Mutu Pelayanan Puskesmas
Mutu Pelayanan Puskesmas
Pelayanan kesehatan yang bermutu masih jauh dari harapan masyarakat, serta
berkembangnya kesadaran akan pentingnya mutu, maka UU Kesehatan Nomor 23
tahun 1992 menekankan pentingnya upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan,
khususnya ditingkat Puskesmas.
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah organisasi fungsional yang
menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dapat
diterima dan terjangkau oleh masyarakat, dengan peran serta aktif masyarakat dan
menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna,
dengan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan masyarakat. Upaya kesehatan
tesebut diselenggarakan dengan menitikberatkan kepada pelayanan untuk masyarakat
luas guna mencapai derajat kesehatan yang optimal, tanpa mengabaikan mutu
pelayanan kepada perorangan. Pengelolaan puskesmas biasanya berada di bawah
Dinas Kesehatan Kabupaten dan Kota.
1.2. RUMUSAN MASALAH MAKALAH
Selama penulis membuat makalah mengenai mutu pelayanan puskesmas, penulis
mendapatkan permasalahan – permasalahan yang di alami, yaitu:
1. Penulis mengalami kesulitan di dalam pencarian bahan makalah.
2. Apakah Benar puskesmas menjadi sarana kesehatan yang bermutu lagi dimasyarakat?
3. Konsep puskesmas seharusnya menjemput bola. Perannya bukan hanya seperti
rumah sakit yang menunggu pasien berkunjung. Untuk daerah terpencil yang sulit
dijangkau, puskesmas harus mendekat ke masyarakat agar mereka tidak terlanjur sakit.
Bila masyarakat tidak dibina, dari 4 program puskesmas yang harus ada, mereka
rentan jatuh sakit, sehingga puskesmas akan dinilai gagal karena pasien yang akan
berobat akan semakin banyak, dan yang lebih parah apabila mereka mengeluh dengan
penyakit yang itu-itu saja.
1.3. TUJUAN
Beberapa tujuan yang penulis inginkan didalam pembuatan makalah mengenai
mutu pelayanan puskesmas :
1. Untuk mengetahui kualitas pelayanan kesehatan di Puskesmas.
2. Untuk mengetahui tingkat kepuasan masyarakat terhadap kualitas pelayanan
kesehatan di Puskesmas.
3. Untuk mengetahui tingkat kesesuaian antara tingkat kepentingan dengan tingkat
kinerja dari unsur-unsur pelayanan?
4. Untuk mengetahui mutu pelayanan dari suatu instansi pelayanan kesehatan khususnya
di Puskesmas?
Petugas yang selalu marah marah begitu ada pasien, yang datang. administrasi yang
lama, petugas yang sering terlambat dan pulang cepat, selalu menjadi keluhan masyarakat.
yang menyebabkan masyarakat sering berobat ke pengobatan alternatif, dengan biaya yang
tidak terlalu mahal, namun hati pasien bisa jauh lebih nyaman.
Tak asing lagi jika masyarat mengeluh masalah ini. obat demam dikasi pil dan tablet
yang sama dengan obat gatal. sisanya jika ingin obat yang lebih bagus lagi, masyarakat harus
membeli di apotek.
Untuk puskesmas yang ada di ibukota provinsi justru dokter ada banyak bahkan ada
yang sampai spesialis. namun di pedalaman, kabupaten, dan daerah daerah yang jauh dari
kota, dokter sangat langka. hanya ada pada jam jam tertentu atau pada hari hari tertentu.
padahal sakit gak bisa dijadwalkan kan? apalagi kalau dokternya tidak tentu.
Padahal Tolak ukur bagi puskesmas agar bisa dikatakan ideal, , yaitu jika memiliki dua
dokter umum, satu dokter gigi, dua perawat, dan tiga orang bidan.
1. Paradigma Masyarakat
Puskesmas pada dasarnya memiliki lebih banyak tugas untuk melakukan preventif
(pencegahan) daripada kuratif (pengobatan). ini lah yang harus segera dibenahi. lakukan
upaya upaya promotif oleh tenaga puskesmas, jika masyarakat tidak mau menggunakan
puskesmas sebagai sarana peningkatan derajat kesehatan. ’petugas puskesmaslah yang
harusnya menjemput bola’
2. SDM tenaga puskesmas di tingkatkan
Yang harus diperbaiki adalah bagaimana melayani masyarakat dan memberikan yang
terbaik bagi masyarakat karena para tenaga kesehatan yang berada di puskesmas adalah abdi
negara yang tugasnya mengabdikan diri kepada masyarakat juga. paling tidak petugas
harus belajar ramah, on time, dan belajar senyum.
