Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

TINDAKAN PHACOEMULSIFIKASI

1. Definisi
Phacoemulsifikasi berasal dari 2 kata, yaitu phaco (lensa) dan emulsification
(menghancurkan menjadi bentuk yang lebih lunak). Phacoemulsifikasi adalah
teknik operasi pembedahan katarak dengan menggunakan peralatan ultrasonic
yang akan bergetar dan menghancurkan lensa mata yang mengeruh, kemudian
lensa yang telah hancur berkeping-keping akan dikeluarkan dengan
menggunakan alat fako, diikuti dengan insersi lensa buatan intraocular pada
posisi yang sama dengan posisi lensa mata sebelumnya.
2. Tujuan
Mengembalikan fungsi penglihatan.
3. Indikasi dan Kontraindikasi
Indikasi teknik fakoemulsifikasi :

3.1. Tidak mempunyai penyakit endotel


3.2. Bilik mata dalam
3.3. Pupil dapat dilebarkan hingga 7mm.
Kontraindikasi teknik Fakoemulsifikasi:
3.4. Terdapat tanda-tanda infeksi
3.5. Luksasi atau subluksasi lensa
4. Penatalaksanaan
Terdapat beberapa hal penting pada bedah katarak fakoemulifikasi dengan
penanaman lensa intraokuler, yang sangat erat kaitanya dengan reaksi inflamasi
pasca bedah. Adapun beberapa hal tersebut adalah : 4
4.1 Pemberian asam mefenamat 500 mg atau indometasin 50 mg peroral 1 –
2 jam sebelum operasi.
4.2 Anastesi local pada mata yang ingin dioperasi dengan cara
menyuntukkan langsung melalui palpebra bagian atas dan bawah
4.3 Operator kemudian menekan bola mata dengan tanggannya untuk
melihat apakah ada kemungkinan perdarahan, dan juga dapat
merendahkan tekanan intraokuler.
4.4 Operator melihat melalui sebuah mikroskip dan membuat insisi
sepanjang kira-kira 3mm pada sisi kornea yang teranestesi.
4.5 Kapsulotomi anterior dengan menggunakan jarum kapsulotomi melalui
insisi kecil pada kornea.
4.6 Setelah insisi dilakukan, suatu cairan viscoelastik dimasukan untuk
mengurangi getaran pada jaringan intraokuler.
4.7 Dilakukan hidrodiseksi dan hidrodilemenesi untuk memisahkan inti
lensa dari korteks kemudian dilakukan fakoemulsifikasi dengan teknik
horizontal choop menggunakan mesin fako unit.
4.8 Korteks lensa dikeluarkan dengan cara irigasi aspirasi menggunakan
mesin fako unit .
4.9 Insersi lensa intraokuler foldauble pada bilik mata belakang dilakukan
secara in the bag, setelah sebelumnya diberikan bahan viskoelastik untuk
mengurangi komplikasi.
4.10 Bahan viskoelastik dikeluarkan dengan cara irigasi aspirasi menggunakan
mesin fako unit.
4.11 Luka operasi ditutup tanpa jahitan.
4.12 Diberikan suntikan antibiotika (Gentamisin) 0,5 ml dan kortikostroid
(Kortison Asetat) 0,5 ml, subkonjutiva.
4.13 Pasca bedah diberikan tetes mata antibiotika (Neomycin-Polymixin B)
dan anti inflamasi (Deksametason) 0,1 ml., setiap 8 jam sekali

Gambar 1. Insisi kornea


Gambar 2. Tindakan kapsulotomi

Gambar 3. Hidrodiseksi
5. Pemeriksaan penunjang
5.1 USG untuk menyingkirkan adanya kelainan lain pada mata selain
katarak
5.2 Biometri untuk mengukur power IOL jika pasien akan dioperasi
katarak
5.3 Pemeriksaan darah lengkap mencakup Hb, leukosit, eritrosit, hitung
jenis, leukosit, golongan darah, Hmt, trombosit, BUN, gula darah 2 jam
PP
5.4 Retinometri untuk mengetahui prognosis tajam penglihatan setelah
operasi
6. Pathway

Phacoemulsifkasi

Pre Operasi Intra Operasi Post Operasi

Gelisah Pembiusan lokal Adanya luka insisi

Kurang terpapar Menekan pada bola Efek bius hilang


mata untuk melihat
perdarahan
Kurang Informasi
Nyeri
Pembedahan insisi
Kurang Pengetahuan
keluarga Gangguan Rasa
Nyaman
Melakukan
kapsulotomi anterior
Ansietas

