Anda di halaman 1dari 8

Asesmen 2a : Tes Inteligensi dan Tes Bakat

Disusun oleh :

Aliya Nahra 12/333020/PS/06367


Ana Mahfudhoturrahmah 12/334593/PS/06450
M. Adnan Al Farisi 12/334415/PS/06395
Miftah Faizah 12/329392/PS/06294
Mirza Kamaludin Ashari 12/336263/PS/06453
Rizkia Juni Allifiana 12/334150/PS/06378
Safira Tiara Dewi 12/329425/PS/06326

Fakultas Psikologi
Universitas Gadjah Mada
2014
Thurstone and the PMA’s

Adaptasi metode psikofisikal yang dilakukan Thurstone menjadi awal mula terbentuknya
konstruksi skala sikap (attitude scale construction). Hal ini membuat Thurstone dan partnernya
menyiapkan 20 skala untuk mengukur sikap terhadap perang dan masalah yang berkaitan dengan
nasionalisme. Perkembangan Thurstone-type scale diawali dengan menghimpun penyataan-
penyatan mengenai suatu objek yang menjadi pertimbangan pada masa itu. Para investigator
secara individual diminta untuk menyortir penyataan-pernyataan berdasarkan tingkatan
favorableness. Mereka hanya mengklasifikasikan pernyataan-pernyataan tersebut. Pada akhirnya,
penyataan-pernyataan tersebut disusun secara acak dan tidak mengindikasi nilai dari skala
tersebut. Nilai skor responden adalah median dari nilai skala dari semua pernyataan yang
ditetapkan.

Thurstone mengembangkan metode pengukuran secara spesifik. Hampir sama dengan


skala Likert yang menanyakan responden untuk menunjukkan tingkat dari sangat setuju (ss),
setuju (s), tidak setuju (ts), dan sangat tidak setuju (sts), skala Thurstone menilai sikap dengan
merepresentasikan pernyataan tentang topik yang disusun dari yang disukai, netral, dan sangat
disukai. Responden dianjurkan untuk memilih aitem yang cocok dengan pilihan sikap mereka.
Pernyataan yang diajukan kepada responden dalam skala Thurstone tidak terlalu banyak, antara 5
– 10 butir pernyataan atau pertanyaan.

Thurstone juga mengembangkan metode skala absolut, yaitu sebuah prosedur untuk
mendapatkan ukuran kesulitan aitem yang mutlak berdasarkan hasil untuk kelompok usia yang
berbeda dari responden. Umumnya satu set aitem tes diberikan untuk dua atau lebih kelompok
umur. Kesulitan dari aitem-aitem antara kelompok usia berfungsi sebagai dasar untuk membuat
perbandingan untuk semua aitem dan semua kelompok umur.

Multiple Factor Theories

Pandangan umum orang Amerika terhadap kumpulan ciri sifat didasarkan pada penilitian
analisis faktor. Multiple factor theories menekankan bahwa suatu trait atau atribut psikologi
merupakan hasil dari interaksi berbagai faktor. Setiap faktor dapat mencakup sebagian atau
beberapa luasan dari faktor yang lainnya pada tes yang berbeda. Sebagai contoh, faktor verbal
memiliki cakupan yang lebih luas pada tes kosakata sedangkan memiliki cakupan kecil pada tes
analogi verbal dan juga pada tes penalaran aritmatika. Analogi tersebut dapat diilustrasikan
seperti gambar berikut ini.

Gambar 1.1 Ilustrasi Multiple Factor Theories

Primary Mental Abilities (PMAs)

Salah satu orang yang mencetuskan teori multiple-factor adalah Thurstone. Berdasarkan
penelitian yang dilakukannya sendiri maupun murid-muridnya, Thurstone mengajukan lusinan
kelompok faktor yang ia tunjuk sebagai Primary Mental Abilities (PMAs). Hal tersebut
diperkuat dengan pekerjaan Thurstone dan dari investigasi lain yang bersifat bebas.

1. Pemahaman Verbal (verbal comprehension)

Faktor utama dalam tes ini adalah pemahaman membaca, analogi verbal,
penyusunan kalimat, penalaran verbal, dan memadukan peribahasa. Hal tersebut pada
umumnya diukur secara adekuat melalui vocabulary test. Berdasarkan jurnal
perkembangan mengenai inteligensi pada dewasa, verbal meaning ini merupakan
kemampuan untuk memahami ide yang ada pada kata-kata (Schaie, 1979). Biasanya
informasi kata-kata didapatkan dari membaca atau mendengarkan. Contoh dari verbal
meaning pada tes adalah soal yang berformat pilihan ganda mengenai beberapa kata.
Instruksinya adalah dengan memilih kata yang memiliki arti yang sama dengan kata yang
berhuruf kapital. Tes ini terdiri dari 50 soal yang harus dikerjakan dalam waktu 4 menit.

