Daerah Gladak Perak/piket nol merupakan daerah pertemuan antara intrusi magma dari
dapur magma dan lempeng selatan dengan daerah karst, hal ini dibuktikan dengan ditemukannya
beberapa jenis batuan hasil kombinasi formasi vulkanik dengan kapur seperti, batu meril yang
terbentuk karena pertemuan abu vulkanik dengan kapur yang terus mengalami proses geologi.
Formasi kapur terbentuk karena wilayah selatan Jawa dulu pernah tenggelam kemudian
terangkat sehingga terumbu karang yang mati menjadi batu kapur dan formasi vulkanisnya berasal
dari kegiatan vulkan jalur pegunungan Bromo-Semeru mulai dari aliran lahar yang membawa
material pasir,lapili dan bom.
Daerah ini selain dipengaruhi oleh hasil tumpukan material gunug api yang terangkut juga
dipengaruhi oleh intrusi yang terlihat pada dinding tebing. Intrusi pasti dari bawah ke atas.
Perlapisan bisa diamati bahwa penerobosannya miring, dan dari intrusi tersebut bisa diketahui
bahwa batuan terlihat sudah tua karena batuan mengalami eksfoliasi (pengelupasan), adanya
eksfoliasi adalah penciri bahwa batuan sudah tua. Jika sudah batuan mengelupas maka akan
disintegrasi menjadi pasir, kemudian diskomposisi menjadi tanah.
Gambar 1.5 Air yang dekat dengan celah-celah pada tebing sebagai hasil intrusi
Pada daerah intrusi magma tersebut kami melakukan pengukuran terhadap dip dan strike.
Cara mengukur struktur bidang dengan kompas geologi adalah sebagai berikut:
a. Pengukuran jurus (strike)
Letakkan kompas dengan sisi E menempel pada batuan tegak lurus kemiringan. Levelkan
kompas yang ditunjukkan oleh gelembung udara masuk ke dalam mata sapid an gelembung
lainnya terletak di tengah garis. Angka yang ditunjukkan jarum penunjuk utara adalah harga jurus
misalnya 2800. Beri tanda garis di sisi kompas yang menempel pada batuan. Berdasarkan
pengukuran strike didapatkan hasil 2450 dari 0 (nol) utara.
b. Kemiringan (dip)
Letakkan kompas tegak lurus pada garis yang telah dibuat dengan sisi W menempal di
batuan tegak lurus garis yang di batuan, atur klinometer sampai nivo, baca kemiringan lereng.
Hasilnya 38050’
Jenis batuan induk di daerah piket nol cukup seragam sehingga mempengaruhi pola aliran
sungai, untuk bagian hilir merupakan jenis batu gunung api miosen yang di dominasi pasir dan
tufa termasuk di piket nol yang di dominasi pasir.
Jenis pasir yang kami temukan di sini merupakan pasir yang memiliki kandungan besi
cukup baik, karena hasil aktivitas vulkanik gunung Semeru. Selain batu meril, kami juga
menemukan batu yang berkarat dikarenakan batu ini mengalami reaksi dengan besi yang
terkandung di pasir besi.
Gambar 1.8 Bolder yang sudah mengalami gesekan sehingga terlihat bentukan menyudut.
Disini ada Pasir, gravel, bolder, hasil yang terangkut dr atas ke bawah kemudian
terendapkan disini karena ini memang daerah sabuk. Lahar di dalam proses pengendapan, material
besar selalu di bawah. Tapi di lapangan tampak suatu batuan ada lapisan pengendapan yang tidak
wajar yaitu lapisan besar di bawah kemudian tertumpuk lapisan batu yang lebih kecil kemudian
tertumpuk lagi batuan besar, dan seterusnya. Itu menunjukkan ada proses pengendapan lebih dari
sekali.
Gambar 1.9 Batuan yang besar berada di atas batuan yang lebih kecil membuktikan adanya
peristiwa pngendapan yang lebih dari sekali.
Geomorfologi
Di Sungai Tempuran Gladak Perak, pola aliran sungai dikategorikan coarse
dendritic. Alirannya point bar yang disebut proses degradasi. Dimana pola aliran Dendritik itu
pola pengaliran berbentuk seperti pohon dan bercabang-cabang. Cabang-cabangnya yang berarah
tidak beraturan. Pola ini berkembang pada batuan yang resistennya seragam, lapisan sedimen
mendatar, batuan beku massif, daerah lipatan, dan daerah metamorf yang kompleks. Dilihat dari
stadianya, sungai tempuran di bawah Gladak Perak ini termasuk stadia dewasa. karena sudah
terlihat ada pelebaran dan karena ada erosi pada tebing tebing yang ada. Selain itu dicirikan sungai
dewasa, alur sungainya adalah membelok belok.
Hidrologi
Daerah hulu piket nol merupakan pertemuan dari beberapa sungai sehingga mengahasilkan
arus yang cukup deras. Arus yang deras membawa banyak material terutama dari aliran lava dingin
yang membawa pasir, lapili dan bom. Ketika arus pelan maka akan terbentuk pola aliran-aliran
sungai kecil di piket nol, ada yang seperti denditrik dan meander, hal ini terjadi karena arus tidak
mampu menggerus endapan material, sehingga aliran sungai akan mencari daerah yang mudah
tererosi.
Debit sungai tempuran di piket nol sangat tergantung dari curah hujan di hulu karena
terdapat gunung semeru sebagai daerah tangkapan hujan. Pola aliran sungainya, merupakan pola
dendritik, karena aliran sungai cenderung mencari aliran yang pendek, sebab daerah yang berpasir
memiliki dara resap cukup besar.