Anda di halaman 1dari 15

METODOLOGI PENELITIAN BISNIS

I. KONSEP DASAR PENELITIAN


A. PENGERTIAN PENELITIAN
Penelitian bisnis dapat didefinisikan sebagai usaha sistematis dan terorganisir yang bertujuan
untuk menyelidiki masalah spesifik yang dihadapi dalam konteks dunia kerja, yang
membutuhkan sebuah solusi.
Penelitian bisnis terdiri dari serangkaian langkah yang direncanakan dan dilakukan, dengan
tujuan menemukan jawaban terhadap isu-isu yang menjadi perhatian manajer dalam
lingkungan kerja (Sekaran, 2009)
Penelitian adalah penyelidikan atau investigasi yang terkelola, sistematis, berdasarkan data,
kritis, objektif, dan ilmiah terhadap suatu masalah yang jelas dan terinci, yang dilakukan dengan
tujuan menemukan jawaban (Sekaran, 2009)
Penelitian adalah sebagai suatu penyelidikan yang sistematis untuk meningkatkan sejumlah
pengetahuan (Buckley et al dalam Indriantoro dan Supomo, 2009).
Penelitian bisnis merupakan suatu proses pengumpulan, pencatatan, dan analisis data yang
sistematis untuk pengambilan kesimpulan yang objektif dalam rangka membantu dalam
pengambilan keputusan-keputusan bisnis.

B. SIAPA YANG MELAKUKAN PENELITIAN


Dari beberapa motivasi berbeda yang dimiliki oleh setiap orang yang dipenuhi oleh tujuan dan
profesi masing-masing individu, maka yang melakukan penelitian adalah seperti manajer,
konsultan bisnis, pembaca, dosen, atau para para praktisi dan para akademisi secara kolektif,
yang masing-masing mempunyai motivasi berbeda sesuai profesinya dan memiliki tujuan yang
berbeda pula dalam melakukan penelitian tersebut.

C. KARAKTERISTIK PENELITIAN
Karakteristik penelitian menurut Murdick (daam Indriantoro dan Supomo, 2009):
1. Tujuan penelitian
a. Untuk mengembangkan pengetahuan, bersifat jangka panjang karena tidak terkait
langsung dengan pemecahan masalah-masalah praktis
b. Untuk memecahkan masalah atau menjawab pertanyaan penelitian, bersifat jangka
pendek karena terkait dengan pemecahan masalah-masalah praktis.
2. Metode-metode penelitian
Secara umum berarti cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan
tertentu. Juga dapat diartikan cara-cara atau prosedur-prosedur tertentu yang diatur
dengan baik (Indriantor dan Supomo, 2009)
Karakreristik umum metode ilmiah (Sekaran, 2009)
a. Kritis dan analitis: mendorong suatu kepastian dan proses penelitian untuk
mengidentifikasi masalah dan metode untuk mendapatkan solusinya
b. Logis: merujuk pada metode dan argumentasi ilmiah
c. Testability: harus dapat menguji hipotesis dengan pengujian statistic yang
menggunakan data yang dikumpulkan
d. Objektif: dapat dibuktikan kebenarannya
e. Konseptual dan teoritis: mengandung arti pengembangan suatu struktur konsep dan
teoriitis untuk menuntun dan mengarahkan upaya penelitian.
f. Empiris: berstandar pada realitas
g. Sistematis: suatu prosedur yang cermat
3. Hubungan antara penelitian dan ilmu
Penelitian merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan.
Penelitian pada dasarnya merupakan operasionalisasi dari metode yang digunakan untuk
memperoleh pengetahuan ilmiah yang dikenal dengan metode ilmiah.

D. PERSPEKTIF METODE PENELITIAN BISNIS


Metode penelitian pada dasarnya meupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan
tujuan dan kegunaan tertentu, berarti kegiatan penelitian didasarkan pada ciri-ciri keilmuan
sebagai berikut:
1. Rasional: dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal shingga terjangkau dengan
penalaran manusia
2. Empiris: dapat diamati oleh indra manusia sehingga orang lain dapat mengamati dan
mengetahui cara-cara yang digunakan
3. Sistematis: proses yang digunakan menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat
logis.
Data yang diperoleh harus valid yang harus diuji reliabilitas dan objektivitasnya.

