CLOSTRIDIUM PERFRINGENS
Clostridium perfringens adalah bakteri patogen invasif gram positif berbentuk batang, non motil,
termasuk kelompok pembentuk endospora yang menjadi penyebab terjadinya keracunan pangan
(Todar, 2005). Penyakit terjadi seiring dengan termakannya sejumlah besar organisme (>106-107
sel) tumbuh di dalam usus halus, menghasilkan enterotoksin dan menyebabkan diare (Labbe,
1989; Brynestad dan Granum, 2002).
1. perfringens adalah bakteri anaerob, dengan suhu untuk pertumbuhan sel vegetatif serta
germinasi spora dan tumbuh kembali bervariasi antara 10-52o C, dengan suhu optimum
sekitar 45o C. Pada kondisi optimum, multiplikasi sel dapat sangat cepat, kira-kira 9
menit (Ray, 2001).
Ada lima serotype Clostridium perfringens yaitu serotype A, B, C, D, E. Pada manusia, yang
menimbulkan penyakit adalah serotype A dan C. Jika didasarkan sifat pertumbuhannya pada
makanan maka Clostridium perfringens termasuk kedalam golongan bakteri proteolitik yakni
bakteri yang memproduksi enzim proteinase ektraseluler, yaitu enzim pemecah protein yang
diproduksi didalam sel kemudian dilepaskan keluar dari sel. Semua bakteri mempunyai enzim
proteinase didalam sel, tetapi tidak semua mempunyai enzim proteinase ekstra seluler.
Clostridium perfringens termasuk kelompok bakteri anaerobik pembentuk spora yang bersifat
puteraktif yaitu memecah protein secara anaerobic dan memproduksi komponen-komponen yang
berbau busuk seperti hydrogen sulfide, sulfida, merkaptan, amin, indol, skatol dan asam-asam
lemak.
Kingdom : Bacteria
Division : Firmicutes
Class : Clostridia
Order : Clostridiales
Family : Clostridiaceae
Genus : Clostridium
Species : perfringens
Clostridium perfringens memiliki kemampuan untuk menghasilkan spora yang sangat tahan
panas dan memungkinkan organisme untuk bertahan hidup pada suhu tinggi selama pemasakan
awal, dan kemudian berkecambah selama pendinginan makanan. Ketahanan spora bakteri ini
terhadap panas bervariasi di antara strain. Spora yang tahan panas secara umum membutuhkan
heat shock 75-100 derajat Celsius selama 5 sampai 20 menit untuk proses germinasi (perubahan
spora menjadi bentuk sel vegetatif). Keracunan makanan oleh Clostridium perfringens hampir
selalu melibatkan peningkatan temperatur dari makanan matang.
1. Pencegahan
Hal diatas dapat dicegah dengan cara makanan matang segera dimakan setelah dimasak, atau
segera disimpan dalam refrigerator bila tidak dimakan, dan dipanaskan kembali sebelum
dikonsumsi untuk membunuh bakteri vegetative.
Untuk mencegah terjadinya kontaminasi dari bakteri pembusuk yang bersifat patogen seperti
Clostridium perfringens dan jenis bakteri pembusuk lainnya dapat dilakukan cara sebagai berikut
:
Pemblansiran yakni perlakuan panas terhadap bahan makanan dengan cara mencelupkan
kedalam air panas atau memberikan uap panas suhu sekitar 82-93oC. waktu yanh dibutuhkan
antara 1-11 menit tergantung pada bahan makanan yang akan dicelup.
Penyimpanan bahan makanan didalam lemari pendingin dengan tidak disarnkan untuk
menyimpan bahan makanan tersebut dalam waktu yang lama. Sebaiknya bahan makanan
secepatnya diolah.
Pematangan bahan makanan paada waktu memasaknya. Sebaiknya makanan yang baru
dimasak segera dimakan jangan menyimpan makanan dalam waktu yang lama, atau
memanaskannya sampai berulang. Misalnya, minimal suhu 71oC untuk mematangkan
telur
Toksin alfa yang diekspresikan dari gen cpa (alpha toxin) adalah fosfolipase C dan toksin ini
dihasilkan oleh semua strain Clostridium perfringens, baik tipe A, B, C, D, maupun E. Toksin
alfa memiliki sifat letal yang sebanding dengan laju pemecahan lesitin menjadi fosforilkolin dan
digliserida.
