Anda di halaman 1dari 4

PANDUAN ASUHAN KEPERAWATAN (PAK)

RSU SURYA HUSADHA

EFFUSI PLEURA

1. Pengertian (Definisi) Effusi pleura adalah terkumpulnya cairan dalam


rongga pleura dengan jumlah yang lebih besar dari
norma (nilai normal 10-20 cc), penimbunan cairan
di dalam rongga pleura terjadi akibat transudasi
atau eksudasi yang berlebihan dari permukaan
pleura. Efusi pleura bukan merupakan suatu
penyakit, akan tetapi merupakan tanda suatu
penyakit
2. Anamnesis
a. Pemeriksaan Fisik a. Inspeksi; pada toraks didapatkan dada
yang terkena efusi kelihatan cembung,
ruang antar iga mendatar, pernafasan
teringgal pada bagian yang sakit.
b. Palpasi; getaran nafas pada saat perabaan
menurun.
c. Perkusi; fokal fremitus melemah, suara
ketuk yang redup.
d. Auskultasi : suara pernafasan lemah atau
menghilang

b. Pemeriksaan
a. Laboratorium dilakukan atas darah, cairan
Penunjang
maupun hasil biopsi jaringan pleura.
Dalam darah sering dijumpai leukosit
yang meningkat karena proses infeksi
b. Foto thoraks; gambaran posterior anterior
terdapat keburaman pada hemitorak yang
terkena efusi, dari foto thorak lateral
dapat diketahui efusi pleura didepan atau
dibelakang, pemeriksaan lateral dekubitus
dapat dilihat gambaran permukaan datar
cairan terutama untuk efusi pleura dengan
jumlah cairan yang minimal. Disamping
itu juga kadang-kadang terlihat adanya

1
tanda-tanda pendorong jantung dan
mediastinum kearah sisi yang sehat.
c. Computed tomography; ini berguna untuk
membedakan kelainan parenkim terhadap
leura, mengevaluasi kelainan perenkim
menentukan lokulasi, mengevaluasi
permukaan pelura, membantu dalam
penentuan terapi.
-
3. Masalah a. Bersihan jalan nafas tak e fektif
Keperawatan
b. Pola nafas tak efektif
c. Peningkatan suhu tubuh
d. Nyeri akut
e. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan
f. Intoleransi aktifitas

4. Diagnosa a. Bersihan jalan nafas tak e fektif berhubungan


Keperawatan
dengan peningkatan produksi sputum
b. Pola nafas tak efektif berhubungan dengan
penurunan ekspansi paru
c. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan
inglamasi
d. Nyeri akut berhubungan dengan penekanan
syaraf interkostal.
e. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan berhubungan dengan anoreksia,
mual, muntah
f. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan
kelemahan

g. Intervensi Keperawatan 1. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan


2. Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila
perlu
3. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
4. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas
buatan

2
5. Pastikan kebutuhan oral / tracheal suctioning
6. Lakukan suction pada guedel
7. Monitor status oksigen pasien
8. Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk memfasilitasi
suksion nasotrakeal
1. Pertahankan jalan nafas yang paten
2. Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi
3. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidak- nyamanan
3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman
nyeri pasien
4. Ajarkan tentang teknik non farmakologi
5. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
1. Monitor adanya penurunan berat badan
9.

h. Implementasi Sebelum operasi:


Keperawatan - Mengkaji dan mencatat kualitas, lokasi dan durasi nyeri
- Memberikan kompres hangat
- Mengontrol cairan masuk dan keluar (balance cairan)
- Kontrol TTV terhadap suhu, frekuensi nadi, hipotensi
secara teratur tiap 4 jam
- Mengkaji tingkat ansietas pasien
- Menjelaskan tentang diagnosa dan prosedur pembedahan
sesuai kebutuhan

Setelah operasi:
- Melakukan perawatan luka dengan prinsip aseptik
- Mengkaji skala nyeri
- Mengobservasi tanda-tanda infeksi pada area sekitar luka

i. Evaluasi Keperawatan Sebelum operasi:


- Skala nyeri < 3
- Suhu tubuh dalam batas normal (36-370C)
- Balance cairan ± 500 ml/ 24 jam
- Pasien tenang dan tidak cemas

Setelah operasi:
- Infeksi tidak terjadi
- Skala nyeri < 3

j. Informasi dan Edukasi Penjelasan tentang penyakitnya, rencana terapi, rencana


tindakan operasi, tujuan, resiko, dan komplikasi yang
mungkin terjadi

k. Discharge Planning - Jadwal kontrol


- Obat yang diminum dirumah
- Menjaga kebersihan daerah luka operasi

l. Penelaah Kritis Kepala Tim

3
m. Kriteria pulang - Hari rawat sesuai Clinical Pathway (3 hari/ hari H saat
operasi + 2 hari post op)
- Suhu axilla < 37.50 C
- Luka post op tidak infeksi
- Skala nyeri < 3

n. Kepustakaan Corwin, Elizabeth J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. EGC :


Jakarta.
Smeltzer, Suzanne C, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-
Bedah, Volume 2. EGC : Jakarta.
Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan:
Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian
Perawatan Pasien Ed.3. EGC: Jakarta.
Nanda.2012. Diagnosis Keperawatan 2012-2014. EGC :
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai