MAKALAH
BIOLOGI MOLEKULER
OLEH:
PEMBIMBING:
LESI HIPERPLASTIK
hyperplasia pada jaringan ikat fibrosa yang muncul akibat keterkaitan dengan
pinggiran dari gigi tiruan sebagian maupun gigi tiruan lengkap lepasan.
Gambaran Klinis
Epulis fisseratum dapat muncul sebagai lesi tunggal maupun lesi multipel
Seringkali, terlihat sepanjang margin/ pinggiran gigi tiruan yang tidak beradaptasi
dengan baik. Pada stadium lanjut dapat melapisi seluruh permukaan luar dari gigi
tiruan dan terbentuk lipatan-lipatan. Jika gigi tiruan diangkat maka akan terlihat
lekukan pada lesi tersebut. Lesi ini tumbuh lambat, warna sama dengan jaringan
sekitarnya.
Epulis tipe ini muncul disebabkan oleh terjadinya iritasi kronis akibat
pinggiran gigi tiruan yang tidak beradaptasi dengan baik. Jaringan yang tumbuh ini
biasanya padat dan berserat (fibrous), walaupun terkadang beberapa lesi nampak
erythematous dan berulser dengan gambaran klinis yang hampir sama dengan
pyogenic granuloma. Ukuran lesi dapat bervariasi dari hyperplasia lokal dengan
ukuran kurang dari 1 cm sampai lesi luas dengan ukuran yang dapat mencapai
ridge mandibula.
Epulis fissuratum paling sering terjadi pada orang dewasa dan usia lanjut,
berkaitan dengan pemakaian gigi tiruan. Lesi ini dapat terjadi baik pada maksila
maupun pada mandibula. Lesi ini lebih sering timbul pada bagian anterior
dibandingkan bagian posterior. Selain itu, lesi ini juga lebih sering timbul pada
dengan istilah fibroepithelial polyp atau leaflike denture fibroma. Biasa nya terjadi
pada palatum keras di bawah landasan gigi tiruan. Karakteristik lesi ini adalah
massa berwarna pink, datar, dengan tangkai sempit yang menempel pada palatum.
Lesi ini mudah digerakkan karena adanya tangkai dan juga biasanya lesi ini berserat
Gambaran Histopatologi
hyperplasia pada jaringan ikat fibrosa. Biasanya lipatan dan lekukan muncul pada
daerah di mana gigi tiruan bergesekan dengan jaringan lunak pada rongga mulut.
Apabila kelenjar saliva masuk dalam sampel jaringan (specimen), biasanya dapat
Dalam beberapa kasus yang cukup jarang terjadi, terdapat osteoid atau
chondroid, dan produk yang jarang ditemukan yang sering disebut dengan osseous
fibrosa yang bertangkai dan dilapisi oleh stratified squamous epithelium. Seperti
Perawatan dan terapi dari epulis fissuratum atau fibroepithelial polyp yaitu
dilakukan operasi pengangkatan massa tumor atau bedah eksisi. Setelah itu dapat
dilakukan relaining atau rebasing pada gigi tiruan untuk mencegah rekurensi dari
lesi ini.
Gambaran klinis
pink hingga merah terang atau ungu bergantung usia lesinya. Pyogenic granuloma
yang baru muncul terdapat vaskularisasi yang sangat banyak sehingga mudah
berdarah. Sedangkan pada lesi yang sudah lama muncul menjadi terkolagenisasi
dan berwarna pink. Lesi ini memiliki ukuran yang bervariasi, mulai dari beberapa
Pyogenic granuloma ini seringkali muncul pada gingiva, di mana 75% kasus
terjadi pada gingiva. Iritasi gingiva dan inflamasi yang diakibatkan oleh oral hygine
yang buruk dapat menjadi faktor pemicu pada sebagian pasien. Bibir, lidah, dan
mukosa bukal adalah tempat yang juga sering terjadi pyogenic granuloma. Lesi ini
lebih sering timbul pada maksilla dibandingkan pada mandibula. Sisi anterior lebih
sering terjadi dibandingkan pada sisi posterior. Selain itu, lesi ini lebih sering
muncul pada sisi labial dibandingkan sisi lingual. Terkadang lesi ini meluas hingga
biasanya lesi ini lebih sering terjadi pada anak-anak dan dewasa muda. Selain itu
lesi ini juga lebih sering timbul pada wanita dikarenakan oleh efek vaskularisasi
hormon wanita. Pyogenic granuloma sering terjadi pada wanita hamil, di mana
pregnancy tumor. Beberapa lesi sering muncul pada saat usia kehamilan trimester
pertama, dan insidensi akan meningkat pada usia tujuh bulan kehamilan. Lesi ini
muncul karena adanya peningkatan hormon estrogen dan progesterone pada saat
hamil dan kombinasi dengan oral hygine yang buruk dan nutrisi yang inadekuat.
