Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS BAYI BALITA DAN


ANAK PRASEKOLAH ATRESIA DUODENI

OLEH KELOMPOK 1:

1. FATIMA CELITA IVON


2. EFRIANI SUHARTINI
3. CRISTINA E. DJEMAT
4. ELFRIDA J. SENIMA
5. ELISABET S. RINDANG

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTU PAULUS RUTENG


PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN
2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat
dan karunia-Nya kami mendapat kesehatan dan kekuatan fisik serta pikiran sehingga
dapat menyelesaikan makalah dengan judul “ATRESIA DUODENI”. Makalah ini
dibuat dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah “ASUHAN NEONATUS, BAYI
BALITA dan ANAK PRASEKOLAH ” untuk meningkatkan kemampuan dan
pemahaman tentang mata kuliah ini.
Tidak lupa pula pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati kami
ucapkan kepada dosen mata kuliah “ASUHAN NEONATUS, BAYI BALITA dan
ANAK PRASEKOLAH”, yaitu: Fransiska N. Nanur, S.SiT., M.Kes yang telah
memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan makalah ini, juga kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan, untuk itu
kami harapkan kritik dan saran dari semua pihak untuk kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata kami mengucapkan terimakasih dan semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita semua.

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan 2
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pengertian Atresia duodeni 3
B. Etiologi Atresia Duodeni 3
C. Patofisiologi 3
D. Tanda dan Gejala Atresia Duodeni 4
E. Komplikasi 4
F. Penatalaksanaan 5
G. Pemeriksaan Penunjang 6
H. Pencegahan 6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 7
B. Saran 8
DAFTAR PUSTAKA 9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada era globalisasi sekarang ini, banyak sekali perubahan baik ilmu
pengetahuan, teknologi maupun perubahan pola pikir masyarakat. Tuntutan
masyarakat terhadap kualitas dan profesionalisme pemberian pelayanan kesehatan
semakin meningkat. Kebidanan sebagai profesi dan bidan sebagai tenaga profesional
juga dituntut untuk bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan kebidananan
sesuai kompetensi dan kewenangan yang dimiliki secara mandiri maupun bekerja
sama dengan anggota tim kesehatan lainnya.
Tenaga bidan sebagai salah satu tenaga kesehatan memegang peranan penting
dalam mencapai tujuan pembangunan kesehatan. Bahkan WHO menyatakan bahwa
bidan merupakan “back bone” untuk mencapai target-target global, nasional maupun
daerah. Hal ini disebabkan karena bidan merupakan tenaga kesehatan yang melayani
pasien selama 24 jam secara terus menerus dan berkesinambungan serta berada pada
garis terdepan dalam pemberian pelayanan kesehatan kepada masyarakat dan
membantu memberikan informasi tentang kesehatan.
Atresia adalah tidak terbentukknya atau tersumbatnya suatu saluran dari organ-
organ. Atresia Duodenal adalah tidak terbentuknya atau tersumbatnya duodenum
(bagian terkecil dari usus halus) sehingga tidak dapat dilalui makanan yang akan ke
usus. Atresia duodenum merupakan salah satu abnormalitas usus yang biasa didalam
ahli bedah pediatric.

B. Rumusan masalah
Untuk memudahkan dalam pembuatan makalah ini penulis mencoba untuk
merumuskan masalah diantaranya :
1. Apa pengertian dari Atresia Duodeni?
2. Apa etiologi dari Atresia Duodeni?
3. Bagaimana patofisiologi dari atresia duodeni?
4. Sebutkan Tanda dan Gejala dari Atresia Duodeni!
5. Apa saja komplikasi yang terjadi pada atresia duodeni?
6. Bagaimana Penatalaksanaan dari Atresia Duodeni?
7. Apa saja pemeriksaan penunjang dari Atresia Duodeni?

1
8. Bagaimana pencegahan dari atresia duodeni?

C. Tujuan Masalah
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah memberikan kemampuan kepada
mahasiswi untuk memahami kelainan kelainan yang terjadi pada bayi baru lahir
1. Untuk mengetahui pengertian dari Atresia Duodeni.
2. Untuk mengetahui etiologi dari Atresia Duodeni.
3. Untuk mengetahui patofisiologi dari Atresia Duodeni.
4. Untuk mengetahui Tanda dan Gejala dari Atresia Duodeni.
5. Untuk mengetahui Komplikasi Atresia Duodeni.
6. Untuk mengetahui Penatalaksanaan dari Atresia Duodeni.
7. Untuk mengetahui Pemeriksaan Penunjang.
8. Untuk mengetahui pencegahan dari atresia duodeni.