Meskipun sebagian besar tugas puskesmas adalah pencegahan, namun sebagian besar
masyarakat masih menggunakan puskesmas sebagai tempat berobat. bukan hanya karena
biayanya yang murah, namun juga karena puskesmas merupakan pelayanan kesehatan
pratama yang langsung menjangkau masyarakat.
oleh karena itu, keberadaan dokter dan obat yang BERMUTU sangat penting di puskesmas.
Menurut DepKes RI (2004), Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan
Kabupaten / Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di
suatu wilayah kesehatan.
1) Unit Pelaksana Teknis
Sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan kabupaten / kota (UPTD), Puskesmas
berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional dinas kesehatan
kabupaten/kota dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak
pembangunan kesehatan di Indonesia.
2) Pembangunan Kesehatan
Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh Bangsa
Indonesia untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang, agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
3) Pertanggungjawaban Penyelenggaraan
Penanggung jawab utama penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan kesehatan di
wilayah kabupaten / kota adalah dinas kesehatan kabupaten / kota, sedangkan puskesmas
bertanggung jawab hanya untuk sebagian upaya pembangunan kesehatan yang dibebankan
oleh dinas kesehatan kabupaten / kota sesuai dengan kemampuannya.
4) Wilayah Kerja
Secara Nasional standar wilayah kerja puskesmas adalah satu Kecamatan, tetapi
apabila di satu Kecamatan terdapat lebih dari satu puskesmas, maka tanggung jawab wilayah
kerja dibagi antar puskesmas, dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah
(desa/kelurahan atau RW). Masing-masing puskesmas tersebut secara operasional
bertanggung jawab langsung kepada Dinas K esehatan kabupaten/kota.
2.3. FUNGSI PUSKESMAS
Setiap Puskesmas mempunyai pelayanan didalam gedung atau diluar gedung, menurut
jumlah sasaran dan wilayah kerjanya. Sesuai status puskesmas, perawatan atau non
perawatan, bisa melaksanakan kegiatan pokok, maupun pengembangan, tergantung
kemampuan sumber daya manusia dan sumber daya material. Berikut ringkasan 9 (sembilan)
program pokok sebagai contoh perbandingan pelayanan menurut paparan pengalaman pribadi
selama bertugas mengabdi keliling puskesmas.
1. Program Promosi Kesehatan (Promkes) :
Penyuluhan Kesehatan Masyarakat (PKM), Sosialisasi Program Kesehatan,
Survey Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), Penilaian Strata Posyandu
2. Program Pencegahan Penyakit Menular (P2M) :
Surveilens Terpadu Penyakit (STP), Pelacakan Kasus: TBC, Kusta, DBD, Malari,
Flu Burung, Infeksi Saluran Peranafasan Akut (ISPA), Diare, Infeksi Menular Seksual
(IMS), Penyuluhan Penyakit Menular
3. Program Pengobatan :
Pengobatan Dalam Gedung : Poli Umum, Poli Gigi (Rawat Jalan), Apotek,, Unit
Gawat Darurat (UGD), Perawatan Penyakit (Rawat Inap), Pertolongan Persalinan
(Kebidanan). Pengobatan Luar Gedung : Rujukan Kasus, Pelayanan Puskesmas
Keliling (Puskel)
4. Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) :
ANC (Antenatal Care), PNC (Post Natal Care), Pertolongan Persalinan, Rujukan
Ibu Hamil Risiko Tinggi, Pelayanan Neonatus, Kemitraan Dukun Bersalin, Manajemen
Terpadu Balita Sakit (MTBS)
5. Program Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana (KB) :
Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR), Imunisasi Calon Pengantin (TT
Catin), Pelayanan KB Pasangan Usia Subur (PUS), Penyuluhan KB
6. Program Upaya Peningkatan Gizi Masyrakat :
Penimbangan Bayi Balita, Pelacakan dan Perawatan Gizi Buruk, Stimulasi dan
Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak, Penyuluhan Gizi
7. Program Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan :
Pengawasan Kesehatan Lingkungan : SPAL (saluran pembuangan air limbah),
SAMI-JAGA (sumber air minum-jamban keluarga), Pemeriksaan Sanitasi : TTU
(tempat-tempat umum), Institusi Perkantoran, Survey Jentik Nyamuk (SJN)
8. Program Pelayanan Kesehatan Komunitas :
Kesehatan Mata, Kesehatan Jiwa, Kesehatan Lansia, Kesehatan Olahraga,
Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas), Upaya Kesehatan Sekolah (UKS)
9. Program Pencatatan dan Pelaporan :
Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) disebut juga
Sistem Informasi dan Manajemen Puskesmas (SIMPUS)
Paparan program pokok puskesmas dijelaskan ringkas sesuai keterkaitan antar program
yang memerlukan keterpaduan pelayanan. Pada kesempatan berikutnya akan dipaparkan
bagaimana penjelasan masing-masing program pokok puskesmas.
