Studi Eksploratif
Studi Eksploratif dilakukan jika tidak banyak yang diketahui mengenai situasi yang
dihadapi, atau tidak ada informasi yang tersedia mengenai bagaimana masalah atau
isu penelitian yang mirip diselesaikan di masa lalu.Intinya, studi eksploratif dilakukan
untuk memahami dengan lebih baik sifat masalah karena mungkin baru sedikit studi
yang telah dilakukan dalam bidang tersebut.Wawancara ektensif dengan banyak orang
mungkin harus dilakukan untuk menangani situasi dan memahami fenomena.Studi
eksploratif dilakukan ketika sejumlah fakta diketahui, tetapi diperlukan lebih banyak
informasi untuk menyusun kerangkat teoretis yang kukuh (Sekaran, 2006).
Studi Deskriptif
Studi Deskriptif dilakukan untuk mengetahui dan menjadi mampu untuk menjelaskan
karakteristif variable yang diteliti dalam suatu situasi .Adapun tujuan dari Studi
deskriptif adalah memberikan sebuah riwayat kepada peneliti atau untuk
menggambarkan aspek-aspek yang relevan dengan fenomena perhatian dari perspektif
seseorang, organisasi, orientasi industri, atau lainnya. Studi deskriptif yang
menampilkan data dalam bentuk yang bermakna (Sekaran, 2006), dengan demikian
membantu untuk :
1. Memahami karakteristik sebuah kelompok dalam situasi tertentu;
2. Memikirkan secara sistematis mengenai berbagai aspek dalam situasi tertentu;
3. Memberikan gagasan untuk penyelidikan dan penelitian lebih lanjut;
4. Membuat keputusan tertentu yang sederhana
Pengujian Hipotesis
Studi kasus meliputi analisis kontekstual dan mendalam terhadap hal yang berkaitan
dengan situasi serupa dalam organisasi lain. Studi kasus bersifat kualitatif adalah
berguna dalam menerapkan solusi pada masalah terkini berdasarkan pengalaman
pemecahan masalah di masa lalu (Sekaran, 2006).
Intervensi Minimal
Intervensi minimal terjadi jika peneliti hanya menyebarkan kuesioner tanpa
mengintervensi aktivitas normal terhadap kasus yang diteliti.
Intervensi Sedang
Peneliti tidak lagi berurusan dengan temuan korelasi namun ingin menentukan secara
kukuh hubungan kausal.Atau memanipulasi peristiwa normal dengan secara sengaja
mengubah tingkat dukugan.
Intervensi Berlebih
Setelah melakukan eksperimen terdahulu seorang peneliti merasa bahwa hasilnya
mungkin tidak valid karena adanya faktor eksternal lain dan memastikan bahwa faktor
asing tersebut mungkin mempengaruhi hubungan sebab-akibat. Dalam intervensi
berlebih tidak hanya dukungan manipulasi tapi situasi dimana eksperimen diadakan
adalah artifisial karena peneliti menarik subjek keluar dari lingkungan normalnya dan
menempatkannya dalam keadaan yang benar-benar berbeda.
Situasi Studi
Penelitian dapat dilakukan dalam lingkungan yang tidak diatur (alami) dan diatur
(artifisial), diamana studi korelasional selalu dilakukan dalam situasi yg tidak diatur
sedangkan studi kausal lebih sering dilaksanakan dalam situasi yang diatur (Sekaran,
2006).
1. Studi lapangan (field study), yaitu studi korelasi yang dilakukan dalam organisasi.
2. Eksperimen lapangan (field experiment), yaitu situasi yang dilakukan untuk
menentukan hubungan sebab-akibat dengan menggunakan lingkunga alami yang
sama dimana karyawan berfungsi secara normal.
3. Eksperimen lab (Lab experiment), yaitueksperimen yang dilakukan untuk
menentukan hubungan sebab akibat yang melampaui kemungkinan.
Unit Analisis
Unit analisis merujuk pada tingkat kesatuan data yang dikumpulkan selama tahap
analisis data.Pernyataan masalah dapat berfokus pada individual, pasangan (dyads),
kelompok, organisasi, dan kebudayaan.Unitanalisi Individual adalah data yang
dikumpulkan dari setiap individu unit.Jika peneliti berminat mempelajari interaksi dua
orang maka dikenal sebagai unit analisis pasangan (dyads). Tetapi jika pernyataan
masalah berkaitan dengan efektifitas kelompok, maka unit analisis adalah pada
tingkat kelompok. Dan selanjutnya unit analisis pada tingkat lainnya. Karakteristik
tingkat analisis yaitu bahwa tingkat yang lebih rendah termaksud dalam tingkat yang
lebih tinggi.Sifat informasi yang dikumpulkan serta tingkat dimana data dijumlahkan
untuk analisis, adalah integral dengan keputusan yang dibuat dalam memilih unit
analisis. Peneliti perlu memutuskan unit analisi bahkan saat kita merumuskan
pertanyaan penelitian karena metode pengumpulan data,ukuran sample, dan bahkan
variabel yang termaksud dalam kerangka kadang ditentukan oleh tingkat dimana data
dijumlahkan untuk analisis.
