Anda di halaman 1dari 9

Kasus Krisis Manajemen Dan Krisis Perspektif Publik Perusahaan NOKIA

Corporation
A. Latar Belakang

Ponsel yang sangat digemari dan sempat merajai pasaran di Indonesia sehingga
mendapat ‘Handphone sejuta umat’ kini harus berjuang keras menghadapi sengitnya
persaingan. Di Indonesia sendiri pemakai ponsel Nokia kalangan menengah keatas banyak
yang sudah beralih merk dengan membeli smartphone seperti Blackberry, Samsung dan
iPhone sementara kalangan masyarakat biasa cenderung memilih ponsel Cina dan buatan
dalam negeri yang juga agresif memasarkan produknya. Karena lemahnya pihak Nokia
mengelola menajemen, pada akhirnya Nokia mengalami krisis manajemen yang berdampak
pada krisis perspektif public dan krisis keuangan. Menurunnya minat konsumen untuk
membeli produk Nokia adalah salah satu buruknya manajemen Nokia Corporation,
mengakibatkan konsumen lebih memilih merk lain.

Nokia Corporation, perusahaan yang memproduksi telepon seluler Nokia, akan


memecat sekitar 10.000 pekerja dan mengurangi produksinya. Hingga akhir Maret 2012
Nokia memiliki 53.553 pegawai (tidak termasuk pekerja hasil penggabungan dengan
Siemens). Jika digabung, “Nokia Siemens Network” memiliki 122.148 pekerja, turun 6.9
persen dari tahun sebelumnya. Selain mengurangi karyawannya, Nokia akan menutup
pabriknya di Finlandia, Jerman dan Canada dan akan menjual hak produksi ponsel Lux Vertu
pada perusahaan swasta Swedia, EQT Partners AB dengan nilai transaksi 200 Juta Euro
(Sekitar 2,4 Trilyun Rupiah). Jika PHK akan dilakukan lagi tahun ini, maka total karyawan
yang telah di-PHK Nokia lebih dari 40 ribu orang. Berbagai keputusan drastis dilakukan
untuk mengatasi kerugian yang dialami Nokia beberapa tahun terakhir ini dan Nokia
membutuhkan sekitar 1 Milyar Euro (Rp 11,9 Trilyun) untuk biaya restrukturisasi
perusahaanya.

Karakteristik Krisis

1. Bersifat Spesifik
2. Bersifat tidak diharapkan
3. Menimbulkan ketidakpastian informasi
4. Menimbulkan kepanikan
5. Menimbulkan Konflik
Jadi sesuai dengan karakteristik krisis di atas, Nokia Corporation dengan produknya
telepon seluler Nokia telah mengalami krisis.

B. Jenis Krisis
1. Krisis Manajemen : Terjadi karena kelompok manajemen gagal melaksanakan
tanggungjawabnya.
2. Krisis Perspektif Publik : Saat krisis terjadi, perusahaan yang mengalaminya
mungkin saja akan menjumpai krisis lain karena krisis yang terjadi sebelumnya tidak
teratasi dengan baik. Inilah yang menyebabkan potensi kerugian menjadi berlipat
ganda, baik dari segi keuangan maupun moral karyawan. Selain itu, citra
perusahaanpun akan terus memburuk. Krisis ini merupakan konsekuensi dari sebuah
krisis darurat, merefleksikan kualitas organisasi dalam merespon krisis dan
memperlihatkan seberapa efisien proses pengambil keputusan dalam organisasi
tersebut.