2.5. STRUKTUR ORGANISASI PUSKESMAS
Definisi Mutu Dalam Kamus Indonesia-Inggris kata mutu memiliki arti dalam
bahasa Inggris quality artinya taraf atau tingkatan kebaikan; nilaian sesuatu. Jadi mutu
berarti kualitas atau nilai kebaikan suatu hal.
Dalam membahas definisi mutu kita perlu mengetahui definisi mutu produk yang
disampaikan oleh lima pakar Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management).
Berikut ini definisi-definisi tersebut :
a) Juran menyebutkan bahwa mutu produk adalah kecocokan penggunaan produk untuk
memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan.
b) Crosby mendefinisikan mutu adalah conformance to requirement, yaitu sesuai dengan
yang disyaratkan atau distandarkan.
c) Deming mendefinisikan mutu, bahwa mutu adalah kesesuaian dengan kebutuhan
pasar.
d) Feigenbaum mendefinisikan mutu adalah kepuasan pelanggan sepenuhnya.
e) Garvin dan Davis menyebutkan bahwa mutu adalah suatu kondisi dinamis yang
berhubungan dengan produk, manusia/tenaga kerja, proses dan tugas, serta
lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan atau konsumen.
Meskipun tidak ada definisi mutu yang diterima secara universal, namun dari
kelima definisi diatas terdapat beberapa persamaan, yaitu dalam elemen-elemen
sebagai berikut :
a) Mutu mencakup usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan.
b) Mutu mencakup produk, tenaga kerja, proses, dan lingkungan.
c) Mutu merupakan kondisi yang selalu berubah (misalnya apa yang dianggap
merupakan mutu saat ini, mungkin dianggap kurang bermutu pada masa mendatang).
Standar-standar Mutu produk dan jasa terdiri dari :
a) Kesesuaian dengan spesifikasi
b) Kesesuaian dengan tujuan dan manfaat
c) Tanpa cacat ( Zero Defects)
d) Selalu baik sejak awal Standar pelanggan terdiri dari : Kepuasan pelanggan,
Memenuhi kebutuhan pelanggan, dan Menyenangkan pelanggan
Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit dilakukan dengan
pendekatan sistem, artinya memperhatikan proses manajemen mutu sejak
INPUT/STRUKTUR, PROSES, dan OUTCOME.
A. Input Atau Struktur
“Karakteristik yang relatif stabil dari penyedia pelayanan kesehatan, alat dan
sumber daya yang dipergunakan, fisik dan pengaturan organisasi di lingkungan kerja.
Konsep struktur termasuk manusia, fisik, dan sumber keuangan yang dibutuhkan untuk
memberikan pelayanan medis”. Struktur digunakan sebagai pengukuran tidak langsung
dari kualitas pelayanan. Hubungan antara struktur dan kualitas pelayanan adalah hal
yang penting dalam merencanakan, mendesain, dan melaksanakan sistem yang
dikehendaki untuk memberikan pelayanan kesehatan. Pengaturan karakteristik struktur
yang digunakan mempunyai kecenderungan untuk mempengaruhi proses pelayanan
sehingga ini akan membuat kualitasnya berkurang atau meningkat. (Donabedian,
1980).
B. Proses
Beberapa pengertian tentang proses : “Interaksi profesional antara pemberi
pelayanan dengan konsumen (pasien/masyarakat) (Depkes RI, 2001). “Suatu bentuk
kegiatan yang berjalan dengan dan antara dokter dan pasien”. (Donabedian, 1980).