E. JENIS-JENIS PENELITIAN
Jenis-jenis penelitian:
1. Menurut bidang: akademis, professional dan institusional
2. Menurut tujuan: murni dan terapan
3. Menurut metode: survey, exsposfacto, eksperimen, naturalistic, policy research, action
research, evaluasi, sejarah
4. Menurut tingkat ekplanasi: deskriptif, komparatif, asosiatif
5. Menurut waktu: cross section dan longitudinal
Jenis-jenis metode penelitian:
1. Berdasarkan tujuan penelitian: dasar, pengembangan, dan terapan
2. Berdasarkan tingkat kealamiahan tempat penelitian: eksperimen, survey, dan naturalistic
Metode eksperimen dan survey termasuk dalam metode kuantitatif sedangkan metode
naturalistic termasuk metode kualitatif.
Perbedaan asumsi paradigma kuantitatif dan kualitatif
Paradigma Kuantitatif Paradigma Kualitatif
Realitas bersifat objektif dan berdimensi Realitas bersifat subjektif dan berdimensi
tunggal banyak
Peneliti independen terhadap fakta yang Peneliti berinteraksi dengan fakta yang
diteliti diteliti
Bebas nilai dan tidak bias Tidak bebas nilai dan bias
Pendekatan deduktif Pendekatan induktif
Pengujian teori dengan analisis kuantitatif Penyusunan teori dengan analisis kualitatif
F. LINGKUP PENELITIAN BISNIS
Lingkup penelitian bisnis tergantung pada perkembangan lingkungan bisnis yang mengalami
perubahan yang cepat yang dipengaruhi oleh kemajuan teknologi computer, komunikasi,
transportasi dan pemanufakturan. Bidang utama dalam penelitian bisnis adalah Akuntansi.
Lingkup penelitian akuntansi: akuntansi keuangan, pasar modal, akuntansi manajemen,
auditing, sistem informasi akuntansi dan perpajakan. (Indriantoro dan Supomo, 2009)

II. MASALAH DAN VARIABEL PENELITIAN


A. PENTINGNYA MASALAH PENELITIAN
Penemuan masalah merupakan pekerjaan penting dalam penelitian karena 50% dari kegiatan
penelitian. Penemuan masalah merupakan tahap yang paling sulit dan krusial karena
mempengaruhi strategi yang diterapkan dalam pemecahan masalah.

B. TIPE MASALAH PENELITIAN


Menurut Sekaran (2009) diidentifikasi ada 4 kemungkinan tipe masalah dalam penelitian:
1. Masalah yang luas mengacu pada seluruh situasi dimana seorang melihat sebuah
kemungkinan dalam konteks organisasi yang perlu diselesaikan dan memerlukan solusi
2. Bidang yang seorang manajer yakini perlu ditingkatkan dalam organisasi atau area tertentu
dalam organisasi yang memerlukan pembenahan
3. Persoalan konseptual dan teoritis yang memerlukan penelitian untuk menjelaskan dan
memahami fenomena tertentu
4. Bererapa pertanyaan penelitian yang seorang peneliti dasar ingin jawab secara empiris

C. PERLUASAN AREA PERMASALAHAN


Setelah mengidentifikasi luas area masalah maka langkah selanjutnya adalah mempersempit
area menjadi pernyataan masalah melalui informasi awal dengan cara:
1. Pengumpulan informasi awal:
a. Informasi terkait latar belakang organisasi
b. Prevailing pengetahuan pada topik
2. Review literatur:
a. Sumber data: buku, jurnal, tesis, conference proceedings, naskah yang telah
diterbitkan, reports, koran, internet
b. Mengevaluasi literature
c. Mendokumentasikan hasil review literature

D. SUMBER MASALAH
Menurut Indriantoro dan Supomo (2009):
1. Pengalaman
2. Literature :
a. yang dipublikasikan: buku teks, jurnal, atau text database
b. yang tidak dipublikasikan: skripsi, tesis, desertasi, paper atau makalah-makalah seminar

E. KRITERIA MASALAH
Pertimbangann yang digunakan untuk menentukan signifikansi masalah penelitian (Indriantoro
dan Supomo, 2009):
1. Adanya dukungann konsep-konsep teoritis dari penelitian-penelitian sebelumnya yang
mempunyai topik sejenis
2. Tersedianya dan dapat diperolehnya data relevan dengan topik pembahasan
3. Kontribusi hasil penelitian terhadap pengembangan teori atau pemecahan masalah praktis

F. PERUMUSAN MASALAH
Hal-hal yang diperhatikan dalam perumusan masalah:
1. Relevan:
a. Perspektif manajerial:
 Permasalahan yang muncul dalam organisasi yang diteliti
 Area dimana pihak manajer berkeyakinan untuk mengimprovisasi organisasi
terkait
b. Perpsektif pendidikan:
 Tidak ada yang mengetahui topik yang diteliti
 Sebagian orang mengetahui topik yang diteliti
 Beberapa penelitian telah dilakukan namun hasilnya kebalikan
 Menciptakan suatu hubungan
2. Jelas dan tidak ambigu
3. Boleh lebih dari satu pertanyaan

