kali, kadang – kadang ditemukan adanya kesenjangan (gap) lapisan,
yang dapat ditafsirkan sebagai terdapatnya patahan, pembajian atau lainnya. Hasil
yang diperoleh dari operasi korelasi berupa hubungan lateral lapisan – lapisan
yang terlihat setelah penampang vertikal dikonstruksikan. Hubungan lateral
tersebut berupa : Variasi ketebalan.

Suatu lapisan atau zona lapisan yang dibatasi oleh dua bidang lapisan atau
dua garis korelasi dapat diperlihatkan variasi ketebalan. Disebabkan karena
adanya perbedaan kecepatan pengendapan sedimen dan penurunan cekungan
pengendapan. Pada umumnya terdapat keseragaman variasi ketebalan lapisan ke
satu arah. Penipisan yang tiba – tiba pada suatu sumur, tetapi kemudian menebal
lagi pada sumur berikutnya, mungkin menandakan adanya patahan. Pembajian
lapisan.

Pembajian adalah hilangnya lapisan batuan yang mungkin disebabkan


perubahan facies sedimentasi. Pembajian lapisan diperlihatkan oleh batas atas dan
bawah lapisan yang makin sempit kemudian berimpit dan menghilang. Pembajian
biasa berkaitan dengan ketidakselarasan, terutama dalam bentuk overlap.Dalam
praktek, bidang permukaan lapisan dianggap sebagai bidang kesamaan waktu,
maka perubahan lithofacies ditunjukkan oleh perubahan lithologi kearah lateral
dalam suatu lapisan. Perubahan lithofacies biasanya terjadi pada batuan yang
shally, yang gejalanya mirip dengan pembajian, sehingga perbedaan antar
keduanya sering kabur. Penyerpihan dapat mengakibatkan terbentuknya
perangkap stratigrafi.

Anda mungkin juga menyukai