Definisi
Gb.2. Bagian-bagian sand deposit pada sistem Delta (Coleman & Prior, 1982)
2. Delta Front
KLASIFIKASI DELTA
Menurut Galloway (1975) dan Serra (1990), berdasarkan proses yang berpengaruhi
didalamnya, delta dapat diklasifikasikan menjadi 3 , yaitu :
1. Fluvial Dominated Delta
Ini terjadi jika gelombang, arus pasang surut, dan arus sepanjang pantai lemah,
volume sedimen yang dibawa dari sungai tinggi, maka akan terjadi progradasi yang
cepat ka arah laut dan akan berkembang suatu variasi karakteristik dari lingkungan
pengendapan yang didominasi sungai.
o Geometri : channel (delta plain) dan sheet (delta front). Kontinuitas
tubuh batupasir jelek (channel) sampai sedang (distributary mount
bar).
o Litologi dan struktur :
- Channel fasies : batupasir dengan cross bedding (through dan
plannar), kontak dasar erosi, rip-up clast/fragmen batubara, sekuen
halus ke atas.
- Marsh fasies : batubara, batulempung dengan rootles.
- Bay fasies : batulempung dengan acak binatang.
- Crevasse-splay facies : sekuen kasar ke atas (sortasi baik ke atas).
- Distributary mount bar : batupasir dengan cross laimnasi, paralel
laminasi.
- Bar facies : climbing ripple, mika melimpah, material karbon,
struktur deformasi.
- Distal bar fasies : batulanau dan batulempung, paralel laminasi,
climbing ripple, material karbon, struktur deformasi, acak binatang.
- Prodelta facies : batulempung dengan struktur deformasi.
- Refleksi seismik : oblique dan sigmoid clinoform.
Pada bagian ini mempunyai bentuk channel dan sheet dengan kontinuitas tubuh
pasir jelek sampai sedang. Delta yang didominasi sungai dicirikan dengan batupasir
dan batulanau yang masif sampai berlapis baik dan mungkin memperlihatkan
graded bedding. Pasir delta front memperlihatkan banyaknya pengaruh sungai
dalam pengendapan distribusi lingkungan mouth bar. Jumlah bioturbasi bervariasi
tergantung pada rata-rata sedimentasi dan ukuran butir dari suplai sedimen. Variasi
pembelokan dalam sistem fluvial biasanya menghasilkan suatu pengkasaran ke arah
atas yang tidak teratur.
Progradasi ke arah laut yang sangat cepat membuat delta tipe ini memiliki sekuen
coarsening upward (mengkasar keatas). Geometri endapan yang dihasilkan dari tipe
delta ini yaitu berbentuk lobate dengan mekanisme akresi lateral yang kuat sehingga
menghasilkan lentikuler units. Batupasir cenderung menjadi lentikuler sampai
tabular untuk distributary mount bar, bergradasi menjadi sand sheets.
2. Wave Dominated Delta
Delta yang didominasi gelombang dan biasanya terdiri dari rangkaian fasies yang
saling berhubungan dan mengkasar ke atas secara menerus yang merupakan
karakteristik dari pantai yang dipengaruhi gelombang. Struktur sedimen yang
umum dijumpai antara lain : ripple dan humocky yang merupakan indikator
pengendapan yang tinggi.
Pada lingkungan dengan aktivitas gelombang kuat, endapan mount bar
secara menerus mengalami reworked menjadi suatu seri superimposed coastal
barriers. Tubuh pasir akan cenderung paralel terhadap garis pantai berbeda dengan
delta dominasi sungai yang mendekati tegak lurus terhadap pantai.
Litologi dan struktur sedimen :
a. fasies pantai dan pantai penghalang (barrier beach) dominan.
b. Fasies distributary mount bar termodifikasi/reworked menjadi
punggungan pantai.
c. Secara keseluruhan menunjukkan sekuen mengkasar ka atas.
d. Struktur yang dijumpai pada tipe ini adalah perlapisan tipis,
paralel laminasi, dan cross bedding satu arah, struktur flaser,
slumps, struktur alga, bioturbasi dengan intensitas tinggi pada
bagian atas dan mudcrack pada shale.
