Anda di halaman 1dari 22

Traffic Light

Bangunan Pelengkap Jalan Disusun Oleh:


Hilman Bramantio Hardana
14643021

Rekayasa Jalan & Jembatan - Politeknik Negeri Samarinda


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berlalulintas adalah kegiatan harian yang tidak bisa dihindari. Pergi

dari satu tempat ke tempat lain adalah menu wajib manusia normal dalam

keseharian berkehidupan. Pergi berangkat dari rumah pada pagi hari untuk

bekerja kemudian pulang pada sore hari merupakan hakekat dari transportasi

dalam kehidupan nyata. Transportasi yang paling banyak adalah dengan

menggunakan jalan raya sebagai prasarananya.

Di jalan raya seluruh moda transportasi darat bercampur, dari mulai

mobil pribadi, sepeda motor, bus, truk, sepeda hingga becak. Seluruh moda

transportasi tersebut akan selalu teratur dan aman jika berjalan pada jalurnya.

Namun hal yang berbeda akan dijumpai jika terdapat persimpangan.

Persimpangan adalah simpul dalam jaringan transportasi di mana dua atau lebih

ruas jalan bertemu, di sinilah arus lalu lintas mengalami konflik.

Bila arus sudah semakin tinggi, atau dua jalan dengan tingkatan yang

sama bertemu maka digunakan traffic light atau lampu lalu lintas. Isyarat lampu

yang digunakan ditetapkan berdasarkan ketentuan internasional Vienna

Convention on Road Signs and Signals tahun 1968, di mana isyarat lampu

merah berarti berhenti, isyarat lampu kuning berarti bersiap untuk berhenti atau

jalan, sedang isyarat lampu hijau berarti berjalan.

Hal tersebut tidak lain adalah untuk mengurangi potensi terjadinya

kecelakaan. Berdasarkan survei dari para peneliti, tingkat kecelakaan terbesar


terjadi di persimpangan sehingga perlu adanya pengaturan lalu lintas agar

kendaraan dapat mengatur kecepatannya dan tertib dalam berlalu lintas.

Gambar 1.1 Lokasi Simpang Empat Lembuswana

Gambar 1.2 Lalu Lintas di Persimpangan


Lembuswana Melalui Citra Satelit

Dari gambar di atas terlihat bahwa terdapat persimpangan tidak simetris

yang cukup besar dan mengakibatkan terjadinya konflik. Di persimpangan

tersebut merupakan titik konflik yang dapat dikatakan wajib terdapat

pengaturan lampu lalu lintas karena setiap arah memiliki 2 jalur yang terpisah

oleh median yang mana hal ini membuktikan bahwa di lokasi tersebut
merupakan kawasan padat lalu lintas. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya,

jika arus terlalu tinggi maka perlu digunakan traffic light (lampu lalu lintas)

untuk mengurangi potensi/tingkat kecelakaan yang terjadi. Potensi kecelakaan

tidak dapat dihilangkan sepenuhnya, namun setidaknya dengan adanya lampu

lalu lintas dapat meminimalisir terjadinya hal yang tidak diinginkan tersebut

dan memberi rasa aman pada setiap pengendara.

Gambar 1.3 Lampu Lalu Lintas Simpang Empat


Depan Lembuswana

1.2 Maksud dan Tujuan

Pembahasan Traffic Light ini bermaksud untuk menambah wawasan

mahasiswa terhadap bangunan pelengkap jalan. Sedangkan tujuan pembahasan

ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui definisi, fungsi, dan sistem lampu lalu lintas.

2. Untuk mengetahui peraturan yang ada pada lampu lalu lintas.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Lampu Lalu Lintas

Persoalan lampu lalu lintas adalah santapan sehari-hari, namun kita

seringkali tidak menyadari hakekat, fungsi dan tujuan dari lampu lalulintas itu

sendiri, sehingga menjadikannya sebagai sesuatu yang ‘rahasia’, ‘tidak jelas’,

‘membingungkan’, hingga muncul istilah simpang ‘jebakan’. Secara umum,

simpang terdiri atas simpang bersinyal, yakni simpang yang dilengkapi dengan

lampu lalu lintas atau Alat Pemberi Isyarat Lampu Lalulintas (disingkat

APILL).

Lampu lalu lintas (menurut UU no. 22/2009 tentang Lalu lintas dan

Angkutan Jalan: alat pemberi isyarat lalu lintas atau APILL) adalah lampu yang

mengendalikan arus lalu lintas yang terpasang di persimpangan jalan, tempat

penyeberangan pejalan kaki (zebra cross), dan tempat arus lalu lintas lainnya.

Lampu ini yang menandakan kapan kendaraan harus berjalan dan berhenti

secara bergantian dari berbagai arah. Pengaturan lalu lintas di persimpangan

jalan dimaksudkan untuk mengatur pergerakan kendaraan pada masing-masing

kelompok pergerakan kendaraan agar dapat bergerak secara bergantian

sehingga tidak saling mengganggu antar-arus yang ada.

Lampu lalu lintas telah diadopsi di hampir semua kota di dunia ini.

Lampu ini menggunakan warna yang diakui secara universal; untuk

menandakan berhenti adalah warna merah, hati-hati yang ditandai dengan

warna kuning, dan hijau yang berarti dapat berjalan.


2.2 Sejarah Lampu Lalu Lintas

Penemu lampu lalu lintas adalah Gareth August Morgan. Awal

penemuan ini diawali ketika suatu hari ia melihat tabrakan antara mobil dan

kereta kuda. Kemudian ia berpikir bagaimana cara menemukan suatu pengatur

lalu lintas yang lebih aman dan efektif. Sebenarnya ketika itu telah ada sistem

pengaturan lalu lintas dengan sinyal stop dan go. Sinyal lampu ini pernah

digunakan di London pada tahun 1863. Namun, pada penggunaannya sinyal

lampu ini tiba-tiba meledak, sehingga tidak dipergunakan lagi. Morgan juga

merasa sinyal stop dan go memiliki kelemahan, yaitu tidak adanya interval

waktu bagi pengguna jalan sehingga masih banyak terjadi kecelakaan.

Penemuan Morgan ini memiliki kontribusi yang cukup besar bagi pengaturan

lalu lintas, ia menciptakan lampu lalu lintas berbentuk huruf T. Lampu ini terdiri

dari tiga lampu, yaitu sinyal stop (ditandai dengan lampu merah), go (lampu

hijau), posisi stop (lampu kuning). Lampu kuning inilah yang memberikan

interval waktu untuk mulai berjalan atau mulai berhenti. Lampu kuning juga

memberi kesempatan untuk berhenti dan berjalan secara perlahan.

2.3 Perkembangan Lampu Lalu Lintas

Pada 10 Desember 1868, lampu lalu lintas pertama dipasang di bagian

luar Gedung Parlemen di Inggris oleh sarjana lalu lintas, J.P Knight. Lampu ini

menyerupai penunjuk waktu (jam) dengan bentuk seperti semapur dan lampu

merah dan hijau untuk malam hari. Lampu-lampu tersebut berasal dari tenaga

gas. Pada 2 Januari 1869, tiba-tiba lampu tersebut meledak dan melukai seorang

polisi sehingga harus dioperasi. Pada awal 1912 Lampu lalu lintas modern
ditemukan di Amerika Serikat. Di Salt Lake City, seorang polisi, Utah,

menemukan lampu lintas pertama yang dijalankan dengan tenaga listrik. Pada

5 Agustus 1914, American Traffic Signal Company memasang sistem lampu

sinyal di dua sudut jalan di Ohio. Lampu sinyal ini terdiri dari dua warna, merah

dan hijau, dan sebuah bel listrik. Lampu ini di desain oleh James Hoge.