Juga karena adanya iritasi lokal seperti adaptasi mahkota yang tidak baik, restorasi
beberapa epulis gravidarum akan hilang tanpa perawatan atau menjadi semakin
Lapisan endothelium nampak membesar karena adanya sel darah merah. Pembuluh
ditemukan sel inflamasi seperti neutrophil, plasma cell, dan limfosit. Neutrophil
banyak ditemukan pada permukaan ulserasi. Lesi yang sudah lama terbentuk akan
untuk menentukan diagnosis secara tepat. Pada lesi gingiva eksisi harus diperluas
hingga ke bawah periosteum dan gigi yang berkaitan harus dilakukan scaling dan
biasanya ditunda pada saat pasien masih hamil, kecuali terdapat gangguan
fungsional dan estetik yang signifikan. Tingkat rekurensi epulis gravidarum lebih
tinggi pada saat terapi dilakukan pada masa kehamilan dan beberapa lesi juga hilang
Peripheral giant cell merupakan massa seperti tumor yang cukup biasa
ditemukan dalam rongga mulut. Giant cell epulis ini tidak memperlihatkan
neoplasma sejati tetapi merupakan lesi reaktif yang disebabkan oleh iritasi lokal
atau trauma. Epulis ini adalah pernbesaran jaringan diatas gusi ditandai dengan
banyaknya sel-sel raksasa , di dalam jaringan fibrous. Di masa lalu lesi ini biasa
disebut peripheral giant cell reparative granuloma, tetapi sifat reparative kemudian
Gambaran Klinis
Peripheral giant cell biasanya terjadi pada gingiva atau edentulous alveolar
ridge. Lesi ini berwarna merah atau merah kebiruan dengan massa nodular.
Kebanyakan lesi memiliki diameter lebih kecil dari 2 cm, walaupun lesi dengan
ukuran besar juga seringkali ditemukan. Lesi ini dapat bertangkai maupun
menempel pada dasarnya, biasanya tidak terdapat ulserasi. Gambaran klinis lesi ini
hampir sama dengan pyogenic granuloma pada gingiva, walaupun pheriperal giant
Peripheral giant cell granuloma dapat muncul pada semua usia tetapi puncak
prevalensi berada pada usia dekade kelima dan keenam. Kira-kira 60% kasus terjadi
pada wanita. Lesi ini dapat muncul baik pada sisi anterior maupun posterior pada
gingiva atau mukosa alveolar. Lesi ini lebih sering muncul pada mandibula
dibandingkan oleh maksila. Walaupun peripheral giant cell ini merupakan tumor
jaringan lunak, terkadang ditemukan adanya resorpsi ke bawah tulang alveolar pada
beberapa kasus.
Gambar 1.11 Peripheral giant cell granuloma
Gambaran Histopatologi
adanya proliferasi dan multinucleated giant cells dengan sel mesenkim berbentuk
bulat besar dan berbentuk spindle. Giant cell itu sendiri mungkin berisi beberapa
nuclei atau hingga beberapa lusin. Beberapa sel memiliki ukuran yang besar,
dengan inti vaskular, tetapi juga terdapat sel yang berukuran kecil dengan inti
hemosiderin, khususnya pada tepi lesi. 50% pada permukaan mukosa terjadi
ulserasi. Daerah jaringan ikat fibrosa yang padat biasanya dipisahkan oleh
proliferasi giant cell dari permukaan mukosa. Biasanya juga terlihat sel inflamasi
Terapi dari peripheral giant cell granuloma adalah dengan bedah eksisi
hingga mencapai dasar tulang. Gigi yang berkaitan harus dilakukan scaling dan
rekurensi. Kira-kira 10% dari kasus dilaporkan terjadi rekurensi dan diperlukan
bedah eksisi ulang. Sebelum eksisi sebaiknya dilakukan rontgen foto untuk melihat
hubungan lesi tersebut dengan gigi serta tulang disekitarnya. Misalnya jika lesi
tersebut melibatkan gigi-gigi sebelahnya atau bila kekambuhan terjadi karena tidak
tersebut. Jika tulang dibawahnya terlibat, maka pengambilan epulis harus meliputi
di mana lesi ini lebih reaktif dibandingkan neoplastic pada umumnya. Pathogenesis
lesi ini tidak diketahui. Karena gambaran klinis dan histopatologisnya yang hampir
dari pyogenic granuloma di mana terjadi maturasi dan kalsifikasi jaringan fibrosa.
Bagaimana pun juga, tidak semua peripheral ossyfing fibroma berawal dari
pyogenic granuloma. Mineralisasi mungkin berasal dari sel pada periosteum atau
ligamen periodontal.
