Anda di halaman 1dari 6

A.

Tiga Aspek Perkembangan Sosial

1) Struktur
Untuk sampai pada pengertian struktur diperlukan suatu pengertian yang erat
hubungannya dengan struktur, yaitu pengertian operasi. Piaget berpendapat bahwa ada
hubungan fungsional antara tindakan fisik, tindakan mental, dan perkembangan berpikir
logis anak-anak. Tindakan-tindakan (actions) menuju pada perkembangan operasi-
operasi, dan selanjutnya operasi-operasi menuju pada perkembangan struktur-struktur.
Struktur yang juga disebut skemata merupakan organisasi mental tingkat tinggi,
satu tingkat lebih tinggi dari operasi-operasi. Menurut Piaget, struktur intelektual
terbentuk pada individu waktu ia berinteraksi dengan lingkungannya. Struktur yang
terbentuk lebih memudahkan individu itu menghadapi tuntutan yang makin meningkat
dari lingkungannya. Diperolehnya suatu struktur atau skemata berarti telah terjadi suatu
perubahan dalam perkembangan intelektual anak.

2) Isi
Aspek kedua yang menjadi perhatian Piaget ialah aspek isi. Yang dimaksudkan
dengan isi ialah pola perilaku anak yang khas yang tercermin pada respons yang
diberikannya terhadap berbagai masalah atau situasi yang dihadapinya.
Antara tahun 1920 dan 1930 perhatian Piaget dalam penelitiannya tertuju pada isi
pikiran anak, misalnya perubahan dalam kemampuan penalaran semenjak kecil hingga
besar, konsepsi anak tentang alam sekitarnya, yaitu pohon-pohon, matahari, bulan, dan
konsepsi anak tentang beberapa peristiwa alam, seperti bergeraknya awan dan sungai.
Sesudah tahun 1930 perhatian penelitian Piaget lebih dalam. Dari deskripsi pikiran anak
ia beralih pada analisis proses-proses dasar yang melandasi dan menentukan isi itu.

3) Fungsi
Fungsi adalah cara yang digunakan organisme untuk membuat kemajuan
intelektual. Menurut Piaget perkembangan intelektual didasarkan pada dua fungsi, yaitu
organisasi dan adaptasi.
Organisasi memberikan pada organisme kemampuan untuk mensistematikkan atau
mengorganisasi proses-proses fisik atau proses-proses psikologis menjadi sistem-sistem
yang teratur dan berhubungan atau struktur-struktur. Fungsi kedua yang melandasi
perkembangan intelektual adalah adaptasi. Semua organisme lahir dengan
kecenderungan untuk menyesuaikan diri atau beradaptasi pada lingkungan mereka. Cara
adaptasi ini berbeda antara organisme yang satu dengan organisme yang lain.
B. Tingkat-tingkat Perkembangan Intelektual

1) Tingkat Sensori-motor
Tingkat sensori-motor menempati dua tahun pertama dalam kehidupan. Selama
periode ini anak mengatur alamnya dengan indera-inderanya (sensori) dan tindakan-
tindakannya (motor). Selama periode ini bayi tidak mempunyai konsepsi “object
permanence”. Bila suatu benda disembunyikan, ia gagal unuk menemukannya. Sambil
pengalamannya bertambah, sampai mendekati akhir periode ini,, bayi itu menyadari
bahwa benda yang disembunyikan itu masih ada, dan ia mulai mencarinya sesudah
dilihatnya benda itu disembunyikan. Konsep-konsep yang tidak ada pada waktu lahir,
seperti konsep-konsep ruang, waktu, kausalitas, berkembang dan terinkorporasi ke
dalam pola-pola perilaku anak.

2) Tingkat Pra-operasional
Tingkat ini ialah antara umur 2 hingga 7 tahun. Periode ini disebut pra-operasional,
karena pada umur ini anak belum mampu melaksanakan operasi-operasi mental, seperti
menambah, mengurangi, dan lain-lain
Selanjutnya anak pra-operassional lebih memfokuskan diri padda aspek statis
tentang suatu peristiwa daripada transformasi dari satu keadaan kepada keadaan lain.

3) Tingkat Operasional Konkret


Periode operasional konkret adalah antara umur 7 - 11 tahun. Tingkat ini
merupakan permulaan berpikir rasional. Ini berarti, anak memiliki operassi-operasi logis
yang dapat diterapkannya pada masalah-masalah konkret. Bila menghadapi suatu
pertentangan antara pikiran dan persepsi, anak dalam periode operasional konkret
memilih pengambilan keputusan logis, dan bukan keputusan perseptual seperti anak pra-
operasional. Operasi-operasi itu konkret, bukan operasi-operasi formal. Anak belum
dapat berurusan dengan materi abstrak, seperti hipotesis dan proposisi-proposisi verbal.