G. VARIABEL PENELITIAN
Jenis-jenis variable:
1. Variabel Dependen: variable utama yang menarik perhatian peneliti. Disebut juga variabel
output, kriteria, konsekuen atau indogen. Merupakan variable yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat variable bebas (independen).
2. Variabel Independen: variable yang mempengaruhi variable dependen dalam bentuk positif
maupun negative. Sering disebut varibel stimulus, predictor atau anteseden.
3. Moderating variable: satu bagian yang memiliki dampak yang kuat dalam keterkaitan
antara variable dependen dan independen. Sering disebut varibel independen kedua.
4. Intervening variable: yang secara teorits mempengaruhi hubungan antara variab dependen,
tetapi tidak dapat diamati dan diukur.
5. Variable control: variable yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga hubungan
variable independen terhadap variable dependen tidak dipengaruhi oleh factor luar yang
tidak diteliti. Terdiri dari variable penekan dan variable antara (intervening variable).
Pola hubungan variable:
1. Menurut Sutrisno Hadi (1986)
a. Linier dan positif: perubahan pada kedua variable dengan arah semakin besar dan
intensitas konstan
b. Linier dan negative: perubahan pada kedua variable dengan arah yang berbeda yang
satu bertambah yang lain berkurang atau sebaliknya.
c. Kurva linier dan positif: perubahan pada kedua variable dengan arah semakin besar
tetapi intensitas tidak konstan
d. Kurva linier dan negative: perubahan pada kedua variable dengan arah yang berbeda
yang satu bertambah yang lain berkurang atau sebaliknya tapi tidak konstan
e. Positif power: perubahan pada kedua variable dengan arah semakin besar dengan
intensitas semakin kuat dan besar
f. Negative power: perubahan pada kedua variable dengan arah yang berlawanan dan
intensitas perubahan tidak konstan.
2. Menurut Kerlinger (1998)
a. Hubungan simetrik:
b. Hubungan asimetrik
c. Hubungan tibal balik (korelasi)

H. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL


Definisi operasional adalah penentuan construct sehingga menjadi variable yang dapat diukur.
Ini menjelaskan cara tertentu yang digunakan oleh peneliti dalam mengoperasionalisasikan
construct, sehingga memungkinkan bagi peneliti yang lain untuk melakukan replikasi
pengukuran dengan cara yang sama atau mengembangkan cara pengukuran construct yang
lebih baik. (Indriantoro dan Supomo, 2009)

III. KERANGKA TEORITIS, HIPOTESIS, DAN DESAIN PENELITIAN


A. PENGERTIAN TEORI
Teori adalah seperangkat konstruk (konsep), definisi, dan proporsi yang berfungsi untuk
melihat fenomena secara sistematik, melalui spesifikasi hubungan antara variable, ehingga
dapat berguna untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena.
Dapat disimpulkan ada 3 hal pokok:
1. Elemen teori: konstruk (konsep), definisi dan proporsisi
2. Elemn-elemen teori memberikan gambaran sistematis mengenai fenomena melalui
penentuan hubungan antar variable
3. Tujuan dari teori untuk menjelaskan dan memprediksi fenomena alam

B. KEGUNAAN TEORI DALAM PENELITIAN


Kegunaan teori menurut Sugiyanto (2009)
1. Untuk memperjelas dan mempertajam ruang lingkup variable yang diteliti
2. Prediksi dan pemandu untuk menemukan fakta
3. Fungsi control: untuk membahas hasil penelitian dan memberikan saran dalam upaya
pemecahan masalah.

C. DESKRIPSI TEORI
Deskripsi teori dalam penelitian merupakan uraian sistematis tentang teori (bukan sekedar
pendapat pakar atau penulis buku) dan hasil-hasil penelitian yang relevan dengan variable
penelitian.
Langkah untuk mendeskripsikan teori:
1. Menetapkan nama variable yang diteliti dan jumlahnya
2. Mencari sumber-seumber bacaan yang sebayak-banyaknya yang relevan
3. Lihat daftar isi dan pilih topik yang relevan
4. Vari definisi setiap variable yang akan diteliti, bandingkan antara satu sumber dengan
lainnya
5. Baca seluruh isi topik dan analisa dan buat rumusan dengan Bahasa sendiri
6. Deskripsikan teori-teori yang telah dibaca dari berbagai sumber ke dalam bentuk tuisan
dengan Bahasa sendiri dan cantumkan kutipan bacaannya.