Gambaran klinis
yang terlihat yaitu massa nodular, baik bertangkai maupun menempel pada dasar,
biasanya muncul dari interdental papilla. Warna lesi merah atau merah muda,
sebagaimana lesi ulser dapat terjadi penyembuhan pada lesi. Lesi ulser berwara
apabila lesi non ulser berwarna merah muda seringkali sulit dibedakan dengan
fibroma. Sebagian lesi berukuran kurang dari 2 cm, walaupun terkadang muncul
lesi dengan ukuran besar. Lesi ini dapat berkembang hingga beberapa minggu atau
muda, dengan puncak pervalensi pada usia 10 hingga 19 tahun. Hampir 2/3 kasus
terjadi pada wanita. Lesi ini seringkali terjadi pada maksila dengan lebih dari 50%
kasus terjadi di regio gigi incisivus. Biasanya tidak terdapat keterlibatan pada gigi,
tetapi dapat menyebabkan terjadinya pergeseran gigi dan hilangnya perlekatan gigi.
Komponen fibroblast yang lebih dalam sering berupa seluler, khususnya di area
tersebut hanya berupa komponen kecil massa yang lebih besar yang menyerupai
sering terbentuk. Biasanya tulang berbentuk anyaman dan trabecular, walaupun lesi
yang lebih lama bisa menunjukan tulang lamellar matang. Trabekula osteoid yang
lama lebih cenderung menunjukan tulang atau sementum yang terbentuk dengan
baik. Pada beberapa kasus, multinucleated giant cells bisa terlihat, biasanya
rekurensi cenderung terjadi jika dasar lesi tertinggal. Selain itu, gigi yang
Rekurensi tidak umum terjadi. Menurut Candiff, dari kasus yang terjadi
rekurensinya sekitar 16% dan dari 50 kasus yang dilaporkan Eversule dan Rovin,
Parulis atau yang sering juga disebut dengan gumboil adalah massa jaringan
granulasi subakut yang terinflamasi pada sinus tract intraoral yang terbuka. Parulis
yang terjadi pada gigi non vital tidak menimbulkan gejala sehingga menimbulkan
radiografi. Mikroorganisme yang paling berperan pada lesi ini adalah steptokokus
dan staphylococcus.
Gambaran Radiografi
Jika lesi ini terjadi dalam waktu yang singkat dan terbatas pada tulang
medular maka tidak akan terlihat adanya kerusakan pada tulang alveolar. Pada
periodontal dan pada kasus yang terjadi dalam jangka waktu yang lama akan
Gambaran Histopatologi
terdiri dari :
pulpektomi atau ekstraksi diindikasikan pada gigi tertentu dan kontrol reaksi
obatan yang dapat menimbulkan lesi ini dapat dilihat pada Tabel 1.1.
• Cyclosporine
• Erythromycin
• Oral contraceptives
paling erat kaitannya dengan lesi ini (Gambar 1.18), selain itu juga phenytoin dan
sebelum intervensi
ketahanan pasien dan kebersihan mulutnya. Pada pasien yang memiliki tingkat
kebersihan mulut yang sangat baik, pembesaran gingiva berkurang sangat drastis
atau tidak terlihat. Namun, terkadang walaupun pasien memiliki kebersihan mulut
yang baik, beberapa derajat pembesaran gingiva dapat ditutupi oleh ketahanan
Gambaran Klinis
yang dikarenakan obat ini merupakan masalah utama pada pasien yang lebih muda
blocker terjadi pada orang dewasa yang lebih tua. Resiko berat hiperplasia gingiva
Gambar 1.21. pembesaran gingiva terjadi lebih dominan pada papila interdental
Segmen anterior dan fasial adalah area yang paling sering terlibat. Pada
bicara dan pengunyahan. Pada kondisi tidak adanya inflamasi, pembesaran gingiva
memiliki warna dan kegetasan yang normal, dengan permukaan yang halus,
stippled atau granular. Pada konsisi terdapatnya inflamasi, gingiva yang terlibat
akan memiliki warna merah gelap dan edema dengan permukaan yang friable,
berat.
Gambaran Histopatologi
elongasi rete ridge, dengan perluasan kedalam lapisan dibawah stroma. Lamina
propria menunjukkan peningkatan jumlah jaringan ikat fibrosa yang memiliki
peningkatan vaskularitas dan infiltrat seluler inflamasi kronis umumnya terdiri atas
adalah dengan penggnatian jenis obat dengan obat lainnya pada golongan yang
sama. Pilihan perawatan lainnya adalah dengan konsumsi agent antiplak seperti
hilangnya perlekatan dan tanggalnya gigi. Oleh karena itu, beberapa klinisi terus
kehilangan perlekatan, kondisi estetis yang buruk atau gangguan bicara dan
pengunyahan.
DAFTAR PUSTAKA
Cawson R.A. & E.W.Odell. 2012. Cawson’s Essentials of Oral Pathology and Oral
Neville, et., al. 2002. Oral and Maxillofacial Pathology. Philadelphia: WB.
Saunders
Regezi JA., Sciubba JJ. 1999. Oral Pathology; Clinical Pathologic Correlation. 3rd
Masthan KMK, 2011. Textbook of Pediatric Oral Pathology. New Delhi. Jaypee
Brother Medical Publishers.