Anda di halaman 1dari 10

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan

Rahmat dan Hidayah-Nya kepada kita semua. Shalawat dan salam senantiasa kita panjatkan

kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Khususnya kepada penulis sehingga dapat

menyelesaikan makalah ini. Dalam makalah ini kami membahas mengenai Aplikasi

Pengontrolan dan Pencegahan Infeksi dan Prosedur invasif.

Adapun penyusunan Makalah ini yaitu berdasarkan pada bahan-bahan yang penulis cari

dari berbagai sumber. Penulis mencatat hal-hal yang berhubungan dengan pokok permasalahan

yang dibahas. Dalam menyusun Makalah ini, penulis banyak menerima bimbingan dan petunjuk

dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung.

Dalam menyusun Makalah ini, penulis telah berusaha semaksimal mungkin, namun

karena keterbatasan kemampuan penulis, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari

kesempurnaan, untuk itu penulis dengan hati yang lapang menerima saran dan kritik dari semua

pihak.

Semoga Makalah ini dapat menjadi amal baik bagi penulis dan bermanfaat bagi pembaca

serta mendapat ridho Allah SWT.

Penyusun

Ungaran, September 2016


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat. Oleh karena itu rumah sakit dituntut untuk dapat memberikan pelayanan yang
bermutu sesuai dengan standar yang sudah ditentukan. Masyarakat yang menerima pelayanan
kesehatan, tenaga kesehatan dan pengunjung di rumah sakit dihadapkan pada risiko terjadinya
infeksi atau infeksi nosokomial yaitu infeksi yang diperoleh di rumah sakit, baik karena
perawatan atau datang berkunjung ke rumah sakit
Untuk meminimalkan risiko terjadinya infeksi di rumah sakit dan fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya perlu diterapkan pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI), yaitu kegiatan
yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pembinaan, pendidikan dan pelatihan, serta monitoring
dan evaluasi. Pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit (PPIRS) sangat penting
karena menggambarkan mutu pelayanan rumah sakit. Apalagi akhir-akhir ini muncul berbagai
penyakit infeksi baru (new emerging, emerging diseases dan re-emerging diseases). Wabah atau
Kejadian Luar Biasa (KLB) dari penyakit infeksi sulit diperkirakan datangnya, sehingga
kewaspadaan melalui surveilans dan tindakanpencegahan serta pengendaliannya perlu terus
ditingkatkan. Selain itu infeksi yang terjadi di rumah sakit tidak saja dapat dikendalikan tetapi
juga dapat dicegah dengan melakukan langkah-langkah yang sesuai dengan prosedur yang
berlaku. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI bersama World
Health Organization (WHO)
ke rumah sakit - rumah sakit di Propinsi / Kabupaten / Kota disimpulkan bahwa Komite
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit (KPPIRS) selama ini belum berfungsi
optimal sebagaimana yang diharapkan. Penelitian juga menunjukkan bahwa anggota Komite
belum memahami dengan baik tugas, kewenangan, serta tanggung jawab yang harus
dilaksanakan dalam lingkup pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit.
Pengendalian infeksi di rumah sakit merupakan serangkaian aktifitas kegiatan yang wajib
dilakukan oleh team/depertemen instalasi pencegahan dan pengendalian (PPI) infeksi rumah
sakit yang merupakan tuntutan kualitas sekaligus persyaratan administrasi rumah sakit dalam
menuju akreditasi. Pengendalian infeksi dalam industrialisasi rumah sakit bertujuan untuk
melindungi masyarakat dari resiko bahaya penularan wabah, baik yang datang ditularkan dari
pasien ke pasien, dari tenaga rumah sakit ke pasien, lingkungan rumah sakit ke
pasien/pengunjung, tentunya ini sangat mempunyai peran penting terhadap citra dan nama besar
rumah sakit.

B. Rumusan masalah

1. Bagaimana aplikasi pengontrolan dan pecegahan infeksi ?


2. Bagaimana prosedur invasif ?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui aplikasi pengontrolan dan pecegahan infeksi.