D. KERANGKA TEORITIS
Komponen kerangka teoritis:
1. Variable yang relevan harus secara jelas didefinisikan
2. Model konseptual yang menjelaskan keterkaitan antara variable dalam model harus ada
3. Harus ada penjelasan alasan mengapa peneliti berharap keterkaitan itu yang akan muncul
Hal-hal mendasar yang perlu diperhatikan dalam kerangka teoritis::
1. Variable yang dianggap relevan harus diidentifikasi dan dinamai dengan jelas dalam
pembahasan
2. Pembahasan harus menyebutkan keterkaitan antara dua atau lebih varibel
3. Bila sifat dan arah hubungan dapat diteorikan berdasarkan penelitian sebelumnya maka
harus ada indikasi dalam pembahasannya.
4. Harus ada penjelasan dan argumentasi terhadap hubungan yang dihasilkan
5. Harus diberikan diagram kerangka teoritis yang memudahkan pembaca melihatnya

E. HIPOTESIS
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian.
Hipotesis adalah hubungan yang diperkirakan secara logis diantara dua atau lebih variable yang
diungkapkan dalam bentuk pernyataan yang dapat diuji. (Sekaran, 2009)
Fungsi Hipotesis (Indriantoro dan Supomo, 2009):
1. Menjelaskan masalah penelitian dan pemecahannya secara rasional
2. Menyatakan variable-variabel penelitian yang perlu diuji secara empiris
3. Digunakan sebagai pedoman untuk memilih metode-metode pengujian data
4. Menjadi dasar untu membuat kesimpulan penelitian
Dalam merumuskan hipotesis perlu dipertimbangkan kriteria:
1. Berupa pernyataan yang mengarah pada tujuan penelitian
2. Berupa pernyataan yang dirumuskan dengan maksud untuk dapat diuji secara empiris
3. Berupa pernyataan yang dikembangkan berdasarkan teori-teori yang lebih kuat
dibandingkan dengan hipotesis rivalnya
Bentuk rumusan hipotesis:
1. Format pernyataan jika-maka (if then statement): proposisi yang menyatakan hubungan
antar variable
2. Format hipotesis Nol (Null hypotheses), yang menyatakan hubungan antar variable sama
dengan nol atau tidak ada hubungan
3. Format hipotesis alternative (alternative hypotheses): lawan dari pernyataan hipotesis nol
yang menunjukkan hubungan yang sangat signifikan antara variable
F. POTENSI KESALAHAN DALAM PENELITIAN
1. Dalam perencanaan: terutama desain dalam mengumpulkan informasi
2. Dalam pengumpulan data: pada saat proses pengumpulan data di lapangan
3. Dalam melakukan analisa: terutama salah memilih cara analisa.
4. Dalam pelaporan: salah menginterprestasikan hasil penelitian.

G. DESAIN PENELITIAN
Definisi:
1. Rencana, atau pola, potongan, bentuk, model, tujuan dan maksud (Echols dan Shadily,
1976)
2. Desain penelitian dapat dipikirkan sebagai struktur penelitian- sebagai perekat yang
menahan semua elemen proyek penelitian secara bersama-sama (Sekaran dan Bougie,
2009)
3. Usaha merencanakan kemungkinan-kemungkinan tertentu secara luas tanpamenunjukkan
secara pasti apa yang akan dikerjakan dalam hubungan dengan unsur masing-masing.
(Lincoln dan Guba, 1985)
4. Rencana dan struktur penyelidikan yang digunakan untuk memperoleh bukti-bukti empiris
dalam menjawab pertanyaan penelitian. (Mc.Millan dan Hadjar, 1999)

H. TIPE-TIPE DESAIN PENELITIAN


SEcara garis besar terdapat dua macam tipe desain (Cooper & Schrindler, 2006):
1. Desain Ex Post Facto: tidak terjadi manipulasi varibel bebas, bersifat deskriptif dan
eksplorasi.
a. Studi lapangan
b. survey
2. Desain Eksperimental: terjadi manipulasi variable bebas, bersifat eksplanatori (sebab
akibat)
a. Eksperimen lapangan
b. Eksperimen laboratorium

I. FUNGSI DESAIN PENELITIAN


Menurut Sekaran dan Bougie (2009):
1. Sebagai cetak biru (blue print) bagi peneliti
2. Untuk meminimalkan masalah dalam penelitian
3. Menetapkan batas-batas dari kegiatan pnelitian
4. Untuk mengantisifikasi masalah-masalah yang mungkin muncul dalam pelaksanakan
penelitian

J. TIPE HUBUNGAN ANTAR VARIABEL


1. Hubngan korelasional: asosiasi antar variable yang bukan sebab akibat
2. Huubngan sebab akibat
K. HORISON WAKTU
1. Studi satu tahap (one shot study) adalah penelitian yang datanya dikumpulkan sekaligus
contohnya survey.
2. Studi cross sectional-Studi Time Series: studi untuk mengetahui hubungan komparatif
beberapa subjek yang diteliti
3. Studi beberapa tahap atau studi jangka panjang (longitudinal study): pengamatan yang
dilakukan memerlukan waktu yang lama, lebih intensif dan lebih mahal dan lebih baik.

