Anda di halaman 1dari 15

PERCOBAAN 2

TRAFFIC LIGHT

II.1 Tujuan Percobaan


Adapun tujuan yang ingin di capai pada praktikum ini adalah :
 Praktikum dapat mengetahui dan memahami instruksi atau fungsi dasar dari
bahasa pemprograman PLC (leader diagram, function plant, M-menomic).
 Mahasiswa dapat mengetahui komponen dan konsep dasar PLC.
 Praktikan dapat mengetahui dan mengoprasikan PLC.

II.2 Teori Dasar


Traffic light atau dalam bahasa Indonesia disebut lampu lalu lintas
(menurut UU no. 22/2009 tentang Lalu lintas dan Angkutan Jalan: alat pemberi
isyarat lalu lintas atau APILL) adalah lampu yang mengendalikan arus lalu lintas
yang terpasang di persimpangan jalan, tempat penyeberangan pejalan kaki (zebra
cross), dan tempat arus lalu lintas lainnya. Lampu ini yang menandakan kapan
kendaraan harus berjalan dan berhenti secara bergantian dari berbagai arah.
Pengaturan lalu lintas di persimpangan jalan dimaksudkan untuk mengatur
pergerakan kendaraan pada masing-masing kelompok pergerakan kendaraan
agar dapat bergerak secara bergantian sehingga tidak saling mengganggu antar-
arus yang ada.
Lampu lalu lintas telah diadopsi di hampir semua kota di dunia ini. Lampu
ini menggunakan warna yang diakui secara universal; untuk menandakan
berhenti adalah warna merah, hati-hati yang ditandai dengan warna kuning, dan
hijau yang berarti dapat berjalan.
a. Sejarah Perkembangan traffict light
Penemu lampu lalu lintas adalah Lester Farnsworth Wire. Awal
penemuan ini diawali ketika suatu hari ia melihat tabrakan antara mobil dan
kereta kuda. Kemudian ia berpikir bagaimana cara menemukan suatu
pengatur lalu lintas yang lebih aman dan efektif. Sebenarnya ketika itu telah
ada sistem perngaturan lalu lintas dengan sinyal stop dan go. Sinyal lampu
ini pernah digunakan di London pada tahun 1863.
Namun, pada penggunaannya sinyal lampu ini tiba-tiba meledak,
sehingga tidak dipergunakan lagi. Morgan juga merasa sinyal stop dan go
memiliki kelemahan, yaitu tidak adanya interval waktu bagi pengguna jalan
sehingga masih banyak terjadi kecelakaan.Penemuan Morgan ini memiliki
kontribusi yang cukup besar bagi pengaturan lalu lintas, ia menciptakan
lampu lalu lintas berbentuk huruf T.
Lampu ini terdiri dari tiga lampu, yaitu sinyal stop (ditandai dengan
lampu merah), go (lampu hijau), posisi stop (lampu kuning). Lampu kuning
inilah yang memberikan interval waktu untuk mulai berjalan atau mulai
berhenti. Lampu kuning juga memberi kesempatan untuk berhenti dan
berjalan secara perlahan.