2. Untuk mengetahui prosedur invasif.
BAB II

ISI

A. Prinsip Pencegahan Infeksi dan Strategi Pengendalian Berkaitan dengan Pelayanan


Kesehatan

Mencegah atau membatasi penularan infeksi di sarana pelayanan kesehatan memerlukan


penerapan prosedur dan protokol yang disebut sebagai "pengendalian". Secara hirarkis hal ini
telah di tata sesuai dengan efektivitas pencegahan dan pengendalian infeksi (Infection
Prevention and Control – IPC), yang meliputi: pengendalian bersifat administratif,
pengendalian dan rekayasa lingkungan, dan alat pelindung diri (APD)

1. Pengendalian administratif.
Kegiatan ini merupakan prioritas pertama dari strategi IPC, meliputi penyediaan
kebijakan infrastruktur dan prosedur dalam mencegah, mendeteksi, dan mengendalikan
infeksi selama perawatan kesehatan. Kegiatan akan efektif biladilakukan mulai dari
antisipasi alur pasien sejak saat pertama kali datang sampai keluar dari sarana pelayanan.
Pengendalian administratif dan kebijakan – kebijakan yang diterapkan pada ISPA
meliputi pembentukan infrastruktur dan kegiatan IPC yang berkesinambungan,
membangun pengetahuan petugas kesehatan, mencegah kepadatan pengunjung di ruang
tunggu, menyediakan ruang tunggu khusus untuk orang sakit dan penempatan pasien
rawat inap, mengorganisir pelayanan kesehatan agar persedian perbekalan digunakan
dengan benar; prosedur – prosedur dan kebijakan semua aspek kesehatan kerja dengan
penekanan pada surveilans ISPA diantara petugas – petugas kesehatan dan pentingnya
segera mencari pelayanan medis, dan pemantauan tingkat kepatuhan disertai dengan
mekanisme perbaikan yang diperlukan.
2. Pengendalian dan rekayasa lingkungan.
Kegiatan ini dilakukan termasuk di infrastruktur sarana pelayanan kesehatan
dasar dan di rumah tangga yang merawat kasus dengan gejala ringan dan tidak
membutuhkan perawatan di RS. Kegiatan pengendalian ini ditujukan untuk memastikan
bahwa ventilasi lingkungan cukup memadai di semua area didalam fasilitas pelayanan
kesehatan serta di rumah tangga, serta kebersihan lingkungan yang memadai. Harus
dijaga pemisahan jarak minmal 1 m antara setiap pasien ISPA dan pasien lain, termasuk
dengan petugas kesehatan (bila tidak menggunakan APD). Kedua kegiatan pengendalian
ini dapat membantu mengurangi penyebaran beberapa patogen selama pemberian
pelayanan kesehatan.
3. Alat Perlindungan Diri (APD)
Penggunaan secara rasional dan konsisten APD yang tersedia serta higiene
sanitasi tangan yang memadai juga akan membantu mengurangi penyebaran infeksi.
Meskipun memakai APD adalah langkah yang paling kelihatan dalam upaya
pengendalian dan penularan infeksi, namun upaya ini adalah yang terakhir dan paling
lemah dalam hirarki kegiatan IPC. Oleh karena itu jangan mengandalkannya sebagai
strategi utama pencegahan. Bila tidak ada langkah pengendalian administratif dan
rekayasa teknis yang efektif, maka APD hanya memiliki manfaat yang terbatas.