D. Manfaat Masalah
Dalam pembuatan makalah ini, penulis mengharapkan dapat bermanfaat bagi
masyarakat pada umumnya, dan dapat menambah pengetahuan tentang Asuhan
Neonatus pada Bayi dan Balita dengan Atresia Duodeni kususnya pada mahasiswa
kesehatan.

2
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pengertian Atresia duodeni


Atresia duodeni merupakan suatu kondisi dimana duodenum (bagian pertama
dari usus halus) tidak berkembang dengan baik, sehingga tidak berupa saluran terbuka
dari lambung yang tidak memungkinkan perjalanan makanan dari lambung ke usus.
Atresia Duodeni adalah tidak terbentuknya atau tersumbatnya duodenum
(bagian terkecil dari usus halus) sehingga tidak dapat dilalui makanan yang akan ke
usus.
Atresia Duodeni adalah obstruksi lumen usus oleh membran utuh, tali fibrosa
yang menghubungkan dua ujung kantong duodenum yang buntu pendek, atau suatu
celah antara ujung-ujung duodenum yang tidak bersambung.
Atresia Duodeni adalah buntunya saluran pada duedenum yang biasanya
terjadi pada ampula arteri.

B. Etiologi Atresia Duodeni


Penyebab yang mendasari terjadinya atresia duodenum masih belum diketahui,
tapi ada beberapa yang bisa menyebabkan atresia duodenum :
a. Gangguan perkembangan pada awal masa kehamilan
b. Gangguan pembuluh darah.
c. Banyak terjadi pada bayi prematur.
d. Banyak ditemukan pada bayi sindrom down.
e. Suplay darah yang rendah pada masa kehamilan sehingga duodenum mengalami
penyempitan dan menjadi obstruksi.

C. Patofisiologi
Gangguan perkembangan duodenum terjadi akibat proliferasi endodermal
yang tidak adekuat (elongasi saluran cerna melebihi proliferasinya) atau kegagalan
rekanalisasi pita padat epithelial (kegagalan proses vakuolisasi). Banyak peneliti telah
menunjukkan bahwa epitel duodenum berproliferasi dalam usia kehamilan 30-60 hari
lalu akan terhubung ke lumen duodenal secara sempurna.

3
Proses selanjutnya yang dinamakan vakuolisasi terjadi saat duodenum padat
mengalami rekanalisasi. Vakuolisasi dipercaya terjadi melalui proses apoptosis atau
kematian sel terprogram, yang timbul selama perkembangan normal di antara lumen
duodenum. Kadang-kadang, atresia duodenum berkaitan dengan pankreas anular
(jaringan pankreatik yang mengelilingi sekeliling duodenum). Hal ini sepertinya lebih
akibat gangguan perkembangan duodenal daripada suatu perkembangan dan atau
berlebihan dari pancreatic buds.
Pada tingkat seluler, traktus digestivus berkembang dari embryonic gut, yang
tersusun atas epitel yang merupakan perkembangan dari endoderm, dikelilingi sel
yang berasal dari mesoderm. Pensinyalan sel antara kedua lapisan embrionik ini
tampaknya memainkan peranan sangat penting dalam mengkoordinasikan
pembentukan pola dan organogenesis dari duodenum

D. Tanda dan Gejala Atresia Duodeni


a. Perutnya menggelembung (kembung) di daerah epigastrum pada 24 jam atau
sesudahnya.
b. Muntah segera setelah lahir berwarna kehijau - hijauan karena empedu(biliosa).
c. Muntah terus - menerus meskipun bayi dipuasakan selama beberapa jam.
d. Bayi muntah tanpa disertai distensi abdomen.
e. Tidak kencing setelah disusui.
f. Tidak ada gerakan usus setelah pengeluaran mekonium.
g. Pembengkakan abdomen pada bagian atas.
h. Hilangnya bising usus setelah beberapa kali buang air besar mekonium.
i. Berat badan menurun atau sukar bertambah.
j. Polihidramnion terlihat pada 50 % dengan atresia duodenal.
k. Ikterik.

