Kata Pengantar
Kata Pengantar
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan
Rahmat dan Hidayah-Nya kepada kita semua. Shalawat dan salam senantiasa kita panjatkan
kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Khususnya kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini. Dalam makalah ini kami membahas mengenai Aplikasi
Adapun penyusunan Makalah ini yaitu berdasarkan pada bahan-bahan yang penulis cari
dari berbagai sumber. Penulis mencatat hal-hal yang berhubungan dengan pokok permasalahan
yang dibahas. Dalam menyusun Makalah ini, penulis banyak menerima bimbingan dan petunjuk
Dalam menyusun Makalah ini, penulis telah berusaha semaksimal mungkin, namun
karena keterbatasan kemampuan penulis, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu penulis dengan hati yang lapang menerima saran dan kritik dari semua
pihak.
Semoga Makalah ini dapat menjadi amal baik bagi penulis dan bermanfaat bagi pembaca
Penyusun
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat. Oleh karena itu rumah sakit dituntut untuk dapat memberikan pelayanan yang
bermutu sesuai dengan standar yang sudah ditentukan. Masyarakat yang menerima pelayanan
kesehatan, tenaga kesehatan dan pengunjung di rumah sakit dihadapkan pada risiko terjadinya
infeksi atau infeksi nosokomial yaitu infeksi yang diperoleh di rumah sakit, baik karena
perawatan atau datang berkunjung ke rumah sakit
Untuk meminimalkan risiko terjadinya infeksi di rumah sakit dan fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya perlu diterapkan pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI), yaitu kegiatan
yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pembinaan, pendidikan dan pelatihan, serta monitoring
dan evaluasi. Pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit (PPIRS) sangat penting
karena menggambarkan mutu pelayanan rumah sakit. Apalagi akhir-akhir ini muncul berbagai
penyakit infeksi baru (new emerging, emerging diseases dan re-emerging diseases). Wabah atau
Kejadian Luar Biasa (KLB) dari penyakit infeksi sulit diperkirakan datangnya, sehingga
kewaspadaan melalui surveilans dan tindakanpencegahan serta pengendaliannya perlu terus
ditingkatkan. Selain itu infeksi yang terjadi di rumah sakit tidak saja dapat dikendalikan tetapi
juga dapat dicegah dengan melakukan langkah-langkah yang sesuai dengan prosedur yang
berlaku. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI bersama World
Health Organization (WHO)
ke rumah sakit - rumah sakit di Propinsi / Kabupaten / Kota disimpulkan bahwa Komite
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit (KPPIRS) selama ini belum berfungsi
optimal sebagaimana yang diharapkan. Penelitian juga menunjukkan bahwa anggota Komite
belum memahami dengan baik tugas, kewenangan, serta tanggung jawab yang harus
dilaksanakan dalam lingkup pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit.
Pengendalian infeksi di rumah sakit merupakan serangkaian aktifitas kegiatan yang wajib
dilakukan oleh team/depertemen instalasi pencegahan dan pengendalian (PPI) infeksi rumah
sakit yang merupakan tuntutan kualitas sekaligus persyaratan administrasi rumah sakit dalam
menuju akreditasi. Pengendalian infeksi dalam industrialisasi rumah sakit bertujuan untuk
melindungi masyarakat dari resiko bahaya penularan wabah, baik yang datang ditularkan dari
pasien ke pasien, dari tenaga rumah sakit ke pasien, lingkungan rumah sakit ke
pasien/pengunjung, tentunya ini sangat mempunyai peran penting terhadap citra dan nama besar
rumah sakit.
B. Rumusan masalah
C. Tujuan Penulisan
ISI
1. Pengendalian administratif.
Kegiatan ini merupakan prioritas pertama dari strategi IPC, meliputi penyediaan
kebijakan infrastruktur dan prosedur dalam mencegah, mendeteksi, dan mengendalikan
infeksi selama perawatan kesehatan. Kegiatan akan efektif biladilakukan mulai dari
antisipasi alur pasien sejak saat pertama kali datang sampai keluar dari sarana pelayanan.
Pengendalian administratif dan kebijakan – kebijakan yang diterapkan pada ISPA
meliputi pembentukan infrastruktur dan kegiatan IPC yang berkesinambungan,
membangun pengetahuan petugas kesehatan, mencegah kepadatan pengunjung di ruang
tunggu, menyediakan ruang tunggu khusus untuk orang sakit dan penempatan pasien
rawat inap, mengorganisir pelayanan kesehatan agar persedian perbekalan digunakan
dengan benar; prosedur – prosedur dan kebijakan semua aspek kesehatan kerja dengan
penekanan pada surveilans ISPA diantara petugas – petugas kesehatan dan pentingnya
segera mencari pelayanan medis, dan pemantauan tingkat kepatuhan disertai dengan
mekanisme perbaikan yang diperlukan.
2. Pengendalian dan rekayasa lingkungan.
Kegiatan ini dilakukan termasuk di infrastruktur sarana pelayanan kesehatan
dasar dan di rumah tangga yang merawat kasus dengan gejala ringan dan tidak
membutuhkan perawatan di RS. Kegiatan pengendalian ini ditujukan untuk memastikan
bahwa ventilasi lingkungan cukup memadai di semua area didalam fasilitas pelayanan
kesehatan serta di rumah tangga, serta kebersihan lingkungan yang memadai. Harus
dijaga pemisahan jarak minmal 1 m antara setiap pasien ISPA dan pasien lain, termasuk
dengan petugas kesehatan (bila tidak menggunakan APD). Kedua kegiatan pengendalian
ini dapat membantu mengurangi penyebaran beberapa patogen selama pemberian
pelayanan kesehatan.