Krisis Manajemen dan Krisis Perspektif Publik


Nokia Corporation mengalami krisis manajemen dimana perusahaan tidak dapat
mengelola manajemen yang baik dan gagal melaksanakan tanggungjawabnya. Sehingga
manajemen tidak dapat mengelola krisis selanjutnya yang timbul akibat krisis manajemen.
Krisis Perspektif Publik, saat krisis terjadi, perusahaan yang mengalaminya mungkin
saja akan menjumpai krisis lain karena krisis yang terjadi sebelumnya tidak teratasi dengan baik.
Inilah yang menyebabkan potensi kerugian menjadi berlipat ganda, baik dari segi keuangan
maupun moral karyawan. Selain itu, citra perusahaanpun akan terus memburuk. Krisis ini
merupakan konsekuensi dari sebuah krisis darurat, merefleksikan kualitas organisasi dalam
merespon krisis dan memperlihatkan seberapa efisien proses pengambil keputusan dalam
organisasi tersebut.
C. Dampak Krisis
Krisis manajemen yang dialami Nokia Corporation berdampak sangat besar. Nokia
Corporation, akan memecat sekitar 10.000 pekerja dan mengurangi produksinya. Selain
mengurangi karyawannya, Nokia akan menutup pabriknya di Finlandia, Jerman dan Canada dan
akan menjual hak produksi ponsel Lux Vertu pada perusahaan swasta Swedia, EQT Partners AB
dengan nilai transaksi 200 Juta Euro (Sekitar 2,4 Trilyun Rupiah). Jika PHK akan dilakukan lagi
tahun 2012, maka total karyawan yang telah di-PHK Nokia lebih dari 40 ribu orang. Berbagai
keputusan drastis dilakukan untuk mengatasi kerugian yang dialami Nokia beberapa tahun
terakhir ini dan Nokia membutuhkan sekitar 1 Milyar Euro (Rp 11,9 Trilyun) untuk biaya
restrukturisasi perusahaanya.
Karena adanya krisis perspektif public terhadap produk Nokia yang tidak mampu
bersaing dengan kompetitornya membuat konsumen mulai meninggalkan produk Nokia.
Kerugian yang diterima bukan hanya berupa kerugian materiil tetapi juga kerugian immateriil.
Kerugian materiil berupa kerugian yang diterima karena produknya tidak laku dipasaran.
Akhirnya pemasukan berkurang, omset menipis dan laba pun sedikit. Inilah yang dinamakan
kerugian materiil yaitu kerugian yang berhubungan dengan materi. Kerugian immateriil yang
diterima yaitu hilangnya kepercayaan konsumen terhadap produk Nokia yang di pasarkan.
Antara kerugian materiil dan immateriil sangat berhubungan karena keduanya mempengaruhi
kelangsungan perusahaan. Untuk meminimalisir kerugian yang terjadi, maka penanganan utama
diawal sangat diperhatikan. PR diharapkan untuk selalu peka terhadap keadaan yang terjadi baik
di publik internal maupun di publik eksternal

D. Solusi / Tindakan sebagai praktisi PR


Pada saat krisis melanda perusahaan atau organisasi, sebagai tindakan korektif ada
beberapa tahapan langkah strategi atau kiat penanggulangan krisis (Rosady Ruslan, 1999:76-78),
yaitu:

1) Mengidentifikasi krisis
Langkah ini merupakan penetapan untuk mengetahui (mengidentifikasi) suatu
masalah krisis. Ini penting untuk melihat secara jelas faktor penyebab (factfinding)
timbulnya krisis. Oleh karena itu, faktor utama penyebab krisis yang signifikan
tersebut harus terlebih dahulu diidentifikasikan, untuk diambil tindakan atau langkah-
langkah penanggulangan atau jalan keluarnya secara tepat, cepat dan benar.
2) Menganalisis krisis
Mungkin perlu pengembangan dalam menggunakan formula 5W + 1H untuk
mengung-kapkan dan menganalisis secara mendalam sistematis, informatif dan
deskriptif krisis yang terjadi melalui suatu laporan yang mendalam (in-depth
reporting).

Pada saat prakrisis atau masa akut krisis, bisa dianalisis melalui beberapa pertanyaan
yang diajukan untuk menetapkan penanggulangan suatu krisis, yakni:
a) What - Apa penyebab terjadinya krisis itu
b) Why – Kenapa krisis itu bisa terjadi
c) Where and when – Dimana dan kapan krisis tersebut mulai
d) How far – Sejauh mana krisis tersebut berkembang
e) How – Bagaimana krisis itu terjadi
f) Who – Siapa-siapa yang mampu mengatasi krisis tersebut, apa perlu dibentuk suatu
tim penanggulangan krisis
3) Mengatasi krisis
Dalam hal ini perlu untuk mengetahui bagaimana dan siapa-siapa personal yang
mampu diikutsertakan dalam suatu tim penanggulangan krisis. Mengatasi krisis
dalam jangka pendek sudah disebutkan di atas, maka dalam jangka panjang, yaitu
untuk selanjutnya bagaimana krisis tersebut tidak berkembang dan dicegah agar tidak
terulang lagi di masa mendatang.
4) Mengevaluasi krisis
Tindakan terakhir adalah mengevaluasi krisis yang terjadi. Tujuannya adalah untuk
melihat sejauh mana perkembangan krisis itu di dalam masyarakat. Apakah
perkembangan krisis tersebut berjalan cukup lamban atau cepat, meningkat secara
kuantitas maupun kualitas serta bagaimana jenis dan bentuk krisis yang terjadi?