Toksin beta, yang di ekspresikan oleh gen cpb (beta toxin) dihasilkan oleh Clostridium
perfringens tipe B dan C. Toksin ini mempunya efek hemolitik dan nekrotik yang serupa, tetapi
bukan suatu lesitinase. Selain itu, dihasilkan pula enzim DNAse dan hialuronidase, suatu
kolagense yang mencerna kolagen jaringan subkutan dan otot.
Toksin epsilon yang diekspresikan oleh gen etx (epsilon toxin) hanya diproduksi oleh
Clostridium perfringens tipe B, D, dan E. Toksin ini adalah protein prmbentuk pori-pori dan
menyebabkan keluarnya kalium dan cairan dari sel.
Toksin iota, aktif secara biologis dan terdiri dari komponen kompleks dua (2) protein dan hanya
diproduksi oleh Clostridium tipe E. Toksin iota juga menghasilkan aktivititas ADP-
ribosyltransferase. Enterotoksin E yang diekspresikan oleh cpe (enterotoxin) adalah satu-satunya
toksin yang tidak disekresikan dari sel vegetatif, tetapi dihasilkan selama sporulasi. Saat
sporulasi telah selesai, sel akan pecah dan elepaskan enterotoksin. Gen cpe telah ditemukan di
dalam kromosom dan plasmid Clostridium perfringens yang diisolasi dari manusia dan hewan
ternak.
Spora dapat masuk ke dalam air melalui debu/tanah, kotoran hewan, dan makanan-limbah. Jika
makanan atau minuman dan air bersih tercemari air tersebut, maka dalam keadaan yang
memungkinkan, bakteri tersebut akan mengeluarkan racun sehingga makanan atau minuman
tersebut mengandung racun dan bila dikonsumsi dapat menyebabkan keracunan makanan. Akan
tetapi untuk menimbulkan efek keracunan, sejumlah besar sel hidup harus terkonsumsi.
Pada banyak kasus, penyebab keracunan Clostridium perfringens adalah karena kesalahan ketika
memasak pangan. Sejumlah kecil sel vegetative tetap ada setelah pemasakan dan memperbanyak
diri selama pangan disimpan, akibatnya pangan terkontaminasi.
6
Sumber utama mikroorganisme ini terdapat pada daging maupun hasil olahannya. Sayuran dan
buah-buahan akan terkontaminasi sporanya melalui tanah, debu, dan materi fekal. Makanan asal
hewan (daging dan olahannya) akan terkontaminasi melalui proses pemotongan dengan spora
dari lingkungan atau dari saluran usus hewan yang dipotong. Makanan-makanan kering sering
menjadi sumber bakteri ini dan pembentuk spora lainnya. Pada daging mentah, sejumlah sel
vegetative ditemukan di jaringan otot dan juga sel hati.
Keracunan C. perfringens sering terjadi di kantin sekolah, rumah sakit, penjara, pesta yang
menggunakan jasa katering, dll. Katering biasanya menyiapkan makanan beberapa jam sebelum
disajikan yang memungkinkan pangan terkontaminasi.
Jika akan memasak unggas dan daging (sup, rebusan, saus, kuah, casserols) suhu pangan yang
dimasak harus dijaga pada atau di atas suhu 60o C, atau jika dingin di bawah 4o C. Porsi yang
besar memerlukan waktu yang lebih lama untuk didinginkan hingga di bawah 4o C sehingga
sebaiknya dibagi-bagi menjadi porsi yang lebih kecil. Selain itu, sebelum dihidangkan sebaiknya
pangan dipanaskan kembali (70o C). Clostridium perfringens sering disebut food service germ
karena sering menyebabkan penyakit pada pangan yang dihidangkan dalam jumlah besar dan
waktu lama pada suhu kamar.