Gambar II.1 Traffic light pertama


Baru satu tahun setelah lampu lalu lintas di temukan pada tanggal
tahun 1869, lampu lalu lintas itu meledak dan melukai salah satu polisi yang
sedang berada di dekat lampu lalu lintas itu. Setelah kejadian tersebut, lampu
lalu lintas pun dianggap berbahaya dan tidak pantas lagi.
Kemudian, ada seorang berkebangsaan Amerika Serikat bernama
Garrett Augustus Morgan yang berupaya membuat lampu lalu lintas agar
bisa dipakai dengan cara efisien serta juga lebih aman. Eksperimen ini
berawal saat ia menyaksikan satu tabrakan yang berlangsung pada mobil
serta kereta kuda. Momen itu berlangsung dikarenakan pada saat itu sistem
penyusunan lalu lintasnya memakai tanda stop and go.
Lalu, setelahnya Garrett membuat lampu jalan raya yang berwujud
seperti huruf T. Lampu ini terbagi dalam 3 warna yang berbeda, yakni stop
dengan warna merah, go dengan warna hijau, dan posisi stop lainnya yang
diwarnai kuning. Perbedaan dari warna kuning dan merah pada stop ini
adalah kuning memberi jeda kapan kendaraan berjalan dan mulai berhenti.
Lampu kuning juga memberikan kesempatan untuk berhenti dan berjalan
secara perlahan.
Setelah Lester dan Garrett, perkembangan lampu lalu lintas kemudian
disempurnakan oleh polisi bernama William Potts. Lampu lalu lintas buatan
William telah menggunakan tiga warna dan dioperasikan dengan cara
otomatis menggunakan tenaga listrik pada bulan Maret 1922 silam.
b. Perkembangan Traffic light
 Pada 10 Desember 1868, lampu lalu lintas pertama dipasang di bagian
luar Gedung Parlemen di Inggris oleh sarjana lalu lintas, J.P Knight.
Lampu ini menyerupai penunjuk waktu (jam) dengan bentuk seperti
semapur dan lampu merah dan hijau untuk malam hari. Lampu-lampu
tersebut berasal dari tenaga gas.
 Pada 2 Januari 1869, tiba-tiba lampu tersebut meledak dan melukai
seorang polisi sehingga harus dioperasi.
 Pada awal 1912 Lampu lalu lintas modern ditemukan di Amerika
Serikat. Di Salt Lake City, seorang polisi, Utah, menemukan lampu
lintas pertama yang dijalankan dengan tenaga listrik.
 Pada 5 Agustus 1914, American Traffic Signal Company memasang
sistem lampu sinyal di dua sudut jalan di Ohio. Lampu sinyal ini terdiri
dari dua warna, merah dan hijau, dan sebuah bel listrik. Lampu ini di
desain oleh James Hoge. Keberadaan bel di sini untuk memberi
peringatan jika adanya perubahan nyala lampu. Lampu rancangan Hoge
ini dapat dikontrol oleh polisi dan pemadam kebakaran jika ada dalam
keadaan darurat.
 Pada awal tahun 1920, lampu lalu lintas dengan tiga warna pertama
dibuat oleh seorang petugas polisi, William Potts, di Detroit, Michigan.
 Pada tahun 1923, Garrett Morgan mematenkan alat sinyal lampu lalu
lintas.
 Tahun 1917, lampu lalu lintas pertama dijalankan saling berhubungan
satu dengan yang lain. Interkoneksi antarlampu ini dijalankan pada
enam persimpangan yang dikontrol secara bersamaan dengan tombol
manual.
 Lampu lalu lintas pertama yang dioperasikan secara otomatis
diperkenalkan pada Maret 1922 di Houston, Texas.
 Di Inggris, lampu lalu litas pertama dioperasikan di Wolverhampton
pada tahun 1927.
c. Fungsi Traffic light
secara garis besar, lampu lalulintas dipergunakan untuk mengatur arus
lalulintas, mencegah kemacetan di simpang, memberi kesempatan kepada
kendaraan lain/pejalan kaki dan meminimalisasi konflik kendaraan. Dalam
tujuannya meminimalisasi konflik, maka setelah waktu kuning, diberikan
waktu lain yang disebut waktu all red (waktu merah semua), atau waktu
ketika dua lengan sama-sama mendapat nyala merah.
Contoh konkretnya adalah ketika lengan Utara mendapat nyala kuning
kemudian merah, lengan Timur tidak segera langsung mendapat hijau. Ada
waktu antara, yakni all red, yang besarnya biasanya 2 detik. Hal ini
bertujuan untuk membersihkan simpang dari kendaraan, sehingga tidak
terjadi konflik arus yang berpotensi pada terjadinya kecelakaan lalulintas.
Lampu kuning dimaksudkan agar kendaraan bersiap-siap untuk berhenti,
bukan bersiap-siap untuk terus melaju. Besarnya waktu kuning biasanya 3
detik untuk simpang-simpang yang berukuran kecil dan sedang, dengan
lebar jalan rata-rata 6 – 14 meter (MKJI 1997).
Karena simpang-simpang di Samarinda umumnya berukuran kecil dan
sedang, maka tidak heran apabila nyala lampu kuningnya memang ‘hanya’
3 detik. Lampu kuning yang menyala lebih lama justru akan memicu
tindakan melanggar lampu lalulintas dan akan memperpanjang waktu
seluruh siklus, sehingga antrian kendaraan pada lengan yang lain akan
bertambah panjang atau terjadi kemacetan di sisi jalan yang lain. Lampu
kuning yang terlalu singkat juga berimbas pada terjadinya konflik yang
memicu terjadinya kecelakaan. Waktu hijau dapat dihitung dan sebaiknya di
atas 10 detik, yang dimaksudkan untuk menghindari pelanggaran lampu
merah dan kesulitan pejalan kaki yang menyeberang.
Secara khusus, seluruh pengaturan nyala lampu lalulintas seharusnya
merupakan hasil analisis yang komprehensif dari ahli lalulintas (traffic
engineer) dan harus selalu diperbaharui (updated) sesuai dengan kondisi
lalulintas eksisting. Ini akan mengurangi kemacetan serta menguntungkan
pengguna jalan. Lampu lalulintas yang rusak harus segera diperbaiki untuk
mencegah kecelakaan dan agar pengguna jalan tidak merasa dirugikan
apabila ketika tiba-tiba lampu berfungsi kembali setelah lama tidak
berfungsi.
Salah satu contoh optimalisasi lampu lalulintas yang telah dilakukan di
Samarinda dengan memajukan garis henti dimaksudkan agar jarak
perlintasan simpang menjadi lebih pendek, sehingga waktu siklus menjadi
pendek.
d. Rangkaian penyusun Traffic light
Analisa komponen penyusun rangkaian traffic light system yang terdiri dari
dari :
1. Box controller yaitu Pusat pengontrolan jalannya traffic light system.
Biasanya terdiri atas beberapa rangkaian pengontrol yang memiliki
fungsinya masing-masing.
2. Suatu perangkat timer yang berfungsi Traffic Light Countdown Timer.
untuk membantu pengguna jalan mengetahui berapa lama lagi suatu
lampu merah atau lampu hijau akan menyala.
3. Pedestrian Signal Lampu yang mengatur penyeberangan pejalan kaki di
zebra cross (kapan boleh menyeberang, kapan tidak).
4. Sistem Pengontrolan Traffic SignalElektromekanik PLC
Mikrokontroller Kelebihan: Kelebihan: Kelebihan: Rangkaian Lebih
Awet Relatif Murah kontroller mudah diganti- gantiKekurangan:
Kekurangan: Kekurangan:Relatif mahal, Relatif mahal Cenderung lebih
mudahPembuatan rusak(dibanding sistem elektro-rangkaian lebih ribet
mekanik dan PLC).
5. Kapasitor Pada dasarnya adalah 2 buah lempeng logam(dielectric) yang
dipisahkan oleh sebuah bahan isulator Untuk menyimpan arus/tegangan
listrik Terbuat dari: Dielektrik: keramik, gelas, udara vakum, Isulator,
mika, elektrolit, udara, Cover terbuat dari aluminium.
6. Fungsi untuk menghubungkan rangkaian kontrol dengan rangkaian
utama / output. Terbuat dari lilitan tembaga, plat besi.
e. Warna Lampu Traffic Light
Traffic Light atau Lampu Lalu Lintas adalah alternatif cara tertib
berkendara pengguna jalan dengan menampilkan lampu warna standar
merah, kuning, dan hijau. Teknis sebagai sinyal kontrol lalu lintas ini sukses
membantu polisi dalam menertibkan pengendara di jalan raya. Sebenarnya
skema warna ini berasal dari sistem yang digunakan oleh industri kereta api
di Inggris sejak tahun 1830-an.

Gambar II.2 Lampu Traffic Light


Saat itu perusahaan kereta api mengembangkan sarana berlampu untuk
membiarkan Masinis kereta tahu kapan harus berhenti atau pergi, dengan
warna menyala yang berbeda yang mewakili tindakan yang berbeda. Mereka
memilih merah sebagai warna untuk berhenti, itu adalah pemikiran dengan
alasan merah telah selama berabad-abad digunakan untuk menunjukkan
bahaya atau sebagai pesan buruk yang tidak diketahui.
Untuk warna lain, mereka memilih putih sebagai warna untuk pergi dan
hijau sebagai warna untuk berhati-hati. Namun pilihan cahaya putih untuk
isyarat ‘pergi’ ternyata menyebabkan banyak masalah. Misalnya, sebuah
insiden tabrakan kereta pada tahun 1914 yang disebabkan karena masinis
salah melihat warna merah sebagai warna putih. Perusahaan kereta api ini
kemudian mengganti warna putih dengan hijau sebagai tanda melaju dan
kuning sebagai tanda hati-hati.
Hijau adalah warna meyakinkan dalam kebanyakan budaya
berhubungan dengan warna alam dan pertumbuhan, harmoni, kesegaran, dan
kesuburan. Hijau memiliki korespondensi emosional yang kuat dengan ide
keselamatan, dan intuitif dipilih untuk memandu pejalan kaki bertanggung
jawab melalui persimpangan. Sedangkan pemilihan warna kuning
disebabkan karena warna itu yang dianggap paling berbeda dengan dua
warna lainnya.
Skema warna lampu lalu lintas ini kemudian diterapkan di London pada
tahun 1865. Hal ini didasarkan pada kekhawatiran banyaknya kuda dan
pejalan kaki yang menyebrang jalan dan cukup riskan untuk tertabrak.
Akhirnya seorang manajer kereta api bernama John Peake Knight
mengusulkan kepolisian Inggris untuk menerapkan sistem yang sama pada
lalu lintas secara umum.
Meskipun awalnya sempat terjadi kecelakaan berupa kebocoran gas
yang memasok lampu lalu lintas dan menyebabkan polisi terluka parah,
sistem ini akhirnya tetap diterapkan dan pengaturan menggunakan kode
semapur diberhentikan.
Di Detroit, AS, polisi bernama William L. Potts juga menerapkan hal
yang sama tahun 1920. Bedanya, jika di London masih menerapkan sistem
dua warna, yaitu merah dan hijau, di Detroit polisi telah menerapkan sistem
3 warna, yaitu merah, kuning dan hijau. Alhasil, Detroit menjadi kota
pertama di dunia yang menggunakan warna merah, kuning dan hijau untuk
mengontrol lalu lintas sebagaimana yang kita ketahui sekarang.
Saat ini, lampu sinyal telah ditingkatkan dengan menggunakan lampu
LED yang lebih jelas terlihat dan lebih tahan dibandingkan lampu bohlam
dengan layar berwarna yang akan luntur warnanya. Lampu isyarat berwarna
merah juga ditambahkan sedikit warna oranye dan hijau ditambah sedikit
warna biru untuk membantu pengemudi yang buta warna. Lampu Lalu
Lintas adalah alternatif cara tertib berkendara pengguna jalan dengan
menampilkan lampu warna standar merah, kuning, dan hijau. Teknis sebagai
sinyal kontrol lalu lintas ini sukses membantu polisi dalam menertibkan
pengendara di jalan raya.
1. Lampu Warna Merah
Warna yang paling umum digunakan untuk lampu lalu lintas adalah
merah, kuning, dan hijau. Merah menandakan berhenti atau sebuah
tanda bahaya, kuning menandakan hati-hati, dan hijau menandakan
boleh memulai berjalan dengan hati-hati. Biasanya, lampu warna merah
mengandung beberapa corak berwarna jingga, dan lampu hijau
mengandung beberapa warna biru.
Ini dimaksudkan agar orang-orang yang buta warna merah dan
hijau dapat mengerti sinyal lampu yang menyala. Di Amerika Serikat,
lampu lalu lintas memiliki pinggiran berwarna putih yang dapat
menyala dalam kegelapan. Ini bertujuan agar orang yang mengidap buta
warna dapat membedakan mana lampu kendaraan dan yang mana lampu
lalu lintas dengan posisinya yang vertikal.