B. Kewaspadaan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi


a. Kewaspadaan Standar/ Standard Precaution
Kewaspadaan baku adalah tonggak yang harus selalu diterapkan di semua fasilitas
pelayanan kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan yang aman bagi semua
pasien dan mengurangi risiko infeksi lebih lanjut. Kewaspadaan Standar meliputi
kebersihan tangan dan penggunaan APD untuk menghindari kontak langsung dengan
darah, cairan tubuh, sekret (termasuk sekret pernapasan) dan kulit pasien yang terluka.
Disamping itu juga mencakup: pencegahan luka akibat benda tajam dan jarum suntik,
pengelolaan limbah yang aman, pembersihan, desinfeksi dansterilisasi linen dan peralatan
perawatan pasien, dan pembersihan dan desinfeksi lingkungan. Orang dengan gejala sakit
saluran pernapasan harus disarankan untuk menerapkan kebersihan/ etika pernafasan.
Petugas kesehatan harus menerapkan "5 momen kebersihan tangan",yaitu: sebelum
menyentuh pasien, sebelum melakukan prosedur kebersihan atau aseptik, setelah berisiko
terpajan cairan tubuh, setelah bersentuhan dengan pasien, dan setelah bersentuhan dengan
lingkungan pasien, termasuk permukaan atau barang-barang yang tercemar.
 Kebersihan tangan mencakup mencuci tangan dengan sabun dan air atau
menggunakan antiseptik berbasis alkohol
 Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir ketika terlihat kotor
 Penggunaan APD tidak menghilangkan kebutuhan untuk kebersihan tangan.
Kebersihan tangan juga diperlukan ketika menggunakan dan terutama ketika melepas
APD. Pada perawatan rutin pasien, penggunaan APD harus berpedoman pada
penilaian risiko/ antisipasi kontak dengan darah, cairan tubuh, sekresi dan kulit yang
terluka. Ketika melakukan prosedur yang berisiko terjadi percikan ke wajah dan/ atau
badan, maka pemakaian APD harus ditambah dengan,
 Pelindung wajah dengan cara memakai masker medis/ bedah dan pelindung mata/
eye-visor/ kacamata, atau pelindung wajah, dan
b. Kewaspadaan pencegahan dan pengendalian infeksi tambahan
Ketika merawat pasien infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) Tambahan pada
Kewaspadaan Standar, bahwa semua individu termasuk pengunjung dan petugas
kesehatan yang melakukan kontak dengan pasien dengan ISPA harus:
 Memakai masker medis ketika berada dekat (yaitu dalam waktu kurang lebih 1 m)
dan waktu memasuki ruangan atau bilik pasien.
 Melakukan kebersihan tangan sebelum dan sesudah bersentuhan dengan pasien dan
lingkungan sekitarnya dan segera setelah melepas masker medis.
c. Kewaspadaan pencegahan dan pengendalian infeksi pada prosedur/ tindakan medik yang
menimbulkan aerosol .Suatu prosedur/ tindakan yang menimbulkan aerosol didefinisikan
sebagai tindakan medis yang dapat menghasilkan aerosol dalam berbagai ukuran,
termasuk partikel kecil (<5 mkm).
Tindakan kewaspadaan tambahan harus dilakukan saat melakukan prosedur yang
menghasilkan aerosol dan mungkin berhubungan dengan peningkatan risiko penularan
infeksi, khususnya, intubasi trakea. Tindakan kewaspadaan tambahan saat melakukan
prosedur medis yang menimbulkan aerosol:
 Memakai pelindung mata (yaitu kacamata atau pelindung wajah)
 Memakai gaun lengan panjang dan sarung tangan bersih, tidak steril, (beberapa
prosedur ini membutuhkan sarung tangan steril)
 Memakai celemek kedap air untuk beberapa prosedur dengan volume cairan yang
tinggi diperkirakan mungkin dapat menembus gaun
 Melakukan prosedur di ruang berventilasi cukup, yaitu disarana – sarana yang
dilengkapi ventilasi mekanik,minimal terjadi 6 sampai 12 kali pertukaran udara setiap
jam dan setidaknya 60 liter/ detik/ pasien di sarana – sarana dengan ventilasi alamiah.
 Membatasi jumlah orang yang hadir di ruang pasien sesuai jumlah minimum yang
diperlukan untuk memberi dukungan perawatan pasien • Melakukan kebersihan
tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan nya dan setelah
pelepasan APD

C. Penerapan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Dalam Kehidupan Sehari-hari

Dalam lingkungan alam sekitar kita banyak mengandung sumber-sumber penyakit berupa
virus, protozoa, jamur, cacing kutu bahkan serangga (nyamuk eades aegypti). Pembawa
penyakit ini bisa terdapat diudara bebas, di tempat-tempat lembab, bahkan di hewan
peliharaan. Ada bebera cara penyebaran virus/bakteri. Yaitu melalui udara,
makananan/minuman serta melalui darah dan berhubungan seks.

Pembawa penyakit ini dapat dicegah jika kita melakukan perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS). Berbagai literatur banyak membahas akan PHBS ini. Hal ini penting agar
masyarakat dapat menjaga kesehatan dan kebersihan lingkungannya sehingga terhindar dari
berbagai penyakit yang dapat menyengsarakan rakyat dan menurunkan tingkat produktifitas.

Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) RSHS memiliki program yang
komprehensif untuk penanggulangan infeksi di rumah sakit, baik bagi petugas medis, mapun
pagi pegawai administrasi. Sebagai edukasi bagi pegawai dan masyarakat pengunjung RSHS,
Komite PPI mensosialisasikan sebuah penerapan pencegahan dan pengendalian infeksi dalam
kehidupan hari.