“Semua kegiatan dokter dan tenaga profesi lainnya yang mengadakan interaksi secara
profesional dengan pasiennya. Baik tidaknya pelaksanaan proses pelayanan di RS
dapat diukur dari tiga aspek, yaitu relevan tidaknya proses itu bagi pasien, efektivitas
prosesnya, dan kualitas interaksi asuhan terhadap pasien”. (Muninjaya, 2004). “Proses
yaitu semua kegiatan sistem. Melalui proses akan mengubah input menjadi output.
Pengubahan/Transformasi berbagai masukan oleh kegiatan operasi/produksi menjadi
keluaran yang berbentuk produk dan/atau jasa.
C. Output/Outcome
Tentang output/outcome, Donabedian memberikan penjelasan bahwa outcome
secara tidak langsung dapat digunakan sebagai pendekatan untuk menilai pelayanan
kesehatan. Dalam menilai apakah hasilnya bermutu atau tidak, diukur dengan dengan
standar hasil (yang diharapkan) dari pelayanan medis yang telah dikerjakan.
2.9. MENGUKUR MUTU PELAYANAN KESEHATAN
Mengukur mutu pelayanan kesehatan dimaksudkan untuk dapat menjawab
pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :
o Dapatkah mutu jasa pelayanan kesehatan diukur ?
o Apanya yang diukur ?
o Bagaimana mutu jasa pelayanan diukur ?
Untuk dapat memahami hal tersebut diatas perlu diketahui tentang pengertian
indikator, kriteria, dan standar.
Indikator : Indikator adalah petunjuk atau tolak ukur. Contoh : petunjuk indikator atau
tolok ukur status kesehatan antara lain adalah angka kematian ibu, angka kematian
bayi, status gizi. Petunjuk atau indikator ini (angka kematian ibu) dapat diukur. Jadi
indikator adalah fenomena yang dapat diukur. Indikator mutu asuhan kesehatan atau
pelayanan kesehatan dapat mengacu pada indikator yang relevan berkaitan dengan
struktur, proses, dan outcomes. Sebagai contoh :
Indikator struktur : Tenaga kesehatan profesional (dokter, paramedis, dan
sebagainya). Anggaran biaya yang tersedia untuk operasional dan lain-lain.
Perlengkapan dan peralatan kedokteran termasuk obat-obatan. Dan Metode ( adanya
standar operasional prosedur masing-masing unit, dan sebagainya ).
Indikator proses : Memberikan petunjuk tentang pelaksanaan kegiatan pelayanan
kesehatan, prosedur asuhan yang ditempuh oleh tenaga kesehatan dalam menjalankan
tugasnya, Apakah telah sebagaiman mestinya sesuai dengan prosedur, diagnosa,
pengobatan, dan penanganan seperti yang seharusnya sesuai standar.
Indikator outcomes : Merupakan indikator hasil daripada keadaan sebelumnya, yaitu
Input dan Proses seperti BOR, LOS, TOI, dan Indikator klinis lain seperti : Angka
Kesembuhan Penyakit, Angka Kematian 48 jam, Angka Infeksi Nosokomial, Komplikasi
Perawatan , dan sebagainya.
Kriteria : Indikator dispesifikasikan dalam berbagai kriteria. Sebagai contoh : Indikator
status gizi dapat lebih dispesifikasikan lagi menjadi kriteria : tinggi badan, berat badan
anak. Untuk pelayanan kesehatan, kriteria ini adalah fenomena yang dapat dihitung
Standar : Selanjutnya setelah kriteria ditentukan dibuat standar-standar yang eksak dan
dapat dihitung kuantitatif, yang biasanya mencakup hal-hal yang standar baik. Misalnya
: Panjang badan bayi baru lahir yang sehat rata-rata (standarnya) adalah 50 cm. Berat
badan bayi baru lahir yang sehat standar adalah 3 kg.
Mutu asuhan kesehatan suatu organisasi pelayanan kesehatan dapat diukur
dengan memperhatikan atau memantau dan menilai indikator, kriteria, dan standar
yang diasumsikan relevan dan berlaku sesuai dengan aspek-aspek struktur, proses,
dan outcome dari organisasi pelayanan kesehatan tersebut.