Gambar II.3 Lampu Merah


Warna merah artinya larangan atau stop atau bahaya. Kenapa
demikian? Warna merah identik dengan warna darah. Sejak jaman
dahulu manusia sering berperang, untuk memperebutkan sesuatu dan
lain hal. berperang berarti saling membunuh dan menumpahkan darah,
banyak para korban perang yang terluka bahkan ada juga yang tewas
pasti tubuhnya mengeluarkan darah. Seperti kita ketahui bahwa semua
manusia memiliki darah yang berwarna merah dan kalau manusia
terluka pasti mengeluarkan darah dan terasa sakit.
Dengan adanya perkembangan jaman Perang ada satu kelompok
manusia yang anti dengan peperangan, disepakati dan dibuatlah aturan
untuk tidak saling berperang, melukai dan saling membunuh sesama
manusia. Dengan tahapan aturan tersebut, yaitu awas bisa melukai, awas
bahaya, dilarang melukai atau bahaya. Sehingga sampai sekarang warna
merah dijadikan simbol untuk hal yang membahayakan atau larangan.
2. Lampu Warna Kuning
Warna Kuning artinya hati-hati, waspada atau pelan-pelan. Warna
kuning identik dengan warna api, api memiliki sifat antara dua pilihan
yaitu api kecil yang bisa di kendalikan, dan api besar yang sulit
dikendalikan dan bisa membahayakan. Aturan warna kuning memiliki
resiko bisa aman dan bisa juga berbahaya.
Jaman dulu di dalam peperangan manusia selalu menggunakan api,
baik untuk senjata, sinyal komunikasi, simbol dan penerangan. Dalam
berperang mereka akan menggunakan api untuk segala sesuatunya,
mengamati pergerakan musuhnya dengan melihat api yang digunakan,
sehingga bila ada gerakan api atau obor musuhnya mereka akan bersiap-
siap dan waspada untuk menghadapi serangan. Sehingga sampai
sekarang warna kuning telah disepakati sebagai simbol untuk hati-hati,
waspada atau siap-siap. Warna kuning bisa juga diidentikkan warna
daun yang sudah tua yang sebentar lagi daun tersebut akan gugur. Jadi,
warna kuning diartikan sebagai warna transisi atau peralihan.