Dilakukan hidrodiseksi

Resiko Infeksi

7. Diagnosa Keperawatan
Pre Operasi
7.1 Ansietas berhubungan dengan krisis situasi
7.2 Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
Intra Operasi
7.3 Resiko Infeksi berhubungan dengan tindakan insisi
Post Operasi
7.4 Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (bekas insisi)
7.5 Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan nyeri (program pengobatan)
8. Intervensi
8.1 Ansietas berhubungan dengan krisis situasi
Intervensi Rasional
1. Bina hubungan saling percaya antara perawat- 1. hubungan saling percaya adalah dasar
pasien hubungan terpadu yang mendukung klien dalam
2. Pahami rasa takut/ ansietas pasien. mengatasi perasaan cemas.
3. Kaji tingkat ansietas yang dialami oleh 2. perasaan adalah nyata dan membantu pasien
pasien untuk terbuka sehingga dapat mendiskusikan
4. Temani atau atur supaya ada seseorang dan menghadapinya
bersama pasien sesuai indikasi. 3. mengetahui sejauh mana tingkat kecemasan
5. Berikan penjelasan pada pasien tentang yang dirasakan oleh pasien
penyakitnya. 4. dukungan yang terus menerus mungkin
membantu pasien mengurangi ansietas/ rasa
takut ke tingkat yang dapat diatasi.
5. dapat mengurangi rasa cemas pasien akan
penyakitnya.

8.2 Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi


Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat pengetahuan pasien. 1. Mengetahui tingkat pemahaman dan
2. Berikan informasi pada pasien tentang pengetahuan pasien tentang penyakitnya serta
perjalanan penyakitnya. indikator dalam melakukan intervensi
3. Berikan penjelasan pada pasien tentang 2. Meningkatkan pemahaman klien tentang
setiap tindakan keperawatan yang diberikan kondisi kesehatan
3. Mengurangi tingkat kecemasan dan membantu
meningkatkan kerjasama dalam mendukung
program terapi yang diberikan

8.3 Resiko Infeksi berhubungan dengan tindakan insisi


Intervensi Rasional
1. Memonitor adanya tanda dan gejala infeksi 1. Agar tanda dan gejala infeksi terkontrol
2. Mempertahankan teknik isolasi yang sesuai 2. Dengan prosedur steril maka kemungkinan
3. Meningkatkan asupan nutrisi yang cukup infeksi dapat diminimalkan
4. Menganjurkan istirahat 3. Asupan nutisi dapat meningkatkan imun
4. Agar pemulihan bisa cepat

8.4 Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (bekas insisi)
Intervensi Rasional
1. Catat lokasi, lamanya intensitas (skala 0- 1. Membantu mengevaluasi tempat dan kemajuan
10) dan penyebaran. Perhatikan tanda gerakan kalkulus. Nyeri panggul sering menyebar
non verbal, contoh peninggian TD dan ke punggung , lipat paha, genitelia, sehubungan
nadi, gelisah, merintih, menggelepar. dengan proksimitas saraf pleksus dan pembuluh
2. Observasi TTV darah yang mencetuskan ketakutan, gelisah,
ansietas berat.
3. Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya 2. Mengetahui perkembangan lebih lanjut
melaporkan ke perawat terhadap 3. Memberikan kesempatan untuk pemberian
perubahan kejadian/ karakteristik nyeri. analgesic sesuai waktu (membantu dalam
4. Berikan tindakan nyaman peningkatan kemampuan koping pasien dan dapat
5. Bantu atau dorong penggunaan menurunkan ansietas) dan mewaspadakan perawat
distraksi dan relaksasi akan kemungkinan terjadi komplikasi.
6. Kolaborasi dalam pemberian analgesic 4. Meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan otot,
dan meningkatkan koping.
5. Mengarahkan kembali perhatian dan membantu
dalam relaksasi otot.
6. Untuk mengurangi nyeri dan rasa tidak nyaman.

8.5 Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan nyeri (program pengobatan)


Intervensi Rasional
1. Hindari gangguan yang tidak perlu 1. Dengan istirahat maka pemulihan lebih cepat
dan berikan untuk waktu istirahat 2. Kebersihan dapat meningkatkan rasa nyaman
2. Sediakan lingkungan yang aman 3. Meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan
dan bersih otot, dan meningkatkan koping.
3. Berikan tindakan nyaman 4. Mengarahkan kembali perhatian dan membantu
4. Bantu atau dorong penggunaan dalam relaksasi otot.
distraksi dan relaksasi 5. Untuk mengurangi nyeri dan rasa tidak nyaman
5. Kolaborasi dalam pemberian
analgesic

9. Daftar Pustaka
Choirunisa,L & Anggita. (2017). Referat Fakoemulsifikasi. Fakultas
Kedokteran Universitas Jember (scrib.com)

Herdman,T. H. S. Kamitsuru. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi &


Klasifikasi. Jakarta: EGC

Soekardi I. dan Hutauruk J.A. (2004). Transisi Menuju Fakoemulsifikasi,


Langkah-Langkah Menguasai Teknik & Menghindari Komplikasi. Edisi
1. Jakarta: Kelompok Yayasan Obor Indonesia

Vaughan D.G. Asbury T. dan Riordan E. (2008). Oftalmologi Umum. Edisi 14.
Jakarta: Widya Medika

Wilkinson M. Judith. Ahern R. Nancy. 2012. Buku Saku Diagnosis


Keperawatan. Jakarta: EGC
Banjarmasin, November 2017

Preseptor klinik,

(Khairul Islah, S.Kep., Ns)

Anda mungkin juga menyukai