Keberadaan bel di sini untuk memberi peringatan jika adanya perubahan nyala

lampu. Lampu rancangan Hoge ini dapat dikontrol oleh polisi dan pemadam

kebakaran jika ada dalam keadaan darurat. Pada awal tahun 1920, lampu lalu

lintas dengan tiga warna pertama dibuat oleh seorang petugas polisi, William

Potts, di Detroit, Michigan. Pada tahun 1923, Garrett Morgan mematenkan alat

sinyal lampu lalu lintas. Tahun 1917, lampu lalu lintas pertama dijalankan

saling berhubungan satu dengan yang lain. Interkoneksi antarlampu ini

dijalankan pada enam persimpangan yang dikontrol secara bersamaan dengan

tombol manual. Lampu lalu lintas pertama yang dioperasikan secara otomatis

diperkenalkan pada Maret 1922 di Houston, Texas. Di Inggris, lampu lalu litas

pertama dioperasikan di Wolverhampton pada tahun 1927. Dan hingga

sekarang digunakan lampu lalu lintas otomatis dengan beberapa teknologi baru

di berbagai negara di seluruh penjuru dunia.

2.4 Tujuan Adanya Lampu Lalu Lintas

1. Menghindari hambatan karena adanya perbedaan arus jalan bagi pergerakan

kendaraan.
2. Memfasilitasi persimpangan antara jalan utama untuk kendaraan dan

pejalan kaki dengan jalan sekunder sehingga kelancaran arus lalu lintas

dapat terjamin.

3. Mengurangi tingkat kecelakaan yang diakibatkan oleh tabrakan karena

perbedaan arus jalan.

2.5 Warna Lampu Lalu Lintas

Gambar 2.1 Warna Lampu Lalu Lintas

Warna yang paling umum digunakan untuk lampu lalu lintas adalah

merah, kuning, dan hijau. Merah menandakan berhenti atau sebuah tanda

bahaya, kuning menandakan hati-hati, dan hijau menandakan boleh memulai

berjalan dengan hati-hati. Biasanya, lampu warna merah mengandung beberapa

corak berwarna jingga, dan lampu hijau mengandung beberapa warna biru. Ini

dimaksudkan agar orang-orang yang buta warna merah dan hijau dapat

mengerti sinyal lampu yang menyala. Di Amerika Serikat, lampu lalu lintas

memiliki pinggiran berwarna putih yang dapat menyala dalam kegelapan. Ini

bertujuan agar orang yang mengidap buta warna dapat membedakan mana
lampu kendaraan dan yang mana lampu lalu lintas dengan posisinya yang

vertikal.

Penggunaan warna lampu lalu lintas yang terdiri dari merah, kuning,

dan hijau tersebut tentu saja memiliki filosofi tersendiri. Berikut adalah

penjelasannya.

a.) Merah

Warna merah artinya larangan atau stop atau bahaya. Mengapa demikian?

Warna merah identik dengan warna darah, sejak jaman dulu manusia sering

berperang untuk memperebutkan sesuatu dan lain hal. Berperang berarti

saling membunuh, saling melukai dan saling menumpahkan darah. Kita

ketahui bahwa semua manusia darahnya berwarna merah. Jika manusia

terluka pasti keluar darah dan terasa sakit. Dengan adanya perkembangan

jaman ada suatu kelompok manusia yang anti peperangan, menyatakan

bahwa perang itu membahayakan, maka disepakati dan dibuatlah aturan

untuk tidak saling berperang, melukai dan saling membunuh sesama

manusia karena sangat membahayakan. Dengan tahapan aturan tersebut,

yaitu awas bisa melukai, awas bahaya, dilarang/bahaya, sehingga sekarang

warna merah dijadikan simbol aturan yang membahayakan/larangan atau

dalam hal ini adalah stop dilarang melintas.

b.) Kuning

Warna kuning artinya hati-hati atau waspada, pelan-pelan. Kenapa

demikian? Warna kuning identik dengan warna api. Api memiliki sifat

antara dua pilihan yaitu api kecil bisa dikendalikan, sedangkan api besar

sulit dikendalikan dan bisa membahayakan. Aturan warna kuning memiliki


resiko bisa aman dan bisa tidak aman, begitu juga api, baik api kecil maupun

api besar memiliki sifat panas memiliki sifat panas, dan manusia akan selalu

hati-hati dengan api. Sehingga sampai sekarang warna kuning telah

disepakati sebagai simbol aturan hati-hati/waspada/siap-siap. Warna kuning

bisa juga diidentikan warna daun yang sudah tua/menguning yang sebentar

lagi daun tersebut akan gugur. Warna kuning diartikan sebagai warna

transisi/peralihan.