2. Kelancaran Kata (word fluency)

Ditemukan dalam uji seperti anagram, berrima, atau penamaan kata dalam
kategori tertentu (misalnya nama anak itu, kata yang dimulai dengan huruf T).
Kelancaran kata merupakan kemampuan untuk me-recall kata-kata yang digunakan
dalam menulis dan berbicara (Schaie, 1979). Diberikan waktu selama 5 menit untuk
testee menuliskan kata-kata yang berawalan dari huruf tertentu.

3. Angka (Number)

Diidentifikasi dengan kecepatan dan ketepatan dari penghitungan aritmatika


sederhana. Terdapat soal perhitungan matematika dengan hasil yang tersedia. Testee
diminta untuk memilih jawaban benar atau salah mengenai jawaban dari soal tersebut.

Gambar 1.2. Contoh soal number

4. Jarak (Space)

Faktor ini menunjukkan dua faktor yang berbeda, salah satu menutupi persepsi
dari spasial yang tetap (fixed spatial) atau geometrik (geometric relation), sedangkan
yang lainnya memanipulasi visualisasi dengan mengubah posisi atau transformasi. Hal
yang diukur dalam space adalah kemampuan untuk berpikir tentang objek secara dua atau
tiga dimensi (Schaie, 1979). Contoh yang ada dalam tes terdiri dari 20 item yang
dikerjakan selama 5 menit. Berikut ini adalah contoh soal yang mengukur kemampuan
seseorang dalam melihat benda secara rotasi. Instruksinya pilih gambar yang merupakan
rotasi dari gambar yang paling kiri.
Gambar 1.3. Contoh soal spacial orietation

5. Ingatan Asosiatif (Associative Memory)

Faktor ini ditemukan terutama pada tes yang mengandalkan ingatan diluar kepala
untuk memasangkan asosiasi. Terdapat beberapa fakta yang menunjukkan bahwa faktor
ini merefleksikan secara luas memori penyokong mana yang digunakan. Fakta tersebut
ada pada faktor yang lebih luas pada semua tes memori.

6. Kecepatan Perseptual

Faktor ini memahami detil visual, kesamaan, dan perbedaan secara cepat dan
akurat. Faktor ini bisa jadi sama seperti faktor kecepatan yang diidentifikasi oleh Kelley
dan investigator lain yang terdahulu.

7. I (atau R) Induksi (atau penalaran umum)

Identifikasi dari faktor ini adalah yang paling mudah. Thurstone mula-mula
mengemukakan faktor induktif dan deduktif. Pada akhirnya, hal ini merupakan
pengukuran terbaik oleh tes dari penalaran silogistik dan yang dibentuk oleh tes yang
membutuhkan responden untuk menemukan aturan. Investigator lain menyarankan faktor
penalaran umum paling baik diukur dengan tes penalaran aritmatika. Reasoning
melibatkan logika dan penalaran manusia dalam menyelesaikan masalah (Schaie, 1979).
Seseorang yang memiliki penalaran yang baik, akan mampu untuk memprediksikan
konsekuensi, menganalisa sesuatu berdasarkan pengalaman masa lalu, dan membuat
rencana berdasarkan fakta-fakta yang ada. Hal tersebut diukur dengan tes berikut :
Gambar 1.4. Contoh soal reasoning

Instruksi dari tes tersebut adalah untuk mencari pola dan aturan dari sederetan
huruf tersebut serta menandai huruf yang muncul selanjutnya. Terdapat 30 item yang
harus diselesaikan dalam waktu 6 menit.

