Makalah Barite
Makalah Barite
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Gambar 2.1. Keterdapatan mineral barite di alam
3
4. Kalimantan Barat, Desa Lanjut, Kec.Kedawang, Kab.Pontianak ( Berupa
urat-urat atau pengisian pada reakahan-rekahan silicified limestone dengan
komposisi BaSO4=96,5 – 98,5% . SiO2=0,9 – 2,2% , Fe2O3= 0,3 – 0,57%)
5. Nusa Tenggara Timur ; Tg.Merah dan Pakuoyom (P.Lomblen) Kab.Flores
Timur ( Berupa urat-urat berasosiasi batuan kuarsa pada dasit) , Kec.Riung,
Kab Ngada ( Berupa urat-urat dalam batuan tufa dasit )
6. Sulawesi Selatan ; Sungkanropi, Kab.Tanah Toraja ( Berasosiasi dengan
bijih sulfidepada zona rhyolite/dasit yang tersingkap)
4
Gambar 2.4 Model Geologi
5
Guilbert dan Park (1986) mengemukakan alterasi merupakan perubahan di
dalam komposisi mineralogi suatu batuan (terutama secara fisik dan kimia),
khususnya diakibatkan oleh aksi dari fluida hidrotermal. Alterasi hidrotermal
merupakan konversi dari gabungan beberapa mineral membentuk mineral baru
yang lebih stabil di dalam kondisi temperatur, tekanan dan komposisi hidrotermal
tertentu (Barnes, 1979; Reyes, 1990 dalam Hedenquist, 1998). Mineralogi batuan
alterasi dapat mengindikasikan komposisi atau pH fluida hidrotermal (Henley et al.,
1984 dalam Hedenquist, 1998).
6
pada busur magmatik bagian dalam di lingkungan gunungapi kalk-alkali atau
batuan dasar sedimen (Heyba et al., 1985 dalam Corbett dan Leach, 1996). Sistem
ini umumnya mempunyai variasi endapan sulfida rendah dan sulfida tinggi (gambar
2.5). Mineral bijih terdiri dari timonidsulfat, arsenidsulfat, emas dan perak, stibnite,
argentit, cinabar, elektrum, emas murni, perak murni, selenid, dan mengandung
sedikit galena, spalerit, dan galena. Mineral penyerta terdiri dari kuarsa, ametis,
adularia, kalsit, rodokrosit, barit, flourit, dan hematit. Mineral alterasi terdiri dari
klorit, serisit, alunit, zeolit, adularia, silika, pirit, dan kalsit.
Gambar 2.5 Model fluida sulfida tinggi dan rendah (Corbett dan Leach, 1996)
2.4. Eksplorasi
7
1. Pemetaan
3. Pemboran inti
4. Pemercontohan
Untuk mengetahui kadar cebakan barite serta sifat fisik dan kimia barite.
8
Gambar 2.6. Teknik Penambangan Gophering
9
maka proses floatasi dapat menghasilkan fraksi barit murni . Pada instalasi
pengolahan yang agak modern, fraksi barit yang merupakaan hasil pemecahan,
dicuci dengan log washer, kemudian disaring, fraksi yang berukuran halus diproses
dengan jig untuk selanjutnya dikonsentrasi dengan cara floatasi . Hasilnya
dikeringkan untuk selanjutnya dibuat dalam bentuk tepung.
a. Proses Washing
Pada proses ini mineral barit akan dicuci didalam mesin washing machine
terlebih dahulu karena mineral barit habisdari tambang biasanya dalam
kondisi tidak baik atau kotor.
b. Proses Penghancuran
Pada proses ini mineral barit yang sudah dicuci akan melalui proses
penghancuran didalam mesin yang bernama impact crusher untuk
mendapatkan ukuran yang di inginkan .
10
Gambar 2.9. Proses penghancuran barit
c. Proses Penghalusan
Pada Proses ini mineral yang sudah dihancurkan akan memasuki mesin Fine
Powder Mill . Didalam mesin itu mineral tadi akan dihaluskan untuk
menjadi bubuk. Bubuk barite atau yang familiar disebut barite powder.
11
fenol – formal dehid, silikat, asbes, dan arang kemudian digerus halus akan
diperoleh semen fenolik yang mempunyai daya tahan yang besar terhadap berbagai
bahan kimia.
12
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1. Barite merupakan hasil dari proses hidrotermal tingkat menengah sampai
bawah .
2. Barite biasanya berasosiasi timbal, perak, sulfide dan antimonite .
3. Penyebaran mineral barite di Indonesia berada di Kalimantan Barat,
Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Barat, Sulawesi Selatan dan Nusa
Tenggara Timur.
4. Teknik penambangan mineral barite biasanya memakai system Gophering
dengan alat-alat yang dipakai seperti linggis, sekop, palu dsb .
5. Proses pengolahan antara lain Proses Washing, Proses Penghancuran,
Proses Penghalusan, Menjadi Bubuk.
6. Kegunaan mineral barite salah satu contohnya adalah Untuk mengangkat
cutting dari dasar lubang bor ke atas lubang bor
7. Prospek pengembangan barite di Indonesia Konsumsi barit rata-rata di
Negara Indonesia pada tahun 1997 – 2003 adalah 51,785,00 Ton , Lalu
ekspor mentah keluar negri Indonesia 19,550,76 Ton dan Impor bubuk barit
jadi adalah ± 83,869,31 Ton
3.2 Saran
1. Peran pemerintah dalam kegiatan pengolahan barite sangat diperlukan
karena saat ini Indonesia sangat banyak mengimpor bubuk barite dari luar
negeri .
13
Daftar Pustaka
https://anditambang.wordpress.com/2016/09/29/endapan-epitermal-sulfida-
rendah/
http://marskrip.blogspot.co.id/2009/12/batuan-dan-mineral.html
https://www.scribd.com/doc/281617107/Makalah-Barite-BGI
14