3. Alat Perlindungan Diri (APD)
Penggunaan secara rasional dan konsisten APD yang tersedia serta higiene
sanitasi tangan yang memadai juga akan membantu mengurangi penyebaran infeksi.
Meskipun memakai APD adalah langkah yang paling kelihatan dalam upaya
pengendalian dan penularan infeksi, namun upaya ini adalah yang terakhir dan paling
lemah dalam hirarki kegiatan IPC. Oleh karena itu jangan mengandalkannya sebagai
strategi utama pencegahan. Bila tidak ada langkah pengendalian administratif dan
rekayasa teknis yang efektif, maka APD hanya memiliki manfaat yang terbatas.
Dalam lingkungan alam sekitar kita banyak mengandung sumber-sumber penyakit berupa
virus, protozoa, jamur, cacing kutu bahkan serangga (nyamuk eades aegypti). Pembawa
penyakit ini bisa terdapat diudara bebas, di tempat-tempat lembab, bahkan di hewan
peliharaan. Ada bebera cara penyebaran virus/bakteri. Yaitu melalui udara,
makananan/minuman serta melalui darah dan berhubungan seks.
Pembawa penyakit ini dapat dicegah jika kita melakukan perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS). Berbagai literatur banyak membahas akan PHBS ini. Hal ini penting agar
masyarakat dapat menjaga kesehatan dan kebersihan lingkungannya sehingga terhindar dari
berbagai penyakit yang dapat menyengsarakan rakyat dan menurunkan tingkat produktifitas.
Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) RSHS memiliki program yang
komprehensif untuk penanggulangan infeksi di rumah sakit, baik bagi petugas medis, mapun
pagi pegawai administrasi. Sebagai edukasi bagi pegawai dan masyarakat pengunjung RSHS,
Komite PPI mensosialisasikan sebuah penerapan pencegahan dan pengendalian infeksi dalam
kehidupan hari.
Program yang disosialisasikan mulai dari 6 langkah mencuci tangan yang baik menurut
World Health Organization (WHO), 5 waktu penting melakukan cuci tangan di lingkungan
rumah sakit, Manfaat melakukan cuci tangan, 5 waktu penting melakukan cuci tangan sehari-
hari, etiket batuk, sampai ke pemisahan limbah/sampah.
Adapun 6 langkah mencuci tangan menggunakan antiseptik berbasis alkohol dimulai dari
menuangkan cairan pencuci tangan yang berbasis alkohol; dilanjutkan dengan meratakan
cairan di kedua telapak tangan tiga kali putaran; gosok punggung tangan kanan dan kiri
bergantian 3 kali; gosok telapak dan sela-sela jari tangan 3 kali; kuncikan dan gosok kedua
jari-jari tangan 3 kali dan dengan 20-30 detik kedua tangan telah bersih dan dapat
melanjutkan aktifitas.
Lima waktu penting untuk melakukan cuci tangan di rumah sakit adalah sebelum kontak
dengan pasien, sebelum tindakan asepsis, setelah terkena cairan tubuh pasien, setelah
kontak dengan pasien, dan setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien.
Sedangkan lima waktu penting melakukan cuci tangan sehari-hari diantaranya sebelum
memasukkan makanan ke dalam mulut, sebelum megolah makanan, sebelum memegang
bayi, setelah menceboki anak, setelah buang air kecil (BAK) dan buang air besar (BAB).
Manfaat dari cuci tangan yang utama adalah untuk pencegahan dan pengendalian infeksi,
menciptakan lingkunga yang aman, pelayanan kesehatan menjadi aman dan masih banyak
manfaat lain.
b. Etiket Batuk
Selain dengan mencuci tangan, pengendalian dan pencegahan infeksi dapat dilakukan
dengan menerapkan etiket batuk. Jika kita batuk, hal yang harus diperhatikan adalah
menutup mulut dan hidung saat batuk atau bersin menggunakan tisu dan buang ke tempat
sampah (kuning) bila telah terkena sekret saluran napas, lakukan cuci tangan dengan sabun
& air mengalir; gunakan masker saat flu/batuk pilek; dan jika tidak ada tisu ataupun
masker,gunakan pangkal lengan atas untuk menutupnya. Beberapa hal yang kurang tepat
dilakukan adalah saat batuk/bersin tidak ditutup, menutup batuk/bersin dengan tangan
terkepal dan menutup batuk/bersin dengan tangan terbuka.
c. Pemisahan Limbah/Sampah
Adapun sampah non infeksius yaitu sampah yang tidak terkena dengan darah dan cairan
tubuh, kertas/tisu, makanan, kaleng minuman, bungkus obat dan kemasan dibuang ke
kantong plastik hitam.Untuk menghindari kontak langsung dengan tangan, tempat sampah
infeksius dan non infeksius harus tertutup dan di buka dengan pedal kaki.
BAB III
PENUTUP