Program yang disosialisasikan mulai dari 6 langkah mencuci tangan yang baik menurut
World Health Organization (WHO), 5 waktu penting melakukan cuci tangan di lingkungan
rumah sakit, Manfaat melakukan cuci tangan, 5 waktu penting melakukan cuci tangan sehari-
hari, etiket batuk, sampai ke pemisahan limbah/sampah.

a. 6 Langkah Cuci Tangan Menurut WHO


Cara mencuci tangan menggunakan air & sabun antiseptik yang baik adalah: basuh
tangan dengan air; tuangka sabun secukupnya; ratakan dengan kedua telapak tangan; gosok
punggung dan sela-sela jari tangan kiri dengan tangan kanan dan sebaliknya; gosok kedua
telapak dan sela-sela jari; jari-jari sisi dalam kedua tangan saling mengunci; gosok ibu jari
kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan lakukan sebaliknya; gosokan dengan
memutar ujung jari-jari tangan kanan di telapak tangan kiri dan sebaliknya; bilas kedua
tangan dengan air; keringkan dengan handuk sekali pakai sampai benar-benar kering;
gunakan handuk tersebut untuk menutup kran, dan tangan anda sudah aman dan bersih.

Adapun 6 langkah mencuci tangan menggunakan antiseptik berbasis alkohol dimulai dari
menuangkan cairan pencuci tangan yang berbasis alkohol; dilanjutkan dengan meratakan
cairan di kedua telapak tangan tiga kali putaran; gosok punggung tangan kanan dan kiri
bergantian 3 kali; gosok telapak dan sela-sela jari tangan 3 kali; kuncikan dan gosok kedua
jari-jari tangan 3 kali dan dengan 20-30 detik kedua tangan telah bersih dan dapat
melanjutkan aktifitas.

Lima waktu penting untuk melakukan cuci tangan di rumah sakit adalah sebelum kontak
dengan pasien, sebelum tindakan asepsis, setelah terkena cairan tubuh pasien, setelah
kontak dengan pasien, dan setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien.

Sedangkan lima waktu penting melakukan cuci tangan sehari-hari diantaranya sebelum
memasukkan makanan ke dalam mulut, sebelum megolah makanan, sebelum memegang
bayi, setelah menceboki anak, setelah buang air kecil (BAK) dan buang air besar (BAB).

Manfaat dari cuci tangan yang utama adalah untuk pencegahan dan pengendalian infeksi,
menciptakan lingkunga yang aman, pelayanan kesehatan menjadi aman dan masih banyak
manfaat lain.

b. Etiket Batuk

Selain dengan mencuci tangan, pengendalian dan pencegahan infeksi dapat dilakukan
dengan menerapkan etiket batuk. Jika kita batuk, hal yang harus diperhatikan adalah
menutup mulut dan hidung saat batuk atau bersin menggunakan tisu dan buang ke tempat
sampah (kuning) bila telah terkena sekret saluran napas, lakukan cuci tangan dengan sabun
& air mengalir; gunakan masker saat flu/batuk pilek; dan jika tidak ada tisu ataupun
masker,gunakan pangkal lengan atas untuk menutupnya. Beberapa hal yang kurang tepat
dilakukan adalah saat batuk/bersin tidak ditutup, menutup batuk/bersin dengan tangan
terkepal dan menutup batuk/bersin dengan tangan terbuka.

c. Pemisahan Limbah/Sampah

Memisahkan limbah/sampah infeksius dan noninfeksius berbeda. Bagi sampah infeksius


seperti balutan, injeksi, infus, cateter, botol & selang infus, masker & sarung tangan,
diapers/pembalut wanita, tisu bekas sekret (dahak & ingus) dan lain sebagainya harus
dimasukkan ke tempat sampah khusus infeksius. Di RSHS sampah infeksius dibuang ke
kantong plastik kuning.

Adapun sampah non infeksius yaitu sampah yang tidak terkena dengan darah dan cairan
tubuh, kertas/tisu, makanan, kaleng minuman, bungkus obat dan kemasan dibuang ke
kantong plastik hitam.Untuk menghindari kontak langsung dengan tangan, tempat sampah
infeksius dan non infeksius harus tertutup dan di buka dengan pedal kaki.
BAB III

PENUTUP

Anda mungkin juga menyukai