E. Komplikasi
Dapat ditemukan kelainan kongenital lainnya. Mudah terjadi dehidrasi,
terutama bila tidak terpasang line intravena. Setelah pembedahan, dapat terjadi
komplikasi lanjut seperti pembengkakan duodenum (megaduodenum), gangguan
motilitas usus, atau refluks gastroesofageal.

4
F. Penatalaksanaan
1. Pengobatan awal bayi dengan atresia duodenum meliputi dekompresi naso atau
arogastrik dengan penggantian cairan secara intravena.
2. Ekokardiogram dan foto rontgent dada serta tulang belakang harus dilakukan
untuk mengevaluasi anomaly yang lain karena 1/3 bayi dengan atresia duodenum
mempunyai anomaly bawaan yang dapat mengancam kehidupan.
3. Koreksi definitive atresia duodenum biasanya ditunda untuk mengevaluasi dan
mobati anomaly lain yang berakibat fatal.
4. Duodenoduodenostomi yaitu operasi perbaikan atresia duodenum. Usus proksimal
yang melebar dapat dikecilkan secara perlahan dalam upaya memperbaiki
peristaltic.
5. Pemasangan pipa gastrostomi dipasang untuk mengalirkan lambung dan
melindungi jalan nafas.
6. Dukungan nutrisi intravena atau pipa jejunum transanastomosis diperlukan
sampai bayi mulai makan per oral.
7. Jika obstruksi disebabkan oleh pipa ladd dengan malrotasi, operasi diperlukan
tanpa boleh ditunda. Setelah lipatan atau pita peritoneum yang tidak normal
dipisahkan, seluruh usus besar diletakkan di dalam perut sebelah kiri, setelah mula-
mula membuang appendiks dan usus halus diletakkan di sebelah kanan posisi janin
tidak berputar (non rotasi).
8. Apendektomi dilakukan menghindari salah diagnose apendisitis di kemudian hari.
9. Memasang kateter nasogastrik berujung balon ke dalam jejerum sebelah bawah
obstruksi, balon ditiup dan dengan pelan-pelan menarik kateternya. Ini dilakukan
jika terjadi malrotasi yang muncul bersama dengan obstruksi duodenum intrinsic
seperti membrane atau stenosis.
10. Pada pancreas anular paling baik ditangani dengan duodenoduodenostomi tanpa
memisah pancreas, dengan meninggalkan sependek mungkin bagian lingkungan
yang tidak berfungsi. Obstruksi duodenum diafragmatika dikelola dengan
diodenoplasti karena ada kemungkinan bahwa duktus koledokus dapat bermuara
pada diafragma sendiri
11. Pemberian terapi cairan intravena
12. Dilakukan tindakan duodenoduodenostomi
Tuba orogastrik dipasang untuk mendekompresi lambung. Dehidrasi dan
ketidakseimbangan elektrolit dikoreksi dengan memberikan cairan dan elektrolit

5
melalui infus intravena. Lakukan juga evaluasi anomali kongenital lainnya.
Masalah terkait (misalnya sindrom Down) juga harus ditangani.
Pembedahan untuk mengoreksi kebuntuan duodenum perlu dilakukan namun tidak
darurat. Pendekatan bedah tergantung pada sifat abnormalitas. Prosedur operatif
standar saat ini berupa duodenoduodenostomi melalui insisi pada kuadran kanan
atas, meskipun dengan perkembangan yang ada telah dimungkinkan untuk
melakukan koreksi atresia duodenum dengan cara yang minimal invasif.
Indikasi operasi : Kecuali bila ada kondisi yang mengancam jiwa, operasi
diindikasikan untuk semua bayi yang mengalami kondisi ini, karena malformasi
ini dapat diperbaiki dengan sempurna

Asuhan Kebidanan pada atresia duodeni


1) Perbaikan keadaan umum dengan mengatasi muntah-muntah sebelum operasi.
2) Berikan informed consent dan informena chace sebelum dilakukan rujukan
atau tindakan pembedahan.

G. Pemeriksaan Penunjang
a. Dengan X-ray abdomen (USG prenatal) memperlihatkan pola gelembung ganda
yang berisi udara dalam usus bagian bawah.
b. Suatu enema barium dapat diperlihatkan berasosiasi dengan keadaan malrotasi.