4) Tingkat Operasional Formal


Pada umur kira-kira 11 tahun, timbul periode operasi baru. Pada periode ini anak
dapat menggunakan operasi-operasi konkretnya untuk membentuk operasi-operasi yang
lebih kompleks.
Anak operasional formal berpikir refleksif. Anak-anak dalam periode ini berpikir
sebagai orang dewasa, Ia dapat berpikir kembali pada suatu seri operasional mental.
Dengan perkataan lain ia dapat berpikir tentang “ Berpikirnya”. Ia dapat juga
menyatakan operasi mentalnya dengan simbol-simbol.
C. Faktor-faktor Yang Menunjang Perkembangan Intelektual

1) Kedewasaan
Yaitu proses perubahan fisiologis dan anatomis, proses pertumbuhan tubuh, sel-sel
otak, sistem saraf dan manifestasi lainnya yang mempengaruhi perkembangan kognitif.
Kematangan mempunyai peran yang penting dalam perkembangan intelektual. Hal ini
ditunjukkan oleh hasil beberapa penelitian yang membuktikan adanya perbedaan rata-
rata usia anak pada tahap perkembangan yang sama pada satu masyarakat dengan
masyarakat lain yang berbeda (La Maronta Galib, 1992: 36-43 & 97; Harry, 1983: 40 &
97).

2) Pengalaman Fisik
Yaitu pengalaman yang melibatkan seseorang untuk berinteraksi dengan
lingkungan fisik, memanipulasi obyek-obyek di sekitarnya dan membuat abstraksi dari
obyek tersebut. Melalui pengalaman fisik akan terbentuk pengetahuan fisik dalam diri
individu, karena pengetahuan fisik merupakan pengetahuan tentang benda-benda yang
ada "di luar" dan dapat diamati dalam kenyataan eksternal (Carin & Sund, 1989:38;
Kamii, 1978:36).

3) Pengalaman Logiko-matematika
Yaitu pengalaman membangun hubungan-hubungan atau membuat abstraksi yang
didapat dari hasil interaksi terhadap obyek. Dengan pengalaman logika matematika akan
terbentuk pengetahuan logika matematika dalam diri individu. Pengetahuan logika
matematika merupakan hubungan-hubungan yang diciptakan subyek dan diperlakukan
pada obyek-obyek (Carin & Sund, 1989:38; Kamii, 1978:36).

4) Transmisi Sosial
Yaitu proses interaksi sosial dalam menyerap unsur-unsur budaya yang berfungsi
mengembangkan struktur kognitif. Hal ini dapat terjadi melalui informasi yang datang
dari orang tua, guru, teman, media cetak dan media elektronik. Dengan adanya transmisi
sosial akan terbentuk pengetahuan sosial dalam diri individu. Pengetahuan sosial
merupakan pengetahuan yang didasarkan pada perjanjian sosial, suatu perjanjian atau
kebiasaan yang dibuat oleh manusia (Carin & Sund, 1989:38-39; Kamii, 1978:37).
Pengetahuan sosial dan pengetahuan fisik merupakan pengetahuan tentang isi yang
bersumber dari kenyataan yang ada "di luar", sementara pengetahuan logika matematik
mengkonstruksi keadaan nyata tersebut melalui pikiran.

5) Pengaturan sendiri
Yaitu kemampuan untuk mencapai kembali keseimbangan selama periode
ketidakseimbangan. Ekuilibrasi merupakan suatu proses untuk mencapai tingkat kognitif
yang lebih tinggi melalui asimilasi dan akomodasi. Pada proses ini mengintegrasikan
faktor-faktor kematangan, pengalaman fisik, pengalaman logika matematika, dan
transmisi sosial (Kamii, 1978:48)
D. Pengetahuan Fisik, Pengetahuan logiko-matematik, Dan Pengetahuan Sosial

1) Pengetahuan Fisik dan Pengetahuan Logiko-matematik


Pengetahuan fisik adalah pengetahuan akan sifat-sifat fisis dari suatu objek/
kejadian seperti bentuk, besar, kekasaran, berat, serta bagaimana objek-objek-itu
berinteraksi satu dengan yang lain. Anak memperoleh pengetahuan fisis tentang suatu
objek dengan mengerjakan/ bertindak terhadap objek itu melalui indranya. Pengetahuan
fisik ini didapat dari abstraksi langsung akan suatu objek.
Pengetahuan matematis-logis adalah pengetahuan yang dibentuk dengan berpikir
tentang pengalaman dengan suatu objek atau kejadian tertentu. Pengetahuan ini
didapatkan dari abstraksi berdasarkan koordinasi, relasi ataupun penggunaan objek.
Pengetahuan matematis-logis dapat berkembang hanya bila si anak bertindak terhadap
benda itu. Tetapi peran dari tindakan dan benda itu berbeda. Anak itu membentuk/
menciptakan pengetahuan matematis logis karena pengetahuan itu tidak ada dalam objek
sendiri seperti pengetahuan fisis. Pengetahuan itu harus dibentuk dari perbuatan berpikir
si anak terhadap benda itu. Benda di sini hanya menjadi medium untuk membiarkan
konstruksi itu terjadi.