c.) Hijau

Warna hijau artinya bebas/boleh berjalan atau diperbolehkan. Kenapa

demikian? Warna hijau identik dengan warna alam, yaitu terutama warna

daun tumbuh-tumbuhan. Banyak tumbuh-tumbuhan di dunia ini berbeda

jenisnya, sifatnya, ragamnya, crak dan bentuknya, golongannya serta

macam-macam yang lainnya. Tetapi hampir semua daunnya memiliki

warna hijau. Arti kata, semua bebas untuk berwara hijau, dan tak satupun

ada yang melarangnya, baik dari tumbuh-tumbuhan itu sendiri dan yang

berasal dari jenis berbeda. Jadi warna hijau memiliki arti suatu kebebasan.

Warna hijau juga memiliki sifat sensitif terhadap penglihatan kita, memliki

warna yang menyegarkan mata terutama untuk terapi. Sehingga warna hijau

tersebut sangat aman bagi mata kita. Dan akhirnya warna hijau disepakati

sebagai simbol aturan kebebasan dan aman atau diperbolehkan.

2.6 Jenis-Jenis Sistem Pengaturan Lalu Lintas

Jenis sistem pengaturan Lampu lalu-lintas dikelompokkan menjadi tiga

macam, yakni:
1. Pretime Controller

Sistem ini disebut juga sebagai sistem dengan pengaturan waktu tetap

(fixed time controller) karena pada sistem ini, lama waktu siklus, phase,

waktu hijau, merah, dan lainnya disetel secara tetap sepanjang hari.

Cara seperti ini sangat baik dipasang pada simpang dengan pola lalu

lintas yang stabil, ataupun jika terjadi variasi arus lalu lintas maka variasi

itu masih dalam koridor yang bisa diakomodasi oleh sistem, ini tanpa terjadi

tundaan atau kemacetan yang berarti.

Keuntungan pemakaian sistem pretime controller:

 Karena semua diseting secara tetap yakni: lama waktu siklus, waktu

hijau, dan lain-lainnya maka akan lebih tepat koordinasinya

terutama pada simpang simpang yang berurutan atau berderet karena

rata-rata tundaan akibat berhenti (stopped delay) lebih kecil daripada

sistem actuated.

 Kerja alat tidak terpengaruh oleh pergerakan kendaraan dari arah

pendekat sehingga tidak ada pihak yang dirugikan akibat pengaruh

mobil mogok misalnya atau oleh adanya perbaikan jalan.

 Lebih tepat jika dioperasikan pada suatu daerah simpang dengan

jumlah pedestrian besar.

 Harga peralatannya jauh lebih murah dibandingkan dengan sistem

actuated dan lebih mudah perawatannya.


2. Semiactuated Controller

Pada sistem ini didisain agar lampu hijau pada jalan utama selalu

menyala sepanjang hari. Lampu hijau akan berubah menjadi merah

manakala detektor pada jalan minor menangkap sinyal akan adanya

kendaraan yang hendak memasuki simpang. Pengoperasian ini adalah

bahwa: panjang waktu siklus dan hijau bervariasi dari siklus satu ke siklus

berikutnya sesuai dengan arus demand.

3. Fully Actuated Controller

Berbeda dengan sistem semiactuated controller yang detektor hanya

dipasang pada jalan minor, maka pada sistem ini seluruh kaki simpang

dipasang detektor. Sistem ini dipakai jika arus kendaraan sangat bervariasi

sepanjang hari dan disukai karena bersifat responsif terhadap kebutuhan

atau kondisi lalu-lintas. Sama dengan sistem semiactuated, panjang waktu

siklus dan hijau bervariasi dari siklus satu ke siklus berikutnya sesuai

dengan arus demand. Secara umum waktu hijau maksimum dan minimum

diberikan pada tiap phase.