Upaya apa yang di lakukan oleh seorang Praktisi Public Relation dalam kasus yang
menimpa Nokia Corporation? Maka hal-hal yang harus dilakukan oleh Public Relations Nokia
Corporation menurut saya adalah memanfaatkan peranan melalui Media Relation untuk
menanggulangi krisi perspektif publik.
1. Statement Melalui Media
Memberikan statement positif kepada konsumen atau khalayak. Menginformasikan jika
produk Nokia dapat bersaing dengan competitor dan produk Nokia memiliki kelebihan
dibandingkan produk kompetitor
2. Mengadakan Konferensi Pers
Nokia Corporation harus memberi penjalasan kepada media dengan cara mengadakan
konferensi pers melalui media mengenai peluncuran produk terbaru dan promo nokia, hal ini
bertujuan agar publik tahu dan public akan tahu jika Nokia juga perlu dipertimbangkan dalam
segi kualitas produk. Kemudian cara PR Nokia yang berusaha membangun kembali image
melalui segala media sebagai langkah cepat untuk mengembalikan para konsumen nokia.
3. Controling
Pihak PR harus selalu melakukan controling system kepada produk yang akan dipasarkan
dan saat sampai pada konsumen, sehingga perusahaan tahu apa yang sebenarnya diinginkan
konsumen. Pada tahap ini seorang PR harus benar-benar jeli dalam penerimaan sinyal-sinyal
yang menimbulkan efek baik terhadap suatu perusahaan di kemudian hari.

Selanjutnya saat kriris manajemen terjadi, hal terpenting yang dilakukan oleh PR dan
manajemen adalah mengidentifikasi krisis. Hal ini dilakukan untuk menemukan factfinding.
Oleh karena itu, mengidentifikasi krisis penting untuk mengambil langkah-langkah
penanggulangan secara tepat, cepat, dan benar. Pertama, PR harus peka akan masalah internal
dan eksternal. Rumor sama dengan gossip, yaitu sebuah pesan yang tidak dapat diverifikasi.
Rumor yang dibiarkan terlalu lama akan menyebabkan krisis. Kedua, PR mampu mengukur dan
menilai resiko terbesar yang akan dialami perusahaan. Ketiga, PR harus tanggap dan cepat
menilai krisis (suatu peristiwa). Jika perlu, lakukan pemetaan pihak-pihak yang dapat membantu
menyelesaikan krisis, seperti konsultan dan third party endoser.
E. Tahapan Krisis
1) Tahap Pre-Crisis : Kondisi sebelum sebuah krisis muncul.
2) Tahap Warning (Peringatan) : Tahap ini merupakan tahap yang paling penting dalam
daur hidup krisis.
3) Tahap Acute Crisis (Akut) : Pada tahap ini perusahaan sudah merasakan dampak dari
krisis seperti kerugian finansial maupun reputasi & citra perusahaan.
4) Tahap Claen-Up (Pembersihan) : Tahap pemulihan krisis dari kerugian.
5) Tahap Post-Crisis (Sesudah Krisis) : Tahap inilah terlihat apakah perusahaan berhasil
menangani krisis dengan baik ataukah tidak