2) Pengetahuan Sosial
Pengetahuan sosial adalah pengetahuan yang didapat dari kelompok budaya dan
sosial yang secara bersama menyetujui sesuatu. Contohnya adalah aturan, hukum, moral,
nilai, sistem bahasa, dll. Pengetahuan ini muncul dalam kebudayaan tertentu maka dapat
berbeda antara kelompok yang satu dengan yang lain. Pengetahuan sosial tidak dapat
dibentuk dari suatu tindakan seseorang terhadap suatu objek, tetapi dibentuk dari
interaksi seseorang dengan orang lain. Ketika anak berinteraksi dengan orang lain,
kesempatan untuk membangun pengetahuan sosial dikembangkan.
Hal yang terpenting dari pembentukan pengetahuan itu adalah tindakan/ kegiatan
anak terhadap suatu benda dan interaksi dengan orang lain. Pengetahuan yang akurat
tidak dapat diturunkan langsung dari membaca atau dari mendengarkan orang bicara.
Pengetahuan si anak akan dunia bukanlah tiruan dari dunia yang nyata. Setiap individu,
sepanjang perkembangannya, membentuk pengetahuan dan kenyataan melalui asimilasi
dan akomodasi. Pengetahuan fisis, matematis, dan sosial itu diperoleh langsung dari
konstruksi oleh anak itu sendiri.
E. Bagaimana Pengetahuan Diperoleh?

1) Konstruksi Pengetahuan
Equilibrasi adalah proses kecenderungan kembali ke equilibrium (kesetimbangan).
Equilibrium Piaget bukan berarti Homeostatis, atau kembali ke keadaan equilibrium
sebelumnya tapi merupakan suatu proses konstruktif. Piaget membedakan tiga macam
equilibrasi :
 Pertama, dapat dilihat dalam konstruksi pengetahuan fisik. Anak memahami kenyataan
dengan mengasimilasi kenyataan itu kedalam skema-skema klasifikatori dan
menempatkan kenyataan itu dalam seri-seri dan dengan mengakomodasi skema-skema
ini.
 Kedua, terlihat pada konstruksi logika matematik.
 Ketiga, mempunyai ciri diferensiasi dari skema-skema dan pengintegrasiannya ke
dalam keseluruhan( totalitas ) pengetahuan.
Pengetahuan menurut Piaget berkembang sebagai suatu totalitas sejak semula.
Totalitas ini mempunyai suatu gaya kohesif.

2) Model Konstruktivis Dalam Mengajar


Prinsip yang paling umum dan paling esensial yang dapat diturunkan dari
konstruktifisme ialah bahwa anak-anak memperoleh banyak pengetahuan di luar
sekolah dan pendidikan seharusnya memperhatikan hal itu dan menunjang proses
alamiah ini.

3) Siklus Belajar
Kita harus menerima mengajar bukan sebagai proses dimana gagasan-gagasan guru
diteruskan pada para siswa melainkan sebagai proses untuk mengubah gagasan-
gagasan anak yang sudah ada yang mungkin ”salah”.

4) Tiga Macam Siklus Belajar


a. deskriptif, menjawab pertanyaan apa? tetapi tidak menimbulkan petanyaan,
Mengapa?
b. empiris-induktif, siklus ini mengemukakan sebab dan selanjutnya menguji sebab
tersebut.
c. hipotetis-deduktif, dimulai dengan pertanyaan sebab, kemudian siswa diminta
untuk merumuskan jawaban-jawaban (hipotesis-hipotesis) yang mungkin terhadap
pertanyaan-pertanyaan itu. Selanjutnya dilakukan eksperimen-eksperimen untuk
menguji hipotesis-hipotesis itu (ekplorasi)
Hasil dari ketiga siklus diatas yang menunjukkan suatu kontinuum dari saint deskriptif ke saint
ekperimental.
DAFTAR RUJUKAN

http://elianusherman.blogspot.co.id/2012/10/teori-belajar-piaget-ringkasan.html
(Diakses tanggal 30 Maret 2016)
http://rynadewi.blogspot.co.id/2012/12/piaget-dan-teorinya.html
(Diakses tanggal 30 Maret 2016)
Dahar R.A., 1989. Teori-Teori Belajar. Bandung: PT Gelora Aksara Pratama.

Anda mungkin juga menyukai