IV. DESAIN EKSPERIMEN


A. PENELITIAN EKSPERIMEN
Metode penelitian yang digunakan untk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang
lain dalam kondisi yang dikendalikan.
Terdiri dari: eksperimen laboratorium dan eksperimen lapangan

B. EKSPERIMEN LAB (LAB EXPERIMENT


Dilakukan di laboratorium atau situasi buatan di laboratorium.
Cara mengontrol variable pengganggu:
1. Memadankan kelompok: memadankan atau menjodohkan pada berbagai kelompok.
2. Randomisasi: menempatkan factor pencemar atau pengganggu secara acak ke dalam
kelompok yang akan dimanipulasi.

C. EKSPERIMEN LAPANGAN (FIELD EXPERIMENT)


Dilakukan dalam lingkungan yang alami dimana pekerjaan sehari-hari dilakukan, namun satu
atau lebih kelompok diberikan perlakuan tertentu.

D. VALIDITAS
Validitas didasarkan pada kepastian apakah hasil penelitian sudah akurat dari sudut pandang
peneliti, partisipan atau pembaca secara umum.
Terdriri atas : validitas internal dan ekternal.
Ancaman pada validitas internal:
1. Melibatkan partisipan: sejarah, maturasi, seleksi dan mortalitas
2. Berhubugan dengan treatment: difusi, demoralisasi imbang, rivalitas imbangan
3. Berhubungan dengan prosedur ekperimen: pengujian/testing, instrumentasi
Ancaman pada validitas eksternal:
1. Karakteristik individu sebagai sampel
2. Keunikan setting
3. Penetapan waktu eksperimentasi
4. Kesimpulan statistic

E. JENIS DESAIN EKSPERIMEN


1. Pre-Experimental Designs (Nondesign)
a. One-Shot Case Study: suatu kelompok diberi perlakuakn dan hasilnya diobservasi.
b. One-Group Pretest-Postest Design: terdapat pretest sebelum perlakuan, sehingga hasil
perlakuan dapat diketahui secara akurat.
c. Intact-Group Comparison: satu kelompok yang digunakan tetapi dibagi 2, 1 diberi
perlakukan yang 1 tidak.
2. True-Experimental Designs
Peneliti dapat mengontrol seluruh variable luar yang mempengaruhi jalannnya eksperimen.
Sampel diambil secara random/acak.
a. Posttest-Only Control Design: dua kelompok dipilih secara acak. Yang satu diberi
perlakukan yang lain tidak.
b. Pretest-Posttest Control Design: dua kelompok yang dipilih secara acak kemudian diberi
pretest untuk mengetahui keadaan awal
3. Factorial Designs
Merupakan modifikasi dari true-experimental design yaitu dengan memperhatikan adanya
variable moderator yang mempengaruhi perlakuan terhadap variable dependen.
4. Quasi Experimental Designs
Kelompok control tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variable luar.
a. Time-Series Design: hanya menggunakan 1 kelompok saja tanpa kelompok control.
Tidak acak dan diberikan pre test sebelum perlakuan.
b. Nonequivalent Control Group Design: serupa dengan pretest-posttest control group
design hanya 2 kelompok tidak dipilih secara acak.

V. PENGUKURAN, PENSKALAAN, DAN KEANDALAN


A. PENGUKURAN VARIABEL
Setelah mengukur suatu konsep selanjutnya yaitu menelaah tipe skala yang bisa digunakan
dalam mengukur varibel yang berbeda.
Skala adalah suatu instrument atau mekanisme untuk membedakan individu dalam hal terkait
suatu variable.
Terdapat 4 tipe skala dasar:
1. Skala nominal: yang memungkinkan peneliti untuk menempatkan subjek pada kategori
tertentu.
2. Skala ordinal: tidak hanya mengkategorikan variable tetapi juga mengurutkannya.
3. Skala interval: memungkinkan peneliti melakukan operasi aritmetika tertentu terhadap
data yang dikumpulkan dari responden.
4. Skala rasio: digunakan untuk mengatasi kekurangan titik permulaan yang berubah-ubah
pada skala interval, yaitu memiliki titik nol absolut.