Sesuai tahapan krisis di atas Nokia Corporation telah mengalami lima tahapan krisis di
atas mulai dari tahap pre-krisis sampai tahap post krisis. Nokia bermula menghadapi tahap pre-
crisis dimana mulai lemahnya manejemen perusahaan saat kompetitormulai muncul seperti
android, blackberry, dan ios terlihat dari produk Nokia yang tidak segera berkembang dan
update.
Tahap selanjutnya adalah tahap warming (peringatan), dapat kita lihat pada tahap ini
terjadi saat konsumen setia Nokia mulai melirik atau mempertimbangkan pada produk lain di
pasaran. PR perusahaan belum sepenuhnya memahami situasi tersebut karena dianggapnya
sebuah kewajaran yang disebabkan oleh perilaku konsumen yang disebut external influences.
PR menganggap wajar karena external influence disebabkan karena advertisement, promotion,
prise, service pihak kompetitor menjadi hal baru sehingga masyarakat tertarik sesaat.
Karena PR tidak dapat memprediksi dan manajemen krisis yang buruk Nokia berada
pada tahap tiga yaitu tahap acute, pada tahap ini perusahaan sudah merasakan dampak dari
krisis seperti pada kasus ini Nokia telah kehilangan konsumennya yang berpindah pada produk
lain. Dampak dari krisis pada tahap ini adalah penurunan produksi dan laba perusahaan yang
berujung pada PHK masal karyawan Nokia.
Nokia juga mengalami tahap keempat yaitu tahap clean-up, tahap pemulihan krisis dari
kerugian. Nokia segera bertindak cepat untu menutup beberapa pabriknya untuk meminimalisir
kerugian, hal itu adalah salah satu upaya pada tahap clean-up.
Tahap terakhir yang dialami adalah tahap Post-Crisis (Sesudah Krisis), tahap inilah
terlihat apakah perusahaan berhasil menangani krisis dengan baik ataukah tidak. Pada tahap ini
terlihat nokia mulai bangkit dengan mengeluarkan produk terbaru yang berteknologi mumpuni.
Dapat dilihat juga tetapi konsumen tetap membutuhkan waktu atau proses untuk kembali pada
produk Nokia.

F. Berdasarkan Warming Timenya


Dalam krisis yang dialami oleh Nokia Corporation berdasarkan warming timenya adalah
Smoldering Crisis. Krisis serius yang terjadi dalam perusahaan yang sebenarnya dapat
teridentifikasi sejak awal. Pihak Nokia sebenarnya telah mengetahui adanya krisis manajemen
yang berdampak kepada rendahnya minat konsumen kepada produk Nokia.
Smoldering Crisis memiliki empat tingkatan level dilihat dari situasinya. Nokia sebagai
perusahaan besar mengalami tingkatan level empat dimana Masalah perusahaan yang sangat
serius yang akhirnya diketahui oleh publik dan menimbulkan akibat serius terhadap perusahaan.
Kita lihat dampak dari krisis Nokia corporation telah sampai pada PHK karyawan besar-besaran
dan penutupan pabrik Nokia di berbagai Negara. Dampak di atas memperlihatkan jika
perusahaan berada pada situasi level empat berdasarkan warming timenya.

G. Kesimpulan
Krisis tidak bisa diprediksi datangnya. Jalan terbaik untuk menghadapinya adalah
membuat perencanaan untuk menghadapi krisis atau manajemen krisis. If you want peace,
prepare for war. Pentingnya peranan PR dalam menghadapi isu atau krisis jelas tidak bisa
diragukan lagi. Tidak bisa dibayangkan bagaimana jadinya bila organisasi mengalami krisis , tapi
tidak ada PR yang menanganinya. Pasti isu akan semakin berkembang dan krisis akan semakin
membesar. Hampir semua organisasi pernah mengalami krisis, wajar kalau kemudian sekarang
ini timbul kesadaran dari pimpinan organisasi bahwa mereka memerlukan kesiapan tersendiri
untuk menghadapi krisis, terutama yang berkaitan dengan menejemen krisis dan media relations.
Kesadaran seperti ini, juga dapat diartikan sebagai peluang yang baik bagi para praktisi PR di
organisasi-organisasi.
H. Daftar Pustaka
1. http://www.academia.edu/1944101/Materi_Manajemen_Krisis_Public_Relations
2. ejurnal.fisip-untirta.ac.id › index.php › JRK › article › PENANGANAN KRISIS
PUBLIC RELATIONS MELALUI MEDIA .
3. http://www.the-marketeers.com/archives/tutup-pabrik-kiamat-sudah-dekat-bagi-
nokia.html
4. http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2012/06/14/nokia-bakal-pecat-10000-pekerjanya-
464609.html
KRISIS MANAJEMEN DAN KRISIS PERSPEKTIF PUBLIK NOKIA
CORPORATION

Disusun Oleh:
Dimas Arika Tama
20110530104

ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2014/2015

Anda mungkin juga menyukai