Neuman (dalam Suyanto dan Susila, 2015) menjelaskan bahwa studi cross –
sectional (one – shot) merupakan penelitian yang dilakukan dalam satu waktu tertentu
dengan satu fokus.Studi cross – sectional dilakukan dengan data yang hanya sekali
dikumpulkan, mungkin selama periode harian, mingguan, atau bulanan, dalam rangka
menjawab pertanyaan penelitian.
Studi longitudinal menurut Azwar (dalam Suyanto dan Susila, 2015) adalah
penelitian perkembangan yang bertujuan mempelajari pola dan urutan perkembangan
dan/atau perubahan, sejalan dengan berlangsungnya perubahan waktu. Peneliti
mungkin ingin mempelajari fenomena pada lebih dari satu batas waktu dalam rangka
menjawab pertanyaan penelitian. Data dikumpulkan pada 2 batas waktu yang berbeda.
Terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas data hasi penelitian yaitu,
kualitas instrument penelitian dan kualitas pengumpulan data. Kualitas instrument
berkenaan dengan validitas dan reabilitas instrumen, dan kualitas pengumpulan data
berkenaan ketepatan cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan data.
Instrumen penelitian
Dalam penelitian kuantitatif, peneliti akan menggunakan instrument untuk
mengumpulkan data,sedangkan dalam penelitian kualitatif peneliti akan lebih banyak
menjadi instrument. Instrument penelitian digunakan untuk melakukan pengukuran
dengan tujuan menghasilkan data kuantitatif yang akurat, maka setiap instrumen harus
mempunyai skala. Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai
acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur,
sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data
kuantitatif (Sugiyono, 2010).
Contoh :
1. Meteran sebagai instrument digunakan untuk mengukur panjang dengan skala
mm, dan akan menghasilkan data kuantitatif panjang dengan satuan mm.
2. Thermometer sebagai instrument digunakan untuk mengukur suhu badan
dengan skala Celsius.
Skala sikap yang dapat digunakan untuk penelitian administrasi, pendidikan , dan
social :
1. Skala Likert
Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang
tentang fenomena sosial.contoh: Sangat setuju, setuju, Ragu- ragu, Tidak setuju,
Sangat tidak setuju
2. Skala Guttman
Skala Pengukuran dengan tipe ini akan didapat jawaban yang tegas, yaitu “ya-
tidak” , “benar – salah”.
Contoh :
Pernakah pimpinan melakukan pemeriksaan di ruang kerja anda?
a. Tidak pernah
b. Pernah
3. Semantic Defferensial
Skala ini digunakan untuk mengukur sikap, hanya bentuknya tidak pilihan ganda
maupun checklist tetapi tersusun dalam satu garis kontinum yang jawaban “sangat
positif” terletak disebelah kanan dan jawaban “sangat Negatif” berada dibagian kiri,
atau sebaliknya.
4. Ratting Scale
Ratting scale merupakan data mentah yang diperoleh beerupa angka kemudian
ditafsirkan dalam pengertian kualitatif. Dalam skala model ratting scale responden
tidak akan menjawab salah satu jawaban dari jawaban kualitatif yang telah
disediakan, tetapi menjawab salah satu jawaban kuantitatif yang telah disediakan.
Contoh :
1 bila sangat tidak baik
2 bila kurang baik
3 bila cukup baik
4 bila sangat baik
2. Kuesioner (Angket)
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk
dijawab.
Uma sekaran (dalam Sugiyono, 2010:199) menyatakan beberapa prinsip dalam
penulisan angket, sebagai berikut:
a. Prinsip penulisan, yaitu
· Isi dan tujuan pertanyaan, pertanyaan harus teliti dan harus dalam bentuk skala
pengukuran.
· Bahasa yang digunakan, harus sesuai dengan kemampuan berbahasa responden.
· Tipe dan bentuk pertanyaan dapat berupa pertanyaan terbuka dan tertutup.
· Pertanyaan tidak mendua, pertanyaan tidak membuat responden kesulitan
dalam memberi jawaban.
· Tidak menanyakan yang sudah lupa, tidak memberikan pertanyaan yang
responden sudah lupa dan yang memerlukan jawaban dengan berfikir berat.
· Pertanyaan tidak mengggiring, angket tidak menggiring ke jawaban yang baik
saja ataupun yang jelek saja.
· Panjang pertanyaan, pertanyaan dalam angket tidak terlalu panjang sehingga
idak membuat responden merasa jenuh.
· Urutan pertanyaan, urutan pertanyaan dimulai dari yang umum menuju ke hal
yang spesifik atau dari yang mudah menuju ke hal yang sulit.
b. Prinsip pengukuran
Angket yang diberikan kepada responden merupakan instrumen penelitian, yang
digunakan untuk mengukur variabel yang akan diteliti. Oleh karena itu, instrument
angket harus dapat digunakan untuk mendapat data yang valid dan reliabel tentang
variabel yang diukur. Angket perlu diuji validitas dan reabilitasnya terlebih dahulu
sebelum diberikan kepada responden agar memperoleh data penelitian yang valid dan
reliabel.
3. Observasi