Detektor biasanya diletakkan di bawah permukaan jalan namun

kadang-kadang diletakkan pada tiang lampu sinyal. Jenis-jenis yang biasa

dipergunakan adalah: inductive loop detector (kumparan induktif),

magnetometer, dan microwave detector (detektor gelombang mikro).

Sejauh ini inductive loop detector yang lebih umum dipakai. Prinsip

kerja dari sistem ini adalah: suatu kumparan dari kawat metal ditanam pada

perkerasan kemudian ditutup dengan pengisi epoxy. Setiap ada kendaraan


yang lewat dia atas detektor, berat metal akan merubah induksi kumparan

dan secara otomatis akan menghitung jumlah kendaraan.

Keuntungan pemakain sistem actuated controller:

 Lebih efisien dipakai pada simpang-simpang dimana fluktuasi arus

lalu lintasnya tidak bisa diatasi dan diprogram dengan sistem

pretime controller.

 Lebih efisien diterapkan pada simpang-simpang yang kompleks.

 Lebih efisien baik bagi jalan utama maupun jalan minor karena

pemutusan waktu hijau hanya terjadi jika dibutuhkan oleh arus

minor ataupun oleh pejalan kaki.

 Lebih efisien pada simpang-simpang yang lokasinya tidak

menguntungkan.

 Lebih menguntungkan pada operasi yang menerus tanpa

membutuhkan tundaan pada jalan utama.

 Diterapkan terutama pada alokasi dimana lampu kontrol lalu lintas

hanya diperlukan dalam waktu yang singkat dalam sehari.

 Sistem actuated secara umum dapat meminimalkan tundaan

terutama jika arus demand sangat bervariasi.


2.7 Peraturan Lampu Lalu Lintas

Di Indonesia, pengaturan lampu lalulintas ini tertuang dan dilindungi

oleh Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2013 tentang Jaringan Lalu Lintas

dan Angkutan Jalan (“PP 79/2013”) dan Undang-Undang No. 22 Tahun 2009

tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (“UU LLAJ”). Umumnya pengaturan

pergantian nyala hijau pada suatu lengan dalam suatu simpang (atau urutan arus

lalulintas yang mendapat nyala hijau, biasanya disebut fase) biasanya searah

jarum jam. Misalnya dalam simpang empat urutan hijau adalah Utara – Timur

– Selatan – Barat (disebut 4 fase). Namun aturan ini sangat tidak baku,

tergantung dari hasil analisis ahli lalulintas berdasarkan volume dan komposisi

lalulintas serta geometri simpang.

Namun secara garis besar, lampu lalu lintas dipergunakan untuk

mengatur arus lalulintas, mencegah kemacetan di simpang, memberi

kesempatan kepada kendaraan lain/pejalan kaki dan meminimalisasi konflik

kendaraan. Dalam tujuannya meminimalisasi konflik, maka setelah waktu

kuning, diberikan waktu lain yang disebut waktu all red (waktu merah semua),

atau waktu ketika dua lengan sama-sama mendapat nyala merah. Contoh

konkretnya adalah ketika lengan Utara mendapat nyala kuning kemudian

merah, lengan Timur tidak segera langsung mendapat hijau. Ada waktu antara,

yakni all red, yang besarnya biasanya 5 detik. Hal ini bertujuan untuk

membersihkan simpang dari kendaraan, sehingga tidak terjadi konflik arus yang

berpotensi pada terjadinya kecelakaan lalulintas.


2.8 Unsur-Unsur dan Dimensi Traffic Light

Unsur-unsur dan dimensi traffic light menurut Peraturan Direktur

Jenderal Perhubungan Darat dapat dilihat sebagai berikut.

Gambar 2.2 Dimensi Traffic Light

Gambar 2.3 Detail Gambar Traffic Light


Gambar 2.4 Bagian-Bagian Traffic Light

2.9 Bahan dan Petunjuk Pemasangan

Bahan dan Petunjuk Pemasangan Lampu Lalu Lintas menurut

Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat dapat dilihat sebagai berikut.

a. Peralatan Penunjang

1. Pipa Pelindung Kabel (Duct)

Pipa pelindung kabel menggunakan pipa besi galvanis atau pipa pvc

type AW diameter 2 inchi yang bagian dalamnya harus halus untuk

mencegah terjadinya kerusakan kabel pada waktu pemasangan.

2. Tiang Lampu Pengatur Lalu Lintas

Tiang Lampu pengatur Lalu Lintas adalah pipa besi hitam atau galvanis

dengan ukuran masing-masing:

a) Untuk tiang lurus dan patok pengaman diameter 4 inchi dengan

ketebalan minimum 4 mm.


b) Untuk tiang overhead diameter 6”, 4“ dan 2,5“ untuk bagian yang

lengkung, dengan ketebalan minimum 4 mm. Panjang pipa adalah :

 400 Cm untuk tiang lurus

 200 Cm untuk patok pengaman

 Untuk overhead dapat dilihat pada gambar terlampir

 Umur Teknis: ≥ 20 Tahun

Seluruh pipa tiang harus dicat dengan menie besi sebelum dipasang.

c) Kabel tanah harus menggunakan kabel NYFGBY 2 X 4 X 2,5 mm2.

d) Kabel tenaga harus menggunakan kabel NYFGBY 4 X 6 mm2 untuk

tegangan PLN 220 Volt.

b. Cara Pemasangan

1. Pipa pelindung

Untuk pemasangan pipa pelindung kabel ( Duct ) adalah sebagai berikut

a. Pipa dapat dipasang sebelum atau selama pemasangan kabel.

b. Pipa harus diletakkan selurus mungkin dan sambungan antar pipa

harus kuat untuk mencegah pergeseran bagian-bagian yang

disambung yang dapat mengakibatkan kerusakan kabel.

c. Setiap ujung pipa harus dengan kuat atau bahan lainnya yang tak

mudah terhapus oleh tanah guna mencegah hilangnya tanda pipa

d. Galian pipa dibawah jalan yang mulai dan berakhir dijalur pejalan

kaki sedapat mungkin berjarak 70 cm dari tepi jalur kendaraan.

e. Pipa diletakkan 80 cm dibawah permukaan jalan.


f. Bagian dalam pipa harus tetap bersih sebelum maupun setelah

penarikan kabel,

2. Tiang Lampu Pengatur Lalu Lintas

Sebelum pemasangan tiang harus dicat terlebih dahulu dengan cat menie

besi dengan Cara pemasangan adalah:

a. Tiang alat pemberi isyarat lalu lintas dipasang dengan jarak paling

dekat 60 cm dari tepi jalur kendaraan atau lihat gambar terlampir.

b. Tiang pemberi isyarat lalu lintas dipasang dengan jarak 100 cm dari

permukaan pembelokan tepi jalan seperti gambar terlampir.

c. Ukuran standar tiang dan pondasi selengkapnya sesuai dengan

gambar terlampir.

d. Untuk berbagai keadaan jalan, pemasangan tiang alat pemberi

isyarat lalu lintas seperti gambar teriampir.

3. Rumah Perangkat Kendali Alat pemberi isyarat Lalu Lintas

Rumah perangkat kendali alat pemberi isyarat lalu lintas dipasang

diatas bantalan beton tak bertulang dan berongga dengan penyangga

kerangka besi sebagai berikut:

a. Bantalan beton kurang lebih setara dengan Beton Mutu K-175 atau

dengan kata lain mempunyai kuat tekan 175 kg/ cm2

b. Lebar, panjang, dan dalam dari bantalan beton yang berada di dalam

tanah masing-masing adalah 30, 60 dan 70 cm dari permukaan

tanah.
c. Tinggi dari bantalan beton yang berada dari atas permukaan tanah

50 cm atau harus lebih tinggi dari ketinggian air banjir didaerah itu,

hal ini untuk mencegah kerusakan perangkat kendali yang

disebabkan dari masuknya air banjir ke rumah perangkat kendali

Lampu Pengatur Laiu Lintas.