3. Tide-Influence Delta
Merupakan area dimana tingkat pasang surut tinggi, sehingga aliran balik (yang
terjadi dalam distributary channel selama kondisi banjir dan surut) kemungkinan
akan terjadi sumber energi utama yang memisah sedimen.
o Gometri : channel dan ridge, kontinuits batupasir berukuran butir kasar-
sedang, arah sebaran tegak lurus panatai.
o Litologi dan struktur :
- Tidal channel dan ridge facies sangat dominan.
- Channel facies : batupasir dengan sortasi baik, herringbone, cross
bedding.
- Sekuen yang dijumpai pada delta tipe ini yaitu coarsening upward yang
diikuti dengan fining upward, tanpa batas yang jelas, tergantung pada
posisi delta.
Lingkungan ini menunjukkan kombinasi pengaruh dari sungai, gelombang dan
proses pasang-surut. Lingkungan ini mempunyai bentuk geometri channel dan
ridge dengan kenampakan kontinuitas batupasir jelek sampai sedang dengan
penyebaran tegak garis pantai. Struktur sedimen yang umumnya berkembang
adalah laminasi dan ripple. Masuknya pasang-surut pada delta front yang
berprogradasi, seperti pada Mahakam juga memeperlihatkan beberapa pengasaran
ke atas. Smith, et al (1990) dalam Allen (1997) telah mendiskripsikan ritme pasang-
surut dengan indikator pasang-surut dalam pasir delta front adalah hearingbone
cross bedding.
Gbr.7. Klasifikasi Delta menurut Galloway (1990) yang membagi delta menjadi 3, yaitu
delta dominasi sungai, delta domnasi gelombang dan delta dominasi pasang surut
Galloway, 1990).
Perulangan daur susut genang laut dengan ketebalan puluhan meter adalah
tipe endapan pantai dan endapan delta. Hal ini menunjukan bahwa dalam beberapa
interval stratigrafi, garis pantai dapat berpindah puluhan atau ratusan kilometer ke
arah depan ataupun ke arah belakang dengan perubahan lingkungan pengendapan
dari lepas pantai ke arah dataran delta (delta plain) maupun sebaliknya.
Secara umum mekanisme daur progradasi dan peninggalan delta sebagai
berikut :
1. Awalnya bagian delta tertentu adalah zona aktif pemasukan sedimen, delta
berprogradasi di atas paparan.
2. Kecepatan progradasi pada saat tertentu akan berkurang akibat delta yang
berprogradasi di atas paparan, meningkatnya jumlah channel dan pengangkutan
material sedimennya, meningkatnya laju penurunannya cekungan ke arah
paparan. Hal ini mengakibatkan channel akan berpindah secara lateral
mengikuti kemiringan gradien hidroliknya dengan jarak tertentu dari delta lama.
3. Pada saat yang sama delta lama mengalami penurunan sehingga gelombang
pasang laut mempengaruhi suplai endapan, dengan diendapkannya endapan
genang laut berupa karbonat atau serpih marine.
4. Berkembangnya endapan batubara tebal yang merupakan lapisan penanda
(marker bed) berakhirnya daur genang laut pada bagian darat delta lama (fluvial
delta plain abadonment) setelah mengalami penurunan maka endapan ini akan
tertutup oleh endapan genang laut.
5. Dalam interval waktu tertentu, tempat pengendapan delta dapat kembali
berpindah di atas delta lama dengan terbentuknya endapan susut laut deltaik di
atas endapan genang laut menghasilkan lobate (kuping delta).Mekanisme ini
terus berlangsung sehingga terjadi daur perentangan vertikal (vertikal stacking
cycle) yang disusun oleh sistem susut-genang laut setempat
REFRENSI
Galloway, W.E., 1983, Depositional System and Sequence in The Exploration
for Sandstone and Stratigraphic Traps, Springer Verlag, New York, USA.
Koesoemadinata, R.P., 1978. Geologi Minyak dan Gas Bumi. ITB, Bandung.
www.uh.edu/geos/faculty-files/