G. Pencegahan
Dicegah dengan suplementasi asam folat, sehingga defisiensi asam folat
dianggap sebagai salah satu faktor penting dalam teratogenesis meningokel. Basis
molekul defisiensi asam folat adalah kurang adekuatnya enzim enzim yang
mentransfer gugus, karbon dalam proses metilasi protein dalam sel, baik dalam
nukleus maupun mitokhondria, sehingga terjadi gangguan biosintesis DNA dan RNA.
serta kenaikan kadar homosistein.
Ini juga bermanfaat untuk memperluas aspek pencegahan bagi kasus
meningokel dan kelainan neural tube defect pada umumnya, serta aspek pengobatan
terhadap kasus defek tulang kepala, bahkan sejak pasien masih berada di dalam
kandungan.

6
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan yang terdahulu dapat ditarik kesimpulan bahwa :
Atresia duodeni adalah kondisi dimana duodenum (bagian pertama dari usus
halus) tidak berkembang dengan baik, sehingga tidak berupa saluran terbuka dari
lambung yang tidak memungkinkan perjalanan makanan dari lambung ke usus.
1. Penyebab atresia duodeni :
a. Gangguan perkembangan pada awal masa kehamilan .
b. Gangguan pembuluh darah.
c. Banyak terjadi pada bayi prematur.
d. Banyak ditemukan pada bayi sindrom down.
e. Suplay darah yang rendah pada masa kehamilan sehingga duodenum
mengalami penyempitan dan menjadi obstruksi.
2. Tanda dan Gejala Atresia Duodeni:
a. Perutnya menggelembung (kembung) di daerah epigastrum pada 24 jam atau
sesudahnya.
b. BBL muntah segera setelah lahir berwarna kehijau - hijauan karena
empedu (biliosa).
c. Muntah terus - menerus meskipun bayi dipuasakan selama beberapa jam.
d. Bayi muntah tanpa disertai distensi abdomen.
e. Tidak kencing setelah disusui.
f. Tidak ada gerakan usus setelah pengeluaran mekonium.
g. Pembengkakan abdomen pada bagian atas.
h. Hilangnya bising usus setelah beberapa kali buang air besar mekonium.
i. Berat badan menurun atau sukar bertambah
j. Polihidramnion terlihat pada 50% dengan atresia duodenal
k. Ikterik.
3. Patofisiologi
Gangguan perkembangan duodenum terjadi akibat proliferasi endodermal
yang tidak adekuat (elongasi saluran cerna melebihi proliferasinya) atau kegagalan
rekanalisasi pita padat epithelial (kegagalan proses vakuolisasi).

7
4. Penatalaksanaan
a. Perbaiki keadaan umum dengan cara memberikan cairan elektrolit melalui
intravena untuk mengatasi defisit cairan tubuh yang ditimbulkan oleh muntah-
muntah.
b. Pemasangan tuba orogastrik untuk mendekompresi lambung.
c. Dilakukan pembedahan untuk mengoreksi kebuntuan duodenum
(duodenoduodenostomi).

B. Saran
1) Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa kebidanan harus mempelajari tentang kelainan bawaan dan
penatalaksanannya khususnya atresia duodeni sebagai tambahan ilmu pengetahuan
dan bekal apabila sudah mengabdi dimasyarakat atau di tempat pelayanan
kesehatan, demi kesejahteraan neonatus.
2) Bagi Tenaga Kesehatan
Diharapkan tenaga kesehatan memberikan pelayanan yang maksimal terhadap
penderita atresia duodeni dan esophagus. Sehingga dapat meminimalisirkan
komplikasi-komplikasi yang terjadi pada bayi baru lahir yang mengalami atresia
duodeni dan esophagus.
3) Bagi masyarakat
Diharapkan masyarakat memahami tentang kelainan – kelainan pada bayi terlebih
khusus kelainan atresia duodeni dan mampu selalu memperhatikan kesehatan
anaknya.

8
DAFTAR PUSTAKA

Ai Yeyeh Rukiyah, S.Si.T., Lia Yulianti, Am.Keb, MKM. 2010. Asuhan Neonatus
Bayi dan Anak Balita.Jakarta: Trans Info Media

Deslidel, Hajjah. 2001. Asuhan Neonatus, Bayi, dan Balita : Jakarta : EGC

Nany Lia Dewi, Vivian. 2010. Asuhan Neonatus, Bayi, dan Anak Balita.Jakarta:
Salemba Medica

Ngatsiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Peenerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Rukiyah, Ai Yeyeh. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Jakarta : TIM

Sudarti. 2010. Kelainan Dan Penyakit Pada Bayi dan Anak. Yogyakarta: Nuha
Medika.

Anda mungkin juga menyukai