Anda di halaman 1dari 2

BERANI AMBIL RESIKO

Ayat Pendukung : Yeremia 26:1-7


Alkisah, ada sebuah keluarga terpandang atau tokoh masyarakat top-markotop di suatu kota sedang ribut
besar. Pangkal masalah yang memicu keributan dalam keluarga tersebut adalah karena anak perempuan
mereka yang satu-satunya, mengambil titik kata yang sangat ditentang oleh orang tua dan keluarga besarnya.
Titik kata anak perempuan itu di-peristri oleh seorang pria miskin di kota tersebut. Dengan eksplisit dan
berangasan seperti Singa yang lapar; kakak, adik, ayah, ibu, Paklek, pakde, bulek, bude, mbah kangkung,
mbah uti, dan mungkin juga satu kelurahan …(lanjutin kalau masih ada) menentangnya, dan bahkan
menggerantang akan mendeportasi dan mencampakkan dia dari keluarga besar.
Siapapun kita (orang2 yang waras), pasti marah,ambek, berang, berangsang, gemas, geram,
gondok,gregetan, gusar, hangus dada, makan bawang, meluap, mendidih, mendongkol, menggelegak,
mengkal hati, meradang, merajuk, meramas jantung, murka, naik angin, naik darah, naik geram, naik pitam,
naik setum, pegal hati, radang (hati), sakit hati, salah hati, sewot, (dan masih ada yang mau lanjutin,
monggo)…begitu banyak padanan kata…karena ini menyangkut derajat diri yang tidak bisa ditawar-tawar.
Alasan apapun setiap kita tidak akan terima, mau yang sering kita dengar dari kisah seperti di atas adalah
karena perkawinan, atau alasan karena ia telah mengalami “perjumpaan” dengan Yesus atau alasan
lainnya….Hal ini tidak bisa dipungkiri.

Suatu risiko harus ditanggung !


Ketika kita memutuskan untuk berjalan dengan iman, berarti kita siap untuk menanggung risiko. Abraham
dipanggil untuk meninggalkan kampung halamannya tanpa ia tahu ke mana ia harus pergi. Abraham siap
menanggung risiko karena dia tahu dan kenal siapa Tuhan itu yang memberikan perintah kepadanya.

Tokoh – tokoh Alkitab yang berani ambil resiko karena Imannya kepada Tuhan:
Sadrakh, Mesakh, dan Abednego siap menanggung risiko dengan dimasukkan ke dapur api yang panasnya
tujuh kali lipat lebih panas dari yang biasa, demi mempertahankan iman kepada Tuhan. Mereka tidak takut
akan nyala api.
Mereka berkata, “Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan
kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu ya raja; tetapi seandainya tidak,
hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan menyembah patung emas yang tuanku
dirikan itu.” (Daniel 3: 17-18)
Daniel juga salah satu contoh pahlawan iman yang siap untuk menanggung risiko dimasukkan dalam gua
singa karena tetap beribadah kepada Allahnya. Masih banyak lagi contoh pahlawan iman yang siap
menanggung risiko.
Yohanes pembabtis mati martir dengan kepala terpenggal karena menyerukan pertobatan, menganjurkan
supaya orang-orang dibaptis di dalam nama Allah Bapa. Yohanes adalah tokoh Alkitab yang pemberani
yang siap mengambil resiko demi tuntasnya pelayanan pekerjaan Allah (Lukas 9)

Kontemplatif
Sebagai anak-anak Tuhan biarlah kita tetap teguh dan tetap percaya kepada Tuhan apapun yang terjadi.
Tuhan tidak pernah membiarkan dan meninggalkan kita. Marilah kita teguh berpegang pada pengakuan
tentang pengharapan kita, sebab Ia, yang menjanjikannya, setia.
Pengalaman iman seseorang sangat menentukan sikap dan kwalitas. Orang yang telah mengalami “jamahan
tangan Tuhan”, akan menjadi orang yang memiliki iman yang tangguh, sekalipun risiko besar akan
dihadapinya. Itu jugalah keberanian yang dimiliki Yeremia untuk berbicara kepada bangsa Yehuda, tanpa
mengurangi sedikitpun firman TUHAN yang disampaikan kepadanya. Betapa pun “pedasnya” firman
TUHAN yang harus disampaikan, tetapi Yeremia tetap memegang komitmennya kepada Tuhan yang telah
memanggil dan mengutusnya (Yer 1:4-10).
Keberanian Yeremia menanggung risiko dengan nyawanya yang dipertaruhkan, menginspirasi kita untuk
meneladani betapa iman kepada Tuhan itu tidak sekadar percaya, tetapi dibutuhkan kesiapan dan keberanian
untuk menanggung risiko atau memikul salib. Pemahaman yang dangkal tentang panggilan kita sebagai
pengikut Kristus, akan sangat berpengaruh terhadap kesiapan dan keberanian kita menghadapi
risiko. Seruan untuk bertobat, sebagaimana yang diperintahkan TUHAN kepada Yeremia untuk
disampaikannya kepada bangsa Yehuda, juga dapat dimaknai sebagai seruan untuk kembali mengingatkan
kita akan komitmen sebagai anak Tuhan agar hukuman tidak jatuh kepada kita.

Melayani (bekerja diladangnya Tuhan) pasti mempunyai resiko. Resiko menghadapi orang-orang dengan
berbagai latar belakang, tantangan dan penolakan. Pelayanan mungkin membawa kita pada penderitaan
akibat ditolak. Tuhan Yesus tidak memberikan perlindungan khusus agar kita dapat melakukan segala
pekerjaan Nya dengan mulus tanpa tantangan. Ketika Tuhan Yesus memanggil ke 12 muridNya untuk
diutus, DIA tahu bahwa mereka akan menghadapi banyak masalah. Orang-orang yang menderita berbagai
penyakit, yang kerasukan setan, yang menolak pekabaran Injil, akan mereka hadapi.
Di tengah-tengah masa yang sukar, apapun yang kita sedang hadapi dan alami kita siap menanggung risiko
dan tetap memandang Tuhan sebab, “Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai
Penolong dalam kesesakan sangat terbukti.”

Kata bijak
~ Berani melakukan berani menanggung resiko
~ Apa jadinya bila kita takut mengambil risiko dalam hidup ini?

Segala yang kita lakukan pasti berisiko! Apalagi bila hendak maju dan sukses, resiko adalah sesuatu yang
harus kita akrabi, bukan dihindari.

Anda mungkin juga menyukai