PENDAHULUAN
Era persaingan global yang dihadapi saat ini menuntut akan sumber daya manusia yang
berkualitas untuk siap menjadi tenaga kerja professional di bidangnya. Sehubungan dengan hal
tersebut, salah satu langkah untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas
adalah dengan proses pendidikan. Oleh karena itu, dengan kata lain pendidikan memegang
peranan penting untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dalam hal ini, para pelaku
pembangunan pendidikan terus berupaya untuk meningkatkan mutu pendidikan Indonesia agar
dapat bersaing dalam pasar tenaga kerja dengan menyesuaikan pembangunan pendidikan itu
sendiri.
Pendidikan merupakan salah satu cara dalam rangka mempersiapkan sumber daya
yang berkualitas dan profesional, antara lain mempersiapkan tenaga kerja sebelum memasuki
dunia kerja agar pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh sesuai dengan syarat-syarat
yang dikehendaki oleh suatu pekerjaan. Oleh karena itu hal-hal yang mendorong peserta didik
untuk belajar yang dikaitkan dengan tugas dan perannya harus dipersiapkan dilembaga
pendidikan tempat mereka menuntut ilmu. Lembaga pendidikan harus memfasilitasi terjadinya
proses belajar yang optimal bagi peserta didiknya. Pendidikan yang dilakukan di sekolah
kepribadian, sikap, mental dan spiritual, kreatifitas, penalaran dan kecerdasan siswa sebagai
Sekolah Menengah Kejuruan merupakan salah satu dari jenis pendidikan nasional
formal yang ada di negara kita. Dalam rangka mewujudkan jenis pendidikan di atas tentu harus
diimbangi dengan kualitas tamatan agar dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih
tinggi dan memasuki lapangan kerja. Berdasarkan pasal 15 UU No. 20/2003 tentang Sistem
mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu bentuk pendidikan kejuruan. Menurut
Depdiknas 2004 pendidikan di SMK bertujuan untuk menyiapkan peserta didik agar menjadi
manusia yang produktif, mampu bekerja mandiri, mengisi lowongan pekerjaan yang ada di
dunia usaha dan dunia industri sebagai tenaga kerja tingkat menengah sesuai dengan
Kebutuhan dalam dunia kerja perlu disiapkan oleh karena itu, ditawarkan konsep
keterkaitan dan kesepadanan (link and match). Dalam bidang teknologi dan kejuruan salah satu
strategi pokok dalam rangka operasionalisasi link and match sebagai suatu kebijaksanaan
Depdikbud adalah melalui pendidikan dengan Pendidikan Sistem Ganda (PSG). Pendidikan
Sistem Ganda adalah suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan keahlian kejuruan yang
memadukan secara sistematis dan sesuai dengan program pendidikan di sekolah dan program
penguasaan keahlian yang diperoleh melalui bekerja langsung pada bidang pekerjaan yang
relevan, terarah untuk mencapai penguasaan kemampuan keahlian tertentu (Wena, 1996:16).
Penerapan Pendidikan Sistem Ganda dimaksudkan agar Sekolah Menengah Kejuruan bekerja
sama dengan dunia usaha atau dunia industri dan instansi terkait dalam merencanakan,
kerja sama tersebut diharapkan siswa diharapkan memiliki kompetensi sesuai dengan bidang
keahlian yang dipilihnya serta memiliki pengalaman yang dapat dijadikan sebagai bekal
dalam cara tertentu terhadap suatu situasi. Penyesuaian kondisi pada suatu saat akan
berpengaruh pada atau kecenderungan untuk memberi respon. Kondisi ini mencakup setidak-
tidaknya 3 aspek yaitu: (1). Kondisi fisik, mental dan emosional; (2). Kebutuhan-kebutuhan,
motif dan tujuan; (3) Keterampilan, pengetahuan dan pengertian lain yang telah dipelajari.
Pengalaman yang dimaksud adalah pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh sebagai hasil
dari suatu perbuatan atau pekerjaan yang telah dilakukan. Untuk menyiapkan tenaga kerja yang
memiliki pengetahuan dan keterampilan, maka sekolah menengah kejuruan menjalin kerja
sama dengan dunia usaha maupun dunia industri. Para peserta didik diterjunkan untuk praktik
langsung ke dunia usaha dan dunia industri. Sekolah menengah kejuruan yang berbasis
manajemen, pelatihan industri ini disebut dengan Praktik Kerja Industri (Prakerin) yang
Terdapat dua faktor yang mempengaruhi Kesiapan Kerja yaitu faktor internal dan
faktor eksternal. Faktor internal meliputi kematangan baik fisik dan mental, tekanan, dorongan,
motivasi. Faktor eksternal meliputi peran masyarakat keluarga, sarana prasarana, sekolah,
informasi dunia kerja dan pengalaman Praktik Kerja Industri. Faktor yang mempengaruhi
Kesiapan Kerja peserta didik didapat dari diri peserta didik sendiri, sekolah dan masyarakat.
Seperti yang dikemukakan oleh Herminanto (1986:6) “faktor yang mempengaruhi kesiapan
mental kerja adalah prestasi belajar, keadaan ekonomi orang tua, bimbingan sosial, bimbingan
karier, dan pengalaman kerja siswa”. Berdasarkan teori-teori diatas variabel bebas yang
diambil penulis dalam penelitian ini adalah Prestasi Mata Pelajaran Produktif dan Keadaan
Ekonomi Keluarga.
Depdiknas (2005: 4) mata diklat produktif adalah segala mata pelajaran (diklat) yang
dapat membekali pengetahuan teknik dasar keahlian kejuruan. Pengertian ini dipertegas
sebagai materi yang berkaitan dengan pembentukan kemampuan keahlian tertentu sesuai
program keahlian masing-masing. Indikator mata diklat Operasional Tata Boga adalah nilai
rapor mata diklat Operasional Tata Boga siswa kelas XI jurusan tata boga semester genap.
Keadaan ekonomi orang tua adalah kenyataan yang terlihat atau terasakan oleh indra manusia
tentang keadaan orang tua dan kemampuan orang tua dalam memenuhi kebutuhannya.
Indikator keadaan ekonomi keluarga dalam penelitian ini yaitu: (1) Pekerjaan; (2) Pendapatan;
(3) Kebutuhan atau pengeluaran; (4) kepemilikan harta yang berharga; dan (5) kondisi rumah.
Dan untuk indikator kesiapan memasuki dunia kerja dalam penelitian ini yaitu: (1). Ilmu dan
Penulis menemukan masalah bahwa diketahui siswa lulusan kompetensi keahlian Tata
Boga di SMK … yang belum mendapat pekerjaan masih banyak. Padahal siswa sudah dibekali
Praktik Kerja Industri dan mata pelajaran diklat produktif Operasional Tata Boga, tetapi
Hal itu terjadi karena siswa yang mengikuti kegiatan Praktik Kerja Industri tidak
menangani pekerjaan bidang gambar bangunan atau konstruksi di instansi tempat mereka
praktik. Sebagian besar instansi menganggap siswa SMK belum mampu menangani pekerjaan
tersebut. Siswa banyak ditempatkan pada pekerjaan lain yang tidak sesuai dengan bidang
mereka sehingga mereka tidak dapat mengaplikasikan teori pada mata pelajaran produktif yang
diperoleh di sekolah di tempat mereka praktik. Fenomena tersebut menjadi penyebab kurang
penelitian penulis dengan judul : Pengaruh Mata Pelajaran Produktif dan Keadaan Ekonomi
Keluarga Terhadap Kesiapan Kerja Siswa Kelas XI Jurusan Bangunan Program Keahlian Tata