Batasan maksimum cemaran Clostridium perfringens dalam pangan menurut standar SNI
7388:2009(8)
BAB II
PEMBAHASAN
Clostridium perfringens
Beberapa karakteristik dari bakteri ini adalah non-motil (tidak bergerak), sebagian besar
memiliki kapsul polisakarida, dan dapat memproduksiasam dari laktosa. C. perfringens dapat ditemukan
pada makanan mentah, terutama daging dan ayam karena kontaminasi tanah atau tinja. Bakteri ini
dapat hidup pada suhu 15-55 °C, dengan suhu optimum antara 43-47 °C. Clostridium perfringens dapat
tumbuh pada pH 5-8,3 dan memiliki pH optimum pada kisaran 6-7. Sebagian C. perfringens dapat
menghasilkan enterotoksin pada saat terjadi sporulasi dalam usus manusia. Spesies bakteri ini dibagi
menjadi 6 tipe berdasarkan eksotoksin yang dihasilkan, yaitu A, B, C, D, E dan F. Sebagian besar kasus
keracunan makanan karena C. perfringens disebabkan oleh galur tipe A, dan ada pula yang disebabkan
oleh galur tipe C
2.3 Taksonomi
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Bacteria
Divisi : Firmicutes
Kelas : Clostridia
Ordo : Clostridiales
Famili : Clostridiaceae
Genus : Clostridium
Spesies : Perfringens
2.5 Patogenesis
Hanya tipe A dan F yang pathogen untuk manusia. Tipe A menyebabkan gas gangrene &
keracunan makanan.
Gas Gangrene
Gas-gangren adalah infeksi luka dalam yang paling sering dikaitkan dengan alpha-racun
dari C. perfringens tipe A. Hal ini ditandai oleh peradangan yang cepat di tempat infeksi, pembengkakan,
nyeri akut ekstrim, dan, akhirnya, nekrosis jaringan yang terinfeksi . Selain racun merusak, bakteri juga
menghasilkan gas: komposisi 5,9% hidrogen, 3,4% karbon dioksida, 74,5% nitrogen dan oksigen 16,1%
dilaporkan dalam satu kasus klinis.
Clostridium perfringens tipe A merupakan penyebab utama gangrene gas. Kuman masuk
ke dalam luka bersama benda asing bersama tanah, debu dll.
1. Pencernaan luka biasa tanpa invasi ke dalam jaringan di bawahnya sehingga penyembuhan luka
terlambat.
2. Selulitis anaerob
3. Miositis anaerob
Keracunan makanan
Kuman-kuman tipe A membuat tosin alfa & beta, sporanya tahan terhadap pemanasan,
tidak hemolitik. Masa inkubasi berlangsung 10 – 12 jam, timbul gejala rasa sakit pada perut, muntah.
Keracunan perfringens secara umum dicirikan dengan kram perut dan diare yang mulai
terjadi 8-22 jam setelah mengkonsumsi makanan yang mengandung banyak C. perfringens penghasil
toxin penyebab keracunan makanan. Penyakit ini biasanya sembuh dalam waktu 24 jam, namun pada
beberapa individu, gejala ringan dapat berlanjut sampai 1 hingga 2 minggu. Beberapa kasus kematian
dilaporkan akibat terjadi dehidrasi dan komplikasi-komplikasi lain.
Necrotic enteritis (penyakit pig-bel ) yang disebabkan oleh C. perfringens sering
berakibat fatal. Penyakit ini juga disebabkan karena korban menelan banyak bakteri penyebab penyakit
dalam makanan yang terkontaminasi. Kematian karena necrotic enteritis ( pig-bel syndrome )
disebabkan oleh infeksi dan kematian sel-sel usus dansepticemia (infeksi bakteri di dalam aliran darah)
yang diakibatkannya. Penyakit ini sangat jarang terjadi.
Dosis infektif – Gejala muncul akibat menelan sejumlah besar (lebih dari 10 - 8 ) sel
vegetatif. Produksi racun di dalam saluran pencernaan (atau di dalam tabung reaksi) berhubungan
dengan proses pembentukan spora. Penyakit ini merupakan infeksi pada makanan; hanya satu sajian
memungkinkan terjadinya keracunan (penyakit timbul karena racun yang terbentuk sebelum makanan
dikonsumsi)
Pendidikan tentang dasar-dasar kebersihan merupakan hal yang sangat penting dalam sanitasi makanan
Jangan biarkan makanan berada pada suhu kamar yang memungkinka mikroorganisme yang
mengkontaminasi berkembang biak
Lakukan pemasakan dengan sempurna sebelum dihidangkan agar dapat tercegah dari infeksi dan
keracunan
Pengobatan penyakit ini dapat dilakukan dengan, penderita diberi cairan dan dianjurkan
untuk istirahat. Pada kasus yang berat, diberikan penicillin. Jika penyakit ini sudah merusak bagian dari
usus halus, mungkin perlu diangkat melalui pembedahan.
http://www.atlm.web.id/2013/09/makalah-clostridium-perfringens_12.html