d. Bantalan beton dilapisi dengan lempengan beton ukuran 35, 80 dan

5 cm masing-masing untuk lebar, panjang dan tinggi.

e. Dibawah alas beton diberi lapisan pasir halus yang telah disaring

setebal 25 cm.

f. Rongga bantalan mempunyai ukuran panjang dan lebar masing-

masing 50 dan 10 cm sedang tingginya tergantung tinggi bantalan

beton tersebut.

g. Rongga adalah tempat kabel-kabel yang dari dan ke alat kendali

pemberi isyarat lalu lintas dan diisi dengan pasir yang sudah

disaring.

h. Ukuran-ukuran selengkapnya dari rumah kendali alat pemberi

isyarat lalu lintas adalah seperti lampiran spesifikasi teknis ini.

4. Patok Pengaman

a. Patok pengaman diletakkan 50 cm dari tiang alat pemberi isyarat

lalu lintas atau rumah perangkat kendali alat pemberi isyarat lalu

lintas dengan sedemikian rupa sehingga tiang alat pemberi isyarat

lalu lintas aman dari kendaraan yang oleh sebab keluar dari jalur

kendaraan.
b. Jumlah patok pengaman paling sedikit 3 (tiga) buah untuk setiap alat

pemberi isyarat lalu lintas maupun rumah perangkat kendali alat

pemberi isyarat lalu lintas.

5. Lampu Aspek

Dalam pemasangan lampu aspek agar tidak menyimpang dari Surat

Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 62 Tahun 1993, dengan

ketentuan sebagai berikut:

a. Disusun berderet dari atas kebawah dengan urutan warna merah,

kuning dan hijau untuk lampu isyarat kendaraan atau horizontal

maka lampu disusun dari kiri ke kanan menurut arah lalu lintas

dengan urutan merah, kuning dan hijau dan urutan warna merah dan

hijau untuk lampu isyarat pejalan kaki.

Gambar 2.5 Urutan Lampu Traffic Light

b. Lampu panah untuk belok pada dasarnya adalah tambahan, untuk itu

selalu dipasang berdampingan dengan lampu lurus dan

peletakkannya sedemikian rupa sehingga lebih mencolok kedepan

daripada lampu lurusnya yang akan mudah terlihat.


6. Kabel Tanah

a. Kabel diletakkan didalam pipa pelindung kabel yang ditanam 80

cm dibawah permukaan jalan tanah.

b. Kabel tenaga dan kabel untuk isyarat harus diletakkan didalam

yang terpisah untuk mencegah interferensi.

c. Selain sebagai overhead lampu aspek sebagai tambahan dapat juga

dipasang di seberang ujung kaki persimpangan.

Gambar 2.6 Aturan Kabel Dalam Tanah

d. Kabel yang diletakkan didalam pipa pelindung mengambil tempat

tidak boleh lebih dari 70 % seluruh luas pipa bagian dalam.

e. Ditempat-tempat yang diperlukan seperti tempat sambungan dan

terminal agar kabel dilebihkan kurang lebih 50 cm.

f. Kabel harus diberi tanda pada tempat seperti:

1. Kedua ujung kabel

2. Sambungan kabel

3. Kabel untuk disambung pada peralatan

4. Kedua ujung dari pipa pelindung

g. Diatas pipa pelindung kabel diberi tanda batu bata merah dengan

jarak 5 Cm dari pipa pelindung kabel yang dipasang melintang,


untuk mencegah kerusakan pipa pelindung bila ada penggalian

susulan dan sebagai peringatan penggali, bahwa dibawah batu bata

merah ada kabel.

h. Tidak diperkenankan menyambung kabel didalam tanah, terutama

dibawah tanah.

7. Kabel Tenaga dipasang sebagai Toevoer dari jaringan distribusi PLN

yang terdekat, bila diperlukan pemasangan.

8. Pada tiang alat pemberi isyarat lalu lintas dibubuhi Stiker perlengkapan

jalan tulisan sumber pendanaan, tahun anggaran dan isi pasal 275 UU

Nomor 22/2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Anda mungkin juga menyukai