B. METODE PENSKALAAN
Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan
panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut apabia
digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif.
Terdapat 2 kategori utama skala sikap:
1. Skala peringkat: memiliki beberapa kategori respons.
a. Skala Dikotomi: digunakan untuk memperoleh jawaban ‘Ya’ atau ‘Tidak’
b. Skala Kategori: menggunakan banyak item untuk mendapatkan respns tunggal.
c. Skala Likert: untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi tentang fenomena social.
d. Skala dimensi semantic: berupa beberapa atribut berkutub dua (bipolar).
e. Skala numerical: mirip dengan skala diferensial semantic bedanya pemberian nomor
pada skala 5 atau 7 titik.
f. Skala peringkat terperinci: dilakukan dengan skala 5 atau 7 titik dengan titik panduan
atau jangkar sesuai keperluan.
g. Skala peringkat jumlah konstan atau tetap: responden diminta mendistribusikan
sejumlah poin yang diberikan ke berbagai item.
h. Skala staple: secara simultan mengukur arah dan intensitas sikap terhadap item yang
dipelajari.
i. Skala peringkat grafik: membantu responden untuk menunjukkan skala peringkat grafik
jawab mereka untuk pertanyaan tertentu.
j. Skala consensus: dibuat berdasarkan consensus, dimana panel juri memilih item
tertentu, menguur konsep yang menurut mereka relevan.
2. Skala ranking: membuat perbandingan antar objek, peristiwa, atau orang dan
mengungkapkan piihan yang lebih disukai dan merangkainya. Juga digunakan untuk
mengungkapkan preferensi antara dua atau lebih objek atau item.

C. KETEPATAN PENGUKURAN
Penting untuk menilai ketepatan pengukuran dari ukuran yang dibuat dengan memastikan
bahwa instrument yang digunakan dalam penelitian, benar-benar mengukur variable yang
seharusnya diukur, dan bahwa instrument tersebut mengukur varibel secara akurat. (Sekaran,
2006)
Analisis item bertujuan untuk melihat apakah item dalam instrument sudah seharusnya berada
dalam instrument atau tidak.

D. KEANDALAN
Keandalan (reliability) menunjukkan sejauh mana pengukuran tersebut tanpa bias (bebas
kesalahan-error free). Keandalan suatu ukuran merupakan indikasi mengenai stabilitas dan
konsistensi.
Terdapat 2 pengujian stabilitas:
1. Keandalan tes ulang: merupakan koefisien keandalan yang diperoleh dengan pengulangan
ukuran yang sama pada kesempatan kedua
2. Keandalan bentuk parallel: terdapat dua tes serupa dengan ide yang sama.
Konsistensi dapat diuji melalui 2 cara:
1. Keandalan konsistensi Antar Item: merupakan pengujian konsistensi jawaban responden
atas semua item yang diukur bebas dari konsep yang sama dan berkorelasi satu sama lain.
2. Keandalan Belah Dua: mencerminkan korelasi antara dua bagian instrument. Perbedaan
estimasi bergantung bagaiman item dalam pengukuran dibelah ke dalam dua bagian.
E. VALIDITAS (VALIDITY)
Secara umum uji validitas dibagi dalam 3 bagian:
1. Validitas Isi: pengukuran memasukkan sekumpulan item yang memadai dan mewakili yang
mengungkap konsep.
2. Validitas berdasarkan Kriteria: pengukuran membedakan individu menurut suatu kriteria
yang diharapkan diprediksi.
3. Validitas Konsep: menunjukkan seberapa baik hasil yang diperoleh dari penggunaan ukuran
cocok dengan teori yang mendasari desain tes.

F. JENIS-JENIS VALIDITAS
Jenis-jenis validitas:
1. Validitas isi: apakah pengukuran benar-benar mengukur konsep
2. Validitas muka: apakah ada pengesahan intrumen pengukuran
3. Validitas berdasarkan kriteria: apakah pengukuran membedakan cara yang membantu
memprediksi kriteria variable
4. Validitas konkuren: apakah pengukuran membedakan kriteria variable
5. Validitas prediktif: apakah pengukuran membedakan cara yang membantu memprediksi
kriteria variable saat ini
6. Validitas konsep: apakah pengukuran membedakan individual dalam membantu
memprediksi kriteria masa depan
7. Validitas konvergen: apakah dua instrument mengukur konsep dengan korelasi yang tinggi
8. Validitas diskriminan: apakah pengukuran meiliki korelasi rendah dengan variable yang
diperkirakan tidak ada hubungan dengan varibel tersebut

VI. DATA DAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA


A. SUMBER DATA
1. Data primer: diperoleh dari tangan pertama oleh peneliti yang berkaitan dengan variable
minat untuk tujuan spesifik studi. Contoh: responden individu, kelompok focus, dan panel
yang secara khusus ditentukan oleh peneliti.
2. Data sekunder: informasi yang dikumpulkan dari sumber yang telah ada. Contoh: buku,
majalah, catatan atau dokumentasi perusahaan, publikasi, analisis media, situs web,
internet, data sensus, ikhtisar statistic, laporan tahunan dlsb.

