Terimakasih calon dokterku, karena saat ini, engkau belajar, memahami, mencerna, dan mencari
segala sesuatu di kedokteran hanya untukku… calon pasienmu
Tenagamu engkau sumbangkan, lelahmu dalam belajar selalu berusaha engkau tekan, kantukmu
engkau lawan…
Dan semua engkau lakukan hanya untuk memberikan yang terbaik bagiku… pasienmu kelak…
Sungguh caldokku, aku tidak tahu harus membalas apa… sungguh mulianya dirimu…
Dan ku yakin engkau akan berkata “tidak, tidak usah dibalas, dan saya hanya manusia biasa,
hanya Sang Pencipta yang berkuasa”.
Aku disini selalu berharap engkaulah yang dipilih sang pencipta untuk merawatku kelak…
layaknya seperti manusia, ketika aku sakit, ketika aku membutuhkan semangat untuk hidup, dan
ketika aku butuh akan perhatian…
Aku ingin segera memanggilmu dokter. Dan bukan calon dokter lagi. Bukankah engkau juga
ingin segera mendengarnya?
Namun, aku mengerti…. Pelajaran itu tidaklah semudah yang mereka bayangkan…
Maka, berjuanglah caldokku…
Aku, calon pasien pertamamu… akan selalu menantimu…
Aku akan terus memohon kepada Yang Maha Kuasa agar dapat bertemu denganmu dan
mewujudkan impianku untuk menyapamu dengan sebutan ‘dokter’ di ruang praktekmu pagi
itu….
Tertanda..