Berbeda dengan Spearman yang meyakini bahwa general factor (g-factor) merupakan
faktor utama dibandingkan group factors, Thurstone memandang perbedaan antara general,
group, dan specific factor tidak begitu mendasar seperti yang terlihat pada awalnya. Jika jumlah
varietas tes-tes dalam satu deret sedikit, satu general factor tunggal dapat mempengaruhi semua
korelasi di antara tes-tes tersebut. Tetapi ketika tes-tes yang sama tercakup dalam sebuah deret
yang lebih besar dengan lebih banyak kumpulan tes yang heterogen, original general factor bisa
menjadi group factor, sama berlaku untuk beberapa tes namun tidak seluruhnya. Begitu juga
misalnya, sebuah faktor tertentu dapat direpresentasikan hanya dengan satu tes dalam original
battery (deret asal), tetapi dapat terbagi menjadi beberapa tes dalam deret yang lebih besar.
Faktor semacam itu dapat diidentifikasi sebagai sebuah specific factor dalam original battery,
tetapi akan menjadi group factor pada deret yang lebih komprehensif. Berdasarkan kejelasan
pertimbangan ini, maka tidaklah mengejutkan ketika kita menemukan bahwa penelitian faktorial
yang intensif pada area khusus mendapati banyak faktor pada satu atau dua tempat primary
mental abilities asal yang diidentifikasi di setiap area, seperti perkara dalam studi verbal,
perseptual, memori, dan tes penalaran.

Kemudian P. E. Vernon (1950) memperkenalkan teori hierarki group factor sebagai


pendekatan diantara dua pandangan berbeda antara Spearman dan Thurstone. Dalam teori ini, g-
factor adalah satu faktor yang terletak di paling atas berdasarkan hierarki. G-factor ini memuat 2
major group factor yaitu verbal-educational (V:Ed) dan practical-mechanical-spatial-physical
(K:M). Di bawah kedua major group factor ini terdapat beberapa minor group factor yang serupa
dengan PMA milik Thurstone. Selanjutnya spesific factor terdapat di bawah minor group factor.
Major Group Factors 

Minor Group Factors 

Spesific Factors 

Gambar 1.5. Minor Group Factor

Penelitian faktorial tampaknya menghasilkan faktor-faktor kelipatan ganda yang


membingungkan. Jumlah faktor-faktor kognitif yang dilaporkan oleh para investigator yang
berbeda mendekati lebih dari 100. Jumlah tertentu dari susunan yang diperoleh dengan faktor-
faktor cross-identification dilaporkan oleh para investigator yang berbeda dan seringkali diberi
nama dengan nama-nama yang berbeda (Ekstrom, French, & Harman, 1979; French, 1951;
Harman, 1975 dalam Anastasi & Urbina, 1997), seperti cross-identification dapat dicapai ketika
ada beberapa tes yang sama dibandingkan dalam investigasinya. Untuk memfasilitasi proses
tersebut, sekelompok grup yang berisi para analis faktor merakit sebuah alat ‘reference tests’
yang dapat mengukur faktor-faktor bakat yang prisipal yang diidentifikasi pada waktu itu. Alat
ini, didistribusikan oleh Educational Testing Service (Ekstrom, French, Harman, & Dermen,
1976; ETS kit, 1976 dalam Anastasi & Urbina, 1997), mempermudah para investigator yang
berbeda untuk merencanakan penelitian faktorial untuk memasukan beberapa tes yang sama
dalam deret-deretnya.

Merupakan hal yang jelas bahwa meski telah ada usaha-usaha dalam penyederhanaan dan
koordinasi, jumlah dari faktor-faktor tetaplah besar. Perilaku manusia bervariasi dan kompleks,
dan tidaklah realistis ketika kita mengharapkan satu lusin atau sekian faktor dapat memberikan
deskripsi yang memadai tentangnya. Untuk tujuan yang spesifik, bagaimanapun juga, kita dapat
memilih faktor-faktor yang sesuai dengan kedua pertimbangan sifat dan juga cakupannya,
contohnya jika kita akan memilih di antara pelamar-pelamar untuk sebuah posisi pekerjaan
mekanik terspesialisasi level tinggi dan sulit, kita kemungkinan akan mengukur secara adil
faktor-faktor perseptual dan spasial yang sangat mendekati cocok dengan kebutuhan
pekerjaannya. Dalam pemilihan mahasiswa baru, pada lain hal, beberapa faktor besar seperti
pemahaman verbal, kecakapan numerik, dan penalaran umum merupakan faktor-faktor yang
paling relevan.

Daftar Pustaka

Anastasi, A., & Urbina, S. (1997). Psychological Testing (7th ed.). US: Pearson.

Schaie, K. W. (1979). The Primary Mental Abilities In Adulthood : An Exploration in the


Development of Psychometric Intelligence. Life-Span Development And Behaviour , 67-
115.

Anda mungkin juga menyukai