B. TEKNIK PENGUMPULAN DATA


1. Wawancara
Dua teknik wawancara:
a. Wawancara tidak terstruktur: pewawancara tidak memasuki situasi wawancara dengan
urutan pertanyaan yang terencana untuk ditanyakan kepada responden
b. Wawancara terstruktur: pewawancara memiliki daftar pertanyaan yang direncanakan
untuk ditanyakan kepada responden
Cara melakukan wawancara:
a. Wawancara tatap muka: biasanya dilakkan dengan teknik tidak tersstruktur ataupun
terstruktur tergantung tingkat kerumitan persoalan.
b. Wawancara telepon: melalui telepon yang biasanya terstruktur.
c. Wawancara dengan bantuan computer: akurasi pengumpulan data semakin meningkat
karena perangkat lunak dapat deprogram untuk mengurangi respons yang tidak sampai
atau di luar kisaran.
2. Kuesioner
Kuesioner merupakan daftar pertanyan tertulis yang telah dirumuskan sebelumnya yang
akan responden jawab.
Kelebihannya: lebih efisien dalam waktu, tenaga dan biaya peneliti.
Cara membagikan:
a. Kuesioner yang diberikan secara pribadi
b. Kuesioner surat
c. Kuesioner elektronik
Focus penyusunan kusioner:
a. Prinsip susunan kata:
 Ketepatan isi pertanyaan
 Bahasa dan susunan kata kuesioner
 Tipe dan bentuk pertanyaan
 Mengurutkan pertanyaan
 Data klasifikasi atau inforamsi pribadi
b. Prinsip pengukuran: perlu memastikan bahwa data yang diperoleh adalah tepat untuk
menguji hipotesis
c. Penampilan kuesioner secara keselurhan
 Pendahuluan yang baik
 Menyusun pertanyaan, memberi instruksi dan petunjuk serta penjajaran
pertanyaan yang baik
3. Survey observasional
Survey yang dilakukan melalui observasi terhadap aktivitas orang dalam studi, gerakan,
kebiasaan kerja, pernyataan dalam rapat, ekspresi wajah, Bahasa tubuh, lingkungan kerja.
Dua jenis survey observasional:
a. Studi observasional terstruktur: pengamat mempunyai kumpulan kategori aktivitas
atau fenomena yang telah direncanakan
b. Studi observasional tidak terstruktur: pengamat tidak memiliki ide yang jelas mengenai
aspek tertentu yang memerlukan focus. Mengamati peristiwa sebagaimana adanya.

VII. PENGAMBILAN SAMPEL


A. POPULASI
Populasi mengacu pada keseluruhan kelompok orang, kejadian, atau hal minat yang ingin
peneliti investigasi.
Elemen merupakan satu anggota populasi.
Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.
Subjek merupakan satu anggota dari sampel.
B. PROSES DESAIN SAMPLING
1. Definisikan populasi sasaran
2. Tentukan bingkai sampel atau sample frame
3. Tentukan jumlah sampel
Pedoman dalam menentukan besarnya sampel:
a. Ukuran sampel yang lebih besar dari 30 dan kurang dari 500 dapat dikatakan sudah
memadai bagi kebanyakan penelitian
b. Bila sampel dibagi-bagi dalam beberapa sub sampel, maka minimum 30 untuk setiap
kategori sub sampel dapat diakatakan sudah memadai.
c. Dalam penelitian multivariate besarnya sampel ditentukan sebanyak 25 kali varibel
independen. Analisis regresi dengan 4 variabel butuh 100 sampel.
d. Analisis SEM membutuhkan sampel paling sedikit 5 kali jumlah variable indicator yang
digunakan
e. Untuk statistic parametric, tidak diperkenankan mengunakan sampel kurang dari 30
f. Penelitian eksperimental dengan perlakuan control eksperimen yang ketat dapat
dilakukan dengan sampel kecil antara 10-20 sampel.
4. Menentukan cara penarikan sampel
Dua pendekatan umum: probability sampling dan nonprobability sampling

C. UKURAN SAMPEL
Ukuran sampel akan dipengaruhi oleh tingkat ketelitian dan keyakinan yang diinginkan.
Beberapa factor yang dapat mempengaruhi ukuran sampel (Sekaran, 2006):
1. Tingkat ketilitian yang diinginkan (interval keyakinan)
2. Resiko yang bisa diterima dalam menaksir tingkat ketelitian (tingkat keyakinan
3. Besar varibilitas dalam populasi itu sendiri
4. Keterbatasan waktu dan biaya
5. Ukuran populasi

D. TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL


Pengambilan sampel adalah proses memilih sejumlah elemen secukupnya dari populasi,
sehingga penelitian terhadap sampel dan pemahaman tentang sifat atau karakteristiknya akan
membuat kita dapat menggeneralisasikan sifat atau karakteristik tersebut pada elemen
populasi.
Teknik sampling:
1. Probability sampling: memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi
untuk dipilih menjadi sampel.
a. Simple random sampling: dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada
dalam populasi.
b. Systematic random sampling: setiap elemen ke-n dalam populasi dipilih mulai dari
suatu poin acak dalam kelompok populasi.
c. Proportionate stratified random sampling: digunakan jika populasi mempunayi anggota
yang tidak homogeny dan berstrata secara proporsional
d. Disproportionate stratified random sampling: digunakan untuk menentukan jumlah
sampel berdasarkan kriteria, bukan jumlah populasi asal mereka.
e. Cluster sampling: kelompok yang memiliki anggota heterogen pertama diidentifikasi
kemudian bebrapa dipilih secara acak.
f. Double random sampling: sampel yang sama atau subset dari sampel diteliti dua kali.
g. Area sampling: digunakan untuk pnentuan sampel bila objek yang diteliti atau sumber
data sangat luas.
2. Non Probability Sampling: teknik yang tidak memberikan peluang yang sama bagi setiap
unsur populasi untuk dipilih menjadi sampel.
a. Sampling sistematis: berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor
urut
b. Sampling kuota: menentukan sampel dari populasi yang mempunayi ciri tertentu
sampai jumlah kuota yang diinginkan.
c. Sampling incidental: berdasarkan kebetulan, artinya siapa saja yang kebetulan
bertemu.
d. Sampling purposive: dengan memperhatikan pertimbangan tertentu.
 Judgement sampling: menggunakan pertimbangan tertentu yang disesuaikan
dengan tujuan penelitian atau masalah penelitian
 Quota sampling: dilakukan berdasarkan kuota.
e. Sampling jenuh: apabila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel
f. Snowball sampling: sampel yang pada awalnya kecil, kemudian membesar.

E. KETELITIAN DAN KEYAKINAN DALAM MENENTUKAN UKURAN SAMPEL


1. Ketelitian (Precision)
Mengacu pada seberapa dekat taksiran kita dengan karakteristik populasi yang sebenarnya.
Ketelitian adalah fungsi dari kisaran variabilitas dalam distribusi pengembilan sampel dari
rata-rata sampel. Semakin kecil variabiitas populasi semakin kecil ukuran sampel begitu
sebaliknya semakin besar variabilitas semakin besar ukuran sampel yang diperlukan.
2. Keyakinan (Confidence)
Keyakinan menunjukkan seberapa yakin bahwa taksiran kita akan benar-benar berlaku bagi
populasi. Keyakinan mencerminkan tingkat keyakinan dimana kita dapat menyatakan
bahwa taksiran kita terhadap parameter populasi, berdasarkan statistic sampel, akan
berlaku. Tingkat keyakinan akan membentang dari 0 sampai 100%.

VIII. ANALISIS DATA


A. MENYIAPKAN DATA UNTUK ANALISIS
1. Mengedit data
2. Mengkodekan
3. Kategorisasi
4. Memasukkan data
5. Menganalisis data

B. MENGUJI KETEPATAN DATA


1. Keandalan: dilakukan dengan menguji konsistensi dan stabilitas (Bab V)
2. Validitas: tingkat keakuran data ( Bab V)
C. MENGUJI HIPOTESIS
Dilakukan jika data telah siap untuk dianalisis

D. ANALISIS DATA
Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain
terkumpul.
Teknik analisis data dalam penelitian kuantitatif menggunakan statistic yang terdiri dari:
1. Statistic Deskriptif: memberikan gambaran atau deskripsi empiris atas data yang
dikumpulkan dalam penelitian tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku umum
atau generalisata.
a. Distribusi frekwensi
b. Statistic rata-rata
c. Angka indeks
2. Statistic interferensial: disebut statistic induktif atau statistic probbabilitas yang digunakan
untuk menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi.
a. Parametric: regresi, regresi moderasi, regresi dua tahap, kausalitas SEM, kausalitas jalur
b. Non-parametrik: uji McNemar, uji Tanda, Uji Wilcoxon, Uji Cochran, uji Friedman, uji T-
Parametrik, Uji Mann-Whitney

Anda mungkin juga menyukai