Gambar II.4 Lampu Kuning


3. Lampu Warna Hijau
Warna Hijau artinya aman, bebas atau boleh berjalan. Warna hijau
identik dengan warna daun pada tumbuh-tumbuhan. Hampir semua
daun tumbuh-tumbuhan memiliki warna hijau. Lantas kenapa warna
hijau diidentikan dengan bebas dan aman .
Banyak tumbu-tumbuhan di dunia ini berbeda jenisnya, sifatnya,
ragamnya, corak dan bentuknya, golongannya serta macam-macam
yang lainnya. Tetapi hampir semua daunnya memiliki warna hijau,
semua bebas untuk berwarna hijau, dan tak satu pun ada yang
melarangnya. Jadi warna hijau memiliki arti suatu kebebasan. Warna
hijau juga memiliki sifat sensitif terhadap penglihatan kita , memiliki
warna yang menyegarkan mata terutama untuk terapi warna. Sehingga
warna hijau tersebut sangat aman bagi mata kita. Dan akhirnya warna
hijau disepakati sebagai simbol untuk kebebasan dan aman atau boleh
dan diperbolehkan.
Gambar II.5 Lampu Hijau
f. Sistem Lampu Lalu Lintas
Sistem pengendalian lampu lalu lintas dikatakan baik jika lampu-lampu
lalu lintas yang terpasang dapat berjalan baik secara otomatis dan dapat
menyesuaikan diri dengan kepadatan lalu lintas pada tiap-tiap jalur. Sistem
ini disebut sebagai actuated controller. Namun, para akademisi Indonesia
telah menemukan sistem baru untuk menjalankan lampu lalu lintas.
Sistem ini dikenal sebagai Logika fuzzy. Metode logika fuzzy
digunakan untuk menentukan lamanya waktu lampu lalu lintas menyala
sesuai dengan volume kendaraan yang sedang mengantre pada sebuah
persimpangan. Hasil pengujian sistem logika fuzzy ini menunjukkan bahwa
sistem lampu dengan logika ini dapat menurunkan keterlambatan kendaraan
sebesar 48,44% dan panjang antrean kendaraan sebesar 56,24%; jika
dibandingkan dengan sistem lampu konvensional. Lampu lalu lintas pada
umumnya dioperasikan dengan menggunakan tenaga listrik.
g. Petunjuk teknik Traffic Light
 Perencanaan penyelenggaraan alat pemberi isyarat lalu lintas jalan
meliputi :
1. Inventarisasi tingkat pertumbuhan alat pemberi isyarat lalu lintas;
2. Survai untuk menentukan kebutuhan alat pemberi isyarat lalu
lintastermasuk penentuan lokasi penempatan/pemasangannya.
3. Perkiraan kebutuhan untuk 5 tahun.4.Penyusunan program dan
pengadaan alat pemberi isyarat lalu lintas
 Penetapan jumlah kebutuhan alat pemberi isyarat lalu lintas
1. Penyusunan dan penyiapan spesifikasi teknis alat pemberi isyarat
lalu lintas.
2. Pengajuan dan persetujuan pimpinan unit kerja terhadap
spesifikasiteknis alat pemberi isyarat lalu lintas.
3. Pengajuan dan persetujuan pimpinan unit kerja terhadap
spesifikasiteknis alat pemberi isyarat lalu lintas.
4. Pengadaan harus memenuhi ketentuan yang berlaku baik dari
segiadminitrasi maupun aspek teknis.
 Spesifikasi Teknis
1. Kondisi Kerja
2. Spesifikasi Teknis
a. Menggunakan sistem modul sehingga mempermudah
dalam perawatan, perbaikan dan pengembangan dengan
menggunakan konektor yang memenuhi kualitas standar yang
ada.
b. Mempunyai kemampuan untuk mengatur lalu lintas
minimal dengan dasar 8 kelompok sinyal untuk kendaraan
dan 8 kelompok sinyal untuk pejalan kaki yang dapat
dikembangkan sampai 32 kelompok sinyal atau lebih.
 Mempunyai kemampuan untuk :
a. 4 (empat) program penyalaan yang dapat dikembangkan sampai
16(enambelas) program penyalaan atau lebih.
b. Pemindahan program dan kedip secara otomatis baik dengan
elektronik penuh, switch secara mekanik atau secara manual.
c. Maksimum dari siklus penyalaan skala besar dalam 3 (tiga)
digital decimal.
d. Mempunyai kemampuan program tunggal/single program tetap
dan atau multi program serta flashing.
e. Harus dilengkapi alat pemula kerja program penyalaan pengatur
lampu lalu lintas dimana lampu kuning/ambar harus menyala
kedip lebih dahulu, disusul kemudian dengan menyala tanpa kedip
kuning/ambar semua, masing-masing dengan waktu yang dapat
diprogram.
f. .Penyalaan program waktu, setiap aspek lampu warna dapat
deprogram waktunya dan dilengkapi dengan peralatan pengendali
manual yang dapat dikendalikan olah petugas untuk perpanjangan
dan memperpendek lampu hijau serta kediph. Mempunyai lampu
indikator yang bekerja bila keadaan fault. serta Mempunyai fasilitas
untuk pendeteksian “conflict green” dan “conflictsignal” dalam
keadaan fault fasilitas ini otomatis menyalakan lampukedip atau
flashing.
g. Mempunyai fasilitas untuk pengaman arus lebih yang
menggunakan mini circuit breaker dan pengaman terhadap arus
bocor menggunakan earth leakage circuit breaker serta dilengkapi
pengaman dari gangguan petirk. Bekerja pada tegangan minimal 220
volt.l.Dapat dibebani lampu pijar maupun halogen minimal 600
VA persignal atau lampu jenis LED.m.Dapat dikoordinasikan
dengan alat sistem APILL Terkoordinasi (ATCS)seperti detektor
dan display info simpang.
 Spesifikasi teknis alat untuk pejalan kaki Sama dengan spesifikasi teknis
alat pemberi isyarat lalu lintas kendaraantetapi dengan jumlah kelompok
sinyal khusus untuk pejalan kaki. Dapatdilengkapi dengan peralatan
kendali manual yang dapat dikendalikanoleh setiap penyeberang
jalan dengan mudah, untuk meminta nyalalampu hijau

Anda mungkin juga menyukai